GAWAT DARURAT
CEREBROVASCULAR ACCIDENT (CVA)
DI RUANG MARWAH
RSI MASYITOH BANGIL
Disusun Oleh :
Liatul Wardah
(14201.10.18021)
BANGIL,
MAHASISWA
Liatul Wardah
KEPALA RUANGAN
LEMBAR KONSULTASI
NAMA: Liatul Wardah
NIM :14201.10.18021
2. ETIOLOGI
1. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik 6-7 % terjadi akibat adanya perdarahan subaraknoid
(subarachnoid hemorrhage), yang mana perdarahan masuk ke ruang
subaraknoid yang biasanya berasal dari pecarnya aneurisma otak atau AVM
(malformasi arteriovenosa).
Hipertensi, merokok, alkohol, dan stimulan adalah faktor resiko dari
penyakit ini.Perdarahan subaraknoid bisa berakibat pada koma atau kematian.
Pada aneurisma otak, dinding pembuluh darah melemah yang bisa terjadi
kongenital atau akibat cedera otak yang meregangkan dan merobek lapisan
tengah dinding arteri(Terry & Weaver, 2013).
2. Stroke non hemoragik
Stroke iskemik (non hemoragik) biasanya disebabkan adanya gumpalan
yangmenyumbat pembuluh darah dan menimbulkan hilangnya suplai darah
keotak.Gumpalan dapat berkembang dari akumulasi lemak atau plak
aterosklerotik di dalam pembuluh darah. Faktor resikonya antara lain
hipertensi, obesitas, merokok, peningkatan kadar lipid darah,diabetes dan
riwayat penyakit jantung dan vaskular dalam keluarga.
Faktor resiko terjadinya CVA
Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan seseorang beresiko terhadap
stroke adalah sebagai berikut (Farida &Amalia , 2009)
1) Usia
Lebih tua umur lebih mungkin terjadinya stroke (Irfan, 2012).
Resiko semakin meningkat setelah usia 55 tahun. Usia terbanyak
terkena serangan stroke adalah usia 65 tahun ke atas (Indrawati, Sari,
& Dewi, 2008). Namun stroke tidak hanya diderita oleh orang lanjut
usia saja, melainkan golongan remaja akhir dan dewasa juga
beresiko terkena stroke. Stroke juga dapat terjadi pada usia muda,
bahkan anak anak. Anak-anak biasanya sangat senang bermain dan
dapat beresiko jatuh serta mengalami benturan dikepala.Apabila
terjadi benturan di kepala, maka ini dapat mengakibatkan stroke.Hal
ini dapat mengakibatkan terjadinya stroke hemoragik yaitu stroke
yang diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah otak(Farida &
Amalia, 2009).
2) jenis kelamin
Stroke menyerang laki-laki 19% lebih banyak dibandingkan
perempuan (Indarwati , Sari, & Dewi, 2008). Hal ini dikarenakan
perempuan memiliki hormon esterogen yang berperan dalam
mempertahankan kekebalan tubuh sampai menopause dan sebagai
proteksi atau pelindung pada proses ateroskerosis. Namunsetelah
perempuan tersebut mengalami 13 menopouse , besar risiko terkena
stroke antara laki-laki dan perempuan menjadi sama(Farida &
Amalia, 2009).
3) Ras dan Etnis
Stroke lebih banyak menyerang dan menyebabkan kematian
pada ras kulit hitam, Asia dan Kepulauan Pasifik, serta Hispanik
dibandingkan kulit putih (Indarwati , Sari, & Dewi, 2008).Menurut
Price dan Wilson (2006) bahwa orang Amerika keturunan Afrika
memiliki angka resiko yang lebih tinggi daripada orang Kaukasia.
Dengan kata lain, orang berkulit hitam lebih beresiko terkena stroke.
Orang kulit hitam lebih banyak terkena hipertensi daripada orang
berkulit putih karena berkaitan dengan konsumsi garam(Farida &
Amalia, 2009)
4) Riwayat Stroke dalam Keluarga
Dari sekian banyak kasus stroke yang terjadi, sebagian besar
penderita stroke memiliki faktor riwayat stroke dalam keluarganya.
Keturunan dari penderita stroke diketahui menyebabkan perubahan
penanda aterosklerosis awal, yaitu proses terjadinya timbunan zat
lemak dibawah lapisan dinding pembuluh darah yang dapat memicu
terjadinya stroke. Beberapa penelitian lain yang telah dilakukan
mengesankan bahwa riwayat stroke dalam keluarga mencerminkan
suatu hubungan antara faktor genetis dengan 14 tidak berfungsinya
lapisan dinding pembuluh darah dalam arteri koronaria(Farida &
Amalia, 2009).
