Anda di halaman 1dari 10

HOMECATATANLAIN-LAI

Penyakit Karat Daun Kopi (Hemileia vastratrix)

Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang cukup menjanjikan bagi Indonesia karena mempunyai
nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia. Tanaman kopi di Indonesia mempunyai lahan dengan luas pada
peringkat tiga setelah komoditas karet dan kelapa sawit. Luas areal tanaman kopi di Indonesia mencapai
1.266.235 ha dengan produksi nasional sebesar 682.590 ton pada tahun 2009 (Ditjenbun, 2009).

Kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada berbagai
daerah dengan berbagai ketinggian tempat. Untuk daerah dataran rendah sampai menengah dapat dibudidayakan
jenis kopi robusta sedangkan pada daerah dataran tinggi dibudidayakan jenis kopi arabika. Dalam budidayanya,
tanaman kopi memerlukan tanaman pelindung untuk mengurangi intensitas matahari yang sampai di kanopi daun,
karena tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik apabila dibudidayakan pada areal yang terbuka. Tanaman kopi
juga dapat digunakan sebagai tanaman sela diantara tanaman tahunan lainnya yang dapat difungsikan sebagai
tanaman pelindung seperti kayumanis, karet, kelapa, damar, belimbing, keluwak dan lain-lainnya dengan mengatur
jarak dan sistem tanam yang akan digunakan untuk menanam tanaman kopi.
Dalam pembudidayaannya, tidak ada pengendalian khusus terhadap hama dan penyakit tanaman kopi sehingga
kualitas kopi yang dihasilkan pada umumnya sangat bergantung pada kondisi alam dan iklim. Pada saat kondisi
alam bersahabat dan populasi hama dan penyakit rendah, produksi kopi petani berkualitas bagus. Sebaliknya
ketika iklim tidak mendukung serta serangan hama dan penyakit kopi meningkat maka kualitas kopi sangat
rendah.
Hama dan penyakit dalam budidaya tanaman kopi dapat menurunkan produksi sampai 40%, beberapa contoh
hama dan penyakit penting tersebut diantaranya adalah : penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), penyakit mati

ujung (Rhizoctonia sp), penyakit bercak coklat pada daun (Cercospora cafeicola), bubuk buah kopi (Stephanoderes
hampei), kutu putih (Pseudococcus citri), dan kutu hijau (Cocus viridis).
Penyakit karat daun menyerang tanaman kopi terutama dari jenis Arabika yang ditanam pada ketinggian di bawah
1.000 mdpl. Serangan ini menyebabkan daun-daun berguguran sehingga tanaman menjadi gundul, pucuk-pucuk
pada cabang mati dan akhirnya tanaman mati secara keseluruhan. Karena kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit
karat daun, maka diperlukan pengetahuan yang cukup dan pengendalian yang tepat terhadap penyakit ini agar
tidak merugikan hasil produksi tanaman kopi secara ekonomi.

Penyakit Tumbuhan
Penyakit Tumbuhan merupakan kerusakan yang disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia
tumbuhan seperti Tumbuhan Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur, bakteri, Mikoplasma dan Virus. Kerusakan ini dapat
terjadi baik di lapangan maupun setelah panen. Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut
biologi dan sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit
tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat juga dapat berkembang dengan
cepat dan menjadi epidemi yang berat. Penyakit tanaman ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur
(Suliyansyah, 2013).
Tumbuhan yang terkena penyakit akan menampakan tanda atau gejala yang merupakan reaksi tumbuhan inang,
misalnya bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna spora, bledeok, lendir dan sebagainya. Gejala tersebut dapat
dibedakan berdasarkan sifat dan bentuknya (Suliyansyah, 2013).
Berdasarkan sifatnya, gejala penyakit dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :
1. Gejala lokal yang dicirikan oleh perubahan struktur yang jelas dan terbatas. Biasanya dalam bentuk bercak atau
kanker.gejalanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari tanaman (pada daun, buah, akar)
2. Gejala sistemik yang dicirikan dengan kondisi serangan penyakit yang lebih luas, bisanya tidak jelas batas
batasnya. Contohnya adalah serangan oleh virus mosaic, belang maupun layu.gejalanya terdapat di seluruh tubuh
tanaman (layu, kerdil).
Berdasarkan bentuknya, gejala penyakit tumbuhan dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :
1. Gejala Morfologi: gejala luar yang dapat dilihat dan dapat diketahui melalui bau diketahui melalui bau, rasa dan
raba; dapat ditunjukkan oleh dapat ditunjukkan oleh seluruh tumbuhan atau tiap organ dari dari tumbuhan.
2. Gejala Histologi: gejala yang hanya gejala yang hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan pemeriksaan
mikroskopis dari jaringan yang sakit jaringan yang sakit.
Gejala histologi dapat dibedakan menjadi 3 tipe gejala, yaitu:
a. Nekrosis, terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel.
b. Hipoplasia, disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel.
c. Hiperplasia, disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment).
Daur Besar Penyakit Tumbuhan
Penyakit tumbuhan dapat berkembang dengan cepat dan menjadi epidemi yang sangat berat, karena timbul ras
atau strain patogen baru yang virulen. Bahakan dapat ditimbulkan karena adanya kultivar rentan yang ditanam

