A. Kacang hijau
tanaman pangan semusim berupa semak yang tumbuh tegak berumur pendek (60
disebut juga mungbean, green gram atau golden gram (Somaatmadja, 1993 dalam
Bariza, 2010).
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicetyledonae
Ordo : Rosales
Genus : Vigna
hijau berbentuk polong. Panjang polong sekitar 5-16 cm setiap polong berisi 6-16
biji. Polong kacang hijau berbentuk bulat silindris atau pipih dengan ujung agak
runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau, setelah tua berubah menjadi
kecoklatan atau kehitaman (Rukmana, 1997). Biji kacang hijau berbentuk bulat.
kulitnya hijau berbiji putih. Biji kacang hijau lebih kecil dibandingkan dengan biji
kacang tanah atau kacang kedelai yaitu bobotnya hanya sekitar 0,5-0,8 mg
6
7
menambahkan buah atau polong kacang hijau dibedakan menjadi tiga yaitu
pendek berukuran (12,0-13,5 cm), sedang berukuran (15,2-16,8 cm) dan panjang
Benih kacang hijau merupakan benih ortodoks, yaitu jenis benih yang
tahan terhadap pengeringan sampai kadar air 5% dan dapat disimpan pada suhu
rendah. Daya simpan benih dapat diperpanjang dengan menurunkan kadar air dan
suhu (Hasanah, 2002). Menurut Kuswanto (1996) salah satu faktor yang
mempengaruhi benih dalam penyimpanan adalah kadar air. Kadar air benih yang
benih, begitu juga sebaliknya kadar air benih terlalu rendah dibawah 5% dapat
sehingga pada waktu dikecambahkan air tidak dapat berimbibisi ke dalam benih
Biji kacang hijau merupakan biji dikotil yaitu biji berkeping dua dan
dapat melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Organ pertama yang
muncul ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian akan
dengan cahaya, ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah
habis digunakan oleh embrio. Biji kacang hijau sering dibuat kecambah atau taoge
Benih kacang hijau merupakan biji tanaman kacang hijau yang tumbuh
menjadi tanaman muda. Selanjutnya tanaman muda tersebut menjadi dewasa yang
dengan produksi maksimal, salah satunya dibutuhkan benih bermutu tinggi. Benih
kacang hijau yang tumbuh subur dan menghasilkan buah maksimal (Purwono dan
Hartono, 2012).
B. Mutu Benih
Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang
Menurut Kartasapoetra, (2003) benih bermutu ialah benih yang telah dinyatakan
sebagai benih yang berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul dengan daya
Input dasar yang paling penting dalam pertanian adalah mutu benih.
keberhasilan dalam pertanaman. Penggunaan benih yang tidak bermutu dan tidak
jelas asal-usulnya dapat menyebabkan kerugian secara langsung bagi petani baik
dari segi biaya maupun waktu. Kesalahan dalam penggunaan bahan tanam akan
9
salah satu kunci untuk mendapatkan pertanaman yang mampu memberikan hasil
aspek, yaitu: (a) mutu genetis, yaitu aspek mutu benih yang ditentukan
berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat
kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak
hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman; (b) mutu
fisiologis, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh viabilitas benih meliputi
daya berkecambah atau daya tumbuh dan vigor benih; (c) mutu fisik, yaitu aspek
mutu benih yang ditunjukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi
ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih tanaman lain atau biji gulma, dan
kadar air .
yang tinggi yakni lebih dari 80%, kecepatan tumbuh (vigor) benih baik (kurang
dari 4 hari), murni atau tidak tercampur dengan varietas lain, sehat atau tidak
mengandung bibit hama atau penyakit, tidak tercampur dengan biji gulma, biji
berwarna mengilat, tidak keriput, dan bebas dari luka bekas gigitan serangga
(Rukmana, 1997).
Perbedaan tersebut diakibatkan oleh perbedaan gen yang ada dalam benih.
c. Faktor kondisi fisik dan fisiologis benih, yaitu berkaitan dengan performa
Mutu benih yang baik merupakan dasar bagi produktivitas pertanian yang
lebih baik. Kondisi sebelum, selama dan sesudah panen menentukan mutu benih.
