PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam kegiatan survei ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui gulma yang penting pada tanaman jagung.
2. Untuk memahami manajemen pengelolaan gulma ditingkat petani.
3. Untuk dapat menganalisis kelebihan dan kekurangan dari manajemen yang
diterapkan oleh petani.
Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan komoditas dan sumber
karbohidrat utama kedua setelah beras. Jagung dijadikan sebagai bahan pangan
utama di beberapa daerah di Indonesia (Purwono dan Hartono, 2008). Selain
mengandung karbohidrat, jagung juga mengandung protein, lemak, hidrat arang,
kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C (Rukmana 2003).
Tanaman jagung berasal dari benua Amerika yang tumbuh sekitar4.500 tahun
yang lalu di pegunungan Andes, Amerika Selatan. Tanaman jagung dibawa ke
Indonesia oleh orang Portugis dan Spanyol sekitar 400 tahun yang lalu. Pusat
pertanaman jagung di benua Asia terdapat di Cina, Filipina, India, Indonesia
(Rukmana dan Yudirachman, 2007).
Jagung termasuk tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus
dalam penanamannya. Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di
lahan kering, sawah, dan pasang surut. Produktivitas jagung dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya tempat tumbuh atau tanah, air, dan iklim. Agar
tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik dalam menghasilkan tongkol dan biji
yang banyak, diperlukan tempat penanaman dan iklim sesuai syarat tumbuh
tanaman jagung (Purwono dan Hartono, 2008).
Menurut Suprapto (1995), menyatakan bahwa produksi akan berkurang bila pada
tanaman jagung terdapat gulma, serangan hama, penyakit, tanaman pengolahan
dan pemeliharaan yang kurang optimal, penanaman varietas yang berproduksi
rendah dan kekeringan.
Persaingan atau kompetisi adalah perjuangan dua organisme atau lebih untuk
memperebutkan obyek yang sama. Gulma maupun tanaman budi daya
mempunyai keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan
perkembangannya yaitu unsur hara, air, cahaya, ruang tempat tumbuh dan CO2
(Sukman dan Yakup, 1999). Persaingan dapat berlangsung bila komponen atau zat
yang dibutuhkan oleh gulma atau tanaman budidaya berada pada jumlah yang
terbatas, jaraknya berdekatan dan bersama-sama dibutuhkan (Moenandir, 1990).
Gulma sangat merugikan bagi tanaman budidaya jagung, karena gulma dapat
menurunkan hasil panen tanaman jagung. Disamping itu gulma dapat
mengeluarkan zat allelopati yang mengakibatkan sakit atau matinya tanaman
pokok (Sembodo, 2010).
Cyperus iria
Pengendalian gulma
Cara yang digunakan dalam
pengendalian gulma
Waktu pengendalian
Banyaknya pengendalian
Mekanik (Rp.750.000)
Kimiawi (Rp.300.000 )
Harga Herbisida
Herbisida
Jenis herbisida yang digunakan
4 liter/hektar
Keuntungan herbisida
Kerugian herbisida
B. Data Pendukung
Data Komoditas dan Teknik Budidaya
Teknik budidaya yang digunakan
Jagung P27
Jarak Tanam
20 x 80 cm
Pengairan
6 juta/ ha
Rp. 3.300/ kg
Produksi/panen
5 ton/ha
Keuntungan
4.2 Pembahasan
Survei gulma di tingkat petani dilakukan di Desa Rejosari, kecamatan Natar
kabupaten Lapung Selatan. Eko Patrio adalah salah satu dari beberapa petani di
Natar yang menanam komoditas Jagung. Penerapan budidaya yang diterapkan
oleh Eko Patrio meliputi penyiapan lahan, penyiapan media tanaman, penanaman,
pengairan, pemeliharaan dan pemanenan.
Pola budidaya yang dilakukan adalah rotasi tanaman antara jagung dan padi.
Dalam satu tahun petani dapat melakukan penanaman sebanayak 3 kali (padipadi-jagung). Penyiapan lahan dilakukan dengan membakar jerami padi yang ada
pada lahan. Pembakaran ini juga bermanfaat untuk pencegahan sarang tikus yang
kelak menjadi hama pada tanaman jagung. Varietas jagung yang digunakan adalah
varietas P-27. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanaman
dengan tugal diantara bekas barisan tanaman padi dengan jarak tanam 80x20 cm
dengan kerapatan 1 benih per lubang tanam. Pemupukan dilakukan diberiakan
saat awal sebelum tanam dengan menambahkan bahan organik berupa pupuk
kandang dan seresah tanaman padi. Selain pupuk kadang juga diberiakan pupuk
kimia N, P, K dengan jumlah 500 kg/ha K yang diberikan 2 kali. Pemeliharaan
tanaman jagung meliputi pengairan, pengendalian hama dan penyakit serta
pengendalian gulma. Pengairan atau pemberian air diberikan dengan melihat
kondisi lahan. Air diberikan dengan menggunakan mesin pompa air untuk
membasahi petakan jagung. Terdapat 2 hama yang sering menyerang tanaman
jagung pada saat fase generatif yaitu Helicoverpa armigera dan hama tikus.
Rudstar 250EC merupakan herbisida yang digunakan oleh petani pada saat pra
tumbuh untuk mengendalikan gulma yang tumbuh sebelum tanam. Bahan aktif
herbisida ini Oksadiazon 250 g/l. Herbisida Rudstar 250EC diaplikasikan setelah
pengolahan tanah. Petani menghabiskan 4 liter/hektar untuk herbisida Rudstar dan
petani membelinya dengan harga Rp.50.000,-/liter . Petani cenderung
mengendalikan gulma sebelum gulma itu tumbuh karena lebih efektif untuk
mencegah persaingan antara tanaman jagung dan gulma. Pada saat jagung telah
Gulma yang tumbuh di lahan pertanaman jagung ini didominasi oleh gulma daun
sempit. Hanya beberapa gulma daun lebar yang tumbuh seperti Amaranthus
spinosus dan Mimosa pigra. Gulma rumput yang tumbuh di lahan pertanaman
jagung antara lain Paspalum conjugatum, Ottochloa nodosa, Cyperus iria dan
Cyperus rotundus. Gulma dominan yang tumbuh di areal pertanaman adalah
gulma golongan teki spesies Cyperus iria.
Amaranthus spinosus
Mimosa pigra
Paspalum conjugatum
Ottochloa nodosa
Cyperus iria
Cyperus rotundus
Tanaman jagung dijual dalam bentuk pipilan pada pembeli yang telah memesan
dengan harga Rp. 3.300/kg. Dari 1 ha lahan mampu menghasilkan jagung
sebanyak 5 ton/ ha. Total pendapatan yang dapat diterima petani sebesar Rp.
16.500.000,-.
V. KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengendalian gulma pada lahan budidaya dilakukan secara terpadu yaitu
menggunakan teknik pengendalian kultur teknik, mekanik dan kimiawi.
2. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mekanik (cangkul) dengan cara
membumbun jagung menggunakan cangkul dan penggunaan herbisida pada
saat lahan belum ditanamami.
3. Herbisida yang diaplikasikan oleh petani adalah herbisida pra tumbuh dan
purna tumbuh.
4. Petani sudah sangat mengerti cara budidaya dan pengelolaan gulma dengan
memperhatikan teknik dan cara pengendalian.
5. Kawatan(Ottochloa nodosa ) merupakan gulma yang mendominasi dan sulit
dikendalikan menurut petani jagung.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN