TINJAUAN PUSTAKA
A. Kacang hijau
hari) berupa semak yang tumbuh tegak (Purwono dan Hartono, 2012). Tinggi
tanaman kacang hijau 25-130 cm. Tanaman ini disebut juga mungbean, green
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicetyledonae
Ordo : Rosales
Genus : Vigna
setiap polong berisi 10-15 biji. Polong kacang hijau berbentuk bulat silindris atau
pipih dengan ujung agak runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau,
setelah tua berubah menjadi kecoklatan atau kehitaman (Rukmana, 1997 dalam
Bariza, 2010). Biasanya buah berbulu pendek, berbulu atau tanpa bulu, menyebar
dan menggantung dan seringkali lurus (Somaatmadja, 1993 dalam Bariza, 2010).
Trustinah (1993 dalam Muafifah 2006) menambahkan buah atau polong kacang
1
2
hijau dibedakan menjadi tiga yaitu berukuran pendek (12,0-13,5 cm), sedang
Biji kacang hijau berbentuk bulat. Biji kacang hijau lebih kecil
dibandingkan dengan biji kacang tanah atau kacang kedelai yaitu bobotnya hanya
sekitar (0,5-0,8 mg). Bijinya berwarna hijau atau kuning, sering kali coklat atau
(Somaatmadja, 1993 dalam Bariza, 2010). Sedangkan hilumnya ada yang cekung
atau tidak cekung (Trustinah, 1993 dalam Muafifah, 2006). Bijinya sering dibuat
Benih kacang hijau merupakan benih ortodok, yaitu jenis benih yang
tahan terhadap pengeringan dan dapat disimpan pada suhu rendah. Daya simpan
benih dapat diperpanjang dengan menurunkan kadar air dan suhu (Hasanah,
2002). Menurut Kuswanto (1996) kadar air benih merupakan salah satu faktor
yang sangat mempengaruhi benih dalam penyimpanan. Kadar air benih yang
benih, begitu juga sebaliknya kadar air benih terlalu rendah 3%-5% dapat
sehingga pada waktu dikecambahkan air tidak dapat berimbibisi ke dalam benih
dan dapat menyebabkan kematian embrio. Selain termasuk benih ortodok, jenis
biji kacang hijau adalah dikotil yaitu biji berkeping dua, sedangkan tipe
pertama yang muncul ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini
kemudian akan tumbuh menembus permukaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang
Proses pertumbuhan tanaman kacang hijau diawali dari biji yang akan
kacang hijau dengan produksi maksimal, salah satunya dibutuhkan benih bermutu
tanaman kacang hijau yang tumbuh subur dan menghasilkan buah maksimal
B. Mutu Benih
Benih bermutu ialah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang
berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul. Benih yang berkualitas tinggi
memiliki daya tumbuh lebih dari 80 %. Benih unggul yaitu benih yang bermutu
tinggi, baik segi kemurnian, kebersihan, daya tumbuh, maupun kesehatan benih
(Kartasapoetra, 2003).
4
Mutu benih mencakup tiga aspek, yaitu: (a) mutu genetis, yaitu aspek
mutu benih yang ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan
oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas benih
yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe
tanaman; (b) mutu fisiologis, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukkan oleh
viabilitas benih meliputi daya berkecambah atau daya tumbuh dan vigor benih; (c)
mutu fisik, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukkan oleh tingkat kebersihan,
keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih tanaman
lain atau biji gulma, dan kadar air (Saenong dkk., 2006 dalam Kurniawati, 2012).
Untuk menentukan mutu benih, karakter yang diuji antara lain tingkat
kemurnian fisik benih, kotoran benih lain (kurang dari 0,2%), tingkat
kebenaran varietas (100%), dan daya simpan benih (1-5 tahun). Kemudian untuk
benih kacang hijau yang bermutu harus mempunyai syarat daya tumbuh minimal
80 %, benih harus sudah tumbuh kurang dari 4 hari, benih harus murni artinya
tidak tercampur varietas lain dan biji gulma, dan biji sehat secara fisik, bernas,
mengkilap, tidak keriput, dan tidak terdapat luka gigitan serangga (Purwono dan
Hartono, 2012).
tersebut diakibatkan oleh perbedaan gen yang ada dalam benih; (b) faktor
pemasaran benih; (c) faktor kondisi fisik dan fisiologis benih, yaitu berkaitan
tingkat keusangan, tingkat kesehatan, ukuran dan berat jenis, komposisi kimia,
struktur benih, tingkat kadar air dan dormansi benih (Wirawan dan Wahyuni,
2002).
benih.
C. Penyimpanan Benih
sehingga benih dapat ditanam pada musim yang sama di lain tahun atau pada
musim yang berlainan dalam tahun yang sama, atau untuk tujuan pelestarian benih
dari sesuatu jenis tanaman. Selanjutnya Justice dan Bass (2002) menambahkan
bernilai ekonomis dari satu musim ke musim berikutnya. Yudono (2012) juga
6
berdaya simpan baik, sedang, dan jelek. Agar benih memiliki daya simpan yang
tinggi atau baik, maka benih harus bertitik tolak dari kekuatan tumbuh (vigor) dan
simpan terdapat perbedaan antara benih yang kuat dan lemah. Karena periode
simpan merupakan fungsi dari waktu maka perbedaan antara benih yang kuat dan
lemah terletak pada kemampuannya untuk tidak dimakan waktu (Sadjad, 1976
daya simpan benih ortodoks adalah faktor dalam benih itu sendiri dan faktor
luar/lingkungan tempat simpan. Faktor dalam benih yang berpengaruh yaitu kadar
air awal penyimpanan (pada benih ortodoks antara 5-13% tergantung jenis benih
yang disimpan), tingkat pengisian biji (semakin bernas benih semakin besar daya
simpannya), tingkat kemasakan biji (semakin jauh dari masak fisiologis pada saat
panen semakin kecil daya simpannya), tingkat kerusakan biji (semakin rusak biji
semakin kecil daya simpannya), dan jenis benih. Kemudian faktor luar/lingkungan
yang berpengaruh yaitu suhu tempat simpan (bagi benih ortodoks, semakin rendah
suhu tempat simpan, daya simpan menjadi lebih besar karena kecepatan respirasi
aerasi tempat simpan (semakin baik pengaturan aerasi tempat simpan, daya
simpan akan semakin besar karena aerasi akan menurunkan suhu dan kelembaban
(1959 dalam Yodono 2012) dikenal sebagai RULES OF THUMB yaitu setiap
meningkatkan daya simpan 2 kali lipat, kemudian setiap penurunan kadar air
benih 1% potensi daya simpan meningkat 2 kali lipat, dan sebagai pedoman
Proses kemunduran benih selama periode simpan terjadi secara alami dan
lingkungan. Hal ini berarti bahwa semakin lama benih disimpan, maka benih akan
benih, menyusul suhu ruang simpan (Harrington, 1973 dalam Dinarto, 2010).
Pada benih kacang hijau saat dalam penyimpanan benih harus dalam kondisi
kering dengan kadar air 10-12 %. Biji yang telah bersih dikeringkan dengan cara
dijemur atau menggunakan alat pengering. Semakin kering akan semakin baik
sebab lebih tahan disimpan. Benih kacang hijau sebaiknya disimpan di ruangan
yang sejuk, kering, bersih, dan bersirkulasi udara baik (Purwono dan Hartono,
2012).
atas faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik meliputi suhu, kelembaban, dan
komposisi gas sedangkan faktor biotik meliputi biji, cendawan, dan serangga
D. Callosobruchus chinensis L.
berkut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Coleoptera
Family : Bruchidae
Genus : Callosobruchus
Telur diletakkan pada permukaan biji, biasanya pada satu biji hanya
diletakkan seekor kumbang betina berkisar antara 50-150 butir (Sudarmo, 1991).
cembung pada bagian dorsal serta rata pada bagian yang melekat dengan biji.
Larva yang baru menetas akan terus menggerek dengan cara memakan
kulit telur yang menempel pada biji dan kulit biji dan masuk ke dalam kotiledon.
Larva hidup dengan cara memakan dan menggerek kulit biji (Bato dan Sanches,
1998).
lubang keluar persis di bawah kulit biji, berupa semacam jendela bulat yang
terlihat dari luar, tetap tinggal di dalam biji sampai menjadi imago. Stadia larva
Larva instar keempat telah memakan isi biji dekat di bawah kulit biji,
maka akhirnya larva menjadi pupa dan tetap berada pada tempat tersebut sampai
C. chinensis yang baru dewasa, beberapa hari tetap berada dalam biji
kacang hijau, 2-3 hari keluar dari biji dengan cara mendorong kulit biji yang
10
telur, cembung pada bagian dorsal. Panjang tubuh kumbang jantan antara 2,40 -3
mm, sedangkan betina 2,76-3,48 mm. Antena kumbang jantan bertipe sisir
(pectinate) dan betina bertipe gergaji (serrate). Stadia imago antara 25-34 hari
Hama C.chinensis menyerang pada bagian biji kacang hijau mulai dari
merusak biji hingga memakannya sampai tinggal bubuknya saja. Kerusakan yang
viabilitas benih menurun serta terjadinya penyusutan bobot yang sangat tinggi,
akibatnya kacang hijau tidak dapat lagi digunakan untuk benih maupun untuk
(1991 dalam Nuraeni 2015) melaporkan bahwa produk yang diserang akan
tampak berlubang, karena larva terus menggerek biji dan berada di dalam biji
sampai menjadi imago. Slamet (1997) juga menambahkan bahwa gejala serangan
pertama pada kacang hijau tampak bintik-bintik putih, setelah itu kacang hijau
hampir 12,5% dari total produksi kacang - kacangan sebesar 0,2 juta ton per tahun
(Hein, 1997 dalam Dadang dan Undayasari, 2005). Kehilangan hasil akibat
serangan C. chinensis mencapai 70% (Ayyaz dkk., 2006 dalam Sari dkk., 2013).
pestisida sintesis karena pestisida dapat menekan hama dalam waktu singkat,
relatif mudah diaplikasikan dan sudah diformulasikan dalam bentuk yang sudah
siap digunakan. Namun penggunaan pestisida sintetis yang kurang bijaksana dapat
resistensi dan resurjensi, serta residu pestisida pada bahan yang disimpan
(Kardinan, 2001 dalam Nuraeni, 2015). Untuk itu perlu upaya untuk mencari
E. Pestisida Nabati
aktif tunggal (single active ingredient) atau majemuk (multiple active ingredient)
yang berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati berasal dari tumbuhan (daun, buah,
biji atau akar) dan berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul),
bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang (Kardinan, 2001
beberapa kriteria, antara lain : (a) mudah dibudidayakan, (b) tanaman tahunan, (c)
tidak perlu dibasmi apabila suatu saat bagian tanamannya diperlukan, (d) tidak
menjadi inang bagi organisme pengganggu tanaman, (e) mempunyai nilai tambah,
(f) mudah diproses sesuai dengan kemampuan petani. Selain itu, tanaman yang
beberapa sterol serta minyak atsiri dapat berpotensi sebagai pestisida (Dewi, 2007
produk berupa tepung, abu atau pasta. Ekstraksi juga dapat dilakukan dengan
tanaman atau pada penyimpanan benih karena memenuhi beberapa kriteria yang
diinginkan, yaitu aman, murah, mudah diterapkan petani dan efektif membunuh
hama. Keuntungan lainnya dari pestisida nabati adalah mudah dibuat dan berasal
dari bahan alami atau nabati yang mudah terurai (biodegradable) sehingga tidak
mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia ataupun ternak. Salah satu
tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah bubuk dari daun
gamal.