secara luas. Epidemi dapat disebabkan oleh faktor-faktor, yaitu berkurangnya populasi tumbuhan yang rentan,
terjadinya populasi tumbuhan yang tahan, adanya usaha pengendalian penyakitp, dan pengendalian alamiah.
Terjadinya epidemi sesuai dengan segitiga penyakit yang disebabkan oleh tiga faktor, yaitu :
1. Faktor patogen
Terutama terjadi karena jamur yang memiliki spora sangat ringan dan mudah dipencarkan oleh angin pada jarak
yang cukup jauh. Meskipun secara terbatas epidemi dapat disebabkan oleh patogen yang disebarkan oleh serangga
yang aktif berpindah.
2. Faktor tumbuhan
Epidemi hanya terjadi jika terdapat tumbuhan rentan yang ditanam secara luas, lebih-lebih jika secara monokultur.
Ini dapat disebabkan karena perubahan cara bertanam (agronomi) atau karena dikembangkannya kultivar baru
dengan ketahanan vertikal sebagai hasil pemuliaan tanaman. Kultivar baru dengan ketahanan vertikal (monogenik)
sering mempunyai derajat ketahanan yang tinggi. Kultivar tahan ini akan mudah diterima oleh para petani,
sehingga menjadi hamparan yang luas.
3. Faktor cuaca
Kenaikkan kelembabab yang tinggi akan meningkatkan intensitas penyakit tumbuhan, seperti cacar teh masuk di
Indonesia pada tahun 1949, setiap terjadi kenaikan kelembaban kebun dalam jangka waktu yang cukup panjang,
penyakit cacar akan berkembang epidemik, khususnya. Di belakang diuraikan bahwa epidemi cacar teh
dipengaruhi oleh kelembaban dan sinar matahari.
Basidiomycetes
Patogen tumbuhan adalah organisme yang dapat menyebabkan tumbuhan "sakit dan menderita". Sakit dan
menderita diartikan sebagai adanya perubahan fisiologis dan struktural dari suatu tumbuhan. Disebabkan oleh
jamur salah satunya adalah Basidyomicetes (Hasna, 2012). Kebanyakan Basidiomycetes adalah saprobe dan
parasit pada tumbuhan dan serangga. Beberapa jenis Basidiomycetes enak dimakan dan aman, namun banyak
ditemukan jenis yang menghasilkan racun mikotoksin yang dapat menyebabkan kematian jika termakan.
Basidiomycetes jarang melakukan reproduksi aseksual, reproduksi seksualnya membentuk basidiospora yang
terbentuk di luar basidium. Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang tumbuh
menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa tersebut kemudian tumbuh membentuk miselium.
Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan pada masing- masing ujungnya dan melebur diikuti
dengan larutnya masingmasing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang lainnya,
sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut akhirnya tumbuh menjadi miselium
dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah (basidiokarp). Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada
bagian bawahnya terdapat basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masing-masing basidium memiliki 2
inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila
mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut
juga spora seksual. Begitu seterusnya membentuk siklus hidup Basidiomycotina.
Setiap basidium mengandung 2 atau 4 basidiospora, masing-masing berinti satu dan haploid. Seluruh basidiospora
berkumpul membentuk tubuh buah yang disebut basidiokarp. Basidiokarp sering membentuk struktur seperti
batang yang disebut stalk dan seperti payung yang disebut tudung. Hifanya bersepta dengan sel-sel berinti satu
dan berkelompok padat membentuk semacam jaringan. Miselium pada Basidiomycetes dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu

a. Miselium primer, dihasilkan dari spora yang baru tumbuh. Mula-mula miselium ini berinti banyak, kemudian
terbentuk septa yang mengandung satu inti dan haploid.
b. Miselium sekunder, dihasilkan dari plasmogami atau persatuan dua hifa yang bersesuaian. Miselium ini berinti
dua yang masing-masing haploid.
c. Miselium tersier, terdiri atas miselium sekunder yang telah bersatu membentuk semacam jaringan, misalnya
membentuk basidiokarp dan basidiofor.
Sejarah Penyakit
Penyakit karat daun yang disebabkan oleh patogen Hemileia vastatrix. Penyakit ini merupakan penyakit utama
pada tanaman kopi Arabika. Penyakit karat daun pada Kopi pertama kali di temukan di Brazil pada tahun 1970.
Pada tahun 1882 Ward menemukan penyebaran penyakit ini di kawasan Srilangka, Asia selatan, Asia Tenggara,
dan Afrika. Penyakit ini pernah menghancurkan semua tanaman kopi se-Asia Selatan pada rentang waktu tahun
1880 sampai 1890. Penyebab cepatnya penyebaran penyakit adalah karena sistem tanam yang masih monokultur.
Karat kopi menghancurkan semua pohon kopi di Srilangka karena semua pohon-pohon seragam yang berasal dari
kopi Arabica yang rentan (Agrios, 1995). Pada tahun 1876 penyakit ini mulai dikenal di Indonesia khususnya
daerah Jawa dan Sumatra. Pada tahun 1885 perkembangan perkebunan kopi di Indonesia berhenti akibat penyakit
ini. Antara tahun 1986 dan 1990 produksi kopi merosot menjadi 25% dari semula (Sri-Sukamto, 1998).
Pada tahun 1970-an, penyakit karat daun merusak pertanaman kopi arabika di Amerika dan menurunkan produksi
80% (Kushalappa 1989). Pada tahun 1980, penyakit ini merusak perkebunan kopi di Sri Lanka dengan kehilangan
hasil lebih dari 50% (Brown et al 1995). Di Uganda, diperkirakan penyakit ini menyebabkan kehilangan hasil 30%,
sedangkan di Brasil menurunkan hasil 30% bila tindakan pengendalian tidak dilakukan (Eskes 1989). Kehilangan
hasil akibat penyakit ini juga terjadi di India sebesar 70% (Sreenivasan 1989), di Kolumbia 15-25% (Castillo-Z
1989), dan di Papua New Guinea sampai 70% (Brown et al. 1995). Di Indonesia, penyakit ini mulai mengganas
pada tahun 1880-an dan merusak sebagian besar perkebunan kopi arabika. Meskipun telah dilakukan rehabilitasi
kopi arabika dengan robusta, penyakit ini masih menjadi masa48 Moh. Cholil Mahfud lah di seluruh wilayah
penghasil kopi di Indonesia dan menurunkan produksi 20- 70% (Puslit Koka 1998a). Berdasarkan data tersebut,
kehilangan hasil kopi dunia oleh penyakit ini diperkirakan US$1-2 miliar/ tahun (Kushalappa 1989).
Faktor Penyebaran
Secara spesifik, perkembangan penyakit karat daun kopi dipengaruhi oleh patogen Hemileia vastatrix, kondisi
tanaman kopi, dan lingkungan kebun. Di daerah tropis, H. vastatrix bertahan sebagai uredospora (spora jamur
karat), uredium (badan buah penghasil uredospora), dan miselium (kumpulan hifa jamur karat) pada daun sakit
untuk melanjutkan infeksi pada tanaman. Dari beberapa struktur jamur tersebut, uredospora paling berperan
dalam perkembangan penyakit karat daun. Uredospora jamur Hemileia vastatrix berwarna oranye, panjang 25-35
m dan lebar 12-28 m, berbentuk seperti ginjal dan berduri pada bagian yang cembung (Kushalappa 1989).
Faktor lingkungan yang memengaruhi perkembangan penyakit antara lain adalah suhu, kelembapan udara, curah
hujan, dan sinar matahari (McCartney 1994; Brown et al. 1995). Suhu di atas 15oC di sekitar tanaman kopi
menghambat perkembangan penyakit (Brown et al. 1995). Hujan berperan dalam meningkatkan kelembapan
sehingga cocok bagi perkecambahan uredospora dan penyebaran jamur H. vastatrix. Sinar matahari langsung ke
permukaan daun menghambat proses perkecambahan uredospora dan memperpanjang periode inkubasi penyakit
karat daun (McCartney 1994). Tingkat kerusakan tanaman kopi pada perkebunan rakyat di Indonesia yang
mencapai 58% mengindikasikan lingkungan pertanaman kopi mendukung perkembangan penyakit karat daun
(Rosmahani et al. 2003).