5) Stres
Pada umumnya, stroke diawali oleh stres. Karena, orang yang
stres umumnya mudah marah,mudah tersinggung, susah tidur dan
tekanan darahnya tidak stabil. Marah menyebabkan pencarian listrik
yang sangat tinggi dalam urat syaraf. Marah yang berlebihan akan
melemahkan bahkan mematikan fungsi sensoris dan motorik serta
dapat mematikan sel otak. Stres juga dapat meningkatkan kekentalan
darah yang akan berakibatkan pada tidak stabilnya tekanan darah.
Jika darah tersebut menuju pembuluh darah halus diotak untuk
memasok oksigen ke otak , dan pembuluh darah tidak lentur dan
tersumbat, maka hal ini dapat mengakibatkan resiko terkena
serangan stroke. (Farida &Amalia , 2009)
6) Life style
Life style atau gaya hidup seringkali dikaitkan sebagai pemicu
berbagai penyakit yang menyerang, baik pada usia produktif maupun
usia lanjut. Salah satu contoh life style yaitu berkaitan dengan pola
makan.Generasi muda biasanya sering menerapkan pola makan yang
tidak sehat dengan seringnya mengkonsumsi makanan siap saji yang
serat lemak dan kolesterol namun rendah sehat. Kemudian,
seringnya mengonsumsi makanan yang digoreng atau makanan
dengan kadar gula tinggi dan berbagai jenis makanan yang ditambah
zat pewarna/penyedap/pemanis dan lain-lain. Faktor gaya 16 hidup
lain yang dapat beresiko terkena stroke yaitu sedentary life style atau
kebiasaan hidup santai dan malas berolah raga. Hal ini dapat
mengakibatkan kurangnya kemampuan metabolisme tubuh dalam
pembakaran zat-zat makanan yang dikonsumsi. Sehingga, beresiko
membentuk terjadinya tumpukan kadar lemak dan kolestrol dalam
darah yang beresiko membentuk ateroskelorosis (plak) yang dapat
menyumbat pembuluh darah yang dapat berakibat pada munculnya
serangan jantung dan stroke(Farida & Amalia, 2009)
3. ANATOMI FISIOLOG
Otak adalah alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat computer
dari semua alat tubuh.Bagia dari saraf sentral yang yang terletak didalam rongga
tengkorak (cranium) dibungkus oleh selaput otak yang kuat.Otak terletak dalam
rongga cranium berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga
gejala pembesaran otak awal (Pearce, 2013).
b) Otak depan menjadi hemifer serebri, korpus striatum, thalamus, serta
hipotalamus.
c) Otak tengah, trigeminus, korpus callosum, korpus kuadrigeminus.
d) Otak belakang, menjadi pons varoli, medulla oblongata, dan serebellum.
Fisura dan sulkus membagi hemifer otak menjadi beberapa
daerah.Korteks serebri terlibat secara tidur teratur.Lekukan diantara gulungan
serebri disebut sulkus.Sulkus yang paling dalam membentuk fisura longitudinal
dan lateralis. Daerah atau lobus letaknya sesuai dengan tulang yang berada di
atasnya (lobus frontalis, temporalis,oarientalisdan oksipitalis) (Pearce, 2013).
Fisura longitudinalis merupakan celah dalam pada bidang media laterali
memisahkan lobus temparalis dari lobus frontalis sebelah anterior dan lobus
parientalis sebelah posterior.Sulkus sentralis juga memisahkan lobus frontalis juga
memisahkan lobus frontalis dan lobus parientalis.Adapun bagian-bagian otak
meluputi (Pearce, 2013). :
1. Cerebrum
Cerebrum (otak besar) merupakan bagian terbesar dan terluas dari otak, berbentuk
telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Masing-masing disebut
fosakranialis anterior atas dan media.
Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian
korteks serebral dan zat putig terdapat pada bagian dalam yang mengndung serabut
syaraf (Pearce, 2013).Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu (Pearce,
2013) :
a. Lobus frontalis adalah bagian dari serebrum yang terletak dibagian sulkus
sentralis.
b. Lobus parientalis terdapat didepan sulkus sentralis dan dibelakang oleh korako
oksipitalis.
c. Lobus temporalis terdapat dibawah lateral dan fisura serebralis dan didepan
lobus oksipitalis.
d. Oksipitalisyang mengisi bagian belakang dari serebrum.
