Anda di halaman 1dari 9

Tugas Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman

Penyakit pada Tanaman

Disusun oleh:

Nama: Adelia Yessica Cristina Situmorang

NIM: 215040200111271 (I)

Asisten Praktikum: Adrian Syahputra Harahap

Program Studi Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya
1. Tanaman yang terserang oleh Virus

(Gambar adalah dokumentasi pribadi Praktikan)

a. Tanaman Inang: Tomat


b. Gejala Penyakit : Gejala serangan TICV pada tanaman tomat ditunjukkan oleh daun-
daun menguning, klorosisi pada bagian antara tulang daun, yang dimulai dari daun-daun
tua di bagian bawah berkembang ke bagian pucuk. Kadang-kadang terjadi perubahan warna
pada daun menjadi merah keunguan (bronzing). Gejala klorosis yang sangat parah akan
menyebabkan daun mengalami nekrotik (kematian jaringan) dan menjadi rapuh, serta
ukuran buah menjadi lebih kecil, mudah gugur dan proses pemasakan terganggu sehingga
hasil panen menurun.
c. Bioekologi: Tanaman tomat dapat dibudidayakan di dataran rendah. Sebagian besar sentra
produsen tomat berada di dataran tinggi, yakni pada ketinggian antara 1000-1250 m dpl.
Sifat tanah yang sesuai untuk budidaya tomat adalah tanah yang tidak becek atau tergenang,
dengan pH 5,5-6,5. Pada tanah yang menggenang, pertumbuhan tanaman akan merana
karena kesulitan menghisap unsur hara. Waktu penanaman tanaman tomat yang tepat
adalah 2 bulan sebelum hujan berakhir. Hal ini dilakukan agar waktu berbuah jatuh pada
musim kemarau, sebab apabila buah jatuh pada musim penghujan sebagian tomat tidak
akan tahan terhadap serangan Hamadan pathogen.
d. Cara Penyebaran: TICV ditularkan dari satu tanaman ke tanaman yang lainnya oleh
serangga vector Trialeurodes vaporariorum (Hemiptera: Aleyrodidae) yang dikenal dengan
nama kutu kebul. Penularan dapat terjadi secara cepat ke seluruh areal pertanaman karena
serangga vector bersifat aktif. TICV ditularkan oleh serangga vector secara semipersisten
(Wintermantel,2014)
e. Cara pengendalian: pencegahan yang terbaik supaya lahan tidak terinfeksi oleh virus ini
adalah dengan menggunakan benih yang bebas virus, merendam benih ke dalam larutan
trisodium phosphate (Na3PO4) selama 15 menit, selalu membersihkan peralatan-peralatan
pertanian setelah digunakan, hindari penggunaan produk tembakau untuk pestisida pada
tanaman tomat, serta membakar tanaman yang terserang penyakit ini.

2. Tanaman yang terserang oleh Jamur

(Gambar adalah dokumentasi pribadi Praktikan)

a. Tanaman Inang: Pohon Pisang


Nama umum penyakit: Hawar Daun (antraknosa).
Nama pathogen penyebab: Colletotrichum gloeosporioides
b. Gejala Penyakit: Colletotrichum menyebabkan penyakit menghancurkam buah kopi di
Afrika, dan mempengaruhi sereal termasuk jagung, tebu dan sorgum. Genus ini terpilih
sebagai kelompok jamur pathogen tanaman yang terpenting kedelapan di dunia,
berdasarkan beberapa research.
c. Bioekologi: bercak antraknosa pada buah umumnya berwarna hitam dengan marjin pucat.
Daerah yang terkena akan melebar dan menjadi cekung dan bergabung membentuk bercak
yang besar. Pada proses pematangan buah, gejala ini membentuk bercak kecil yang banyak
dan berwarna gelap dan akan membentuk lingkaran yang membesar, menyatu dan menjadi
cekung. Meskipun penyakit ini biasanya muncul pada proses pematangan buah, kadang-
kadang akan terkena infeksi pada buah yang masih muda.
d. Cara penyebaran: Patogen C, gloeosporioides membutuhkan air bebas atau kelembaban
relative di atas 95% untuk perkecambahan konidia dan pembentukan appressorium. Selain
suhu dan kelembaban yang mempengaruhi pertumbuhan juga ada ketinggian tempat karena
semakin tinggi tempat pertanaman maka suhu semakin rendah dan kelembaban tinggi
sehingga pertumbuhan pathogen semakin baik. Deskripsi tanda: Patogen menghasilkan lesi
pada daun, buah-buahan dan berbagai anggota tanaman lainnya. Fase mekar adalah fase
fase yang paling merusak dari penyakit ini, karena mempengaruhi set buah dan akhir
hasilnya.
e. Cara pengendalian: Dengan mengusahakan agar tanah tidak terlalu lembab dan tidak
menampung air dalam waktu yang lama, meningkatkan pH tanah dengan penambahan
kapur dan memperbanyak asupan hara mikro kalsium pada tanaman. Selain itu mengurangi
intensitas penyakit awal dan atau memperlambat laju perkembangan penyakit. Biasanya
dengan mengidentifikasi terjadinya periode produksi inokulum, peristiwa tersebarnya
inokulum dan kerentanan tanaman, maka harus dipertimbangkan dalam metode
pengendalian penyakit (kimia, budaya, dan sanitasi) dan waktu aplikasinya.

3. Tanaman yang terserang oleh Bakteri

(Gambar bersumber dari Jurnal)


a. Tumbuhan inang: Wortel
Nama penyakit: Busuk Lunak
Nama pathogen penyebab: Erwinia carotovora pv. Carotorova
b. Gejala penyakit: Gejala busuk lunak yang terjadi pada umbi wortel adalah berubahnya
warna umbi menjadi lebih gelap yaitu kecoklatan. Umbi selanjutnya mengalami perubahan
struktur menjadi lebih lembek serta ditandai dengan keluarnya cairan dari umbi yang
berwarna putih keruh dan berbau tidak sedap.
c. Bioekologi: inang yang luas, mencakup tanaman pangan, sayuran, buah dan tanaman hias,
dengan kerugian ekonomi yang ditimbulkan cukup tinggi (Suharjo, 2015). Erwinia adalah
genus dari bakteri jenis Enterobacterales yang mengandung sebagian besar spesies patogen
tanaman yang dinamai ahli patologi tanaman terkenal, Erwin Frink Smith. Erwinia
carotovora adalah bakteri berbentuk batang yang dinamai sesuai dengan tanaman wortel
dari mana ia pertama kali temukan. Bakteri menginfeksi berbagai sayuran dan tanaman
termasuk wortel, kentang, mentimun, bawang, tomat, selada dan tanaman hias seperti iris.
Mikroba yang tersebar luas ini dapat ditemukan di tanah, serangga, air dan aerosol yang
ditangguhkan di udara. Mikroba akan menyerang tanaman kentang dan sayuran lainnya di
ladang atau di umbi yang menyebabkan jaringan tanaman menjadi lunak dan berkayak yang
akhirnya berubah menjadi berlendir dan berbau busuk (Bintari et al., 2015).
d. Cara pengendalian: Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa
isolat yang kita dapatkan adalah patogen tanaman penyebab gejala dengan melakukan uji
postulat koch. Langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi terhadap patogen yang
kita dapatkan. Secara umum, teknik identifikasi dibagi menjadi 2, yaitu teknik identifikasi
secara konvensional menggunakan uji biokimia dan secara molekuler.
e. Cara penyebaran: Erwinia carotovora adalah bakteri gram negative, berbentuk batang yang
hidup soliter atau berkelompok dalam pasangan atau rantai. Erwinia memproduksi banyak
enzim ekstrasellular sepertipectic yang mendegradasi pectin, cellulase yang mendegradasi
cellulase, hemicellulases, arabanases, cyanoses dan protease. Bekteri ini bergerak dengan
flagella yang terdapat disekeliling sel bakteri.
4. Penyakit yang disebabkan oleh Nematoda

(Gambar bersumber dari Jurnal)

a. Tanaman Inang: Kentang


Nama Penyakit: Penyakit Nematoda Sista Kentang
Nama Pathogen penyebab: Globodera rostochiensis
b. Gejala penyakit: gejala serangan ini ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang terhambat,
tanaman merasa secara lambat laun meskipun syarat-syarat pertumbuhan sudah terpenuhi.
Daun tanaman layu pada siang hari, yaitu pada periode tertentu di mana tingkat kelembaban
udara, khususnya kelembaban tanah relative rendah.karena sebaran horizontal nematode
tidak mengikuti sebaran normal, tetapi mengikuti sebaran klaster maka pada areal yang luas
dan diamati dari jarak jauh, akan terlihat gejala botak (patch symptom) di mana ada
sekelompok tanaman di sana sini yang kerimbunan daunnya lebih tipis karena pertumbuhan
tanamannya terhambat dan kanopinya menguning.
c. Bioekologi: Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas hortikultura jenis
sayuran umbi penting di Indonesia yang dapat dijadikan pangan alternatif, sebagai sumber
karbohidrat kaya protein dan sebagai penunjang diversifikasi pangan. Selain itu semakin
berkembangnya industri makanan ringan dan restoran cepat saji yang salah satu bahan
bakunya kentang, meningkatkan permintaan produk kentang aman konsumsi.
d. Cara penyebaran: Penyakit nematode sista kentang disebabkan oleh Globodera
rostochiensis dan Globodera pallida, pathogen ini ditularkan melalui tanah yang telah
terinfeksi, pupuk kacang, dan ubi bibit yang telah terinfeksi.
e. Cara pengendalian:
1. Pengendalian dengan peraturan / kebijakan perlindungan tanaman
a. Membatasi ijin impor benih kentang dari negara tertular dalam jumlah kecil untuk tujuan
pengembangan varietas baru dengan ketentuan karantina yang ketat;
b. Impor hanya dibatasi untuk benih kentang yang dijamin sertifikasi kesehatannya
(Phytosanitary) dari negara asal benih dengan pernyataan bebas dari OPTK dan area asal
benih di tanaman bebas dari infestasi NSK dan bersih dari kontaminasi tanah dan bekas
tumbuhan lain, sebaiknya impor kentang tidak terjadi saat panen raya kentang;
c. Impor umbi kentang untuk konsumsi dari negara tertular harus dicuci, diberi perlakuan
benih (seed treatment) seperti perlakuan benih dengan 1% Sodium hypoclorite dan
pencucian dengan air panas dan pengeringan. Fumigasi atau perendaman umbi kentang
dengan Sodium hipoklorit atau larutan kloroks 0,5% selama 60 menit;
d. Pelarangan peredaran benih tanpa sertifikat bebas nematoda dari daerah terserang ke
daerah bebas terserang, Perlu diperketat pencegahan penyebaran NSK antar area sentra
produksi kentang dan sayuran lainnya melalui sertifikasi bibit kentang bebas NSK,
pencegahan penyebaran umbi kentang bibit maupun konsumsi dari area tertular ke area
penanaman kentang yang masih bebas NSK melalui tindakan karantina tumbuhan dan
mengikutsertakan peran masyarakat dan instansi terkait;
e. Keharusan perlakuan benih (fumigasi, perendaman desinfektan, dsb) dan kentang
konsumsi di daerah terserang. Fumigasi digunakan dalam industri kentang mekanik dimana
fumigan digunakan menggunakan mesin atau melalui irigasi;
f. Pelarangan membawa tanah, bahan tanaman dan media pembawa lain dari daerah
terserang ke daerah belum terserang;
g. Menerapkan ketentuan kawasan karantina (jika dari semua aspek biologi, dampak
ekonomi, risiko analisis mendukung untuk ketentuan tersebut);
h. Menerapkan ketentuan UU No 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan
UU No 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura dan peraturan pelaksanaannya sehubungan
dengan tindakan PHT untuk kesejahteraan petani.
2. Pengendalian NSK pada saat Pratanam (Preplanting)
a. Pemilihan calon lahan kentang yang bebas atau populasi awal NSK nya di bawah 31 sista
hidup per 100 gram tanah;
b. Sanitasi kebun : lahan calon kentang dicangkul sedalam tanah olah (30 cm), bongkahan
tanah dihancurkan, semua perakaran diangkat dan dibakar. Pekerjaan tersebut dilakukan 2
atau 3 kali dan tanah dibiarkan terkena sinar matahari. Selain itu sanitasi gulma harus
dilakukan sebersih mungkin terutama dari famili Solanaceae;
c. Pemilihan bibit bebas penyakit yang terbawa tanah (soil borne disease) dan berasal dari
pembibitan yang berasal dari NSK, menanam varietas / kultivar yang diketahui tahan /
toleran terhadap NSK seperti Hertha, Marion, Culpa, Elvira, Gitte, Vevi, Aula, Filli,
Granola, Miranda, Renema, Alexa, Cordia, Herold, Pirola dan Dextra;
d. Pengolahan tanah yang baik disertai dengan sanitasi kebun dari sumber – sumber
inokulum NSK. Pengolahan tanah dilakukan sehingga bongkah – bongkah tanah terpecah,
NSK terekspos keluar dari pori – pori tanah dan terkena sinar matahari;
e. Rotasi tanaman : menanam jenis tanaman yang tahan dan atau bukan inang NSK,
digilirkan dengan tanaman pokok, yaitu kentang, sehingga diharapkan jumlah populasi awal
NSK sangat rendah pada waktu kentang ditanam;
f. Penanaman varietas toleran, misalnya Marion, Culva, Elvira, Gitte, Vevi, Aula dan Villi
tahan terhadap NSK biotipe A dan B. Penelitian lain mencatat varietas Granola, Miranda,
Renema dan Alexa tahan terhadap NSK biotiope A. Selain itu varietas Herold, Pirola dan
Dextra tercatat tahan terhadap NSK biotipe A.
3. Pengendalian NSK pada saat Pertanaman
a. Pemupukan berimbang sesuai rekomendasi, yaitu :
- Pupuk organik yang sudah terdekomposisi sebanyak 30 ton per ha (20 – 30 ton)
- Pupuk Anorganik urea : 200 Kg per ha (200 -300 kg); ZA 400 kg per ha (300-400 kg);
TSP 250 Kg per ha (250 – 300 kg); KCL 300kg per ha (200 – 300 kg).
b. Pencabutan tanaman sakit (roguing)
Pencabutan tanaman sakit disertai dengan pembongkaran perakaran tanaman dan tanah
disekitar Rhizozfer kentang dan dilakukan pemusnahan.
c. Pengamatan (Monitoring)
Monitoring populasi yang sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan adalah
monitoring populasi awal (inisial) nematoda dalam tanah pratanam. Apabila populasi awal
NSK dalam tanah sudah mencapai ambang kendali (31 sista hidup per 100 gr tanah) maka
keputusan strategi pengendalian perlu direkomendasikan.
d. Pengendalian Hayati
Kemampuan musuh alami sebagai pengendali hayati terhadap nematoda masih sangat
terbatas. Beberapa cendawan diketahui mampu memarasit telur dan induk nematoda seperti
Verticillium chlamydosporum, Cylindrocarpon destructans dan Acremonium strictum.
e. Penggunaan nematisida selektif (karbofuran 3% dosis 150 – 200 kg /ha) yang diberikan
pada saat tanam Dalam aplikasi nematisida, perlu memerhatikan ambang kendali NSK (31
sista hidup / 100 gram tanah). Pengolahan tanah sebelum aplikasi nematisida mutlak
diperlukan, dengan cara :
- Tanah dibajak dan dicangkul sedalam tanah olah (top soil), bonngkah – bongkah tanah
dihancurkan, sisa tanaman dibongkar, diangkat dan dimusnahkan. Tanah harus diusahakan
segembur mungkin.
- Tanah dipersiapkan seperti persiapan tanam (pematangan pupuk organik, pembuatan
guludan)
f. Penggunaan tanaman perangkap (tomat dan terung) yang murah dan mudah didapat
(misalnya varietas Ace, Money Maker, Maestro dan Dona)

DAFTAR PUSTAKA

Suharjo, R. (2015). Sekilas Tentang Klasifikasi Dan Teknik Identifikasi Erwinia Chrysanthemi, E.
Carotovora Dan E. Ananas. ISBN: 978-602-74806-0-5 Lampung: Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.

Bintari, N. W. D., Kawuri, R. dan Proborini, M. W. (2015). Isolasi Dan Identifikasi Bakteri
Penyebab Busuk Lunak Pada Umbi Wortel (Daucus carota L.) Varietas Lokal Di Bali.
JURNAL METAMORFOSA II (1): 9-15 ISSN: 2302-5697

Wintermantel, 2014. Pengendalian Penyakit Pada Tanaman Tomat Dengan Penyambungan Batang

Bawah Tahan. Jurnal Bioindustri Vol. 2 (1). Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai