Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan program pendidikan non formal yang
dilaksanakan di luar sekolah, sesuai dengan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tahun
2018. Pelaksanaan PKL dimaksudkan untuk meningkatkan mutu lulusan SMK baik dalam
pengetahuan, keterampilan, kemampuan adaptasi maupun kepekaan terhadap peluang-peluang usaha
yang ada di dunia usaha masyarakat.
Kegiatan PKL ini diprogramkan pada semester V (Lima). PKL merupakan syarat dalam
menyelesaikan pendidikan di SMK. Untuk menjawab tuntutan kurikulum maka siswa kelas XII
wajib melakukan kegiatan PKL pada semeter V (lima) di Dunia usaha/Dunia industri.
Lahan Balai Penyuluhan Pertanian adalah salah satu tempat yang dapat digunakan untuk
melakukan praktek kerja lapangan. Salah satu tanaman yang dibudidayakan pada lahan Balai
Penyuluhan Pertanian adalah tanaman Sawi hijau.
Sawi hijau (Brassica rapa var.paraschinensis; adalah jenis sayuran yang digemari oleh
semua golongan masyarakat. Tanaman sawi salah satu komoditi sayuran yang sangat potensial untuk
di budidayakan. Sawi mengandung zat-zat gizi yang lengkap yang memenuhi syarat untuk kebutuhan
gizi masyarakat. Sawi biasa ditanam untuk dikonsumsi sebagai bahan makanan. Permintaan terhadap
tanaman sawi selalu meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di indonesia dan juga
kesadaran kebutuhan gizi. Dilain pihak, hasil sawi belum mencukupi kebutuhan dan permintaan
masyarakat karena areal pertanaman semakin sempit dan produktivitas tanaman sawi masih relatif
rendah. Untuk pertumbuhannya, tanaman ini membutuhkan media tumbuh berupa tanah dan
campuran pupuk feses kambing untuk penyedian nutrisi dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman
untuk pertumbuhannya.
Sayuran sawi yang di konsumsi baik setelah diolah maupun sebagai lalapan, ternyata
mengandung berbagai macam zat makan yang ensensial bagi kesehatan tubuh. (Damanik, 2011).
Kelayakan pengembangan budidaya sawi antara lain karena kondisi wilayah indonesia yang sangat
cocok untuk komoditas tersebut. Umur panennya relatif pendek yaitu minimal 21 hari setelah tanam.
Berdasarkan latar belakang diatas telah dilakukan Praktek Kerja Lapangan dengan judul
“Budidaya Sayuran Sawi Hijau” di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Kota Soe.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum

1
Tujuan umum dari dilaksanakanya PKL di Semester V adalah agar Peserta didik memiliki
jiwa dan semangat wirausaha dan mampu menganalisa suatu usaha di bidang pertanian, sehingga
siswa mampu mengelolah suatu usaha dibidang pertanian secara utuh dan professional dengan
memperhatikan situasi, kondisi dan potensi wilayah yang ada.

b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari dilaksanakanya PKL Semester V antara lain sebagai berikut :

1. Mengembangkan wawasan dan keterampilan Peserta didik sebagai pelaku agribisnis dengan
dilandasi sikap mental disiplin, penuh perhitungan, kerjasama dan tanggung jawab yang
tinggi.
2. Peserta didik mampu menganalisa berbagai subsistem agribisnis suatu komoditi, baik secara
kuantitatif (Input/Output) maupun secara kualitatif (Analisa SWOT).
3. Peserta didik mengenal potensi di daerah, baik itu potensi komparatif maupun kompetitif.
4. Peserta didik mengenal keterampilan penyuluhan.
5. Melatih Peserta didik menyesuaikan diri dan berkomunikasi dengan masyarakat sebagai mitra
kerja petani yang mampu menyebarkan teknologi pertanian.