Korteks serebri terdiri dari atas banyak lapisan sel saraf yang
merupakan.ubstansi kelabu serebrum. Korteks serebri ini tersusun dalam
banyak gulungan-gulungan dan lipatan yang tidak teratur, dan dengan
demikian menambah daerah permukaan korteks serebri, persis sama seperti
melipat sebuah benda yang justru memperpanjang jarak sampai titik ujung
yang sebenarnya. Korteks serebri selain dibagi dalam lobus juga dibagi
menurut fungsi dan banyaknya area.
Secara umum korteks dibagi menjadi empat bagian (Pearce, 2013) :
1. Korteks sensori, pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang mengurus
bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau bagian tubuh
tergantung ada fungsi alat yang bersangkutan. Korteks sensori bagian fisura
lateralis menangani bagian tubuh bilateral lebih dominan.
2. Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri merupakan
kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berpikir, rangsangan
yang diterima diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan data yang lain.
Bagian anterior lobus temporalis mmpunyai hubungan dengan fungsi luhur dan
disebut psikokortek.
3. Kortekes motorik menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya adalah
kontribusi pada taktus piramidalis yang mengatur bagian tubuh kontralateral.
4. Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan sikap mental
dan kepribadian.
2. Batang Otak
4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis stroke bergantung pada arteri serebral yang terkena, fungsi
otak dikendalikan atau diperantarai oleh bagian otak yang terkena, keparahan
kerusakan serta ukuran daerah otak yang terkena selain bergantung pula pada derajat
sirkulasi kolateral (Hartono, 2009). Menurut Oktavianus (2014) manifestasi klinis
stroke sebagai berikut :
a. Stroke iskemik
Tanda dan gejala yang sering muncul yaitu:
1. Transient ischemic attack (TIA) Timbul hanya sebentar
selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau
tanpa pengobatan. Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama,
memperberat atau malah menetap.
2. Reversible Ischemic Neurogic Difisit (RIND) Gejala
timbul lebih dari 24 jam.
3. Progressing stroke atau stroke inevolution Gejala makin
lama makin berat (progresif) disebabkan gangguan aliran darah makin lama
makin berat
4. Sudah menetap atau permanen
b. Stroke hemoragik
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena.
1. Lobus parietal, fungsinya yaitu untuk sensasi
somatik, kesadaran menempatkan posisi.
2. Lobus temporal, fungsinya yaitu untuk
mempengaruhi indra dan memori
3. Lobus oksipital, fungsinya yaitu untuk
penglihatan
4. Lobus frontal, fungsinya untuk mempengaruhi
mental, emosi, fungsi fisik, intelektual.
Stroke dapat mempengaruhi fungsi tubuh. Adapun beberapa gangguanyang
dialami pasien yaitu :
a) Pengaruh teradap status mental: tidak sadar, confuse
b) Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguansentuhan dan
sensasi, gangguan penglihatan, hemiplegi (lumpuh tubuh
sebelah).
c) Pengaruh terhadap komunikasi: afasia (kehilangan bahasa),
disartria (bicara tidak jelas). 20 Pasien stroke hemoragik dapat
mengalami trias TIK yang mengindikasikan adanya
peningkatan volume di dalam kepala.Trias TIK yaitu muntah
proyektil, pusing dan pupil edem.
5. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, stroke dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1) Stroke Hemoragik (SH)
Stroke Hemoragik Stroke hemoragik di sebabkan oleh perdarahan ke
dalam jaringan otak (disebut hemoragia intraserebrum atau hematom
intraserebrum) atau ke dalam ruang subaraknoid yaitu ruang sempit antara
permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut hemoragia
subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang paling mematikan, tetapi relative
hanya menyusun sebgian kecil dari stroke total, 10-15% untuk perdarahan
intraserebrum dan 5% untuk perdarahan subaraknoid(Irfan, 2012). Biasanya
kejadianya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi
saat istirahat kesadaran pasien umumnya menurun.( Wijaya& Putri, 2013).
2) Stroke Non Hemoragik (SNH)
Hampir 85% stroke di sebabkan oleh, sumbatan bekuan darah,
penyempitan sebuah arteri atau beberapa arteri yang mengarah ke otak, atau
embolus (kotoran) yang terlepas dari jantung atau arteri ekstrakranial (arteri
yang berada di luar tengkorak).Ini di sebut sebagai infark otak atau stroke
iskemik.Pada orang berusia lanjut lebih dari 65 tahun, 4 penyumbatan atau
penyempitan dapat disebabkan oleh aterosklerosis (mengerasnya arteri).
Dapat berupa iskemia, emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi setelah
lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari.Tidak terjadi iskemi yang
menyebabkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder,
kesadaran pasien umumnya baik.
Bedasarkan defisit neurologis dibagi menjadi empat jenis yaitu :
b. Trancient Iskemik Attack (TIA) atau serangan iskemik sepintas
Merupakan gangguan neurologis fokal akibat gangguan peredaran darah di
otak yang timbul mendadak dan hilang dalam beberapa menit (durasi rata-
rata 10 menit) sampai beberapa jam (24 jam)
c. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological
Deficit (RIND)
Adalah gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih
lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
d. Stroke Progresif (Progessive Stroke/stroke in evolution), stroke yang
gejala neurologiknya makin lama makin berat.
e. Stroke Complete
Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen,
maksimal sejak awal serangan dan sedikit memperlihatkan parbaikan dapat
didahului dengan TIA yang berulang.
dapat didahului dengan TIA yang berulang.
Tanda Awal Sakit kepala Sakit kepala Serangan TIA Tidak sakit
menetap sementara (iskemik kepala
sementara)
Saat Mendadak, kadang Mendadak, Pucat Pucat
timbulnya pada saat merasa ada
penyakit melakukan tiupan di
aktivitas dan kepala
adanya tekanan
mental
Gangguan Penurunan Gangguan Kecepatan Sering pada awal
kesadaran kesadaran kesadaran menurunnya kejadian atau
mendadak reversible sesuai perubahan yang
dengan terjadi sesuai
memberatny dengan beratnya
a defisit defisit neurologis
neurologis
Sakit kepala Kadang-kadang Kadang- Jarang Jarang
kadang
Muntah 70-80% >50% Jarang 2-5% Kadang- kadang
(25-
30%)
Pernapasan Irreguler, Kadang Jarang terjadi Jarang terjadi
(Breathing) mengorok Cheyne- gangguan gangguan pada
Stokes pada kasus kasus proses
proses hemisfer
Kemungkina n
hemisfer
Nadi (pulse) Tegang, Kecepatan Mungkin Bergantung pada
bradikardia nadi 80- cepat dan etiologi penyakit
lebih sering 100x/menit halus jantung
daripada
takikardia
Jantung Batas jantung Patoogi Lebih sering Alat jantung
(heart) mengalami dilatasi, jantung kardiosklerosi endokarditis,
tekanan aorta jarang s aritmia kardiak
terdengar pada , tanda
bunyi jantung II hipertoni
k jantung
2. Pembedahan ( craniotomy )
Berikan dukungan mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada
keluarganya agar tetap tenang
9. KOMPLIKASI
Menurut Pudiastuti (2017) pada pasien stroke yang berbaring lama dapat
terjadi masalah fisik dan emosional diantaranya:
1) Thrombosis
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan
cairan, pembengkakan (edema) selain itu juga dapat menyebabkan embolisme
paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan
darah ke paru.
2) Dekubitus
Bagian tubuh yang sering mengalami memar akibat tekanan dari
bagian tubuh lain yang paling sering adalah pinggul, pantat, sendi kaki dan
tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik maka akan terjadi ulkus
dekubitus dan infeksi.
3) Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
menyebabkan akumulasi sekret terkumpul di paru-paru dan selanjutnya
menimbulkan pneumonia.
4) Atrofi otot
Atrofi otot atau pengecilan otot serta kontraktur atau kekauan sendi
dapat disebabkan karena kurang gerak dan immobilisasi.
5) Depresi dan Ansietas
Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan menyebabkan reaksi
emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi perubahan dan
kehilangan fungsi tubuh.
3) Respon motorik
1. Dengan perintah =6
2. Melokalisasi nyeri =5
3. Menarik area yang nyeri = 4
4. Fleksi abnormal =3
5. Ekstensi abnormal =2
6. Tidak berespon =1
c) Reflek
1. Reflek biceps (BPR), ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan
pada tendon muskulus biceps brachii, posisi lengan diketuk pada
sendi siku.Respon, fleksi lengan pada sendi siku.
2. Reflek Triceps (TPR), ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.Respon, ekstensi lengan
bawah pada sendi siku.
3. Reflek Patela (KPR), ketukan pada tendon patella dengan hammer.
Respon, plantar fleksi longlegs karena kontraksi muskulus quadrises
femoris.
4. Reflek Achilles (APR), ketukan pada tendon achilles. Respon, plantar
fleksi longlegs karena kontraksi muskulus gastroenemius.
5. Reflek Klonus Lutut, pegang dan dorong os. Patella ke arah
distal.Respon, kontraksi reflektorik muskulus quadrisep femoris
selama stimulus berlangsung.
6. Reflek Klonus Kaki, dorsofleksikan longlegs secara maksimal, posisi
tungkai sendi lutut. Respon, kontraksi reflektorik otot betis selama
stimulus berlangsung.
d) Pemeriksaan nervus cranialis
1. Olfactory
Biasanya pada klien dengan stroke tidak ada kelainan pada
fungsi penciuman.
Fungsi penciuman test pemeriksaan, klien tutup mata dan minta
klien mencium benda yang baunya mudah dikenal seperti sabun,
tembakau, kopi dan sebagainya. Bandingkan dengan hidung bagian
kiri dan kanan.
2. Optikus
Disfungsi persepsi visual karena gangguan jarak sensorik
primer diantara sudut mata dan korteks visual.Gangguan hubungan
visula-spasial sering terlihat pada klien dengan hemiplegia kiri.Klien
mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena
ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
Fungsi aktifitas sosial dan lapang pandang test aktivitas visual,
tutup satu mata klienkemudian disuruh baca dua garis di Koran,
ulangi untuk satunya.
3. Oculomotorius, trochlear, abdusens
Apabila akibat stroke mengakibatkan paralisis seisi otot-otot
okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat
unilateral disisi yang sakit.
Fungsi koordinasi gerakan mata dan kontraksi pupil mata
a. Test Oculomotorius (respon pupil terhdap cahaya)
Menyorotkan senter kedalam tiap pupil mulai menyinari dari
arah belakang dari sisi klien dan satu mata ( jangan dua mata)
b. Trochlear, kepala tegak lurus, letakkan objek kurang lebih 60 cm
sejajar mid line mata, gerakan obyek kearah kanan. Observasi
adanya deviasi bola mata.
c. Abdusens minta klien untuk melihat kearah kiri dan kanan tanpa
menengok
4. Trigeminus
Fungsi sensasi, caranya dengan mengusap pilahan kapan pada
kelopak mata atas dan bawah
a. reflex kornea langsung naka gerakan mengedip insilateral
b. refleks kornea consensual maka gerakan mengedip kontralateral
c. fungsi motorik, caranya : klien disuruh mengunyah, pemeriksa
melakukan palpasi pada otot temporal masseter
5. Facialis
Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, otot
wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat
Fungsi sensasi, kaji sensasi rasa bagian anterior lidah, terhadap
asam,manis, asin, pahit
6. Acustikus
a. coclear ( mengkaji pendengaran ) tutup satu telinga klien,
pemeriksa berbisik di satu telinga lain, atau menggesekkan jari
bergantian kanan dan kiri
b. vestibulator ( mengkaji keseimbangan ), klien diminta berjalan
lurus, apakah dapat melakukan atau tidak
7. Glossopharingeal dan vagus
Glossopharingeal mempersarafi perasaan mengecap 1/3
posterior lidah, tapi bagian ini sulit di test demikian pula dengan m.
stylopharingeus, pergerakan ovula, pallatum lunak
8. Accessories
Klien disuruh menoleh kesamping melawan tahanan .apakah
strenocledomastodeus dapat terlihat ?apakah tropi ? kemudian
palpasi kekuatannya. Minta klien mengangkat bahu dan pemeriksaan
berusaha menahan test otot trapezius
9. Hypoglosus
Pada pasien stroke lidah asimetris, terdapat deviasi pada satu sisi
dan fasikulasi.Indera pengecapan normal.
