Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

NY. D DENGAN INPARTU KALA 1 MEMANJANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners


Departemen Keperawatan Maternitas Di Ruang Kaber
RSU Pindad Turen

Oleh:
Nama : Octaviani Defi
NIM : 190614901265

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN NY. D DENGAN INPARTU KALA 1 MEMANJANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners


Departemen Keperawatan Maternitas Di Ruang Kaber
RSU Pindad Turen

DISUSUN OLEH

Octaviani Defi
190614901265

Disetujui Oleh

Pembimbing Institusi Pembimbing Wahana Praktik

Nurma Afiani, S. Kep., Ns, M. Kep Nofi Astutik, Amd. Keb


LAPORAN PENDAHULUAN
INPARTU KALA 1 MEMANJANG

1. Definisi
Persalinan dengan kala I lama adalah persalinan yang fase latennya
berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju pembukaannya tidak
adekuat atau bervariasi; kurang dari 1 cm setiap jam selama sekurang-
kurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan; kurang dari 1,2 cm per jam pada
primigravida dan kurang dari 1,5 per jam pada multipara; lebih dari 12 jam sejak
pembukaan 4 sampai pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm per jam). Insiden ini
terjadi pada 5 persen persalinan dan pada primigravida insidensinya dua kali
lebih besar daripada multigravida (Saifuddin, 2016).

2. Etiologi

Menurut Nugraheny (2011), sebab-sebab terjadinya partus lama yaitu:


 Kelainan letak janin
 Kelainan-kelainan panggul
 Kelainan his
 Janin besar atau ada kelainan kongenital
 Primitua
 Ketuban pecah dini

3. Tanda dan Gejala

Gejala utama yang perlu diperhatikan pada persalinan yang


lama menurut Sulastyawati (2013), diantaranya sebagai berikut:
1. Dehidrasi
2. Tanda infeksi
 Temperatur tinggi
 Nadi dan pernafasan
 Abdomen meteorismus
3. Pemeriksaan abdomen
 Meteorismus
 Lingkaran bandle tinggi
 nyeri segmen bawah rahim
4. Pemeriksaan lokal vulva- vagina
 Odema vulva
 Cairan ketuban berbau
 Cairan ketuban bercaampur mekonium

5. Pemeriksaan dalam
 Edema serviks
 Bagian terendah sulit didorong ke atas
 Terdapat kaput pada bagian terendah

6. Keadaan janin dalam rahim


 Asfiksia sampai terjadi kematian

7. Akhir dari persalinan lama

4. Patofisiolgis

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kala I lama meliputi


kelainan letak janin seperti letak sungsang, letak lintang, presentasi muka,
dahi dan puncak kepala, Kelainan panggul seperti pelvis terlalu kecil dan
CPD (cephalopelvic disproportion), kelainan his seperti inersia uteri,
incoordinate uteri action. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengakibatkan
pembukaan serviks berjalan sangat lambat, akibatnya kala I menjadi lama
(Saifuddin, 2009).
5. Pathway Inpartu Kala 1
Kehamilan (37-42 minggu)

Tanda-tanda permulaan
persalinan (kala pendahuluan)

Tanda-tanda inpartu

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Fase Laten Fase Aktif

Penurunan hormon esterogen & Distensi rahim


progesteron
Iskemia otot rahim

Kekejangan pembuluh darah


Gangguan sirkulasi

Penggunaan energi uteroplasenta


His/ kontraksi uterus
berlebih
Kurangnya
Gangguan rasa nyaman pengetahuan
(Nyeri )
Kerja jantung Respirasi
Kerja paru Ansietas

Kelelahan

Pola nafas tidak efektif


Kerja paru
6. Komplikasi
Komplikasi inpartu kala 1 memanjang berdampak pada ibu dan bayi
menurut Manuaba, Ida, dkk (2013), sebagai berikut:
1. Bagi ibu
a. Ketuban pecah dini
Apabila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari
uterus diarahkan ke bagian membran yang meyentuh os internal.
Akibatnya, ketuban pecah dini lebih mudah terjadi infeksi.
b. Sepsis Puerperalis
Infeksi merupakan bahaya serius bagi ibu dan janin pada kasus
persalinan lama, terutama karena selaput ketuban pecah dini.
Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang
berulang-ulang.
c. Ruptur Uterus
Penipisan segmen bawah rahim yang abnormal menimbulkan
bahaya serius selama persalinan lama. Jika disproporsi sangat jelas
sehingga tidak ada engagement atau penurunan, segmen bawah
rahim menjadi sangat teregang, dan dapat diikuti oleh ruptur.
d. Cedera dasar panggul
Cedera pada otot dasar panggul, persarafan, atau fasia penghubung
adalah konsekuensi pelahiran pervaginam yang sering terjadi,
terutama apabila pelahirannya sulit.
e. Dehidrasi
Ibu nampak kelelahan, nadi meningkat, tensi mungkin normal atau
telah turun, temperatur meningkat.
f. Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam terdapat oedema serviks, dan air ketuban
bercampur dengan mekoneum.

2. Bagi janin
Persalinan dengan kala I lama dapat menyebabkan detak jantung
janin mengalami gangguan, dapat terjadi takikardi sampai bradikardi.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan NST atau OCT menunjukkan
asfiksia intrauterin. Dan pada pemeriksaan sampel darah kulit kepala
menuju pada anaerobik metabolisme dan asidosis. Selain itu, persalinan
lama juga dapat berakibat adanya kaput suksidaneum yang besar
(pembengkakan kulit kepala) seringkali terbentuk pada bagian kepala
yang paling dependen, dan molase (tumpang tindih tulang-tulang
kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan bentuk kepala.

7. Prognosis
1. Bagi ibu
Persalinan lama terutama fase aktif memanjang menimbulkan efek
terhadap ibu. Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya
proses persalinan, resiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24
jam serta terdapat kenaikan insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan,
infeksi, kelelahan ibu dan syok. Angka kelahiran dengan tindakan yang
tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu (Oxorn, 2010).

2. Bagi janin
Oxorn (2010) mengatakan bahwa semakin lama persalinan,
semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan semakin sering terjadi
keadaan berikut ini :
 Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
 Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
 Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit
 Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini
mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat
membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin
membawa akibat yang buruk bagi anak. Bahaya tersebut lebih besar
lagi jika kemajuan persalinan pernah terhenti. Kenyataan ini
khususnya terjadi saat kepala bayi macet pada dasar perineum untuk
waktu yang lama sementara tengkorak kepala terus terbentur pada
panggul ibu.
8. Penanganan Medis
Menurut Saifuddin, dkk (2016), dan Wikjosastro, dkk (2012), penanganan
umum pada ibu bersalin dengan kala I lama yaitu:
 Nilai keadaan umum, tanda-tanda vital dan tingkat hidrasinya.
 Tentukan keadaan janin:
- Periksa DJJ selama atau segera sesudah his, hitung frekuensinya
minimal sekali dalam 30 menit selama fase aktif.
- Jika terdapat gawat janin lakukan sectio caesarea kecuali jika syarat
dipenuhi lakukan ekstraksi vacum atau forceps.
- Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau
bercampur darah pikirkan kemungkinan gawat janin.
 Jika tidak ada air ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban
pecah, pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban
yang dapat menyebabkan gawat janin.

 Perbaiki keadaan umum dengan :


1. Beri dukungan semangat kepada pasien selama persalinan.
2. Pemberian intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Dehidrasi
ditandai
3. adanya aseton dalam urine harus dicegah.

