Anda di halaman 1dari 14

MALAKAH

TENTANG PROSES PENANAMAN SAWI

OLEH

DIDIMUS KARO NGAWU

KELAS : X IIS2

SMA NEGERI I NANGAPANDA


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyusun makalah yang berjudul “Proses Penanaman Sawi” ini tepat pada waktu yang
telah ditentukan.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi Peserta didik dan pembaca pada
umumnya, sebagai salah satu sumber pengetahuan dan bahan pembelajaran.

Dalam hal ini kami selaku penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan
dalam penyusunan makalah ini, untuk itu kami meminta maaf atas segala keterbatasan waktu dan
kemampuan kami dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kritik dan saran yang membangun
senantiasa kami harapkan demi peningkatan kualitas makalah ini.

Nangapanda, 15 Januari 2024


Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sayuran adalah salah satu komponen dari menu makanan yang sehat, maka tidak heran jika
kebutuhan sayuran dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan. Di antara bermacam-macam jenis sayuran yang dapat dibudidayakan, tanaman sawi
(Brassica juncea L.) merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai komersial
tinggi. Budidaya tanaman sawi relatif mudah untuk dilaksanakan, sehingga dapat dilakukan oleh
petani ataupun pemula yang ingin menekuni agrobisnis budidaya tanaman ini. Budidaya
tanaman sawi juga sangat cepat menghasilkan karena tanaman ini memiliki umur relatif pendek
(genjah), mulai dari awal pertanaman hingga siap panen. Tanaman sawi hijau dapat dipanen
setelah berumur 30 hari setelah tanam sedangkan Masa panen pada tanaman pakcoy termasuk
singkat. Rata-rata, sawi sendok ini bisa dipetik hasilnya setelah berumur 45-60 hari sejak proses
penanaman (Margiyanto, 2010).

Tanaman sawi termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae atau tanaman kubis-
kubisan yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena kaya akan serat, kandungan gizinya tinggi,
dan juga tanaman ini dipercaya mempunyai khasiat obat. Bagian tanaman dari sawi yang
dikonsumsi adalah daun-daunnya yang masih muda. Mengingat manfaat dan kegunaan dari
tanaman sawi yang begitu besar, sebaiknya mulai saat ini budidaya tanaman sawi perlu untuk
dikembangkan dalam upaya ikut serta menjaga kesehatan masyarakat (Haryanto., et al, 1995).

Selain memiliki kandungan vitamin dan gizi yang penting bagi tubuh, tanaman sawi dipercaya
dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Sawi yang dikonsumsi
berfungsi pula sebagai penyembuh sakit kepala Sebagian masyarakatpun mempercayai tanaman
ini mampu bekerja sebagai bahan pembersih darah. Penderita penyakit ginjal dianjurkan untuk
mengonsumsi sawi dalam jumlah besar karena dapat membantu memperbaiki fungsi kerja
ginjal (Yudharta, 2010).
Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam setiap 100 g berat basah tanaman sawi
berupa protein (2,3 g), lemak (0,3 g), karbohidrat (4,0 g), Ca (220,0 g), P (38,0 g), Fe (2,9 g),
vitamin A (1.940 mg), vitamin B (0,09 mg), dan vitamin C (102 mg). Tanaman sawi kaya akan
sumber vitamin A, sehingga berdaya guna dalam upaya mengatasi masalah kekurangan vitamin
A atau mengatasi penyakit rabun ayam (Xerophthalmia) yang sampai kini menjadi masalah
kalangan anak balita. Kandungan nutrisi lain pada tanaman ini berguna juga dalam menjaga
kesehatan tubuh manusia (Haryanto., et al, 1995).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui cara budidaya tanaman sawi yang baik dan benar
2. Mengetahui manfaat dan faktor yang mempengaruhi produksi tanaman sawi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis – Jenis Tanaman Sawi Budidaya

Tanaman daerah masing-masing. Sebelum membudidayakan harus menentukan jenis dan macam
sawi, dengan begitu akan memudahkan untuk mencapai tujuan pembudidayaan. Berikut ada 4
jenis sawi yang dapat di budidayakani:

a. Sawi Hijau ( Sawi bunga )

Sawi hijau ( Brassica compestris sp. ) merupakan jenis sawi yang sangat populer di
budidayakan. Tanaman sawi hijau ini memiliki batang pendek, daun berwarna keputih-putihan,
dan juga memiliki rasa pahit. Tanaman ini dapat tumbuh baik dengan temparatur suhu normal,
dan juga baik di budidayakan di dataran tinggi yang mengandung bahan organik serta unsur hara
yang baik.

b. Sawi Putih

Sawi putih ( B. Juncea L ) merupakan jenis yang sangat di sukai banyak orang dan juga banyak yang
membudidayakan tanaman ini. Tanaman sawi ini memiliki bentuk bunga berwarna kuning cerah, daun
berwarna hijau mudah hingga tua, memiliki batang pendek dan tidak memiliki rasa. Tanaman sawi ini
dapat di budidayakan di dataran rendah dan dataran tinggi dengan berbagai media, harus memiliki curah
hujan baik, media tanam memiliki kandungan organik tinggi, subur da gembur. Dan cahaya matahari
yang memadai.

c. Sawi Jepun ( Siow pak choi )

Sawi jepun ( Barssica camprestis sp ) merupakan jenis sayuran sawi yang banyak di budidayakan di
wilayah tertentu. Tanaman ini memiliki batang pendek berwrna putih, pangkal daun bergaris atau
mengkerut kebawah, berwarna hijau muda dan tua. Tanaman ini banyak di budidayakan di wilayah
tertentu dengan suhu normal, cahaya matahari memadai, media tanah subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik dan memiliki curah hujan yang baik.

d. Sawi Pahit ( Bitter mustard )

sawi merupakan jenis tanaman sayuran yang sangat di kenali dan populer. Tanaman ini sudah
banyak yang membudidayakan baik di negara indonesia maupun negara lainnya. Selain mudah
di budidayakan tanaman memiliki daya pertumbuhan yang sangat cepat dan juga memiliki nilai
ekonomis yang relatif tinggi. Nilai ekenomis yang tinggi membuat para petani ingin
membudidayakan tanaman sawi ini. Sawi ini di kenal sebagai caisim, kubis dan lobak atau
lainnya , tergantung dengan sawi pahit ( Brassica juncea var rugosa ) merupakan salah satu jenis
tanaman sawi terakhir yang paling populer di indonesia. Tanaman ini selain populer juga
memiliki daya jual yang sangat tinggi dan juga mudah dibudidayakan (Yudharta, 2010).

Tanaman ini memiliki daun berwarna hijau muda hingga hijau tua, memiliki batang pendek
berwrna putih, bunga berwrna kuning cerah, memiliki biji mengkilap berwrna hitam dan juga
memiliki rasa khas pahit. Tanaman sawi pahit ini dapat di budidayakan di dataran rendah dan
tinggi, dengan suhu normal, media tanam gembur, subur dan banyak mengandung bahan organik
dan juga pertumbuhan yang sangat cepat.

2.2 Syarat Tumbuh

Kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) dapat
memberikan hasil panen yang tinggi. Sehingga dengan demikian untuk menunjang usaha tani
sawi hijau yang berhasil, lokasi usaha tani harus memiliki kondisi lingkungan yang sesuai seperti
yang di kehendaki tanaman. Sebab, kecocokan keadaan lingkungan (iklim dan tanah) sangat
menunjang produktivitas tanaman berproduksi. Hingga dewasa ini masih banyak di jumpai
petani mengalami kegagalan panen atau memperoleh kuntungan yang rendah karena kurang
memperhatikan keadaan lingkungan lokasi penanaman (Yudharta, 2010).
Tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas
maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran
tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran
tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan
1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang
mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air
hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan
adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan
hawa yang sejuk. Lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi
tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok
bila di tanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah
gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman
(pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Margiyanto,
2010).

2.3 Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-
tahap penggemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi
udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan
menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus
dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh dan bebas dari
daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan
kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat
baik untuk dan bedengan siap tanam. Penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian
pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar
cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang
mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini
bertujuanuntuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum
penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik
dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis
kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (Haryanto, 1995).
2.4 Pembenihan

Salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya sawi hijau adalah faktor pembenihan, karena
benih yang baik dapat menghasilkan tanaman yang memiliki pertumbuhan bagus. Untuk setiap
hektar lahan tanam, dibutuhkan benih sawi sebanyak 750 gram. Pada umumnya benih sawi yang
baik memiliki bentuk bulat, kecil, warna kulit coklat kehitaman, agak keras, dan permukaannya
licin mengkilap. Benih sawi yang akan digunakan untuk bercocok tanam harus memiliki kualitas
yang baik. Jika benih tersebut didapat dari membeli, maka saat membeli harus diperhatikan
lamanya penyimpanan, kadar air, varietas, suhu dan tempat untuk menyimpan. Perhatikan dan
pastikan bahwa kemasan benih tersebut dalam kondisi utuh dan kemasan berbahan alumunium
foil. Jika benih yang digunakan didapat dari hasil penanaman, hal-hal yang harus diperhatikan
adalah yang terkait dengan kualitas benih tersebut, misalnya tanaman yang bijinya akan diambil
untuk dijadikan benih harus berumur sekurang-kurangnya 70 hari. Tanaman sawi yang akan
dibuat benih harus terpisah dari tanaman sawi lainnya. Perhatikan pula proses yang lain yang
akan dilakukan, seperti proses penganginan, tempat untuk menyimpan dan pastikan benih yang
akan ditanam tersebut tidak lebih dari 3 tahun di tempat penyimpanan (Suprijadi, 2009).

2.5 Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil
yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini
tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan
pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air
demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan
sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan
dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu
rapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan
penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati
atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya
dilakukan 2-4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma
pada bedeng penanaman (Kloppenburg, 2008).
Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan
penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan
diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok
teh sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m
bedengan (Kloppenburg, 2008).

2.6 Panen dan pasca panen

Umur panen sawi kurang lebih 40 hari, cara panen sawi ada dua macam yaitu pertama mencabut
seluruh tanaman beserta akarnya dan kedua dengan memotong bagian pangkal batang yang
berada diatas tanah dengan pisau tajam. Paska panen pada sawi yang perlu diperhatiakan adalah
pencucian dan pembuangan kotoran seperti tanah yang menempel pada sawi dengan air
mengalir, sortasi yaitu dengan memilih tanaman sawi yang baik secara fisik dengan memisahkan
tanaman sawi yang rusak, pengemasan pada tanaman sawi pengemasan yang dilakukan yaitu
dengan mengikat batang sawi dengan menggunakan tali, dan pengolahan tanaman sawi yang
telah dikemas siap untuk dipasarkan dan dapat di masak untuk dikonsumsi(Anonim, 2008)

3.1 Praktikum

a. Pengolahan Lahan .
Pengolahan lahan yang dilakukan adalah pertama dilakukan pencangkulan yang bertujuan untuk
menggemburkan tanah dan menekan pertumbuhan gulma yang tumbuh di lahan yang
diolah. Setelah itu, diberi pupuk kandang maksimal tiga hari sebelum penanaman sebanyak
kurang lebih 25 kg. Jarak tanam sawi yang digunakan adalah 25 x 25 cm.

b. Penanaman

Pada kelompok kami, penanaman tidak dilakukan dengan benih, namun mengambil bibit yang
berasal dari kelompok lain yang telah berumur 2 MST.
Pada guludan dibuat lubang tanam dengan jarak 25 x 25 cm. Bibit yang telah dipilih, ditanam
dalam lubang yang telah dibuat. Pada saat penanaman pastikan saat menutup lubang leher akar
tidak tertutup tanah. Setelah itu dilakukan penyiraman. Satu minggu setelah penanaman, bibit
yang sudah ditanam ada beberapa yang mati karena diserang hama. Hal tersebut yang
menyebabkan harus dilakukan penyulaman kembali.

c. Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan secara rutin pada sore hari. Jumlah air yang digunakan pada saat
penyiraman tidak terlalu banyak hanya sampai tanah dalam keadaan lembab. Perawatan yang
dilakukan selanjutnya adalah penggemburan dan pembumbunan. Tidak hanya itu, perawatan
yang lain adalah penyiangan gulma. Tiga minggu setelah tanam, dilakukan pemupukan dengan
pupuk Growmore dengan konsentrasi 2g/L. Untuk mengendalikan hama belalang kami
menggunakan pestisida nabati dari ekstrak bawang merah dan minyak tanah serta detergen.

d. Panen dan Pasca Panen.

Pemanenan dapat dilakukan saat tanaman sawi berumur 40 hari setelah tanam. Pemanenan
dilakukan dengan cara mencabut tanaman beserta akarnya kemudian akar tanaman dicuci. Pada
kelompok kami hasil produksi yang didapatkan tidak maksimal karena disebabkan serangan
belalang yang memakan daun tanaman sampai habis.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan literatur, dalam budidaya sawi yang dilakukan pertama adalah pengolahan
lahan. Pengolahan lahan ini dengan cara menggemburkan tanah dan memperbaiki struktur tanah
untuk sirkulasi udara dan air dalam tanah. Dalam persiapan lahan ini, diberikan pupuk dasar
untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Sebelum lahan digemburkan, maka gulma dan
semak yang ada di sekitar lahan harus dibersihkan terlebih dahulu dan jika pH tanah terlalu
asam, dilakukan pengapuran agar pH mendekati netral dan sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Pada praktikum yang sudah dilakukan, pengolahan lahan sudah sesuai dengan literatur
hanya saja tidak dilakukan pengapuran karena pH sudah sesuai.
Dilihat dari literatur, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah pembenihan. Pada kelompok
kami, penanaman sawi tidak dengan benih melainkan dengan bibit. Bibit sawi yang digunakan
berusia dua minggu setelah tanam. Dalam tahap pembenihan ini, maka tidak sesuai dengan
literatur.

Pemeliharaan yang dilakukan dalam praktikum adalah penyiraman, penyulaman, penyiangan,


penggemburan, pemberian pupuk dan pengendalian hama dengan menggunakan pestisida
nabati. Penyiraman yang dilakukan, disesuaikan dengan keadaan iklim atau keadaan tanah. Jika
saat hujan turun, maka penyiraman tidak dilakukan dan jika hujan tidak turun, penyiraman
dilakukan pada sore hari dan tidak terlalu banyak atau sampai air tergenang.

Penyulaman dilakukan pada saat bibit awal yang dipindahkan sudah berumur satu minggu dan
hanya tanaman yang terserang hama belalang yang memakan tanaman sampai
habis. Penyulaman ini juga dengan bibit yang didapat dari kelompok lain yang tanamannya
berhasil dan tumbuh baik. Pada saat penyulaman, dalam satu lubang hanya ditanami satu bibit
saja dan dengan jarak yang sesuai maka tidak lagi perlu dilakukan penjarangan sesuai dengan
literatur. Penyulaman dilakukan untuk memenuhi jumlah tanaman yang kosong atau mati karena
hal tertentu agar tidak merugikan secara ekonomis. Penyulaman dilakukan karena tanaman
dimakan oleh hama sehingga hanya tersisa batang tanaman. Tanaman diserang hama belalang
sehingga memerlukan dilakukan penyulaman.

Penyiangan gulma dilakukan hanya jika terdapat gulma disekitar tanaman yang menghambat
pertumbuhan tanaman. Pemupukan yang dilakukan menggunakan pupuk Growmore tidak
menggunakan pupuk urea. Penggemburan dilakukan hanya sekali pada saat dilakukan
penyulaman kembali, karena tekstur tanah pada guludan tidak baik lagi dan ini menjadi salah
satu faktor kecil dalam menghambat sirkulasi dalam tanah yang menyebabkan tanaman kami
sedikit terganggu pertumbuhannya.

Pada pemeliharaan untuk mengendalikan hama yang menyerang, maka kelompok kami
menggunakan pestisida nabati. Pemanenan yang dilakukan berusia kurang lebih 40 hari namun
produksi kelompok kami tidak baik karena banyak yang dimakan hama sampai habis.
Jika dibandingkan dengan literatur, pada kelompok kami tidak sesuai. Ketidaksesuain ini
terdapat pada tahap pemupukan. Pemupukan yang seharusnya meggunakn urea, namun kami
hanya menggunakan pupuk cair yaitu Growmore dengan konsentrasi 2g/L. Pada dasarnya,
budidaya yang kami lakukan adalah semi organik yang tidak menggunakan pupuk anorganik
atau pestisida kimia.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari makalah adalah sebagai berikut:
1. Tanaman sawi hijau(Brassica juncae L) merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai
komersial tinggi. Budidaya tanaman sawi relatif mudah untuk dilaksanakan karena sawi dapat
tumbuh pada dataran rendah dan tinggi.
2. Teknik budidaya tanaman sawi hijau meliputi pemilihan benih, pengolahan tanah, pembibitan,
penanaman dan pemeliharaan.
3. Pada praktikum yang dilakukan produksi tanaman sawi tidak maksimal dikarenakan pengolahan
tanah yang kurang baik, dan adanya serangan hama belalang yang aktif memakan daun pada
sawi.
4. Berdasarkan literatur teknik pengolahan lahan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit
tidak sesuai dengan literatur.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Budidaya Tanaman Sawi.


http//zuldesains wordpress. com/2008/01/11/budidaya tanaman sawi. html. diakses pada 4 Mei
2016, Pukul 15.00 WIB.
Haryanto, E, Suhartini, T dan Rahayu, E. 1995. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kloppenburg, 2008. Petunjuk Lengkap mengenai Tanam-tanaman di Indonesia dan Khasiatnya
sebagai Obat-obatan Tradisional. Yayasan Dana Sejahtera. Yogyakarta
Margiyanto, 2010. Alam Ilmu Pengetahuan . Jakarta. Grafindo. Jakarta
Yudharta, 2010. Pertumbuhan Tanaman Sawi . UGM. Yokyakarta
Suprijadi, 2009. Budidaya Tanaman Sawi . Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai