Anda di halaman 1dari 9

Studi Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Asuhan Keperawatan Pasien Delirium di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Baptis Kediri


Sandy Kurniajati, Akde Triyoga

STUDI TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG ASUHAN


KEPERAWATAN PASIEN DELIRIUM DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

STUDY OF NURSE’S KNOWLEDGE ON NURSING CARE TO PATIENT


WITHDELIRIUM IN INPATIENT WARDS KEDIRI BAPTIST HOSPITAL

Sandy Kurniajati, Akde Triyoga


STIKES RS. Baptis Kediri
Jl. Mayjend. Panjaitan no. 3B Kediri (0354) 683470
(stikes_rsbaptis@yahoo.co.id)

ABSTRAK

Delirium adalah gangguan kognitif yang ditandai dengan onset akut, kursus
berfluktuasi, tingkat kesadaran yang berubah dan gangguan orientasi, memori, perhatian,
pemikiran, persepsi, dan perilaku. Karena pasien dengan gangguan kesadaran dapat
menyebabkan kecelakaan dan dapat mengancam kehidupan pasien sehingga untuk
mencegah komplikasi delirium, pasien membutuhkan peran perawat profesional dalam
memberikan perawatan untuk pasien dengan delirium. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan pasien dengan
delirium. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi semua perawat di
Paviliun Kelas IIIB, Gedung Utama Kelas IIIA dan Kelas II bangsal Kediri Rumah Sakit
Baptis. Sampel 54 responden yang diambil dengan menggunakan purposive sampling.
Variabel penelitian ini tunggal yaitu tingkat pengetahuan perawat tentang asuhan
keperawatan pasien dengan delirium. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan
perawat tentang penilaian cukup yaitu 30 responden (59%), tingkat pengetahuan perawat
tentang dignosis keperawatan, intervensi keperawatan cukup sedangkan untuk tingkat
tingkat pengetahuan perawat tentang evaluasi kurang yang 24 responden (47%).
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang
pasien asuhan keperawatan dengan delirium di bangsal Rumah Sakit Baptis Kediri cukup.
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan perawat tentang asuhan
keperawatan pasien dengan delirium.

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Perawat, Delirium

ABSTRACT

Delirium is a cognitive disorder characterized by acute onset, fluctuating course,


the level of consciousness and impaired orientation, memory, attention, thought,
perception, and behavior. Because patients with consciousness disorders can cause
accidents and can threaten the patient's life so as to prevent the complications of
delirium, patients require professional role of nurses in providing care for patients with
delirium. The aim is to identify the level of knowledge of nurses on the nursing care of

98
Jurnal STIKES
Vol. 9, No.2, Desember 2016

patients with delirium. The study design used is descriptive. The population of all nurses
in the Pavilion Class IIIB, Main Building Class IIIA and Class II ward Kediri Baptist
Hospital. Sample 54 respondents drawn using purposive sampling. This study single
variable was the level of knowledge of nurses on the nursing care of patients with
delirium. The results showed the level of knowledge of nurses about enough votes ie 30
respondents (59%), the level of knowledge of nurses about dignosis nursing, nursing
interventions enough to level while the level of knowledge of nurses regarding the
evaluation of less that 24 respondents (47%). The conclusion of this study indicate that
the level of knowledge of nurses on nursing care of patients with delirium in Kediri
Baptist Hospital ward enough. Many factors affect the level of knowledge of nurses on the
nursing care of patients with delirium.

Keywords: Nursing care, Nurse, Delirium

Pendahuluan deilirium masih kurang sehingga asuhan


keperawatan belum dilaksanakan dengan
maksimal.
Delirium adalah suatu gangguan Delirium adalah gangguan yang
kesadaran, biasanya terlihat bersamaan umum pada pasien dengan penyakit
dengan gangguan fungsi kognitif sistemik, kira - kira 10 % - 15 % pasien
(Kaplan, 2002). Dengan gambaran klinis di bangsal bedah umum dan 15 % - 25 %
penurunan taraf kesadaran, gangguan pasien di bangsal medis umum
persepsi termasuk halusinasi dan ilusi, mengalami delirium selama perawatan di
gangguan perilaku. Gangguan ini bisa rumah sakit (Moran. 2001). Usia lanjut
berlangsung pendek, berjam–jam hingga adalah faktor resiko utama untuk
berhari – hari. Saat malam hari gangguan perkembangan delirium Dalam
ini meningkat, siang hari membaik wawancara dengan salah satu wakil
(Roan, 2007). Faktor–faktor predisposisi kepala bagian ruangan rawat inap tanggal
diantaranya adalah demensia, obat– 14 Maret 2009 jam 11 am diperoleh data
obatan multiple, usia lanjut, kecelakaan bahwa terdapat kasus delirium di ruang
otak, depresi, ketergantungan alkohol. rawat inap Rumah Sakit Baptis Kediri
Sedangkan faktor presipitasi adalah tetapi kasus ini tidak diketahui jumlahnya
penyakit akut berat, polifarmasi, bedah secara pasti karena delirium merupakan
dan anestesi, dan masalah–masalah gangguan yang terjadi setelah pasien
sistemik lainya. Perawat sebagai pemberi berada dalam perawatan rumah sakit
asuhan keperawatan bersama pasien bukan karena penyakit utama pasien
selama 24 jam tahu akan setiap dirawat sehingga jumlah pasien tidak
perubahan atau penurunan kesadaran dapat diperkirakan. Sedangkan dari
yang dapat terjadi pada pasien. Kasus wawancara terhadap 6 perawat Rumah
delirium sudah ada dan dikenal sejak Sakit Baptis Kediri tanggal 16-18 Januari
dulu tetapi belum menjadi perhatian 2016 dengan pertanyaan tentang konsep
padahal kasus delirium merupakan kasus delirium dan diagnosa keperawatan
yang serius dan mengancam jiwa, sejak delirium, didapat hasil, 3 orang perawat
kedatangan spesialis kedokteran jiwa di berpengetahuan cukup (50%), 1 orang
Rumah Sakit Baptis Kediri masalah ini perawat berpengetahuan baik (17%) dan
lebih difokuskan lagi dan diperkenalkan 2 orang perawat berpengetahuan kurang
kepada perawat dalam seminarnya (33%). Jadi tingkat pengetahuan perawat
Kegawatdaruratan Psikiatri. Pemahaman tentang asuhan keperawatan pasien
perawat tentang asuhan keperawatan delirium adalah cukup.

99
Studi Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Asuhan Keperawatan Pasien Delirium di Ruang Rawat
Jurnal Inap
STIKES
Rumah
Vol. Sakit
9, No.2, Baptis Kediri
Desember 2016
Sandy Kurniajati, Akde Triyoga

Delirium bisa terjadi akibat dari peran tenaga perawat yang professional
stress psikologi, stress dapat dalam pemberian asuhan keperawatan
menyebabkan meningkatnya kerja system pasien delirium dan melakukan asuhan
saraf simpatik sehingga mengganggu keperawatan sesuai Standar Asuhan
fungsi kolinergik yang dapat menurunkan Keperawatan pasien delirium yang sudah
asetilkolin di otak dan mempengaruhi ditetapkan. Perawat dapat menambah
fungsi kognitif (Roan. 2007). Biasanya pengetahuan dengan membaca buku-
terdapat efek kognitif multiple termasuk buku standar asuhan keperawatan, buku-
kurangnya perhatian, daya ingat, buku keperawatan jiwa atupun brosing di
gangguan persepsi termasuk halusinasi internet. Tujuan dari penelitian ini adalah
(klinisnya visual). Kelainan somatik yang mengetahui tingkat pengetahuan perawat
dapat muncul karena delirium tentang asuhan keperawatan pasien
diantaranya gangguan keseimbangan delirium di ruang rawat inap Rumah
dengan peningkatan jatuh, depresi, Sakit Baptis Kediri.
gangguan menelan (meningkatkan resiko
aspirasi) dan inkontinensia urine serta
alvi. Sebuah komplikasi yang Metodologi Penelitian
berhubungan dengan delirium adalah
cedera kecelakaan karena kesadaran
pasien yang berkurang dan gangguan Desain penelitian ini adalah
koordinasi. Kasus ini berhubungan deskriptif penelitian dilakukan di ruang
dengan peningkatan lama perawatan dan rawat inap RS Baptis Kediri pada 2
biaya di rumah sakit, pemberhentian Maret - 6 Juni 2016. Variabel pada
status fungsional dan mortalitas. (Kaplan. penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
2002). Delirium merupakan masalah perawat tentang asuhan keperawatan
umum dan serius yang mempengaruhi pasien delirium. Populasi penelitian ini
perawatan penderita di rumah sakit. adalah semua perawat rawat inap di GJ
Perawat rumah sakit hendaknya kelas III, GD kelas II dan Wijaya
waspada pada pasien berisiko delirium. Kusuma. Tehnik sampling yang
Pasien ini barangkali berkembang digunakan adalah Purposive sampling,
menjadi delirium. Melihat fenomena di jumlah sampel yang digunakan adalah
atas ternyata delirium merupakan kasus 54. Pengumpalan data menggunakan
yang cukup serius dan bisa mengancam kuesioner, setelah data terkumpul akan
jiwa seorang pasien. Untuk mencegah disajikan dalam table distribusi frekuensi.
komplikasi dari delirium, diperlukan

Hasil Penelitian

Tabel 1. Distribusi frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang Pengkajian Pasien


Delirium di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri (n=51)
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (%)
Baik 19 37
Cukup 30 59
Kurang 2 4
Jumlah 51 100

Berdasarkan tabel diatas dapat cukup tentang pengkajian yaitu 30


diketahui bahwa lebih dari 50% responden (59%).
responden mempunyai pengetahuan

100
Jurnal STIKES
Vol. 9, No.2, Desember 2016

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang Diagnosa Keperawatan


Pasien Delirium di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri (n=51)
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (%)
Baik 4 8
Cukup 27 53
Kurang 20 39
Jumlah 51 100

Berdasarkan tabel diatas dapat cukup tentang diagnosa keperawatan


diketahui bahwa lebih dari 50% yaitu 27 responden (53%).
responden mempunyai pengetahuan

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang Intervensi Keperawatan


Pasien Delirium di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri (n=51).
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (%)
Baik 8 16
Cukup 31 61
Kurang 12 23
Jumlah 51 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui intervensi keperawatan yaitu 31


bahwa lebih dari 50% responden responden (61%).
mempunyai pengetahuan cukup tentang

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang Evaluasi Pasien Delirium di


Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri (n=51).
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (%)
Baik 14 27,5
Cukup 13 25,5
Kurang 24 47
Jumlah 51 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat pengetahuan cukup yaitu 30 responden


diketahui bahwa paling banyak (59%) dari 51 responden.
responden mempunyai pengetahuan Pengkajian adalah tahap awal dari
kurang tentang evaluasi yaitu 24 proses keperawatan dan merupakan suatu
responden (47%). proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengidentifikasi status
Pembahasan kesehatan klien (Lyer et al 1996 dikutip
oleh Nursalam 2001). Tahap pengkajian
merupakan dasar utama dalam
Mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan memberikan asuhan keperawatan sesuai
Perawat Tentang Pengkajian dengan kebutuhan individu. Oleh karena
Keperawatan Delirium itu pengkajian yang akurat, lengkap,
sesuai dengan kenyataan, kebenaran data
sangat penting dalam merumuskan suatu
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diagnosa keperawatan.
diketahui bahwa lebih dari 50% Pengkajian adalah pemikiran dasar
responden mempunyai tingkat dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data

101
Studi Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Asuhan Keperawatan Pasien Delirium di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Baptis Kediri
Sandy Kurniajati, Akde Triyoga

tentang pasien agar dapat Mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan


mengidentifikasi, mengenali masalah- Perawat Tentang Diagnosa
masalah, kebutuhan kesehatan dan Keperawatan Delirium
keperawatan pasien baik fisik, mental,
sosial dan lingkungan (Nasrul Effendy,
1995). Berdasarkan tabel 2 diatas
Pada Pengkajian keperawatan dapat diketahui bahwa lebih dari 50%
merupakan salah satu aspek penting responden mempunyai pengetahuan
dalam proses keperawatan yang cukup tentang diagnosa keperawatan
bertujuan menetapkan data dasar tentang yaitu 27 responden (53%) dari 51
tingkat kesehatan klien yang digunakan responden.
untuk merumuskan masalah klien dan NANDA (North American Nursing
rencana tindakan (Persatuan Perawat Diagnosis Association) menyatakan
Nasional Indonesia, 2005). bahwa diagnosa keperawatan adalah
Hasil penelitian didapatkan tingkat keputusan klinik tentang respon individu,
pengetahuan perawat tentang pengkajian keluarga dan masyarakat tentang masalah
keperawatan adalah cukup. Dari 8 kesehatan aktual dan potensial, sebagai
pertanyaan pada kuesioner tentang dasar seleksi intervensi keperawatan
pengkajian keperawatan jawaban salah untuk mencapai tujuan asuhan
paling banyak pada nomer 2 dan 6. keperawatan sesuai dengan kewenangan
Pertanyaan nomer 2 mengenai apakah perawat. Semua diagnosa keperawatan
delirium sebagai penyakit genetik. Dari harus didukung oleh data, dimana
51 responden 22 menjawab salah menurut NANDA dinamakan “tanda dan
sehingga perawat berpikiran bahwa gejala”. Tanda adalah sesuatu yang dapat
delirium merupakan penyakit genetik diobservasi dan gejala adalah sesuatu
atau menurun. Pertanyaan nomer 6 yang dirasakan oleh klien, dikutip oleh
mengenai apakah perlu pengkajian GCS Nursalam 2001.
(Glasgow Coma Skale) untuk menilai American Nursing Assosiation,
tingkat kesadaran pada delirium. dikutip oleh Nasrul Effendy, 1995
Pertanyaan yang lain mengenai diagnosa keperawatan adalah respon
pengenalan awal delirium dapat dijawab individu pada masalah kesehatan yang
dengan baik oleh responden. Dengan actual dan potensial. Yang dimaksud
demikian pemahaman mengenai masalah aktual adalah masalah yang
pengkajian terutama berguna untuk ditemukan pada saat dilakukan
pengenalan awal delirium adalah cukup. pengkajian, sedangkan masalah potensial
Domain kognitif tingkat pengetahuan adalah yang kemungkinan akan timbul
tentang pengkajian keperawatan adalah kemudian.
tahu (Notoatmodjo, 2003) berarti Diagnosa keperawatan sebagai
kemampuan perawat untuk mengingat dasar pengembangan rencana intervensi
suatu materi yang telah dipelajari tentang keperawatan dalam rangka mencapai
pengkajian keperawatan pasien delirium peningkatan pencegahan dan
adalah cukup. Pada tahapan ini terdapat penyembuhan penyakit serta pemulihan
beberapa point yang berkaitan dengan kesehatan klien (Persatuan Perawat
tingkat kesadaran yang dijawab salah Nasional Indonesia, 2005)
oleh perawat, pengetahuan tentang Hasil penelitian didapatkan tingkat
tingkat kesadaran bukan hanya sekedar pengetahuan perawat tentang diagnosa
tahu tetapi perlu sering dilakukan keperawatan adalah cukup. Dari 5
sehingga dapat diterapkan dalam asuhan pertanyaan tentang diagnosa keperawatan
keperawatan dengan baik. jawaban salah paling banyak pada nomer
2 dan 6. Pertanyaan nomer 2 mengenai
diagnosa keperawatan halusinasi pada
pasien delirium. Dari 51 responden 42
responden menjawab salah, berarti

102
Jurnal STIKES
Vol. 9, No.2, Desember 2016

responden beranggapan bahwa halusinasi Mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan


dapat diambil diagnosa keperawatan Perawat Tentang Intervensi
perubahan proses pikir seharusnya Keperawatan Delirium di Ruang
jawaban yang tepat adalah halusinasi Rawat Inap
dapat diambil diagnosa keperawatan
perubahan persepsi sensori karena pasien
delirium terjadi perubahan dalam proses Berdasarkan tabel 3 diatas dapat
persepsi sehingga terjadi halusinasi. diketahui bahwa lebih dari 50%
Pertanyaan nomer 3 mengenai insomnia responden mempunyai pengetahuan
diagnosa keperawatan yang dapat cukup tentang intervensi keperawatan
diambil adalah perubahan pola tidur yaitu 31 responden (61%) dari 51
kemungkinan disebabkan oleh koping responden.
tidak efektif. Dari 51 responden 45 Perencanaan keperawatan meliputi
responden menjawab salah. Insomnia pengembangan strategi desain untuk
merupakan gangguan tidur yang sering mencegah, mengurangi atau mengkoreksi
terjadi pada pasien delirium tetapi masalah – masalah yang diidentifikasi
kemungkinan penyebab adalah pada diagnosa keperawatan. Rencana
hiperaktivitas dari pasien delirum bukan keperawatan diartikan sebagai suatu
karena koping yang tidak efektif. dokumen tulisan tangan dalam
Domain kognitif tingkat pengetahuan menyelesaikan masalah, tujuan dan
tentang diagnosa keperawatan adalah intervensi. Rencana keperawatan
memahami (Notoatmodjo, 2003) berarti merupakan metode komunikasi tentang
kemampuan untuk menginterpretasikan asuhan keperawatan kepada klien. Setiap
tentang diagnosa keperawatan pasien klien yang memerlukan asuhan
delirium adalah cukup. Dalam pembuatan keperawatan perlu suatu perencanaan
diagnosa keperawatan dapat dibagi sesuai yang baik (Nursalam, 2001).
dengan masalah kesehatan pasien Perencanaan dalam proses
tentunya didukung oleh data-data yang keperawatan lebih dikenal dengan
diperoleh melalui pengkajian, antara lain Rencana Asuhan Keperawatan (Nursing
diagnosa keperawatan aktual yaitu Care Plan) atau Renpra (Rencana
masalah utama yang ditemukan saat Keperawatan) yang merupakan tahap
pengkajian dan diagnosa keperawatan selanjutnya setelah pengkajian dan
potensial/resiko yaitu masalah yang akan penentuan diagnosa keperawatan.
terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Rencana keperawatan merupakan mata
(Budi, 1995). Sehingga perawat rantai antara penetapan kebutuhan pasien
diharapkan dapat menentukan masalah dan pelaksanaan tindakan keperawatan.
keperawatan yang aktual dan harus Dengan demikian rencana asuhan
diutamakan penyelesaiannya tanpa keperawatan adalah petunjuk tertulis
mengabaikan masalah keperawatan lain yang menggambarkan secara tepat
pada seorang pasien. Diperlukan mengenai rencana tindakan yang
pemahaman tentang pembuatan diagnosa dilakukan terhadap pasien sesuai dengan
keperawatan, dalam penelitian ini kebutuhannya berdasarkan diagnosa
tingkatannya tahu tentang diagnosa keperawatan. (Nasrul Effendi, 1995).
keperawatan maka pengetahuan perawat Hasil penelitian didapatkan tingkat
rata-rata adalah cukup karena dalam pengetahuan perawat tentang intervensi
pembuatan diagnosa keperawatan keperawatan adalah cukup. Dari 6
diperlukan keterampilan tentang pertanyaan tentang intervensi
menjelaskan dan menginterprestasikan keperawatan jawaban salah paling
suatu materi secara benar. banyak pada pertanyaan nomer 3 dan 6.
Pertanyaan nomer 3 mengenai intervensi
keperawatan resiko penyiksaan diri
sendiri, orang lain dan lingkungan adalah
segera restrain. Dari 51 responden 43

103
Studi Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Asuhan Keperawatan Pasien Delirium di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Baptis Kediri
Sandy Kurniajati, Akde Triyoga

responden menjawab salah. Restrain atau keperawatan yang menandakan seberapa


pengikatan memang diperlukan jika jauh diagnosa keperawatan, rencana
pasien sedang gaduh gelisah. Pada pasien tindakan dan pelaksanaanya sudah
delirium terjadi penurunan kesadaran dan berhasil dicapai. Melalui evaluasi
gangguan koordinasi, keluarga dapat memungkinkan perawat untuk
melakukan pengawasan ketat tanpa memonitor “kealpaan” yang terjadi
pengikatan, karena pengikatan dapat selama tahap pengkajian, analisa,
menyebabkan pasien cidera. Pertanyaan perencanaan, dan pelaksanaan tindakan
nomer 6 mengenai intervensi (Ignatavicrus dan Byne,1994) dikutip
keperawatan untuk diagnosa keperawatan oleh Nursalam 2001. Menurut Griddith
perubahan persepsi sensori adalah dan Christensen 1986 dikutip oleh
dapatkan riwayat resiko terjadi delirium. Nursalam, 2001 evaluasi sebagai sesuatu
Dari 51 responden 47 reponden yang direncanakan dan perbandingan
menjawab salah. Riwayat resiko terjadi yang sistematis pada status kesehatan
delirium perlu dikaji pada tahap awal klien. Dengan mengukur perkembangan
atau pengkajian keperawatan bukan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka
merupakan intervensi keperawatan(Budi, perawat bisa menentukan efektifitas
2005). Perawat dalam menetapkan tujuan tindakan keperawatan. Meskipun
harus sesuai dengan urutan prioritas evaluasi diletakkan pada akhir proses
diagnosis keperawatan begitu juga keperawatan, evaluasi merupakan bagian
kriteria hasil merupakan tujuan yang integral pada setiap tahap proses
lebih spesifik. Tujuan dan kriteia hasil keperawatan. Pengumpulan data perlu
berguna untuk mengevaluasi asuhan direvisi untuk menentukan apakah tujuan
keperawatan pasien sehingga perawat tersebut dapat dicapai secara efektif
mengetahui asuhan keperawatan yang (Nursalam,2001).
dilakukan tercapai atau tidak. Domain Evaluasi adalah bagian terakhir
kognitif tingkat pengetahuan adalah dari proses keperawatan. Semua tahap
memahami (Notoatmodjo, 2003) berarti proses keperawatan (diagnosis, tujuan,
kemampuan perawat untuk menggunakan intervensi) harus dievaluasi (Budi, 1994).
materi yang telah dipelajari pada situasi Hasil penelitian didapatkan
atau kondisi riil atau sebenarnya tentang tingkat pengetahuan perawat tentang
intervensi keperawatan pasien delirium evaluasi adalah kurang. Dari 5
adalah cukup. Tingkat pengetahuan rata- pertanyaan tentang evaluasi keperawatan
rata cukup karena diperlukan jawaban salah paling banyak pada nomer
keterampilan dalam menjelaskan dan 3, 5 dan 6. Pertanyan nomer 2 mengenai
menginterprestasikan suatu materi secara perlu hasil laboratorium elektrolit serum
benar tentang diagnosa keperawatan 2 hari sekali untuk evaluasi kebutuhan
tidak hanya sekedar tahu. nutrisi pasien. Dari 51 responden 26
responden menjawab salah. Kebutuhan
nutrisi pasien delirium masih dalam
keadaan baik kecuali pasien sudah dalam
Mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan perawatan lama, kebutuhan elektrolit bisa
Perawat Tentang Evaluasi Asuhan dievaluasi tiap satu minggu sekali pada
Keperawatan Delirium pasien delirum. Pertanyaan nomer 3
mengenai GCS (Glasgow Coma Skale)
perlu dievaluasi untuk menilai keadaan
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat gelisah pada pasien delirium. Dari 54
diketahui bahwa paling banyak responden 42 responden menjawab salah
responden mempunyai pengetahuan . GCS (Glasgow Coma Skale) untuk
kurang tentang evaluasi yaitu 24 menilai pasien gelisah karena kerusakan
responden (47%) dari 51 responden. organik pada otak sedanngkan delirium
Evaluasi adalah tindakan gangguan kesadaran disebabkan karena
intelektual untuk melengkapi proses gangguan sistem neurotransmiter

104
Jurnal STIKES
Vol. 9, No.2, Desember 2016

sehingga GCS (Glasgow Coma Skale) Saran


tidak bisa untuk mengevaluasi tingkat
kesadaran pasien delirium. Pertanyaan
nomer 5 mengenai evaluasi untuk Hasil dari penelitian ini dapat
diagnosa keperawatan resiko cedera. Dari digunakan sebagai bahan evaluasi untuk
51 responden 26 responden menjawab semua perawat baik di ruang rawat
salah. Hal yang dapat dievaluasi pada inap/rawat jalan, perawat pendidik dan
diagnosa keperawatan resiko cedera calon perawat. Peran perawat salah
adalah pasien dalam keadaan aman tidak satunya adalah sebagai edukator sehingga
terjadi cedera dan kebinggunggan pasien dibutuhkan suatu pengetahuan yang baik
berkurang. Tingkat pengetahuan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan,
tentang evaluasi adalah kurang, dari 5 tanpa pengetahuan yang baik perawat
pertanyaan yang dapat dijawab dengan tidak akan mampu untuk memberikan
baik adalah 2 saja. Domain kognitif asuhan keperawatan yang sesuai dengan
tingkat pengetahuan adalah analisis standar.
(Notoatmodjo, 2003) berarti kemampuan
perawat untuk mengingat suatu materi
yang telah dipelajari tentang evaluasi dan Daftar Pustaka
kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi atau objek ke dalam komponen-
komponen tetapi masih dalam satu Baihaqi,Mif Et all. (2007). Psikiatri.
organisasi tersebut dan masih ada Bandung : Refika Aditama
kaitannya satu sama lain tentang evaluasi Meliono, Irmayanti (2007). Pengetahuan
adalah kurang. Tingkat pengetahuan hhtp/id. wikipedia. org/
tentang evaluasi rata-rata adalah kurang wiki/pengetahuan. Diakses tanggal
karena dibutuhkan keterampilan untuk 31 Maret. 2016 jam 4.30 pm
melakukan justifikasi atau penilaian Nursalam. (2010). Konsep dan
terhadap suatu objek atau materi. Dengan Penerapan Metodologi Penelitian
evaluasi perawat mengetahui tujuan Ilmu Keperawatan. Jakarta :
sudah tercapai atau belum, perlu Salemba Medika
dilakukan intervensi lanjutan atau tidak. Nursalam. (2008). Konsep dan
Dengan evaluasi juga perawat Penerapan Metodologi Penelitian
mengetahui apakah ada masalah baru Ilmu Keperawatan. Jakarta :
atau tidak. Sehingga evaluasi dibuat Salemba Medika
untuk mengetahui keberhasilan dari Notoatmojo, Soekijo. (2010). Ilmu
seluruh proses keperawatan.. Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmojo, Soekijo. (2010). Metodologi
Simpulan Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Roan, Witjaksana. (2007). Delirium dan
Secara keseluruhan pengetahuan Demensia. http//google.com
perawat tentang asuhan keperawatan Diakses tanggal 10 April 2009.
pada pasien delirium adalah cukup, jam 9 am.
dimulai dari pengkajian, diagnose, Potter dan Perry. (2006). Buku Ajar
intervensi dan mempunyai pengetahuan Fundamental keperawatan. Jakarta
kurang pada evaluasi asuhan : EGC
keperawatan. Pengurus Pusat PPNI. (2005). Standar
Praktik Keperawatan. Jakarta:
PPNI
. (2008). Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan
Delirium. http///C:de z’s personal

105
Studi Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Asuhan Keperawatan Pasien Delirium di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Baptis Kediri
Sandy Kurniajati, Akde Triyoga

web blog ASUHAN


KEPERAWATAN LANSIA.htm
Diakses tanggal 5 April 2009. jam
10.45 am.
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa.
Bandung : PT Refika Utama

106

Anda mungkin juga menyukai