1.3 Manfaat PKL


1. Mempelajari proses usaha agribisnis tanaman pangan dan hortikultura.
2. Mengetahui kendala atau permasalahan dalam proses usaha agribisnis tanaman pangan dan
hortikultura.
3. Untuk menanamkan disiplin ilmu terapan bagi siswa pertanian yang bersifat aplikatif.
4. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat digunakan sebagai bekal bagi
siswa ketika terjun di dunia kerja.
5. Menambah wawasan serta siswa memiliki prospek usaha yang salah satunya menjadi inovasi
yang perlu di kembangkan.
6. Salah satu ilmu yang optimal untuk bahan pelajaran dan motivasi dalam kehidupan kelak.
7. Menjadikan sumber motivasi untuk menjadi siswa yang cerdas dalam program tersebut.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Sawi Hijau

Sawi hijau merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura dari jenis sayur-sayuran
yang dimanfaatkan daun-daun yang masih muda. Daerah asal tanaman sawi Tiongkok dan Asia
Timur, di daerah Tiongkok, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu, kemudian
menyebar luas ke Filipina dan Taiwan. Masuknya sawi ke wilayah Indonesia diduga padaabat XIX.
Bersamaan dengan lintas perdagangan jenis sayuran sub-tropis lainnya, terutama kelompok kubis-
kubisan. Daerah pusat penyebaran sawi antara lain cipanas,lembang,pengalengan,malang, dan tosari.
Terutama daerah yang mempunyai ketinggian diatas 1.000 dari permukaan laut (Susila, 2006).

Sawi hijau sebagai makanan sayuran memiliki macam-macam manfaat dan kegunaan dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Sawi selain dimanfaatkan sebagai bahan makanan sayuran juga
dapat dimanfaatkan untuk pengobatan antara lain untuk mencegah timbulnya tumor panyudara,
kanker payudara, menyehatkan mata, mengendalikan kadar kolestrol di dalam darah, menghindarai
serangan jantung. Sealai itu sawi juga digamari oleh konsumen karena memiliki kandungan pro-
vitamin A dan askrobat yang tinggi. Ada dua jenis caisin atau sawi yaitu sawi putih dan sawi hijau
(Pracaya, 2011).

2.2 Klasifikasi dan Morfologi Sawi Hijau

Dalam ilmu tumbuhan, tanaman sawi hijau diklasifikasikan sebagai berikut :

Devisi : Spermatophyta (tanaman berbiji)


Sub divisi : Angiospermae (biji berada didalam buah)
Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua atau biji belah)
Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
Famili : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica pekinensia L
Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang dan cabang akarnya berbentuk
silindris menyebar kesemua arah pada kedalaman antara 30-50 cm. Sawi berbatang pendek da
beruas-ruas yang berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun. Daun sawi bersayab dan
bertangkai panjang yang bentuknya pipih. Struktur bunga tersusun dalam tangkai bunga yang

3
tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai daun
kelopak, empat helai daun mahkota bunga yang berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan
satuh buah putik yang berongga dua. Penyerbukan bunga sawi dapat berlangsung dengan batuan
serangga lebah maupun tangan manusia. Hasil penyerbukan ini terbentuk buah yang berisi biji. Buah
sawi termasuk tipe polong yakni bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2
sampai 8 butir biji. Biji sawi bentuknya bulat kecil, berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman
(Rukmana, 1994).
Tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) dapat beradaptasi dengan tempat yang berudarah
panas maupun dingin sehingga dapat diusahakan didaerah dataran tinggi maupun dataran rendah.
Istarofah dan salamah (2017) menyatakan bahwa tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) tumbuh
baik pada tanah yang subur, gembur, mudah mengikat air dan kaya bahan organik. Keasaman tanah
yang baik untuk pertumbuhan ini adalah Ph 6-7. Salah satu cara untuk memperoleh pertumbuhan
tanaman yang baik adalah dengan cara pemupukan. Pemupukan merupakan suatu usaha penambahan
unsur-unsur hara dalam tanah yang dapat meninggaktkan produksi kesuburan tanah dan mutu hasil
tanman.

2.3. Pupuk Kandang Feses Sapi

Unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang sapi terdiri dari 1,1% N, 2,5% P, 0,5% K, 3%
Ca, 0,69 % Mg (Parnata, 2010). Kotoran sapi mempunyai kandungan serat kasar tinggi, seperti
selulosa. Hal ini ditandai dengan C/N rasio yang tinggi, diatas 40. Hal ini akan mengakibatkan laju
mineralisasi berjalan lambat sehingga berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara. Oleh karena
itu, harus dilakukan pengomposan agar rasio C/N dibawah 20 (Masito et al, 2014). Pupuk kandang
sapi merupakan pupuk yang bersifat dingin yang berarti lambat dalam proses perombakannya
sehingga lambat tersedia bagi tanaman. Pupuk kandang sapi sebaiknya dimanfaatkan pada tanah
yang mengandung sedikit bakteri dan jasad reniknya secara intensif dapat berperan mempercepat
tersedianya unsur hara dalam tanah (Arifah, 2013). Kotoran sapi mengandung bahan organik secara
spesifik dapat meningkatkan ketersediaan fosfor dan unsur hara mikro, mengurangi pengaruh buruk
aluminium sehingga menyediakan karbondioksida pada kanopi tanaman. Penambahan pupuk
kandang sapi memiliki kandungan nitrogen yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan sawi
caisim (Azizah et., 2016). Pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis 10 dan 15 ton/ha berturut-
turut menghasilkan bobot segar sawi sebesar 21,75 g dan 23,75 g. Semakin tinggi dosis pupuk
kandang sapi yang diberikan semakin tinggi atau semakin berat bobot segar yang 10 dihasilkan
(Sompotan, 2013). Peningkatan produksi tanaman sawi putih dengan menambah pupuk kandang
untuk pertanian berkelanjutan. Dosis pemberian pupuk kandang untuk tanaman sawi putih berkisar

4
10-20 ton/ha dengan menggunakan pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing dan pupuk
kandang ayam (Kusuma, 2012). Hal ini dikarenakan pupuk kadang sapi menjadi sumber kandungan
bahan organik tanah yang berperan dalam memperbaiki sifat kimia, biologi dan fisik tanah.
Pemberian pupuk kandang sapi juga sangat efektif dalam perkembangan akar tanaman karena bahan
organik yang dikandung mengakibatkan agregat tanah menjadi lebih baik dan meningkatkan
kemampuan mengikat air sehingga meningkatkan pertumbuhan akar (Santono, 2015).

2.5 Pupuk Urea NPK

Pupuk urea berbentuk granul bewarna putih dengan merupakan pupuk yang mudah larut
dalam air dan memiliki sifat sangat mudah menghisap air (higrokopis), sehingga sebelum digunakan
pupuk urea harus ditutup rapat dan 12 disimpan di tempat kering (Amin, 2014). Pupuk urea bereaksi
dengan cepat sehingga cepat tersedia untuk diserap oleh akar tanaman. Aplikasi pupuk urea dengan
dosis yang tepat akan menentukan pertumbuhan sawi (Lingga, 2007). Hasil penelitian Erawan (2013)
menyatakan bahwa mengingat pupuk urea mengandung 46% N, sehingga baik untuk proses
pertumbuhan tanaman sayuran khususnya yang dipanen daunnya. Pemberian pupuk urea sebanyak
125 kg/ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman sawi lebih tinggi dengan
produksi mencapai 10 ton/ha. Penelitian lain oleh Silvester et al. (2013) pemberian pupuk urea
sebanyak 7,5 g/ha berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kailan.
Berdasarkan penelitian Sarif et al. (2015) bahwa nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion
amonium (NH4 + ) dan ion nitrat (NO3 - ) yang terdapat dalam larutan tanah. Pemberian nitrogen
dengan dosis optimum dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan kandungan
protein, pembentukan klorofil serta meningkatkan ratio tajuk/akar. Pemberian pupuk urea dengan
dosis 200 kg/ha dapat menyuplai unsur nitrogen sesuai yang dibutuhkan tanaman sawi untuk proses
pertumbuhan dan perkembangan. Nitrogen dalam urea berperan dalam pertumbuhan vegetatif
tanaman misalnya tinggi tanaman dan jumlah daun sawi. Unsur hara N dalam jumlah yang cukup
dan tersedia dapat merespon pembentukan protoplasma dalam jumlah besar sehingga akan
menghasilkan berat segar tanaman dan berat bersih konsumsi yang tinggi (Prastowo et al., 2013).
Hasil penelitian Yanti et al. (2014) bahwa pupuk urea mengandung nitrogen yang berperan pada
masa vegetatif tanaman, dengan 13 pemberian urea dengan dosis 200 ppm dapat meningkatkan
produksi tanaman sawi yaitu pada penambahan bobot kering tanaman disebabkan tanaman mampu
meningkatkan laju fotosintesis. Pemberian unsur N dari urea pada tanaman berfungsi dalam
fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat dan sel-sel baru bagi tanaman selama masa vegetatif
tanaman, sehingga tidak terjadi kekurangan N pada tanaman (Putra et al., 2015). Nitrogen berperan
dalam pembentukan hijau daun dan berperan dalam proses pertumbuhan tanaman (Hariadi et al.,

5
2016). Zat hijau daun terbentuk oleh nitrogen akan tercukupi sehingga meningkatkan proses
fotosintesis dan hasil makanan yang lebih banyak lagi (Silvester, 2013). Urea diserap akar tanaman
dipergunakan untuk melakukan pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan vegetatif cepat sehingga
dengan ketersediaan unsur hara nitrogen oleh tanaman digunakan untuk pertumbuhan tunas baru dan
daun baru (Djarwatiningsih et al., 2013). Hasil penelitian Sari et al. (2016) bahwa pemberian urea
dan ZA dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot kering
tanaman serta bobot segar tanaman sawi pakchoy. Kekurangan unsur N menyebabkan pertumbuhan
kerdil, daun menguning dan pertumbuhan akar terbatas, sedangkan kelebihan N menyebabkan
pertumbuhan vegetatif memanjang dan mudah rebah (Jamilah dan Nuryulsen, 2012). Nitrogen yang
berasal dari urea mudah hilang dari tanah. Hal ini disebabkan oleh sifat urea mudah menjadi amoniak
dan CO2 mudah menguap ke udara, mudah terurai dan terbakar oleh sinar matahari, mudah diserap
oleh tanaman lain, mudah hanyut akibat erosi dan pencucian serta mudah hancur karena
dipergunakan oleh mikroorganisme tanah (Suwandi, 2009).

6
BAB III
METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1. Tempat dan Waktu

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini telah dilaksanakan di Lahan Balai Penyuluhan
Pertanian, Jln. Ikan Lele, Kelurahan Oekefan, Kecamatan Balai Penyuluuhan Pertanian Kota Soe,
Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) dilaksanakan selama tiga bulan sejak tanggal 1 Juli 202 2 sampai 30 September 2022.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktek ini adalah cultivator, parang/sabit, tembilang, sekop,
linggis, ember, gayung, cangkul, alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih sawi
hijau, pupuk kandang babi, furadan, POC, ZPT dan pupuk urea NPK.

3.3 Prosedur Pelaksanaan PKL

Kegiatan Praktek kerja lapangan ini dilakukan dengan metode praktek langsung di lapangan
dengan mengikuti semua kegiatan yang ada di lapangan. Untuk mendukung semua kelengkapan dan
menunjang keberhasilan praktek kerja lapangan dilakukan kegiatan antara lain:

1. Partisipasi aktif
Siswa turut aktif bersama pembimbing lapangan dalam melaksanakan kegiatan budidaya
tanaman sawi putih.
Observasi atau pengamatan secara langsung, dengan tujuan pengumpulan data.

2. Wawancara
Wawancara adalah proses Tanya jawab dengan pembimbing lapangan di lahan Balai
Penyuluhan Pertanian yang berkaitan dengan kegiatan yang dilaksanakan.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data secara langsung di tempat PKL yang dilakukan dengan cara mencatat hasil
wawancara dan mengambil gambar dari semua hasil kegiatan yang dilaksanakan.
4. Studi Pustaka

7
Studi pustaka merupakan penelusuran refrensi diluar tempat PKL, seperti buku-buku dan
penelusuran artikel ilmiah melalui internet dengan tujuan mendapat informasi dan
pengetahuan tambahan.
Jenis data yang dikumpulkan selama Praktek Kerja Lapangan adalah:
a. Data Primer
Data ini dikumpulkan langsung oleh penulis di lahan tempat praktek baik secara kualitatif
maupun kuantitatif, seperti hasil diskusi atau wawancara, foto-foto kegiatan dan hasil
pengamatan di lapangan.
Untuk proses pengumpulan data, dilakukan dengan metode wawancara dan observasi.
Kegiatan diskusi atau wawancara dilakukan langsung dengan pembimbing lapangan,
sedangankan observasi dilakukan dengan pengamatan dan praktek secara langsung di
lapangan. Hasil wawancara dan hasil observasi direkap kedalam “Jurnal Kegiatan” yang
telah disediakan sebagai panduan dalam melakukan kegiatan PKL.
b. Data Sekunder
Data ini dikumpulkan melalui studi pustaka, salinan perizinan dan dokumentasi di lahan
Balai Penyuluhan Pertanian.

8
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PKL

4.1 Sejarah Singkat Balai Penyuluhan Pertanian


Visi dan Misi Balai Penyuluhan Pertanian

4.2 Keadaan Lingkungan Lokasi PKL

4.2.1 Fungsi Lahan Balai Penyuluhan Pertanian

4.3 Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI
AGRBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SMK NEGERI POLLO

KEPALA SEKOLAH

Marry Airin Tunliu,S.Sos

KETUA JURUSAN

Florince Y. Kase, SP

SEKRETARIS BENDAHARA
Citra F. Mengga, S.Pd Maria Usfinit, S.Tr.P

GURU

SISWA

9
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sanitasi Lahan (Pembersihan Lahan)

Sebelum melakukan budidya tanaman sawi hijau, terlebih dahulu dilakukan pembersihan
lahan (sanitasi lahan) dari gulma-gulma atau tanaman penganggu lainnya pada tanggal 5 juli 2022.
Tanah berfungsi sebagai media tumbuh akar tanaman. Tanah juga berfungsi menyokong
tumbuhnya tanaman agar tetap tegak. Didalam tanahlah akar tanaman mengisap zat hara, air dana
udara.
Usaha penyiapan lahan untuk kegiatan budidaya tanaman sayuran penghasil daun dan batang
terdiri atas beberapa rangkaian kegiatan, yaitu pengolahan lahan, pembuatan bedengan, pembuatan
saluran irigasi, dan draenase, serta pemupukan dasar.
Secara umum penyiapan lahan bertujuan untuk mengkondisikan media tanam sesuai dengan
kebutuhan tanaman, khususnya bagi perkembangan akar. Dalam kegiatan ini dilakukan: pembuatan
bedengan yang melalui syarat, sistem saluran irigasi, dan draenase yang menjamin ketersediaan air
yang cukup pada saat pertumbuhan awal tanaman. Dengan proses penyiapan lahan yang lengkap
diharapkan pertumbuhan tanaman akar berlangsung dengan baik dan memberikan produksi yang
optimal.

5.2. Pembagian Lahan


Setelah lahan telah di bersihkan dari gulma-gulma dan tanaman pengganggu, maka dilakukan
pembagian lahan untuk semua siswa ATPH yang melakukan praktek kerja lapangan, khususnya per
siswa mendapatkan lahan dengan ukuran panjang 10 meter, lebar 1,5 meter, tinggi 30 cm, jarak antar
bedengan 50 cm, oleh masing-masing siswa, pada tanggal 8 juli 2022.

5.3. Pengolahan Lahan


Pengolahan lahan atau pembuatan bedengan ini dilakukan dengan menggunakan cultivator,
cangkul, sekop, linggis, tali dan tembilang, sedangkan untuk penghalusan atau perataan tanah
menggunakan secop.

10
Pengolahan lahan di lakukan setelah lahan di bersihkan, pada tanggal 05 Juli 2022, dengan
cara menggemburkan tanah. Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk membalikan tanah sehingga
patogen yang berbahaya atau yang merugikan mati terkena sinar matahari.
Pengolahan lahan untuk budidaya tanaman sayuran penghasil daun dan batang pada
prinsipnya adalah untuk menciptakan kondisi tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman dan
tanah siap di tanami.
Pengolahan tanah untuk tanaman budidaya memiliki beberapa tujuan antara lain adalah:
1. Memberantas gulma
2. Menciptakan struktur tanah yang gembur
3. Memperbaiki sestem pertukaran udara di dalam tanah
4. Memperbaiki sistem drainase tanah.
Kegiatan pengolahan tanah di bagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, tanah dipotong-potong
menjadi bongkahan, kemudian di balik agar sisa tanaman dan gulma di permukaan tanah terbenam
dan membusuk. Pengolahan ini biasanya di lakukan dengan bajak, cangkul, alat teknologi, berupa
han traktor, traktor. Tahapan kedua bongkahan tanah di hancurkan dengan cultivator, sehingga sisa-
sisa akar tanaman ikut hancur dan di hasilkan tanah berstruktur gembur.
Kedalaman pengolahan tanah pada umumnya adalah 15-30 cm. Hal ini di sebabkan karena
pertumbuhan dan perkembangan sistem perakaran pada tanaman umumnya terbatas pada ke dalam
tersebut.

