MATERI 1 PENDAHULUAN
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan praktikum.
2. Mahasiswa yang berhalangan hadir dengan alasan yang dapat diterima boleh mengganti jadwal praktikum
pada pertemuan kelas lainnya atas persetujuan asisten kelas (memo tertulis).
3. Bobot nilai praktikum:
a. Absensi 100%
b. Tugas 30%
c. Keaktifan 10%
d. Kuis 30%
e. UAP 30%
3. Keterlambatan maksimal 10 menit. Lebih dari itu tidak diizinkan untuk mengikuti kegiatan dan mengganti di
jadwal kelas lainnya.
Thrips parvispinus
Ordo: Thysanoptera
Tipe mulut:
Meraut-menghisap
1.1. Pendahuluan
A. Pengertian Hama
1. “Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang menyerang
tanaman budidaya dan dapat menurunkann produksi baik secara
kuantitas maupun kualitas sehingga secara ekonomis merugikan”.
2. “Hama adalah hewan yang merugikan yang mengganggu dan atau merusak
tanaman baik secara ekonomis atau estetik”
3. “A pest is an organism living and growing where they are not wanted and can
cause damage to plants, humans, structures, and other creatures, including
crops that are grown for food”.
Translate : Hama adalah organisme yang hidup dan tumbuh di tempat yang
tidak diinginkan dan dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman, manusia,
struktur, dan makhluk lainnya, termasuk tanaman yang ditanam untuk
makanan.
4. “Pest refers to any animal or plant causing harm or damage to people or their
animals, crops, or possessions, even if it only causes annoyance”
Translate : Hama mengacu pada hewan atau tumbuhan apa pun yang
menyebabkan kerugian atau kerusakan pada manusia atau hewan, tanaman,
atau harta benda, bahkan jika itu hanya menyebabkan gangguan.
B. Pengertian Gejala
1. “Gejala adalah perubahan morfologis maupun fisiologis yang ditunjukkan
oleh tanaman inang akibat adanya serangan hama dan penyakit
(OPT/Organisme Pengganggu Tanaman).
C. Pengertian Tanda
Berbeda dengan gejala, tanda adalah pengenal yang ditinggalkan di tanaman
inang oleh OPT ketika menyerang tanaman. Pada hama, tanda yang ditinggalkan
pada umumnya adalah serbuk bekas gerekan dan kotoran.
A. Orthoptera (Belalang)
Belalang dan kerabatnya termasuk ordo Orthoptera. Jenis-jenisnya mudah
dikenal karena memiliki bentuk yang khusus misalnya belalang, jangkrik, dan
katydid. Berdasarkan peranannya di alam, jenis-jenis dari ordo Orthoptera
berperan sebagai herbivora, omnivora, predator, dan pemakan bangkai
(scavenger). Orthoptera yang berperan sebagai herbivora lebih dominan daripada
kelompok lainnya. Orthoptera herbivora terdiri dari famili Acrididae, Tetrigidae,
Tettigoniidae, Gryllotalpidae, dan Gryllidae.
Ciri Khusus
1. Dua Pasang sayap. Sayap depan memanjang, terdapat rangka-rangka
sayap dan menebal (Tegmina). Sayap belakang lebih pendek dan lebih
tipis
2. Sepasang kaki/tungkai belakang lebih panjang dan berfungsi untuk
melompat
3. Tipe mulut menggigit mengunyah
B. Hemiptera
Ordo hemiptera sering juga oleh masyarakat disebut dengan kepik dan
kutu-kutuan. Hemiptera berasal dari bahasa Yunani yakni Hemi berarti "setengah"
dan pteron artinya "sayap". Sebagian besar anggotanya bertindak sebagai
herbivor (baik nimfa maupun imago), tetapi beberapa spesies juga beperan
sebagai predator. Ordo Hemiptera dibagi menjadi dua subordo yaitu Heteroptera
dan Homoptera.
Ciri Khusus
Homoptera: Dua pasang sayap. Sayap depan dan belakang berstruktur sama
menyerupai selaput/membrane. Sayap membentuk menyerupai atap rumah di atas
abdomen ketika beristirahat. Beberapa tidak bersayap (e.g. Kutu daun, kutu sisik)
(b)
(a)
Gambar 5. Morfologi Hemiptera, subordo (a) Heteroptera, (b) Homoptera
C. Coleoptera
Ordo Coleoptera seringkali dijuluki kumbang. Serangga dari ordo
Coleopterata banyak yang berperan sebagai hama tanaman, namun ada juga yang
berperan sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Beberapa famili
kumbang yang anggotanya ada yang berperan sebagai hama adalah Scarabaeidae,
Curculionidae, Coccinelidae, dan Chrysomelidae.
Ciri Khusus
1. Dua pasang sayap. Sepasang sayap depan mengeras (elytra). Sepasang
sayap belakang lebih tipis dan transparan. Jika sedang istirahat,
sayap belakang akan melipat dibawah sayap depan.
2. Tipe mulut menggigit mengunyah
Gambar 11. Contoh-contoh Hama Lepidoptera (a) Ulat grayak (Spodoptera exigua), (b)
Ulat tanah (Agrotis ipsilon), dan (c) Ulat daun kubis (Plutella xyllostella).
Ordo Diptera seringkali disebut dengan Lalat dan Nyamuk. Asal kata Diptera
yaitu dari kata Di yang berarti “dua” dan pteron yang berarti “sayap”.
Ciri Khusus
Imago:
1. Hanya terdapat sepasang sayap. Sayap belakang berubah menjadi
halter
2. Tipe mulut menusuk mengisap (Nyamuk), menjilat mengisap (Lalat)
Larva/Belatung (Khusus Lalat)
1. Tidak ada kaki
2. Tipe mulut menggigit mengunyah
Contoh dari ordo Diptera yang berpotensi menjadi hama adalah lalat pengorok
daun (Liriomyza huidobrensis), lalat buah (Bactrocera sp.), hama ganjur (Orseolia
oryzae) yang menyerang tanaman padi, dan lainnya. Gejala yang ditimbulkan
adalah adanya perubahan bentuk, pembusukan, atau terhambatnya tanaman
(menjadi kerdil).
(a) (b) ©
Gambar 12. Contoh Hama Diptera (a) lalat pengorok daun (Liriomyza huidobrensis),
(b) lalat buah (Bactrocera sp.), dan hama ganjur (Orseolia oryzae).
Ciri Khusus
Serangga ini berpotensi sebagai hama pada fase nimfa maupun dewasa yang
kemudian akan menyerang tanaman bagian bunga, daun, ranting, dan tunas.
Gejala yang ditimbulkan akibat serangan hama ini berupa pada daun akan terdapat
putih seperti perak kemudian bercak tadi akan berubah warna menjadi kecoklatan
dan bintik hitam, dalam beberapa hari daun akan menjadi keriting dan rontok.
Selain dapat berpotensi sebagai hama, trips juga berpotensi sebagai vektor
penyakit. Contoh serangga yang termasuk kedalam ordo ini adalah Trips pada
tanaman mangga (Thrips aspinus), Trips pada tanaman cabai (Thrips parvispinus),
Trips pada tanaman jeruk (Thrips javanicus), dll.