mengkaji gerakan lidah saat bicara dan menelan
inspeksi posisi lidah ( normal, asimetris/ deviasi
keluarkan lidah klien ( oleh sendiri ) dan memasukkan dengan
cepat dan menta untuk menggerakkan ke kanan dan kiri
h. Respirasi
Data subyektif
1. Perokok
i. Keamanan
Data obyektif
1. Motorik/sesorik : masalah dengan penglihatan
2. Perubahan persepsi terhadap tubuh
3. Tidak mampu mengenali objek, warna,
4. Gangguan berespon terhadap panas dan dingin
5. Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan
6. Interaksi sosial
Data objektif
1. Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan embolisme,
hipertensi, aterosklerosis aortik dan tumor otak
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular ditandai
dengan kesulitan membolak-balikkan posisi, keterbatasan rentang gerak dan
penurunan kemampuan motorik kasar dan motorik halus
3. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan fisiologis
penurunan sirkulasi otak yang ditandai dengan gagap, pelo, sulit bicara, sulit
mengungkapkan kata, tidak dapat bicara, kesulitan memahami komunikasi,
kesulitan mempertahakan komunikasi, dan kesulitan mengekspresikan pikiran
secara verbal misalnya afasia.
4. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis (iskemia) ditandai dengan
diaforesis, dilatasi pupil, sikap melindungi area nyeri, perubahan selera makan,
perilaku distraksi, perubahan parameter fisiologis, ekspresi meringis, fokus
interaksi dengan orang lain berkurang, fokus pada diri sendiri
5. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan disfungsi
neuromuskular ditandai dengan disapnea, gelisah, perubahan frekuensi nafas,
suara nafas tambahan, sianosis, perubahan pola nafas, ortopnea, dan penurunan
bunyi napas
Kriteria hasil
Indikator
1 2 3 4 5
Keluhan Nyeri
Meringis
Kesulitan tidur
Gelisah
Frekuensi nadi
Tekanan Darah
Keterangan :
Nilai 1 : menurun
Nilai 2 : cukup menurun
Nilai 3 : sedang
Nilai 4 : cukup meningkat
Nilai 5 : meningkat
b) Control nyeri
Kriteria hasil
Indikator
1 2 3 4 5
Melaporkan nyeri terkontrol
Mengenali penyebab nyeri
Kemampuan menggunakan
teknik non farmakologi
Dukungan orang terdekat
Keterangan :
Nilai 1 : menurun
Nilai 2 : cukup menurun
Nilai 3 : sedang
Nilai 4 : cukup meningkat
Nilai 5 : meningkat
c) Pola tidur
Kriteria hasil
Indikator
1 2 3 4 5
Keluhan sulit tidur
Keluhan sering terjaga
Keluhan pola tidur berubah
Keterangan :
Nilai 1 : menurun
Nilai 2 : cukup menurun
Nilai 3 : sedang
Nilai 4 : cukup meningkat
Nilai 5 : meningkat
3. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
a. Menejemen Nyeri
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
b) Identifikasi skala Nyeri
c) Identifikasi nyeri non verbal
d) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyari
e) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2) Terapeutik
a) Berikan teknik non farmakologis (mis. Terapi pijat,terapi music,kompres
hangat/dingin)
b) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu,pencahayaan,
kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyer
Kriteria hasil
Indikator
1 2 3 4 5
Ekstermitas
Kekuatan Otot
Rentang Gerak
b) Mobilitas Fisik
Kriteria hasil
Indikator
1 2 3 4 5
Kecemasan
Kaku sendi
Gerakan tidak terkoordinasi
Gerakan terbatas
Kelemahan fisik
Kriteria hasil
Indikator
1 2 3 4 5
Tekanan intrakranial
Sakit kepala
gelisah
kecemasan
demam
b) Komunikasi verbal
Kriteria hasil
Indikator
1 2 3 4 5
Afasia
disfasia
apraksia
pelo
gagap
c) Kontrol resiko
Kriteria hasil
Indikator
1 2 3 4 5
Kemampuan mengubah
perilaku
Komitmen terhadap strategi
Kemampuan menghindari
faktor resiko
Penggunaan sistem pendukung
DAFTAR PUSTAKA
Hudak & Gallo. 2018. Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan Holistik Ed. VIII. Jakarta :
EGC.
Muttaqin, Arif. 2019. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika.
Pearce, C. Evelyn. 2018. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Powers, J. William. et. al. 2018. AHA/ASA Guidline : 2018 Guidlines for the Early
Management of Patient With Acute Ischemic Stroke. America : American Heart
Association. Inc.
Smeltzer, S. C. & Bare. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddart Ed. 12.Alih
bahasa Devi Yulianti, Amelia Kimi.Jakarta : EGC.
Sue Moorhead. 2018. Nursing Outcomes Classification (NOC) Ed. 6. England : Elsevier.
T. Heather Herdman. 2019. Diagnosis Keperawatan (Definisi & Klasifikasi) Ed. 5. Jakarta :
EGC.