Walaupun mutu benih yang dihasilkan baik, penanganan yang kurang baik akan
menyebabkan mutu langsung menurun. Salah satu masalah yang dihadapi dalam
daya simpan yang rendah. Harrington (1972) mengatakan bahwa masalah yang
C. Penyimpanan Benih
Justice dan Bass (2002). Tujuan penyimpanan benih juga untuk menjamin
pada daerah dengan iklim musim penanaman pendek sangat tidak memungkinkan
untuk langsung menyemai benih. Oleh karena itu, benih perlu disimpan untuk
Sutopo (2004), viabilitas benih dalam penyimpanan dipengaruhi oleh dua faktor
1. Faktor dalam
a) Jenis dan sifat benih. Sangat penting diketahui apakah benih tersebut
berasal dari benih tanaman dari daerah tropis, sedang atau dingin yang
mikrobiotik yang harus disimpan pada suhu 20°C dengan kadar air 11%.
kandungan air yang optimal, yaitu kandungan air tertentu sesuai dengan
jenis dan sifat benih dimana benih tersebut dapat disimpan lama tanpa
2. Faktor Luar
lebih giat.
udara yang rendah dapat menyebabkan penguapan air dari dalam benih
cendawan, bakteri, dan virus juga dapat menyerang benih kacang hijau di
Tobacco ring-spot.
berkut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Coleoptera
Family : Bruchidae
Genus : Callosobruchus
Hama kumbang kacang hijau C. chinensis memiliki ukuran tubuh yang relative
kecil dibanding dengan hama gudang lainnya. Kumbang jantan berukuran 2,4-3
14
mm sengkan betina 2,76-3,49 mm. Antena jantan bertipe sisir (pectinate) dan
Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada
permukaan biji yang disimpan dan akan menetas pada suhu 24,4-700C dengan
kekuning-kuningan. Panjang telur 0,57 mm. (Endha, 2010 dalam Fahrezi, 2016).
Gambar 1. Proses Peletakan Telur, Larva, Pupa dan Imago C. chinensis pada biji
Larva yang baru menetas akan terus menggerek dengan cara memakan
kulit telur yang menempel pada biji dan masuk ke dalam kotiledon. Larva hidup
berkembang dengan cara memakan kulit biji hingga memenuhi satu butir biji,
membentuk satu lubang keluar persis di bawah kulit biji sebagai jendela bulat
yang terlihat dari luar (Gambar 1) Bato & Sanches (1998). Masa larva
berlangsung sekitar 14 hari dan masa kepompong (pupa) 4-6 hari. Kemudian pupa
berubah menjadi imago. Beberapa hari tetap berada dalam kacang hijau, 2-3 hari
keluar dari biji dengan cara mendorong kulit biji yang digores dengan
15
mandibelnya sehingga terlepas dan terbentuklah lubang. (Ayyaz dkk, 2006 dalam
Fahrezi 2016).
menyerang pada bagian biji kacang hijau mulai dari merusak biji, hingga
benih menurun serta terjadinya penyusutan bobot yang sangat tinggi hingga
kacang hijau tidak dapat lagi digunakan untuk benih. Bato dan Sanches (1998)
mutu benih ketika dikecambahkan karena hama tersebut telah merusak kotiledon
biji. Serangan hama C.chinensis berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas biji
kacang hijau hingga mencapai 70% (Suyono, 1988 dalam Fahrezi, 2016).
pestisida sintesis karena dapat menekan hama dalam waktu yang singkat, relatif
mudah diaplikasikan dan sudah diformulasikan dalam bentuk yang sudah siap
resistensi dan resurjensi, serta residu pestisida pada bahan yang disimpan
(Kardinan, 2001 dalam Nuraeni, 2015). Untuk itu perlu upaya untuk mencari
E. Biopestisida
hidup, terbuat dari tanaman sehingga disebut sebagai pestisida nabati. Irawati dkk
yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan
kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan
alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi manusia karena
residu mudah hilang. biopestisida ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik,
beberapa kriteria, antara lain : (a) mudah dibudidayakan, (b) tanaman tahunan, (c)
17
tidak perlu dimusnahkan apabila suatu saat bagian tanamannya diperlukan, (d)
tidak menjadi gulma atau inang bagi organisme pengganggu tanaman, (e)
mempunyai nilai tambah, (f) mudah diproses sesuai dengan kemampuan petani.
Selain itu, tanaman yang mengandung komponen aktif seperti alkaloid, terpenoid,
kumarin, glikosida dan beberapa sterol serta minyak atsiri dapat berpotensi
atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini
diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung,
ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan metabolit sekunder dari
bagian tumbuhan (Irawati dkk, 2010) Secara garis besar pembuatan pestisida
pemerasan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu atau pasta (Kardinan,
diinginkan, yaitu aman, murah, mudah diterapkan petani dan efektif membunuh
hama. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai biopestisida adalah
Pantai Pasifik di Amerika Tengah. Pada tahun 1600-an penyebaran tanaman ini
terbatas pada hutan musim kering gugur daun, tetapi banyak tumbuh di dataran
rendah yang tersebar di Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Selatan bagian utara,
Asia dan diperkirakan masuk ke Indonesia pertama kali sekitar tahun 1900
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Subfamili : Faboideae
Genus : Gliricidia
sebagai pagar hidup dalam penanaman lada, vanili, dan ubi jalar. Daunnya dapat
sedangkan kayu tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai alat pertanian dan kayu
digunakan untuk pupuk, kayu bakar dan pencegah erosi. Beberapa peternak
mengandung lebih dari 20% protein kasar meskipun cukup toksik untuk hewan
Pada genus Gliricidia, saat ini terindentifikasi terdapat tiga spesies yaitu
maculate memiliki daun yang berbulu dan biasanya bunganya berwarna putih
pada bunga majemuk yang terjumpai. Gliricidia sepium memiliki daun yang
ukurannya lebih panjang dan lembaran daun yang seperti kertas, serta bunga yang
berwarna merah muda pada bagian ujung bunga majemuk yang menjorok keluar.
lembaran kecil dipangkal batang daun serta memiliki polong yang lebih panjang
Tanaman gamal merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan
sebagai pestisida nabati. Gamal banyak mengandung senyawa yang bersifat toksik
20
seperti dikumarol, prussic acid, alkaloid, tannin, dan senyawa pengikat protein
diduga dapat mengiritasi kulit dan menghambat transportasi asam amino leusin.
kandungan senyawa metabolit sekunder yang bersifat toksik. Salah satunya adalah
yang bekerja apabila senyawa tersebut masuk dalam tubuh serangga maka akan
Alkaloid memiliki sifat metabolit terhadap satu atau beberapa asam amino.
Efek toksik lain bisa lebih kompleks dan berbahaya terhadap insekta, yaitu
tidak larut dalam air. Dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim
Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan
kita menganggap salah satu fungsi utama tannin dalam tumbuhan ialah sebagai
penolak hewan termasuk serangga (Harborne, 1987). Gejala yag diperlihatkan dari
21
pertumbuhan, kehilangan berat badan dan gejala gangguan nutrisi (Howe dan
Ekstrak daun gamal yang dicampurkan dengan detergen dan minyak tanah
dapat menekan hama kutu daun kapas setelah 24 jam penyemprotan dan mampu
membunuh hama kutu daun sebesar 70% setelah 48 jam pada skala laboratorium
(Tukimin dan Rizal, 2002 dalam Nismah dkk. 2011). Hasil penelitian (Nukmal
dkk. 2009 dalam Nismah dkk., 2011) juga membuktikan bahwa ekstrak polar (air
dan etanol) daun gamal dapat menyebabkan kematian 100% pada imago hama
laboratorium. Ekstrak air daun gamal dengan konsentrasi terendah 2,19% dapat
mematikan 50% hama penghisap buah lada (Dasynus Piperis) setelah perlakuan
uji bioassay pada skala laboratorium (Nukmal dkk. 2010 dalam Nismah dkk.
2011).
Hasil uji toksisitas ekstrak air daun gamal oleh Nismah dkk (2011)
terhadap hama kutu putih tanaman pepaya. Diketahui bahwa nilai LC50, ekstrak
daun gamal dengan larutan air efektif dalam mematikan hama kutu putih tanaman
Dari hasil uji pendahuluan berupa uji ekstrak daun gamal kontak selama
kematian hama dan diketahui bahwa ekstrak daun gamal mempunyai toksisitas
kontak terhadap C. chinensisse sebesar 26,36%. Dari uji toksisitas pakan selama
22
satu minggu diketahui bahwa ekstrak daun gamal dengan konsentrasi terkecil 30%
10% dan hari ke 5 mencapai 100%. Dari uji pakan diketahui bahwa ekstrak daun
Adanya kandungan bahan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati pada
G. Hipotesis