Format Laporan M2
1. Pendahuluan
2. Tinjauan Pustaka
a. Definisi Gejala Serangan Hama
b. Jelaskan Macam-macam gejala serangan hama
c. Jelaskan tipe-tipe mulut hama
3. Pembahasan
a. Klasifikasi (Mencari literatur ordo dan famili setiap spesimen)
b. Morfologi (Menjelaskan ciri khusus masing-masing spesimen)
c. Gejala (Menjelaskan gejala serangan masing-masing spesimen hama)
4. Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
5. Daftar Pustaka
6. Lampiran Gambar
Pendahuluan
Tumbuhan sakit diakibatkan oleh infeksi OPT salah satunya yaitu patogen yang
menunjukkan gejala yang khusus. Beberapa macam penyakit tanaman menunjukkan gejala
yang sama, sehingga harus memperhatikan gejala saja sulit untuk mendiagnosis dengan pasti.
Untuk itu selain memperhatikan gejala kita harus memperhatikan tanda (sign) dari penyakit
tanaman.
Tujuan Praktikum
▪ Memahami tanda dan gejala kerusakan yang oleh patogen tanaman
▪ Mengetahui contoh organisme penyebab khususnya yang tergabung dalam kelompok
patogen
Gejala
Gejala (symptom) adalah perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan
tersebut, sebagai akibat adanya penyebab penyakit. Seringkali suatu penyakit tertentu tidak
hanya menimbulkan satu gejala, tetapi beberapa gejala yang sering disebut dengan sindrom
(syndrom). Gejala secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe pokok, yaitu:
1. Gejala-gejala nekrotik
Gejala-gejala nekrotik terjadi karena adanya degenerasi protoplas yang diikuti
matinya sel, jaringan, organ, dan tanaman. Gejala-gejala nekrotik ini dibagi lagi kedalam dua
gejala secara spesifik yaitu plesionekrosis (hampir mati) dan holonekrosis (keseluruhannya
mati). Gejala yang masuk dalam plesionekrosis adalah penguningan (yellowing), layu, dan
hidrosis. Gejala yang masuk dalam holonekrosis yaitu busuk, bercak, mati pucuk, dst.
Gambar 1. Nekrotik pada daun melon akibat virus Melon Necrotic Spot Virus
2. Gejala hipoplastik
Gejala hipoplastik terjadi karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel
(underdevelopment) sehingga ukurannya menjadi lebih kecil atau warnanya menjadi lebih
pucat. Gejala-gejala spesifik yang tergabung dalam kelompok hipoplastik adalah kerdil
(atropi), perubahan simetri, klorosis, etiolasi dan pemasaran (rosetting)
Gambar 2. Kerdil pada padi akibat Rice Ragged Stunt Virus (RRSV), Rice Tungro
Virus (RTV), Rice Grassy Stunt (RGSV)
3. Gejala-gejala hiperplastik
Gejala-gejala hiperplastik disebabkan karena pertumbuhan sel yang berlebihan
(overdevelopment) baik dalam ukuran, pembelahan, maupun dalam warna pada tingkat sel,
jaringan, organ maupun pada keseluruhan tumbuhan. Gejala-gejala hiperplastik yaitu sapu
setan (witches broom), prolepsis, nyali (gall, cecidium), intumescencia, erionosis,
menggulung atau mengeriting, fasiasi, pembentukan alat yang luar biasa (antholysis), kudis,
rontoknya alat-alat dan perubahan warna (selain klorosis).
Gambar 7. Gejala puru akar akibat Meloidogyne pada kentang dan akar tomat
Siklus hidup nematoda puru akar dimulai dari telur. Larva tahap kesatu berada dalam telur
dan terus berkembang, selanjutnya keluar dari dalam telur dan menjadi larva tahap kedua.
Larva tahap kedua masuk dalam jaringan akar dan mengambil posisi pada bagian ujung
akar, kemudian menetap dalam akar. Ukurannya terus bertambah dan setelah ganti kulit
kedua kali menjadi larva tahap keempat.
5. Protozoa Plasmodiophora brassicae (Akar Gada)
Protozoa merupakan organisme mirip fungi yang tergolong ke dalam jamur tingkat
rendah. Protozoa memiliki ciri-ciri diantaranya uniseluler (bersel satu), kolonial, dan
fagotropik (makan dengan cara menelan makanannya). Contoh penyakitnya yaitu akar
gada pada kubis
Gejala akar gada yaitu daun tiba-tiba berubah menjadi pucat dan layu pada siang hari
padahal tidak kekurangan air dan segar kembali pada sore hari atau saat suhu turun. Saat
akar dicabut, tampak akar membesar pada pangkal batang. Pada serangan berat jaringan
akar membesar seperti gada serta daun layu dan menguning. Patogen penyakit ini
berkembang karena kondisi tanah masam, intensitas cahaya sedang-tinggi, kelembapan
tinggi, dan suhu optimum untuk perkembangan.
Metode
a. Alat dan Bahan
▪ Bagian tanaman yang terinfeksi patogen
▪ Alat gambar
▪ Mikroskop cahaya
▪ Selotip bening (tape)
▪ Gelas objek (object glass) dan cover glass
▪ Aquades steril
b. Prosedur Kerja
Amati gejala kerusakan dan tanda yang anda temukan. Gambar dan deskripsikan secara
jelas pada lembar kerja.
● Pengamatan gejala penyakit: amati bagian tanaman yang dijumpai terdapat gejala
kerusakan serta kemungkinan adanya tanda untuk penyakit infeksius. Gambar secara jelas
gejala yang ditemukan.
● Pengamatan tanda penyakit : ambil selotip transparan dan tempelkan pada bagian tanaman
yang menunjukkan tanda (miselium atau yang lain). Tarik selotip dan rekatkan dengan
posisi miring pada gelas objek yang telah ditetesi sedikit aquades steril. Amati dibawah
mikroskop cahaya. Atur perbesaran yang sesuai untuk mendapatkan gambar yang jelas.
Gambar secara detail struktur miselium yang anda lihat di bawah mikroskop.
- Selamat Mengerjakan -
Ketentuan Tiket Masuk
1. Membawa spesimen dan kertas HVS A4 per praktikan
2. Jika lengkap, maka bisa memulai praktikum
3. Jika membawa minimal 3 spesimen, asisten mengambil spesimen yang sudah
disiapkan dari tim asisten
4. Jika tidak membawa sama sekali, praktikan diberi waktu untuk meminjam spesimen
selama 10 menit
5. Jika mendapatkan pinjaman minimal 3 maka asisten mengambil spesimen yang sudah
disiapkan oleh tim asisten
6. Jika gagal mendapatkan minimal 3 spesimen, resume jurnal internasional mengenai
satu ordo hama. Jurnal tidak boleh sama dan dikumpulkan maks. H+1
7. Untuk melanjutkan praktikum dimana praktikan gagal membawa spesimen, asisten
mengambil spesimen yang sudah disiapkan
Langkah-langkah praktikum
1. Asisten menjelaskan materi max 30 menit
2. Sisa waktu untuk pengamatan
3. Setiap kelompok dibagi menjadi 4 kelompok kecil
4. 4 spesimen dibagikan @1 spesimen per kelompok kecil
5. Praktikan mengamati gejala masing-masing spesimen secara bergantian di bawah
mikroskop
6. Praktikan menggambar spesimen serta memberi keterangan mengenai gejala secara
makroskopik dan kenampakan mikroskopis patogen di bawah mikroskop (1 gambar
spesimen per lembar HVS)
7. Hasil gambar dikumpulkan ke asisten
8. Lembar hasil gambar diparaf dan dikembalikan ke praktikan
9. Lembar gambar digunakan sebagai lampiran laporan materi 3
Lembar Kerja Praktikum
Nama penyakit:
Nama patogen:
Makroskopik (Gejala) Mikroskopik (Patogen)
Keterangan : Keterangan :
Tiket Masuk Praktikum DPT M-3:
Setiap kelas membawa spesimen gejala penyakit (pilih salah satu penyakit per patogen, jadi
total ada 5 spesimen):
1. Jamur:
- Karat daun jagung/kedelai (Puccinia sorghi/Phakopsora pachyrhizi)
- Hawar daun jagung (Helminthosporium turcicum)
- Penyakit gosong pada jagung (Ustilago maydis)
2. Bakteri
- Busuk lunak pada wortel (Erwinia carotovora)
- Hawar daun bakteri pada padi (Xanthomonas oryzae)
- Busuk lunak pada kubis (Xanthomonas campestris)
3. Virus
- TMV (Tobacco Mosaic Virus) pada tembakau
- CMV (Cucumber Mosaic Virus) pada cabai/mentimun
- SMV (Soybean Mosaic Virus) pada kedelai
4. Nematoda
- Puru akar pada kentang/tomat (Meloidogyne spp.)
5. Protozoa
- Akar gada pada kubis (Plasmodiophora brassicae)
Petunjuk Asisten Praktikum:
Xanthomonas campestris
TMV CMV
daun mengalami klorosis, permukaan daun - Daun-daun yang mempunyai belang
menjadi kasar, daun menjadi tidak normal hijau tua dan muda, dengan
yang dicirikan dengan daun mengkerut, bermacam-macam corak.
menyempit, bahkan mengakibatkan - Bentuknya dapat berubah, berkerut,
tanaman menjadi kerdil. kerdil, atau tepinya menggulung ke
bawah.
- Buah mengalami bercak-bercak hijau
pucat atau putih, bersaling dengan
bercak tua yang agak menonjol ke luar.
- Tanaman bertambah tua gambaran
mosaik makin kabur
MATERI DPT 4: PENGENDALIAN DENGAN FAKTOR BIOTIS (MUSUH ALAMI)
Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat melemahkan serangga
sekaligus membunuh serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan
mengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alami biasanya mengurangi jumlah populasi
serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu serangga.
Organisme dalam aktivitas hidupnya selalu berinteraksi dengan organisme lainnya dalam
suatu keterkaitan dan ketergantungan yang kompleks. Interaksi antar organisme tersebut dapat
bersifat antagonistik, kompetitif atau simbiotik. Musuh alami memiliki peranan dalam pengaturan
dan pengendalian populasi hama, sebagai faktor yang bekerjanya tergantung kepada kepadatan,
dalam kisaran tertentu musuh alami dapat mempertahankan populasi hama di sekitar aras
keseimbangan umum.
Setiap spesies serangga hama sebagai bagian dari kompleks komunitas dapat diserang oleh
serangga lain atau oleh patogen penyebab penyakit pada serangga. Ditinjau dari segi fungsinya
musuh alami dapat dikelompokan menjadi predator, parasitoid, entomopatogen, dan agen
antagonis.
A. PREDATOR
Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan, membunuh atau memangsa
atau serangga lain.
Ciri – ciri predator (Fitriani, 2018):
1. Predator dapat memangsa semua tingkat perkembangan mangsanya (telur, larva, nimfa,
pupa dan imago),
2. Seekor predator memerlukan dan memakan banyak mangsa selama hidupnya
3. Predator membunuh mangsanya untuk dirinya sendiri
4. Predator memiliki ukuran tubuh lebih besar dari pada mangsanya
5. Dari segi perilaku makannya, ada yang mengunyak semua bagian tubuh mangsanya, ada
menusuk mangsanya dengan mulutnya yang berbentuk seperti jarum dan menghisap
cairanya tubuh mangsanya
6. Metamorfosis predator ada yang holometabola (metamorfosis sempurna) dan
hemimetabola (metamorfosis tidak sempurna).
Jenis jenis predator:
Berikut ini beberapa ordo serangga yang dapat berperan sebagai pengendali hama serangga alami:
1. Hymenoptera
Serangga dari ordo hymenoptera terutama yang berasal dari famili Formicidae atau
yang kita kenal dengan nama semu. Contohnya adalah Anoplolepis
gracilipes merupakan semut yang banyak ditemukan di perkebunan kelapa sawit yang
berperan sebagai predator ulat api, ulat kantung dan belalang
2. Diptera
Syrphidae Asilidae
Dalam ordo Diptera terdapat dua famili yang dapat menjadi pengendali hama
serangga alami. Kedua famili tersebut yaitu Syrphidae dan Asilidae. Syrphidae merupakan
salah satu predator penting dalam mengendalikan keberadaan kutu daun (aphids). Populasi
Syrphidae dapat mencapai jumlah maksimum dengan kepadatan mangsa 100 kutu daun per
hari pada suhu 22˚C. Famili Asilidae atau yang salah satunya dikenal dengan nama lalat
buas, berbentuk seperti lalat namun memiliki ukuran yang lebih besar. Lalat ini mampu
memakan banyak jenis serangga hama bahkan dapat menangkap mangsa yang berukuran
lebih besar.
3. Coleoptera
Coccinella transversalis
Serangga dari ordo Coleoptera yang dapat dijadikan pengendali alami yaitu dari famili
Coccinellidae. Salah satu spesies yang banyak ditemukan sebagai musuh alami yaitu
Coccinella transversalis (Thunberg) atau yang dikenal dengan nama ladybug. Kumbang
koksi atau ladybug ini menjadi musuh alami bagi beberapa hama pada cabai yaitu B.tabaci,
M. persicae, A. gossypii, A. craccivora, T. parvipinus dan A. nerii. Kemampuan memangsa
sangat tinggi baik pada stadium imago maupun larva, dengan dapat memangsa 20-90 ekor
hama per hari tergantung jenis hamanya.
4. Neuroptera
Lalat jala hijau (green licewing) merupakan salah satu serangga dari ordo Neuroptera,
famili Chrysopidae banyak ditemukan di pertanaman papaya, merupakan salah satu musuh
alami dari Paracoccus marginatus (kutu putih).
5. Hemiptera
Zelus renardii
Dalam ordo Hemiptera yang dapat menjadi musuh alami serangga hama salah satunya
berasal dari famili Reduviidae. Zelus renardii merupakan salah satu spesies yang dapat
dijumpai. Spesies ini menjadi musuh alami hama kelapa sawit. Hama yang biasa menjadi
mangsa yaitu ulat api.
6. Odonata
Odonata merupakan ordo yang hampir semua anggotanya merupakan predator alami.
Capung dapat menjadi musuh alami bagi hama tanaman padi. Serangga ini dapat memangsa
penggerek batang padi, wereng coklat, dan walang sangit.
7. Orthoptera
8. Mantodea
9. Arachnida
B. PARASITOID
Merupakan serangga yang memarasit serangga atau binatang antropoda lainnya. Parasitoid
bersifat parasit pada fase pradewasa, sedangkan dewasanya hidup bebas dan tidak terikat pada
inangnya. Parasitoid hidup menumpang di luar atau didalam tubuh inangnya dengan cara
menghisap cairan tubuh inangnya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Umumnya parasitoid
menyebabkan kematian pada inangnya secara perlahan-lahan dan parasitoid dapat menyerang
setiap fase hidup serangga, meskipun serangga dewasa jarang terparasit. Selain iu parasitoid
memiliki ciri meamorfosisi sempurna, ukuran tubuh lebih kecil dari mangsanya, membunuh dan
melumpuhkan inang unuk kepentingan keturunanya (Nyoman, 1998). Contoh parasitoid antara
lain seperti Tetrastichus schoenobii dan Telenomus rowani yang merupakan parasit pada
penggerek batang, Trichomalopsis apanteloctena yang bersifat parasit pada telur penggerek
batang kuning padi, dan Amauromorpha accepta merupakan parasit pada larva penggerek batang
padi
1. Berdasar posisi makannya, parasitoid dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
a. Ektoparasitoid: parasitoid yang seluruh siklus hidupnya ada diluar tubuh inangnya
(menempel pada tubuh inangnya), contohnya: Compsometris spp yang memarasit
hama Exopholis sp.
b. Endoparasitoid: parasitoid yang berkembang didalam tubuh inang dan sebagian besar
dari fase hidupnya ada didalam tubuh inangnya, contohnya: Letmansia bicolor yang
memarasit telur Sexava sp.
Ektoparasitoid Endoparasitoid
2. Parasitoid juga dapat digolongkan berdasarkan jumlah larva yang keluar dari tubuh inang:
a. Parasitoid soliter: satu individu parasitoid per satu individu inang. Cth. Apanteles sp.
b. Parasitoid gregarious: banyak individu parasitoid per satu individu inang. Cth.
Trichogramma sp.
3. Parasitoid juga dapat digolongkan berdasarkan fase tubuh inang yang diserang :
a. Parasitoid telur: parasit yang menyerang inang pada fase telur dan bersifat endoparasit.
Cth. Anagrus optabilis pada wereng Coklat.
b. Parasitoid telur – larva: parasid yang berkembang mulai dari telur sampai larva. Cth.
Chelonus sp pada pengerek mayang kelapa.
c. Parasitoid larva: parasit yang menyerang inang yang berada pada fase larva atau ulat.
Cth. Apenteles erionotae pada larva pengulung daun pisang.
d. Parasitoid larva – pupa: parasit yang berkembang mulai dari larva sampai pupa. Cth.
Thetrostichus brontispae pada rontispa.
e. Parasitoid pupa: parasit yang menyerang inang yang berada pada fase pupa atau
kepompong. Cth. Opius sp pada kepompong lalat buah.
f. Parasitoid imago: parasit yang menyerang inang yang berada pada fase imago atau
serangga dewasa. Cth. Aphytis chrysomphali pada Apidiotus destruktor.
Fenomena parasitoid yang menyerang parasitoid lainya dan memanfaatkan sebagai inang
disebut hiperparasitasi, dan parasitoidnya dinamakan hiperparasitoid. Parasitoid yang menyerang
inang utama disebut sebagai pasarasitoid primer, parasitoid sekunder adalah parasitoid yang
menyerang parasitoid primer, dan seterusnya parasitoid tersier, dan kuarter. Salah satu contoh
fenomena hiperparasitasi ini adalah spesies hiperparasitoid Anagyrus dactylopii yang menyerang
Acerophagus papayae.
A. papayae A. dactylopii
C. ENTOMOPATHOGEN
Etomopatogen merupakan golongan mikroorganisme atau jasad renik yang mempengaruhi
dan menekan perkembangan serangga atau hama, sakit dan akhirnya mati. Macam patogenik yang
dapat digunakan sebagai agen pengendali hayati berupa virus, bakteri, protozoa, jamur, dan
nematoda. Ciri-ciri entomopathogen meliputi bersifat menyerap serangga (absortif), seluruh
hidupnya tumbuh dan tinggal dalam inangnya, berukuran kecil (mikroskopik), memiliki skala
hidup pendek (Natawigena, 1990).
1. Bakteri Entomopathogen
Bakteri yang menyerang serangga dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu bakteri
yang tidak membentuk spora dan bakteri yang membentuk spora. Bakteri penghasil spora
merupakan bakteri yang sangat penting yang saat ini banyak digunakan sebagai insektisida
mikrobia. Contoh bakteri yang biasa digunakan sebagai berikut :
Bacillus thuringiensis, adalah bakteri gram-positif, berbentuk batang Apabila kondisi
lingkungan tidak menguntungkan maka bakteri ini akan membentuk fase sporulasi. Saat
sporulasi terjadi, tubuhnya akan terdiri dari protein Cry yang termasuk ke dalam protein
kristal kelas endotoksin delta. Apabila serangga memakan toksin tersebut maka serangga
tersebut dapat mati.
Serratia sp. atau bakteri merah yang diisolasi dari Wereng batang coklat (WBC,
Nilaparvata lugens Stal.) terbukti bersifat patogenik terhadap WBC dan serangga lainnya.
Sel bakteri yang diaplikasikan dengan konsentrasi 106-107 sel/ml mematikan WBC 65,6 –
78,2%. Pigmen merah yang dihasilkan oleh Serratia sp. strain WBC adalah suatu metabolit
sekunder juga menunjukkan aktivitas antibakterial terhadap Xanthomonas oryzae pv. oryzae.
Oleh karena itu serratia sp potensial sebagai agensia pengendalian hayati WBC, tetapi juga
dapat digunakan untuk mengendalikan bakteri patogen tanaman (Priyatno, 2011).
2. Jamur Entomopathohen
Kebanyakan jamur entomopatogen menginfeksi serangga melalui penetrasi
Integument (lapisan pelindung). Penembusan dilakukan secara mekanis atau kimiawi
dengan mengeluarkan enzim dan toksin. Setelah penetrasi integument, jamur entomopatogen
membentuk hifa yang selanjutnya menyebar dan berkembang ke seluruh tubuh. Dalam fase
demikian, jamur biasanya menghasilkan senyawa toksin yang dapat mematikan serangga
inang. Beberapa jamur entomopatogen yang telah banyak digunakan sebagai agen
pengendali hama diantaranya seperti Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae.
Beauveria bassiana, jamur ini mengeluarkan racun beauvericin yang berkembang dan
menyerang seluruh jaringan tubuh serangga. Serangga yang terserang Beauvaria bassiana
akan mati dengan tubuh seperti mumi dengan miselia atau jamur menutupi tubuhnya
sehingga menjadih berwarnah putih.
3. Virus Entomopathogen
Saat ini kurang lebih 1500 virus telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari serangga
antropoda. Virus-virus antropoda sebagian besar masuk dalam genera Nucleopolyhidrovirus,
Granulavirus, Iridovirus, Entomopoxvirus, Cypovirus dan Nodavirus. Diantara ke-6 genera
ini jenis NPV (Nucleopolyhidrovirus) merupakan genus terpenting karena 40 % jenis virus
yang dikenal menyerang serangga termasuk jenis ini. Selain NPV ada jenus lain yaitu GV
(Granulavirus), CPV (Cytoplasmic Polyhidrosis Virus) dan kelompok lain yang lebih kecil
jumlahnya. Larva serangga terinfeksi oleh virus umumnya melemah pada saluran
pencernaan makanan ini terjadi sewaktu larva makan bagian tanaman yang telah
mengandung polyhidra. Selain itu juga dapat masuk ketubuh serangga sewaktu meletakkan
telur atau melalui bagian tubuh yang terluka, mungkin oleh serangan musuh alami. Virus
juga dapat ditranmisikan lewat induk yang telah terinfeksi melalui telur ysng diturunkan.
Contoh virus yang dapat dipakai untuk pengendalian hayati adalah: NPV (Nucleopolyhedro
virus) paling banyak menyerang pada serangga ordo Lepidoptera, Hyminoptera, Diptera
serta Coleoptera.
GV NPV
4. Nematoda Entomopathogen
Nematoda muda meninggalkan telur dan masuk kedalam tubuh serangga melalui
kutikula dan masuk kedalam homocoel, setelah berganti kulit beberapa kali maka nematoda
dewasa keluar dari tubuh serangga, dan serangga mati sebelum atau sesudah nematoda
keluar. Keuntungan menggunakan nematoda entomopagen adalah kemampuan mematikan
inang sangat cepat, karena serangan nematoda akan mengalami kematian dalam waktu 24-
48 jam setelah aplikasi, yang mana tubuh serangga akan lemas terjadi penurunan aktivitas
dan terjadi perubahan warna tubuh.
Nematoda akan berkembangbiak dalam tubuh serangga inang sampai menghasilkan
keturunan yang sangat banyak. Nematoda akan memasuki fase reproduktif yaitu
memperbanyak keturunan apabila populasi nematode dalam tubuh inang rendah sedangkan
bila populasi tinggi akan memasuki fase infektif. Nematoda stadium ketiga sering disebut
juvenil infektif akan keluar dari tubuh serangga dan berusaha untuk mencari inang baru.
Juvenil infektif mampu bertahan hidup lama sampai memperoleh inang kembali dan fase ini
merupakan satu-satunya fase yang bersifat infektif terhadap serangga inang. Contoh
nematoda yang sering digunakan untuk pengendalian hayati adalah: Nenatoda Steinernema
spp. dapat mengendalikan hama dari Ordo Lepidoptera dan Coleoptera.
Larva Tenebrio mollitor L. yang terserang nematoda Steinernema sp.
D. AGEN ANTAGONIS
Agen antagonis adalah mikroorganisme yang mengintervensi / menghambat pertumbuhan
patogen penyebab penyakit pada tumbuhan. Sejumlah mikroorganisme (terutama jamur dan
bakteri) diketahui merupakan antagonis terhadap patogen penyebab penyakit tanaman
(fitopatogenik). Mekanisme tentang bagaimana mikroorganisme antagonis ini mengendalikan
patogen tidak selalu jelas, tetapi umumnya merupakan salah satu atau gabungan beberapa cara
sebagai berikut (Agrios, 2005; Loekas Soesanto, 2008):
1. Kompetisi
Beberapa mikroorganisme bersaing dengan jamur fitopatogen dalam memperoleh
unsur hara dan ruang bagi kehidupannya. Contohnya, Pseudomonas putida bersaing dengan
Pythium ultimum (penyebab penyakit rebah semai pada kapri dan kedelai) dan Fusarium
oxysporum (penyebab penyakit layu fusarium).
2. Parasitisme
Beberapa mikroorganisme lainnya bersifat parasit (disebut hiper-parasit) dari jamur
penyebab penyakit tanaman. Contohnya, Serratia marcescens adalah hiper-parasit bagi
Fusarium oxysporum (penyebab penyakit layu fusarium).
3. Antibiosis
Mikroorganisme yang menghasilkan senyawa kimia tertentu (toksin atau antibiotik)
yang beracun bagi jamur penyebab penyakit tanaman. Contohnya, jamur Pseudomonas
fluorescens menghasilkan antibiotika yang mampu menghambat Thielaviopsis basicola
(penyebab penyakit busuk akar hitam pada tanaman tembakau).
4. Menginduksi pertahanan tanaman inang (induced host resistance).
Mikroorganisme yang merangsang tanaman dimana mereka hidup untuk mengaktifkan
mekanisme pertahanan terhadap keberadaan jamur patogen, misalnya merangsang tanaman
untuk menghasilkan fitoaleksin (suatu senyawa anti-mikrobial yang dihasilkan dan
diakumulasikan oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari mikroorganisme), sistem SAR
(systemic acquired resistance), dan ISR (induced systemic resistance).
5. Menghasilkan enzim yang menghancurkan sel-sel jamur pathogen.
Contohnya jamur Cryptococcus sp. menghasilkan enzim kitinase yang berguna dalam
menekan pertumbuhan jamur Pyricularia oryzae penyebab penyakit blas padi.
6. Menghasilkan metabolit lain yang merugikan jamur patogen.
Contohnya Beauveria bassiana juga mampu mengeluarkan senyawa metabolit
sekunder seperti oosporein dan beauvericin sehingga mampu menghambat pertumbuhan
miselium dari patogen Rhizoctonia solani penyebab rebah kedelai.
PRAKTIKUM MUSUH ALAMI
1. Alat dan Bahan
a. Pengamatan predasi
Coccinelid Predator (larva atau imago)
Bagian tanaman kacang panjang yang terserang Aphis sp.
10 ekor Aphis sp.
4 cawan petri
Kuas
b. Pengamatan morfologi musuh alami
Mikroskop stereo
Lycosa pseudoanulata (laba-laba serigala)
Oecoohylla smaragdina (semut rang-rang)
Brachythemis contaminata (capung jemur oranye)
Stagmomantis carolina (belalang sembah/setandu)
Menochilus sexmaculatus (kumbang spot m)
PROSEDUR KERJA
1. Pengamatan
Mengamati, menggambar dan mendeskripsikan predator di bawah mikroskop stereo.
2. Percobaan
Percobaan mengenai lama waktu pemangsaan/predasi. Serangga uji yang digunakan
sebagai predator adalah coccinelid predator. Serangga coccinelid akan mudah didapatkan
dengan mencari bagian tanaman tertentu yang paling banyak dijumpai adanya kelompok
aphididae (Aphis sp., Myzus sp., Toxoptera sp. dll) pada pertanaman jeruk, kacang-kacangan,
tembakau, tomat, dll. Kalau ditemukan adanya kelompok kumbang Coccinelid yang
warnanya mengkilat dengan tekstur yang jelas atau larva Coccinelid dengan ciri-ciri
mengacu pada pustaka, ambil seluruh bagian tanaman yang terserang tersebut beserta
kumbang dan kelompok serangga hama tersebut. Letakkan bagian tanaman beserta Aphis sp.
sebanyak 10 ekor pada petri besar dan masukkan 1 ekor coccinelid predator ke dalamnya.
Selamat Mengerjakan
Ketentuan Tiket Masuk
Langkah-langkah praktikum
Pertanyaan:
Berdasarkan parameter yang diamati, pada kondisi seperti apakah suatu
varietas tanaman atau produk tanaman dianggap tahan? Dan sebaliknya?
DAFTAR PUSTAKA
Abadi L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Malang: Bayumedia.
Smith, C.M. 1989. Plant Resistance to Insect. Canada: John Wiley & Sons, Inc.
pp. 286.
Yuliani, D., dan Rohaeni, W. R. 2017. Heritabilitas, Sumber Gen, dan Durabilitas
Ketahanan Varietas Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri. Jurnal
Litbang Pertanian. 36. (2): 99-108.
TIKET MASUK MINGGU 5
Cylas formicarius sebanyak 60 ekor (dalam keadaan hidup)
Ubijalar (putih, kuning, dan ungu) masing-masing ubijalar 1 umbi (dalam
keadaan sehat)
Kotak preferensi @3 buah
MATERI 6
PENGENALAN PENGENDALIAN MELALUI PENGELOLAAN FAKTOR EDAFIK
6.1 Definisi
Edafik : Berarti sesuatu yang berhubungan dengan tanah (KBBI, 2022)
Faktor : Faktor-faktor yang bergantung pada keadaan tanah dan kandungan
Edafik didalamnya.
Faktor edafik merupakan gabungan dari sifat fisik, kimia dan biologis tanah
yang dihasilkan dari fenomena biologis dan geologis atau aktivitas
antropogenik (Ali et al., 2020).
Faktor edafik adalah kondisi tanah dari segi tekstur, komposisi kimia,
kelengasan, keadaan suhu, keasaman tanah dan juga organisme yang hidup
didalamnya (Manuaba et al., 2018).
Fauna : a. Fauna tanah adalah komponen jasad hidup yang menjadikan tubuh tanah
Tanah sebagai ruang untuk menjalankan sebagian atau seluruh kegiatan
ekofisiologisnya (Jones et al., 2005).
b. Fauna tanah juga dijelaskan merupakan hewan yang hidup di permukaan
tanah maupun yang di dalam tanah. Oleh karena itu fauna tanah merupakan
bagian dari ekosistem tanah (Suin, 2018).
Tanah
Warna Tanah (5YR) (5YR) (5YR)
Skor: Skor: Skor:
1. Bright reddish 4. - 7. Very dark reddish
brown 5. - brown
2. Reddish brown 6. Dark reddish 8. Brownish black
3. Dull reddish brown 9. Black
brown
(7,5YR) (7,5YR) (7,5YR)
Skor: Skor: Skor:
1. Bright brown 4. - 7. Very dark brown
2. Dull brown 5. - 8. Browish black
3. Brown 6. Dark brown 9. Black
- Penanaman tanaman legum, tanaman legum memiliki simbiosis dengan bakteri rhizobium
yang mampu membantu mensuplai unsur hara nitrogen didalam tanah.
- Penggunaan pola tanam polikultur, pola tanam polikultur memiliki tingkat pengembalian
bahan organic yang lebih tinggi dibandingkan pola tanam monokultur, selain itu penanaman
komoditas tanaman dengan panjang perakaran berbeda mampu mempertahankan
keseimbangan unsur hara pada tanah.
- Penggunaan Mulsa. Mulsa atau tutupan lahan dapat melindungi tanah sinar matahari dan
penghancuran tanah pada permukaan atas akibat air hujan. Adapula mulsa dapat
mempertahankan suhu tanah yang baik bagi kehidupan organisme tanah.
- Penambahan Kascing (Kotoran cacing) adalah materi organik yang cepat diserap sangat
baik bagi kegemburan tanah. Didukung karena selain memberikan materi organik tanah
berupa kascing, cacing juga turut membentuk struktur tanah secara mekanik serta
mempercepat penyerapan nutrisi ke dalam tanah dan pada tanaman dengan mengubah
bahan organik menjadi kascing.
- Dengan Mengintegrasikan Ternak, ternak dipelihara di dekat lahan pertanian dapat
memberikan keuntungan untuk kesuburan lahan. Didukung dikarenakan buangan kotoran dari
peternakan dapat langsung digunakan di lahan pertanian sebagai pupuk kandang ataupun
materi organik seperti yang dijelaskan sebelumnya.
2. Suhu
Tinggi rendahnya kelimpahan fauna edafik ditentukan oleh faktor suhu. Suhu yang
ekstrim tinggi atau rendah dapat membunuh fauna edafik. Selain itu suhu pada tanah juga
mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi, dan metabolisme fauna edafik. Suhu pada suatu
lokasi juga menentukan kehadiran dan kepadatan fauna edafik, hal itu dikarenakan suhu
tanah akan menentukan laju dekomposisi material organik tanah (Suin, 2018). Dari hasil
penelitian diketahui bahwa suhu di atas 30°C memberikan efek negatif terhadap fauna tanah.
Hasil tersebut menjelaskan bahwa tingkat toleransi dari fauna tanah juga tergantung pada
kelembaban tanah.
4. Bahan Organik
Bahan organik yang meliputi sisa-sisa tumbuhan, hewan dan organisme tanah yang
sudah terdekomposisi maupun yang sedang terdekomposisi dinilai mempengaruhi kepadatan
fauna edafik (Suin, 2018). Beberapa penelitian menjelaskan bahwa kandungan bahan organik
dengan struktur komunitas fauna tanah berperan positif. Salah satu bahan organik yang
berkorelasi positif adalah kadar karbon dalam tanah terhadap kelimpahan (Bedano et al.,
2006) dan kekayaan spesies fauna tanah. Selain kadar karbon dilaporkan bahwa kandungan
nitrogen dalam tanah juga dapat menentukan kelimpahan fauna edafik, bahkan dalam
beberapa hasil penelitian lebih menentukan daripada karbon (Suin, 2018).
5. Biologi Tanah
Sifat biologi tanah berhubungan dengan aktivitas makhluk hidup yang ada didalam dan
permukaan tanah. Berbagai jenis makhluk hidup berkembang dalam tanah, baik berbagai
jenis tumbuhan, hewan, atau makhluk hidup yang berukuran besar (makro) maupun yang
makhluk hidup yang ada di berukuran kecil (mikro). Salah satu yang menunjang kegiatan
mikroorganisme tanah adalah ketersediaan pakan yang berupa sisa-sisa makhluk hidup
maupun kadar mineral yang terkandung dalam tanah. Sifat biologi tanah berperan penting
dalam proses-proses seperti mineralisasi, daur hara, dan dekomposisi unsur-unsur yang
terkandung (Suin, 2018).
Keterangan
:
: Titik
pengambilan
sampel tanah
h. ?
Diketahui :
a> Rekomendasi bahan aktif = 0,5 kg b.a. / h.
b> Luas lahan = 500 m = 0,05 h
2
4. Untuk penyemprotan perusak daun kedelai dibutuhkan 800 liter larutan yang
mengandung 0,12% Insektisida Basudin 60 EC. Berapa banyak (ml) Basudin
dibutuhkan untuk keperluan tersebut?
- Volume semprot = 800 lt
- Konsentrasi rekomendasi = 0,12%
- Kandungan b.a formulasi = 60 %
0,12 𝑥 800
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 =
60
= 1,6 lt
= 1.600 ml
b. Kegiatan 2 :
Perhitungan :
Dosis Pestisida: 1,5 ml / lt air ; dengan 600 liter air/h
Berarti diperlukan = 1,5 ml/lt x 600 lt
= 900 ml/h
Apabila lahan yang hendak diaplikasi seluas 1500 m , maka perhitungannya sebagai
2
berikut :
Luas lahan = 1500 m = 0,1500 h
2
Rumus : dosis formulasi pestisida untuk luasan tertentu = luas areal (h) x dosis
pestisida/h
LATIHAN :
1. Pak Buang akan menyemprot tanaman kedelainya seluas 4500 m untuk 2
2. Untuk menyemprot ulat grayak pada pertanaman tembakaunya, Pak Karep telah
menentukan pilihn pestisida. Rekomendasi yang tertulis yaitu konsentrasi 0,75
ml/lt air, volume semprot per h 400 liter. Berapa liter insektisida yang harus dibeli
Pak Karep untuk 2 kali aplikasi pada lahan seluas 7000 m ? 2
Keterangan:
1. Tangki, berfungsi untuk menampung cairan semprot.
2. Tutup Tangki, berfungsi untuk menutup tangki sehingga sprayer tidak
tumpah dan menjaga tekanan udara dalam tangki.
3. Sabuk Gendong (strap), berfungsi untuk menggendong sprayer ke
tubuh operator.