Penyebaran uredospora dari pohon ke pohon dapat terjadi karena sentuhan dan bantuan percikan air yang
menyebabkan uredospora sampai pada sisi bawah permukaan daun. Oleh karena itu habitat Hemileia vastratrix
dapat berada di terrestrial (darat) dan akuatik (air). Infeksi cendawan terjadi lewat mulut-mulut daun (stomata)
yang terdapat pada sisi permukaan bawah daun. Dalam proses infeksinya uredospora mula-mula membentuk
buluh kecambah, kemudian membentuk apresorium di depan mulut stomata daun. Selanjutnya jamur mengadakan
penetrasi kedalam jaringan jamur. Selain melaui bantuan air, beberapa agensia lain yang berpotensi membantu
menyebarkan uredospora Hemileia vastratrix adalah angin, vektor spesies trips tertentu, burung dan manusia
(Sukamto 1998).
Gejala Penyakit

Gejala penyakit karat daun kopi (Hemileia vastatrix) jarang tampak pada buah dan batang sehingga hanya terbatas
pada daun. Secara khas penyakit ini dikenal seperti luka berwarna kuning yang ditutupi bedak atau noda yang
tampak pada permukaan bagian bawah daun. Pada luka yang masih muda tampak noda kuning pucat dengan
sporulasi yang jelas. Noda dapat beubah-ubah ukuran dan dapat bersatu selama perkembangannya. Sporulasi
terjadi mulai dari stomata dan luka ditandai oleh kulit luar yang pecah dan setelah pecah karat tidak tampak, luka
tersebut tidak dikenal sebagai jerawat (Ferreira dan Boley, 2004). Akibat kerusakan ini daun akan mengering dan
gugur sehingga mengakibatkan tanaman menjadi gundul, Hal ini memperlemah tanaman sehingga terjadi
pembentukan buah secara berlebihan yang disebut Overbearing kemudian tanaman kehabisan pati di dalam akar
dan ranting-ranting, akibatnya akar dan ranting mati bahkan pohon dapat mati (Semangun, 1996).
Pada kopi robusta, penyakit ini tidak menjadi masalah, sedangkan pada kopi arabika penyakit ini masih menjadi
masalah utama. Berikut adalah gambar-gambar gejala karat daun kopi.

Bioekologi Patogen
a. arti bioekologi
Secara etimologi Bioekologi terdiri dari dua kata yaitu biologi dan ekologi. Biologi adalah ilmu mengenai kehidupan.
Istilah ini diambil dari bahasa Belanda biologie, yang juga diturunkan dari gabungan kata bahasa Yunani, bios
(hidup) dan logos (lambang, ilmu). Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos yang
artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Bioekologi adalah
ilmu mengenai kehidupan yang mempelajari interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup
dan lingkungannya.
b. klasifikasi cendawan
Divisi : Eumycetes
Subdivisi : Basidiomycetes
Kelas : Hemibasidiomycetes
Ordo : Uredinales
Genus : Hemileia
Species : Hemileia vastatrix
c. siklus hidup patogen
Cendawan merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotroph dan memiliki tipe sel
eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa
dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara
vegetatif ada pula dengan cara generatif.
Jamur yang hifanya bersekat dan mengadakan pembiakan sexual dengan membentuk basidium yang menghasilkan
basidiospora. Basidiospora yang tubuh buahnya dibentuk di bawah epidermis dan bila spora masak menekan
epidermis hingga pecah, salah satu anggotanya adalah Hemileia vastratrix penyebab penyakit karat daun kopi
terutama di tempat-tempat yang sangat lembab
Hemileia vastratrix termasuk dalam cendawan filum Basidomycetes. Basidimycotina mempunyai bentuk uniseluler
dan multiseluler dan dapat bereproduksi secara generatif dan vegetatif. Cara perkembangbiakan generatifnya
dengan menggunakan spora seksual, yang disebut basidiopora atau sporofida. Basidioporan dihasilkan secara
eksternal pada struktur satu atau empat sel penghasil basidiopora yang di sebut basidium.