13
tropis Pantai Pasifik di Amerika Tengah. Pada tahun 1600-an penyebaran tanaman
ini terbatas pada hutan musim kering gugur daun, tetapi banyak tumbuh di dataran
rendah yang tersebar di Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Selatan bagian utara,
Asia dan diperkirakan masuk ke Indonesia pertama kali sekitar tahun 1900
Tanaman ini sering digunakan sebagai pagar hidup dalam penanaman lada, vanili,
pestisida, dan pakan ternak, sedangkan kayu tanaman ini dapat dimanfaatkan
sebagai alat pertanian dan kayu bakar (Elevitch dan Francis, 2006).
digunakan untuk pupuk, kayu bakar dan pencegah erosi. Beberapa peternak
mengandung lebih dari 20% protein kasar meskipun cukup toksik untuk hewan
bersifat toksik seperti dikumarol, prussic acid, alkaloid, tannin, dan senyawa
pengikat protein yang juga tergolong zat anti nutrisi. Insektisida nabati dari gamal
lebih panjang dan gelap. Gliricidia maculate memiliki daun berbulu dan biasanya
bunganya berwarna putih pada bunga majemuk yang terjumbai. Gliricidia sepium
memiliki daun yang ukurannya lebih panjang dan lembaran daun yang seperti
kertas, serta bunga yang berwarna pink pada bagian ujung bunga majemuk yang
(Robinson, 1995). Menurut Duke dan Wain (1981) senyawa ini sebagai pestisida
ini karena keaktifan senyawa toksik dikumarol sebagai derivatnya dari kumarin
yang dapat menyebabkan pendarahan lebih luas, paralysis dan mati apabila
kandungannya melebihi dari 10 ppm. Begitu juga pendapat dari Everist (1974)
bahwa ditemukan bentuk derivat kumarin dalam tanaman dan ada 4 bentuk
derivatnya, yaitu derivat pertama adalah dikumarol yang bersifat antikoagulan dan
Derivat ketiga: aflatoksin yang mempunyai sifat toksin hati yang sangat kuat dan
karsinogenik yang cukup tinggi dan merupakan hasil produksi dari Aspergillus.
sinar matahari.
amino. Efek toksik lain bisa lebih kompleks dan berbahaya terhadap insekta, yaitu
yang tidak larut dalam air. Dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan
terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan
pencernaan hewan kita menganggap salah satu fungsi utama tannin dalam
Gejala yag diperlihatkan dari hewan yang mengkonsumsi tannin yang banyak
Rizal, 2002). Insektisida nabati daun gamal ini potensial untuk digunakan dalam
bahwa ekstrak daun gamal mampu menimbulkan kematian 97,14% dan 96,59%
tembakau. Kemudian pada hasil penelitian selanjutnya (Tukimin dan Rizal, 2002)
16
pada pengendalian serangga hama kutu daun Aphis gossypii pada tanaman kapas
menunjukan bahwa pada formulasi 9 gram daun gamal ditambah 31,5 ml minyak
tanah ditambah 6,25 gram detergen ditambah 1000 ml air sudah mampu untuk
selama empat bulan. Populasi C. chinensis dan mutu benih kacang hijau setelah
penyimpanan empat bulan yang diberi pupuk daun gamal pada dosisi 10, 20, 40%
menjaga mutu benih kacang hijau. Dan pada penelitian sebelumnya dari masing-
masing perlakuan pada dosis 10, 20, 40% tidak ada peningkatan populasi hama C.
G. Hipotesis
2. Dosis bubuk daun gamal 20% adalah dosis terbaik dalam mengendalikan hama
penyimpanan.