4. Pengosongan kandung kemih dan usus harus


5. Pemberian sedatif agar ibu dapat istirahat dan rasa nyerinya
diredakan dengan pemberian analgetik (tramadol atau pethidine
25 mg). Semua preparat ini harus digunakan dengan dosis dan
waktu tepat sebab dalam jumlah yang berlebihan dapat
mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.
6. Pemeriksaan rectum atau vaginal harus dikerjakan dengan
frekuensi sekecil mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan
meningkatkan resiko infeksi. Setiap pemeriksaan harus dilakukan
dengan maksud yang jelas.
7. Apabila kontraksi tidak adekuat.
 Menganjurkan untuk mobilisasi dengan berjalan dan mengubah posisi
dalam persalinan.
 Rehidrasi melalui infus atau minum.
 Merangsang puting susu.
 Acupressure.
 Mandi selama persalinan fase aktif.
 Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan
partograf.
 Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal tiap 4 jam.
1. Apabila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan sectio secarea.
2. Apabila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.
 Apabila tidak didapatkan tanda adanya CPD (Cephalopelvic
disproportion) atau
1. Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki
kontraksi dan mempercepat kemajuan persalinan.
2. Apabila ketuban utuh maka pecahkan ketuban.
3. Apabila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif kurang
dari 1 cm per jam lakukan penilaian kontraksi uterus.
 Lakukan induksi dengan oksitosin drip 5 unit dalam 500 cc dekstrosa
atau NaCl.
 Konsultasi dokter jika persalinan tidak ada kemajuan.

9. Pemeriksaan Penunjang
Manuaba, dkk (2013) mengatakan untuk menegakkan diagnosis
diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang antara lain :
 Pemeriksaan USG untuk mengetahui letak janin.
 Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar haemoglobin guna
mengidentifikasi apakah pasien menderita anemia atau tidak.
 Pemeriksaan sinar rontgen dilakukan jika diagnosis sulit ditegakkan
karena terjadi moulage yang cukup banyak dan caput succedanum yang
besar, pemeriksaan sinar rontgen dapat membantu menentukan posisi
janin disamping menentukan bentuk dan ukuran panggul.
Asuhan keperawana yang mungkin muncul pada kasus inpartu kala 1
memanjang menurut Herdman & Kamitsuru (2014) ,sebagai berikut:
1. Pengkajian
 Identitas
Terdiri dari identitas pasien (nama, tanggal lahir/umur pasien, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, diagnosa medis,
no RM dan tanggal masuk rumah sakit). Identitas penanggung jawab/suami
(nama, tanggal lahir/umur pasien, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat).
 Riwayat Penyakit Sekarang, Dahulu dan Keluarga
a. Riwayat penyakit sekarang
Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa saja yang
telah dilakukan untuk mengatasi keluhan ini.
b. Riwayat penyakit dahulu
1) Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid
berapa hari, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat rasa sakit
waktu haid atau tidak.
2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas yang lalu
Hamil dan persalinan berapa kali, anak hiup atau mati, usia, sehat
atau tidak, penolong siapa, nipas normal atau tidak.
3) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Untuk mengetahui jenis KB yang digunakan oleh pasien.
c. Riwayat penyakit keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan antar anggota keluarga, kultur dan kepercayaan, prilaku yang
dapat mempengaruhi kesehatan, perepsi keluarga terhadap penyakit
pasien dan lain-lain.
 Pengkajian Fisik

Review Of System:
a. Sistem pulmonary (B1): tidak ada keluhan
b. Sistem Kardiovaskuler (B2): nadi pasien tidak teratur, tekanan darah
kurang dari normal
c. Sistem Neurologi (B3): nyeri, pusing, peningkatan suhu tubuh
d. Sistem Perkemihan (B4): retensi urine
e. Sistem pencernaan (B5): pasien mengalami mual, muntah, dan juga
konstipasi
f. Sistem muskoluskeletal: merasa lemah
 Pemeriksaan Penunjang
a. USG
USG abdominal dan transvaginal digunakan untuk memantau apakah
mioma tadi bertambah besar atau tidak. Mioma dengan ukuran kecil
dapat diketahui dan letaknya terhadap cavum uteri juga dapat
ditentukan, apakah suatu mioma submukosum, intramural, atau
subserosum.
b. Laboraturium dan Pemeriksaan darah lengkap
Pada mioma uteri yang disertai dengan perdarahan banyak dapat terjadi
penurunan kadar hemoglobin, albumin turun, lekosit turun/meningkat,
dan eritrosit turun.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Sebelum SC
a) Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
b) Cemas berhubungan dengan krisis situasional
c) Keletihan fisik berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi
akibat peningkatan metabolism sekunder akibat nyeri selama persalinan

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan askep selama a. Kaji ketidaknyamanan,
dengan kontraksi uterus proses persalinan nyeri klien perhatikan pengaruh
ditandai dengan: berkurang dengan criteria hasil: budaya dan respon
a) waktu persalinan a. Ibu dapat menggunakan b. Bantu teknik relaksasi
lama. teknik dalam mengontrol dan massase
b) Pembukaan belum nyeri c. Hitung waktu,
lengkap b. Ibu tampak rileks diantara frekuensi kontraksi
kontraksi secara berkala
c. Ibu terhindar dari analgesik/ d. Observasi TD
anastesia efek
2 Cemas berhubungan Setelah Setelah dilakukan a. Kaji tingkat dan
dengan krisis askep selama proses persalinan penyebab kecemasan
situasional, ditandai kecemasan klien berkurang b. Pantau TTV sesuai
dengan: dengan criteria hasil: indikasi
a) waktu persalinan a. Tampak rileks c. Pantau pola kontraksi
lama. b. Pasien kooperatif dalam uterus
b) Pembukaan belum Teknik relaksasi dan napas d. Laporkan disfungsi
lengkap dalam, persalinan
c) Presentasi bokong c. Pasien melaporkan cemas e. Anjurkan klien untuk
d) Ibu tampak berkurang mengungkapkan
kelelahan d. TD stabil perasaan, masalah
dan rasa takut
f. Kolaborasi dengan
tenaga medis untuk
penatalaksanaan
selanjutnya sesuai
kondisi pasien

3 Keletihan fisik Setelah dilakukan askep selama a. kaji TTV berkala


berhubungan dengan proses keperawatan masalah b. anjurkan ibu untuk
peningkatan kebutuhan kelemahan fisik terkendali, relaksasi dan istirahat
energi akibat dengan criteria hasil: diantara kontraksi
peningkatan metabolism a. pasien menyatakan masih c. sarankan
sekunder akibat nyeri memiliki cukup tenaga suami/keluarga untuk
selama persalinan, b. pasien tidak mengalami mendampingi ibu
ditandai dengan: keletihan berlebihan d. sarankan keluarga
a) Ibu tampak c. nadi dalam batas normal untuk menawarkan
kelelahan saat tidak ada his dan memberikan
b) waktu persalinan minuman atau
lama. makanan pada ibu
e. kolaborasi dengan
tenaga medis untuk
mempertimbangkan
tindakan selanjutnya
jika kelemahan
bertambah berat
2) Post SC
a. Hipertermi berhubungan dengan
b. kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi (tentang antenatal care dan persalinan)

3) Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Hipertermi Setelah dilakukan a. ukur suhu tubuh pasien setiap
berhubungan dengan askep selama 2 x 24 jam
proses inflamasi, jam masalah teratasi b. berikan kompres hangat
ditandai dengan: dengan criteria hasil: c. anjurkan untuk banyak minum
a. Satu minggu a. suhu tubuh pasien air putih
setelah operasi, 36 – 37 C
o
d. kolaborasi: pemberian antipiretik
ibu mengeluh sesuai indikasi
demam e. kolaborasi: pemberian antibiotic
jika terindikasi terjadi infeksi
sistemik
2 kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan
berhubungan dengan askep selama 1 jam pasien
kurang terpaparnya masalah kurang 2. Berikan informasi sesuai
informasi (tentang pengetahuan teratasi dengan tingkat pemahaman
antenatal care dan dengan criteria hasil: dan Pendidikan pasien
persalinan), ditandai a. Pasien 3. Berikan pertanyaan tentang
dengan: menunjukkan informasi yang telah
a. SMRS pasien pemahaman disampaikan
ditolong oleh b. Feed back positif
dukun
b. Antenatal care
tidak terkontrol
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses:


Definitions & Classification, 2015–2017. Oxford: Wiley Blackwell.
Manuaba, Ida B, dkk. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Nugraheny, E. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
Saifudin, A. B., dkk. 2016. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sulistyawati, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika.
Wikjosastro, gulardi, dkk. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Asuhan Esensial,
Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta: JNPK-KR.

Anda mungkin juga menyukai