H. vastatrix mempunyai siklus hidup yang sederhana. Jika uredospora sampai pada daun yang peka, misalnya daun
muda, uredospora berkecambah dan secara cepat menginfeksi daun melalui stomata pada permukaan daun bagian
bawah. Dalam tempo 10-20 hari, pada permukaan daun bagian bawah terbentuk uredospora baru oleh uredium
yang keluar lewat stomata. Tiap uredium menghasilkan + 70.000 uredospora dalam 3-5 bulan sebagai sumber
penular penyakit yang sangat potensial. Karena kopi merupakan tanaman tahunan, pembentukan daun
berlangsung sepanjang tahun sehingga memungkinkan jamur tersebut hidup dan terus berkembang setiap saat
(Sukamto 1998).
Jenis kopi, umur tanaman, dan kerapatan daun memengaruhi perkembangan penyakit karat daun. Tanaman kopi
jenis arabika lebih peka terhadap penyakit karat daun dibanding jenis robusta (Hulupi 1998; Sri-Sukamto 1998).
Daun muda lebih peka terhadap penyakit karat daun dibanding daun yang lebih tua. Jika posisi daun tidak rapat,
uredospora jamur H. vastatrix yang sampai ke tanaman kopi akan banyak yang jatuh ke tanah. Sebaliknya, jika
posisi daun rapat, permukaan tanaman menjadi luas yang memungkinkan semua uredospora yang sampai ke
tanaman kopi menempel pada daun sehingga tersedia banyak sumber penyakit (Partridge 1997). Daun yang saling
bersentuhan akan memudahkan perkembangan penyakit, di samping meningkatkan kelembapan lingkungan yang
memacu infeksi dan perkembangan cendawan Hemileia. vastatrix.
Kerugian akibat penyakit
Adanya penyakit pada tanaman kopi dapat menimbulkan kerusakan serta kematian pada tanaman. Hal ini akan
berdampak pada penurunan hasil produksi, adanya penurunan hasil produksi ini akan menimbulkan kerugian.
Kerugian yang terjadi dapat berupa kerugian lansung dan tidak langsung.
Kerugian langsung adalah kerugian yang dialami oleh petani akibat adanya serangan penyakit tersebut. Kerugian
langsung yang terjadi misalnya berkurangnya kuantitas hasil pertanian dan berkurangnya kualitas hasil pertanian,
peningkatan biaya produksi, dan berkurangnya kemampuan usaha tani. Penyakit karat daun kopi yang menyerang
bagian daun dapat menghambat proses fotosintesis tanaman kopi sehingga hal ini akan berpengaruh pada hasil
produksi biji kopi yang dihasilkan secara signifikan. Dengan adanya penyakit, maka diperlukan penanganan. Jelas
hal ini menimbulkan kerugian besar bagi petani untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan penyakit
Kerugian tidak langsung merupakan kerugian yang diderita oleh masyaraka. Kerugian tidak langsung dapat berupa
harga produk komoditas kopi yang lebih mahal, lesunya sektor pendukung usahatani kopi (perbankan,
transportasi, industri, pedagang, eksportir, dan lain-lain), dan menurunnya kualitas lingkungan secara keseluruhan