5.4. Pembuatan Bedengan


Usaha budidaya tanaman sayuran penghasil daun dan batang (sawi hijau) pada umumnya
dilakukan pada lahan kering, baik pada lahan luas bedengan, dan kondisi tanahnya disesuaikan
dengan persyaratan tumbuh dari komoditas sayuran yang diusahakan pada tanggal 08 juli 2022.
Budidaya tanaman penghasil daun dan batang (sawi hijau) pada bedengan secara ekonomis
akan menambah waktu dan biaya pembuatan namun dengan pelaksanaan budidaya, diperoleh
beberapa keuntungan yaitu, proses pengairan dan pembuangan kelebihan air dapat lebih efektif
karena tiap bedengan dipisahkan oleh parit antar bedengan. Hal ini penting karena tanaman sayuran
memerlukan air yang masuk ke dalam tanah jumlah yang cukup, namun juga sangat peka terhada p
kelebihan air.
Penanaman pada bedengan memberikan keuntungan antara lain :
 Pemeliharaan lebih mudah dan intensif karena luas areal relative kecil.
 Mudah dalam pengairan.
 Mudah dalam pembuangan airnya.

11
Bedengan umumnya dibuat dengan lebar 1-1,20cm, panjang 26 meter, parit 40-50cm, tinggi
60cm, dan disesuaikan dengan kondisi lahan dan pertimbangan aspek budidaya lainnya.

5.5. Pemberian Pupuk Dasar


Sebelum dilakukan penanaman sebaiknya dilakukan pemberian pupuk dasar dengan
menggunakan pupuk kandang yang sudah matang dicampur dengan sekam padi, untuk meciptakan
agar tanah menjadi gembur. Dosis yang diberikan untuk 1 bedengan adalah 9 kilo pupuk kandang,
kemudian dicampur dengan tanah secara merata dan dibiarkan beberapa hari sambil menunggu bibit
siap untuk dipindahkan.
5.6. Penyiapan Bahan Tanam

Bibit merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam budidaya tanaman. Dengan
menggunakan bibit yang baik kemungkinan akan di hasilkan tanaman yang baik, sedangkan jika
menggunakan bibit yang jelek, jelas akan di hasilkan tanaman yang jelek.

5.7. Penanaman
Penanaman sawi hijau di lahan Kelompok Tani Sukamaju Oekefan dilakukan denggan cara
menanam benih pada lubang tanam bedengan tanpa melalui persemaian terlebih dahulu. Bibit
tanaman sawi ditanam di atas bedengan dengan jarak 20 x 20 cm. Buat lubang dengan kedalaman
sekitar 10 cm untuk menanam bibit tanaman sawi, kemudian ditutup kembali dengan tanah dengan
dan terakhir disiram dengan air.

5.8. Pemeliharaan
1. Penyiraman

Penyiraman Tanaman sayuran dilahan kering dapat dilakukan setiap hari atau setiap
hari dua kali dalam sehari pada pagi dan sore hari, dengan jumlah air disiram mengacu pada
kebutuhan air, agar ketersediaan air untuk tanaman tersedia sehingga tidak menghambat
dalam pertumbuhannya. Namun penyiraman juga tergantung pada cuaca jika hujan tidak di
lakukan penyiraman.

Pengaturan pengairan pada budidaya tanaman sayuran penghasil daun dan batang
sangat penting, jumlah air yang diperlukan selama masa tumbuhnya tanaman sangat
bergantung pada jenis tanah, jenis tanaman dan keadaan cuaca. Fungsi air untuk tanaman
terutama untuk memenuhi kebutuhan fotosintesis, mempertahankan turgor, melarutkan dan

12
menganggkut unsur hara sehingga pada waktu penanaman dan pemupukan keadaan tanah
harus dalam keadaan lembab.

2. Penyulaman
Penyulaman adalah menggantikan tanaman yang rusak, tumbuh kurang
sempurna/mati, yang disebabkan karena kesalahan pada waktu penanaman atau karena
gangguan hama dan penyakit diareal tanaman.

Tujuan penyulaman adalah untuk menghindari kerugian yang disebabkan karena


menurunnya jumlah tanaman di lahan.

Waktu penyulaman sangat tergantung pada umur panen. Semakin pendek umur
tanaman semakin pendek jangka waktu yang di anjurkan untuk melaksanakan penyulaman
dan sebaliknya. Untuk tanaman sayuran penghasil daun sudah dapat dipanen mulai 60 hari
maka penyulaman dianjurkan untuk dilaksanakan sesegera mungkin. Waktu pelaksanaannya
tidak lebih dari dua minggu setelah tanam.

3. Penyiangan

Penyiangan adalah salah satu usaha pengendalian gulma yang tumbuh didaerah
tanaman sayuran sawi hijau. Penyiangan dilakukan apabila adanya tanaman pengganggu,
Penyiangan ini bertujuan agar tidak terjadi kompetisi antara tanaman sawi hijau dan gulma
baik dalam penyerapan unsur hara, air dan cahaya matahari. Penyiangan dilakukan dengan
mencabut rumput-rumput liar yang ada disekitar tanaman, sekaligus dengan melakukan
pengairan agar sirkulasi didalam tanah berjalan lancar.

4. Pemupukan

Tujuan utama pemupukan pada tanaman sawi hijau adalah untuk mendapatkan
produk yang optimal, berupa daun dan batang. Pupuk yang di gunakan adalah pupuk urea
yang dilarutkan dalam air. Setelah itu dilakukan penyiraman pada tanaman sawi
hijau,larutan pupuk ynag diberikan adalah sebanyak 15 L/ bedengan. Pemupukan di
lakukan pada tanaman berumur kurang lebih 1 minggu setelah tanam. Manfaat dan fungsi
pupuk adalah sebagai nutrisi dalam proses pertumbuhan vegetatif tanaman seperti daun,

13
akar, batang, tunas, dan lain sebagainya. Dengan secara praktis, pupuk urea yang
dilarutkan berfungsi sebagai berikut:

 Membuat daun lebih rimbun, segar dan hijau


 Mempercepat pertumbuhan tinggi tanaman
 Memperbanyak jumlah anakan
 Mempercepat pertumbuhan serabut akar
 Mempercapat pertumbuhan panjang akar
 Meningkat pertumbuhan lilit batang
 Meningkatkan pertumbuhan tunas baru
 Memacu adaptasi pertumbuhan tanaman pada kondisi atau
klimatisasi.
 Mempercapat sintesis protein dalam tanaman
 Meningkatkan laju fotosintesis
 Memperbaiki sifat kimia tanah yang terkait dengan ketersediaan
nitgogen dalam menunjang pertumbuhan tanaman

5. Pengendalian Hama dan Penyakit.

Pengendalian hama dan penyakit, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan secara
terpadu yaitu :

o Hindari penggunaan pestisida/racun pembasmi serangga


o Bila terpaksa harus menggunakan racun dalam pengendalian hama, perlu
dibandingkan dengan hasil setelah penyemprotan dengan biaya yang telah di
gunakan.
o Kususnya pada tanaman sayuran penghasil daun tidak dianjurkan untuk
menggunakan pestisida yang daya kerjanya sistematik.
o Penggunaan varietas yang toleran terhadap serangan hama/penyakit adalah
langkah yang bijaksana.

Apabila ada gejala serangan sebaiknya tanaman segera dicabut dan dibuang. Bila
gejala serangan belum menyebar, pengendalian dapat dilakukan dengan cara mekanik, yaitu
hama di tangkap dan telur-telurnya di musnakan. Bila serangan menunjukan penyebaran yang
cepat/gejala serangan terdapat di beberapa tempat, tanaman segera di semprot dengan

14
insektisida seperti Dithane M-45, Antracol dll. Bila terjadi serangan oleh hama dan penyakit
secara bersamaan, pengendalian dapat di lakukan dengan cara bersamaan pula, yaitu dengan cara
mencampurkan fungisida dan insektisida ke dalam tengki penyemprot (hand sprayer).

5.9 Pemanenan

Pemanenan pada tanaman sayuran penghasil daun dan batang (sawi hijau) di atur
sedemikian rupa dan memperhatikan saatnya panen (pagi dan sore), jarak distribusi, cuaca
dll, sehingga hasil panen tetap segar dan pada ukuran mutu yang tepat. Untuk mendapatkan
hasil yang segar dan mutu baik di perlukan adanya pengaturan pemanenan. Salah satu
kegiatan dalam pemanenan antara lain penentuan saat panen dan taksasi hasil.

Tanaman sawi hijau dapat dipanen pada umur 21 atau 30 hari setelah benih ditanam.
Sawi hijau dipanen dengan cara di potong 1 cm dari batang bawah, dengan tinggi tanaman
minimal 20-50cm, sedangkan yang masih kecil dibiarkan hingga mencapai tinggi maksimum,
kemudian dipanen lagi, sebelum dijual sawi hijau dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu
untuk menghilangkan tanah yang menempel pada tanaman sawi hijau, selajutnya sawi diikat
sesuai dengan permintaan pasar.

5.10 Pasca Panen

Tanaman sawi hijau harus dilakukan proses pasca panen setelah di panen, kemudian
tanaman sawi hijau sudah dibersihkan maka harus melakukan penyortiran atau pemilahan
tanaman sawi hijau yang rusak, menguning atau kerdil dan daun berulat, oleh karena itu
pemilahan tanaman sayur dilakukan sawi hijau segar dan berkualitas sehingga permintaan
pemasaran pun berminat dan menentukkan harga yang sesuai kualitas tanaman sawi hijau.

5.11. Pemasaran

Setelah dilakukan pemanenan tanaman sawi hijau, dilanjutkan dengan kegiatan


pemasaran. Pemasaran ini dilakuan dengan teknik pemasaran yang berbeda, baik secara
individu maupun berkelompok. Tujuan dari pemasaran adalah agar dapat mengenal dan
memahami pelanggan sedemikian rupa.

Pemasaran dilakukan dengan menjual hasil panen secara langsung ke pasar, dan
masyarakat setempat dengan harga 7 ikat sawi hijau Rp. 10.000.

BAB VI
15
PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Dari hasil Praktikum dapat diambil kesimpulan yaitu dalam membudidayakan Tanaman Sawi
hijau perluh dilakukan persemaian terlebih dahulu sebelum di tanam pada bedengan. Persemaian
dilakukan untuk mendapatkan bibit yang baik, yaitu sehat dan normal pertumbuhan di perlukan
persemaian yang baik. Keuntungan persemaian yang baik antara lain dapat di lakukan seleksi bibit
sebelum tanam di lapangan dan perawatan bibit lebih mudah.

6.2. Saran

Perluh dilakukan persemaian benih sawi hijau terlebih dahulu sebelum pindah tanaman ke
bedengan,agar pada saat pemelihraan dan perawatan sawi hijau di lapangan lebih mudah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, T. & Budi, A. (1998). Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Pengangguran Melalui Kelompok
Dukungan Sosial. Jurnal Psikologi Universitas Gajah Mada, No.2, hal. 35-46.
Amin L.Z., 2014, Pemilihan Antibiotik yang Rasional, Medicinus: Vol. 27, No.3: 40-45
Annas Dwi Susila. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bagian Produksi Tanaman Departemen
Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanain IPB.
Azizah, dkk.(2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: indomedia pustaka
Arifah S. M., (2013). Aplikasi Macam Dosis Pupuk Kandang Pada Tanaman Kentang. Jurnal Gamma

Ardhana, YM Kusuma. 2012. PHP Menyelesaikan Website 30 Juta. Jakarta: Jasakom


Damanik, M. M. B., Hasibuan, B. E., Fauzi., Sarifudin., Hanum, H. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan.
USU Press. Medan. 40 hal.
Erawan, Dedi. 2013. “Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Pada Berbagai Dosis
Pupuk Urea”. Jurnal Agroteknos. Vol. 3 No.1.

Istarofah dan Salamah, Z. 2017. Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.) dengan Pemberian
Kompos Berbahan Dasar Daun Paitan (Thitonia diversifolia). Bio-site I (1) : 39-46.
Lingga P. 2007. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta :Penebar swadaya.
Masitoh,dkk.2011.Strategi Pembelajaran TK.Jakarta:Universitas Terbuka.
Santono, Hamong dkk. 2015. Panduan SDGs untuk Pemerintah Daerah (Kota dan Kabupaten) dan Pemangku
Kepentingan Daerah. Jakarta: Infid.
Suwandi. 2009. Menakar kebutuhan hara tanaman dalam pengembangan inovasi budi daya sayuran
berkelanjutan. J pertanian. 2 : 131-147.
Sompotan, Saartje (2013) Hasil Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) Terhadap Pemupukan Organik dan
Anorganik.
Rukmana, Rahmat. 1994. Bayam, Bertanam & Pengelolahan Pascapanen. Yogjakarta: Kanisius.

Pranata, S. A. 2010. Meningkat Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 46 hal.
Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. 170 p. Reston Publishing Company, Inc. Virginia.
341 p.

17
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN PKL

1. Pengolahan lahan. 2. Pembuatan Bedengan.

3. Pengisian Media Tanam


Persemaiaan. 4. Persemaian Benih Sawi

5. Penanaman Sawi Putih

6. Tanaman Sawi Putih 3 Hari Sebelum


Panen

7. Pemanenan Sawi Putih

18

Anda mungkin juga menyukai