4. Tuas Pompa (pump lever), batang penggerak pompa yang dapat dilepas
dan dipasang di sebelah kiri atau kanan tangki, di bawah atau di atas
bahu operator yang mempunyai pegangan beralur.
5. Nozzle, bagian pemecah cairan bahan kimia menjadi butiran halus
(droplets) yang langsung disemprotkan ke tanaman.
6. Pipa Penyemprot (spray lance), pipa pegang tangan yang mempunyai
satu atau lebih nozzle yang dapat dikontrol secara manual.
7. Katup Penutup (shut-off lance), katup pembuka atau penutup aliran
cairan bahan kimia ke nozzle.
8. Selang, bagian penyalur cairan yang lentur dari ruang tekanan ke bagian
katup penutup.
9. Pompa Torak
10. Kaki Rangka
(Badan Standarisasi Nasional, 2012)
C. Jenis-Jenis Sprayer
Sprayer untuk keperluan pertanian dikenal dengan tiga jenis sprayer, yakni
knapsack sprayer, motor sprayer, dan CDA sprayer. Berikut jenis-jenis alat
sprayer yang biasa digunakan dalam dunia pertanian:
a. Knaspsack Sprayer
• Prinsip kerjanya adalah larutan dikeluarkan dari tangki akibat adanya
tekanan udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan
tangan penyemprot. Pada waktu gagang pompa digerakkan, larutan
keluar dari tangki menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam
tabung meningkat. Keadaan ini menyebabkan larutan pestsida dalam
tangki dipaksa keluar melalui klep dan selanjutnya diarahkan oleh nozzle
bidang sasaran semprot.
• Kapasitas tangki knapsack sprayer bervariasi berkisar antara 13, 15, 18,
20 tergantung merknya.
• Contoh knapsack sprayer, antara lain merk Solo, Hero, CP 5, Matabi,
Berthoud, dan PB.
b. Motor Sprayer
• Sprayer jenis ini menggunakan mesin sebagai tenaga penggerak
pompanya yang berfungsi untuk mengeluarkan larutan dalam tangki.
• Contoh motor sprayer adalah mist blower power sprayer dan boom
sprayer. Keuntungan dengan menggunakan motor sprayer terutama
kapasitasnya sangat luas dengan waktu yang relatif singkat, dapat
menembus gulma sasaran walaupun sangat lebat dan minim tenaga
kerja.
Kelemahannya:
c. CDA Sprayer
• CDA sprayer tidak menggunakan tekanan udara untuk
menyebarkan larutan semprot ke bidang semprot sasaran,
melainkan berdasarkan gaya grafitasi dan putaran piringan.
• Cara kerjanya adalah dengan mengalirkan larutan dari tangki
melalui selang menuju nozzle, diterima oleh putaran piringan
bergerigi (spining disc) dan disebarkan ke arah bidang sasaran.
• Contoh CDA sprayer, antara lain Mikron herbi 77, Samurai, dan
Bikrky.
(Djojosumarto, 2009)
D. Macam-Macam Nozzle
Nozzle sprayer adalah alat yang digunakan untuk memecah suatu cairan,
larutan atau suspensi menjadi butiran cairan (droplets) atau spray. Fungsi
lainnya dari nozzle adalah menentukan ukuran butiran semprot (droplet size),
mengatur flow rate (angka curah), mengatur distribusi semprotan, yang
dipengaruhi oleh pola semprotan, sudut semprotan, dan lebar semprotan. Jenis-
jenis nozzle ada lima, yaitu cone nozzle (nozzle kerucut), flat fan nozzle (nozzle
kipas standar), even flat fan nozzle (nozzle kipas rata), nozzle polijet, dan nozzle
lubang empat. Berikut beberapa contoh jenis-jenis nozzle yang digunakan di
dalam bidang pertanian:
a. Cone Nozzle (Nozzle Kerucut)
Pola semprotan jenis nozzle ini berbentuk bulat (kerucut). Terdiri dari
dua tipe semprotan, yaitu zolid/full cone nozzle dan hollow cone nozzle.
Solid cone nozzle penuh berisi, sedangkan hollow cone nozzle menghasilkan
semprotan berbentuk kerucut bulat kosong.
d. Nozzle Polijet
Pola semprotan nozzle polijet ini berbentuk garis atau kerucut. Butiran
semprot yang dihasilkan dari nozzle ini agak kasar.
• Penyemprotan dilakukan
Penyemprotan yang sebenarnya dengan menggunakan insektisida baru
dilakukan setelah langkah ke 6 diselesaikan dengan baik.
2. Kalibrasi dengan metode luasan
Metode luas lebih mudah diterapkan untuk penyemprotan lahan berkala
sempit atau pada tingkat petani yang umumnya menggunakan alat semprot
punggung. Metode ini bertujuan untuk menentukan volume semprot.
Syarat utama penerapan metode luas adalah tekanan dalam tangki dan
kecepatan jalan operator harus konstan.
= 128 liter
128000 𝑚𝑙
Waktu Total = 50 𝑚𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 2560 menit
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Waktu untuk 1 kali melintas = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠
2560 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 40 𝑘𝑎𝑙𝑖
= 64 menit
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)
Laju jalan = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 1 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
80 𝑚
= 64 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 1,25 m/menit
F. Prosedur Melakukan Kalibrasi Knapsack Sprayer
1. Persiapkan alat dan bahan
2. Pastikan alat yang digunakan tidak mengalami kebocoran atau rusak
3. Pilih nozzle yang akan digunakan untuk penyemprotan
4. Bukalah tutup tangki sprayer tanpa melepas filter pengisian
5. Tuangkan larutan pestisida yang dibutuhkan ke dalam tangki sprayer
6. Pasang kembali tutup tangki dan pastikan tutup tangki telah tertutup rapat
7. Sprayer dipasang atau digunakan pada punggung operator dan panjang tali
knapsack disesuaikan dengan tubuh operator
8. Lakukan pemompaan untuk menarik cairan ke dalam tabung tekanan
sehingga cairan pestisida dapat keluar
9. Tekan gagang pemicu katup untuk menyemprotkan cairan sesuai dengan
laju penyemprotan yang diinginkan
10. Operasikan pegangan pompa untuk mempertahankan tekanan semprotan
Untuk dapat menyemprot sesuai dengan rekomendasi, maka operator terlebih dahulu harus
mengetahui :
• Rekomendasi yang ditulis pada kemasan pestisida (ml atau gram per liter air dan
volume semprot per ha)
• Luas lahan yang akan disemprot dalam meter persegi (m²)
Tabel A
1. Bacalah rekomendasi pestisida yang diperlukan (ml atau gram per liter dan volume
semprot per ha) yang tertulis pada kemasan pestisida tersebut. Catat kedua angka itu
baik-baik.
2. Lihat kolom 1 atau kolom 2 apakah tertulis ml atau gram per 10 liter air (angka yang
tertulis dalam rekomendasi)
3. Pada kolom 3 terdapat 4 macam bilangan yang menunjukkan banyaknya volume semprot
(300, 500, 700, dan 1000 liter per ha). Pilih satu yang sesuai dengan rekomendasi.
Apabila tidak tertulis volume semprotnya, maka gunakan angka 500.
4. Pilih satu kolom dari kolom 4 sampai kolom 10 luas yang sesuai dengan luas lahan
yang akan disemprot
5. Hubungkan garis yang diperoleh dari butir 3 dan butir 4 sehingga diperoleh satu angka,
yaitu banyaknya pestisida yang harus dibeli di toko (untuk satu kali penyemprotan).
6. Pada garis yang sama, tetapi pada kolom 11, terdapat angka yang menunjukkan
banyaknya pestisida yang diperlukan untuk tiap tangki 17 liter.
Tabel B
1. Pilih volume semprot yang direkomendasikan (sesuai angka tersebut dengan angka yang
dipilih pada Tabel A butir 3).
2. Pilih salah satu dari kolom 2 sampai 8 luas yang sesuai dengan luas lahan yang akan
disemprot.
3. Hubungkan garis yang diperoleh dari butir 1 dan 2 di atas sehingga diperoleh satu angka.
Angka tersebut menunjukkan jumlah tangki (17 liter) yang diperlukan untuk luas
lahan yang akan disemprot.
Tabel A : Banyaknya pestisida yang perlu dibeli berdasarkan luasan lahan untuk setiap
penyemprotan
Tabel B : Jumlah tangki (17 l) yang diperlukan, berdasarkan luas lahan yang akan
disemprot untuk setiap penyemprotan
Contoh 1
Pak Ponidi mempunyai lahan seluas 3000 m² . Dia sudah memilih insektisida ”X” untuk
mengendalikan hama yang menyerang tanamannya. Pada petunjuk pemakaian dia membaca
diperlukan konsentrasi 2,5 ml/l dengan volume semprot 700 l air per ha.
Contoh 1
Pak Ponidi mempunyai lahan seluas 3000 m² . Dia sudah memilih insektisida ”X” untuk
mengendalikan hama yang menyerang tanamannya. Pada petunjuk pemakaian dia membaca
diperlukan konsentrasi 2,5 ml/l dengan volume semprot 700 l air per ha.
Banyakny
Rekomendasi Banyaknya ml atau g pestisida yang harus dibeli
a ml atau
ml atau g Luas lahan (m²) g
Bar
Vol pestisida
is
sem diperluka
ke per per
prot 250 500 1000 2000 3000 4000 5000 n per
l 10 l
l/ha tangki (17
l)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
16 2.0 20 1000 51 102 204 408 595 799 1003 34
17 2.5 25 300 21.5 42.5 85 149 233.5 297.5 382.5 42.5
18 2.5 25 500 32 63.5 127.5 255 382.5 510 616.5 42.5
19 2.5 25 700 42.5 85 170 340 531 701 871.5 42.5
127.
20 2.5 25 1000 63.5 255 510 744 999 1253.5 42.5
5
Pada Tabel B
1. Pak Ponidi memilih baris 3 pada kolom 1 (sesuai dengan Tabel B)
2. Dia memilih kolom 6 karena luas lahannya 3000 m².
3. Dari kolom 6 dan baris 3 terdapat angka 12,5. Ini berarti untuk lahannya
diperlukan 12,5 tangki
Tabel B
Rekomendas Jml. Tangki (17 l) yang diperlukan
Bari i kemasan
Luas lahan (m²)
s ke (liter air per
ha) 250 500 1000 2000 3000 4000 5000
1 2 3 4 5 6 7 8
1 300 0.5 1 2 3.5 5.5 7 9
2 500 0.75 1.5 3 6 9 12 14.5
3 700 1 2 4 8 12.5 16 20.5
4 1000 1.5 3 6 12 17.5 24 29.5
Contoh 2
Pak Bedu mempunyai lahan seluas 1500 m². Dia ingin menyemprot penyakit yang
menyerang tanamannya, dan memilih fungisida ”Y”. Pada petunjuk tertulis :
diperlukan 30 gram/10 liter
Lihat pada Tabel A
1. Rekomendasi adalah 30 gram/10 liter.
2. Rekomendasi 30 gram/10 liter terdapat pada baris 21, 22, 23, dan 24.
3. Karena tidak ada rekomendasi untuk volume semprot, maka dipilih angka 500
dan ada pada baris 22.
4. Karena luas lahannya 1500 m², maka yang dilihat adalah luas lahan 500 m² +
1000 m² (kolom 5 dan 6)
5. Dari kolom 5 dan 6 serta baris 22 diperoleh angka 76,5 gram + 153 gram =
229,5 gram untuk jumlah fungisida
6. Pada baris 22 dan kolom 11 diperoleh angka 51 gram yaitu fungisida untuk
setiap tangki
Tabel A
Rekomendasi Banyaknya ml atau g pestisida yang harus dibeli Banyaknya ml
atau g
Bari ml atau g Vol Luas lahan (m²)
pestisida
s ke sempr
per per 500 1000 2000 3000 4000 5000 diperlukan per
ot l/ha 250
l 10 l tangki (17 l)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
178. 280.
21 3.0 30 300 25.5 51 102 357 459 51
5 5
739.
22 3.0 30 500 38 76.5 153 306 459 612 51
5
178. 535.
26 3.5 35 500 44.5 89 357 714 863 59.5
5 5
743.
27 3.5 35 700 59.5 119 238 464 982 1220 59.5
5
Pada Tabel B
1. Pak Bedu memilih baris 2 (sesuai dengan Tabel B)
2. Dia memilih kolom 3 dan 4 (karena luasnya 1500 m²)
3. Dari baris 2 dan kolom 3 serta 4 diperoleh angka 1,5 + 3 = 4,5. Ini berarti Pak
Bedu harus menyemprot lahannya sebanyak 4,5 tangki
Tabel B
Rekomenda Jml. Tangki (17 l) yang diperlukan
Bari si kemasan Luas lahan (m²)
s ke (liter air
250 500 1000 2000 3000 4000 5000
per ha)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 300 0.5 1 2 3.5 5.5 7 9
2 500 0.75 1.5 3 6 9 12 14.5
3 700 1 2 4 8 12.5 16 20.5
4 1000 1.5 3 6 12 17.5 24 29.5
2. Kepala desa mempunyai lahan hasil warisan seluas 5000 m2. Beliau memilih
insectisida YY untuk mengendalikan hama pada tanaman di lahannya dengan
rekomendasi konsentrasi 3,5 ml/L dengan volume semprot 700 L air per ha.
Lihat pada Tabel A :
1. Rekomendasi konsentrasi adalah 3,5 ml/l dan vol. Semprot 700 l/ha
2. Rekomendasi 3,5 ml/l terdapat pada kolom 1 baris 25, 26, 27 dan 28.
3. Dia memilih baris 27 karena sesuai dengan rekomendasi (700 l/ha)
4. Luas lahannya 5000 m² , terdapat pada kolom 10.
5. Dari kolom 10 dan baris 27 terdapat angka 1220 ml. Jadi untuk setiap
penyemprotan dia harus membeli 1220 ml insektisida di toko.
6. Pada kolom 11 dan baris 27 terdapat angka 59,5 ml. Ini berarti setiap tangki
dia harus memasukkan 59,5 ml insektisida.
Rekomendasi Banyaknya ml atau g pestisida yang harus dibeli Banyaknya
ml atau g
ml atau g Luas lahan (m²)
Baris Vol pestisida
ke per per semprot diperlukan
l/ha 250 500 1000 2000 3000 4000 5000 per tangki
l 10 l
(17 l)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tabel B : Jumlah tangki (17 l) yang diperlukan, berdasarkan luas lahan yang
akan disemprot untuk setiap penyemprotan
Rekomendasi Jml. Tangki (17 l) yang diperlukan
Baris kemasan
Luas lahan (m²)
ke (liter air per
ha) 250 500 1000 2000 3000 4000 5000
1 2 3 4 5 6 7 8
1 300 0.5 1 2 3.5 5.5 7 9