Pengendalian Penyakit
Pengendalian penyakit karat daun pada tanaman kopi terbagi menjadi empat cara yaitu pengendalian secara fisik,
mekanis, kultur teknis, biologis dan kimia. Pengendalian penyakit tanaman kopi secara mekanis dengan
memperkuat kebugaran tanaman melalui pemupukan berimbang, pemangkasan cabang negatif, dan pengaturan
naungan untuk mengurangi kelembaban kebun dan memberikan sinar matahari yang cukup pada tanaman. Selain
itu, menurut Balit Karet Sembawa (1996) pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan pengolahan tanah
dan penebasan yang dapat mengurangi persaingan alang-alang dengan tanaman pokok. Hal ini hanya bersifat
sementara dan harus sering diulangi minimum sebulan sekali.
Pengendalian secara kultur teknis melaui pengaturan naungan melalui pemangkasan yang dilaksanakan sesuai
musim. Pada saat musim kemarau tidak dilakukan pemangkasan, dan menjelang musim hujan dilakukan
pemangkasan, hal ini secara tidak langsung akan mengurangi sumber inokulum penyebab penyakit. Pemupukan
berimbang yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan mengurangi intensitas serangan. Selain itu pengendalian
kultur teknis dapat dilakukan dengan penggunaan tanaman penutup tanah leguminosa (PTL). Jenis-jenis PTL yang
sesuai meliputi Centrosema pubescens, Pueraria javanica, P. triloba, C. mucunoides, Mucuna spp. dan Stylosanthes
guyanensis.
Pengendalian secara biologis dapat dilakukan dengan cara menanam jenis-jenis kopi Arabica tahan penyakit. Di
Indonesia ada beberapa jenis kopi yang tahan penyakit misalnya varietas Lini S yaitu S 795 dan jenis USDA yaitu
USDA 230762 dan Karika (Mawardi,et al 1985). Namun jenis-jenis kopi ini terutama Kartika dilaporkan ketahannya
sudah turun sehingga sehingga perkebunan lebih tertarik mengendalikan penyakit ini dengan fungisida. Fungisida
yang banyak digunakan adalah senyawa tembaga (Copper sandoz, Cupravit, Cobox atau Vitigran blue) atau
fungisida sistemik seperti trademefon (Bayleton 250 EC).
Pengendalian secara kimia sebaiknya hanya dilakukan setelah serangan karat daun mencapai ambang toleransi
20% dari daun kopi yang terserang. Aplikasi dilakukan dengan penggunaan fungisida kontak atau sistemik.
Pemakaian fungisida sistemik disarankan tidak lebih dari dua kali setahun. Sedangkan fungisida kontak dapat
digunakan dengan interval 2-3 minggu. Sampai sekarang fungisida kontak yang berbahan aktif tembaga masih
cukup efektif dibandingkan dengan fungisida sistemik dengan bahan aktif Triademefon.
Pencegahan penyakit karat daun dapat dilakukan dengan tidak menanam kopi Arabika di bawah ketinggian 750 m
dpl dan penggunaan varietas resisten. Varietas yang dianjurkan untuk kopi Arabika adalah Lini S (S 795 dan 1934),
USDA (230762 dan 230731), dan BP 453A (CIFC 519-3).

KESIMPULAN

Penyakit karat daun adalah salah satu penyakit yang sering menyerang tanaman kopi, disebebkan oleh cendawan
Hemileia vastatrix. Cendawan Hemileia vastatrix merupakan parasit obligat tanpa host lain yang berkembang biak
menggunakan spora ringan sehingga sangat mudah terbawa oleh angin. Serangan umumnya terjadi pada bagian
bawah permukaan daun. Diawali dengan gejala luka berwarna kuning yang ditutupi bedak atau noda yang tampak
pada permukaan bagian bawah daun. Pada luka yang masih muda tampak noda kuning pucat dengan sporulasi
yang jelas sehingga daun akan mengering dan gugur yang akhirnya mengakibatkan tanaman menjadi gundul Hal
ini berdampak pada penurunnya produksi biji kopi yang menyebabkan kerugian secara ekonomi pada petani.
Sebagai solusinya, penyakit ini dapat dikendalikan dengan cara penggunaan varietas unggul, penggunaan pestisida
nabati, penggunaan fungisida, dan memusnahkan bagian yang sudah terserang.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios N. George. 1995. Ilmu Penyakit Tanaman . Terjemahan dari Plant Pathology. Ir. Munzir Busnia. Gajah Mada
University Press : Yogyakarta
Hasna

Qolamul.

2012.

Penggolongan

Penyakit

Tumbuhan.

[terhubung

berkala]

http://planthospital.

blogspot.com /archieve/2012/01/penggolongan-penyakit-tumbuhan-dan.html (Diakses tanggal 18 Desember 2013)


Mahfud, M.C., E. Korlina, A. Budijono, M, Soleh dan A. Surjadi. 1998. Uji Aplikasi Komponen PHT untuk
mengendalikan penyakit karat daun. Laporan pengkajian Bagian Proyek Penelitian Tanaman Perkebunan. Bogor. 16.
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar swadaya : Jakarta
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press : Yogyakarta
Suliyansyah.

2013.

Gejala

Akibat

Penyakit

pada

Tanaman.

[terhubung

berkala]

http://sule-

gratis.blogspot.com/2013/01/penyakit-tanaman-gejala-tanda-dan.html (Diakses tanggal 13 Desember 2013)


Sukamto. S. 1998. Pengelolaan Penyakit Tanaman kopi. Kumpulan Materi Pelatihan Pengelolaan Organisme
Pengganggu Tanaman Kopi. PUSLIT KOKA. 1998.

Anda mungkin juga menyukai