Anda di halaman 1dari 18

PENYULIT PADA 7 NEONATUS, BAYI DAN

BALITA DENGAN RISIKO TINGGI

DOSEN PENGAMPU :
SYAHRIDA WAHYU UTAMI, S.ST., M.KEB

MATERI 5
KELOMPOK 6 :

AGATHA EVELINE TIFFANI 712405S.18.002


MAULINA 712405S.18.015
SELDA LISMAYA OKTAVIANI 712405S.18.025
SITI REYHANAH 712405S.18.026

AKADEMI KEBIDANAN ABDI PERSADA BANJARMASIN


2019/2020

1
PEMBAHASAN
A. Bayi Dengan Trauma Persalinan
1. Definisi
Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses
kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukan trauma mekanik dan
anoksik, baik yang dapat di hindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang
didapat bayi pada masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai
akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai
sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang
terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau
sikap orang tua yang acuh tak acuh. Trauma pada bayi baru lahir juga disebut
dengan cedera atau trauma pada bayi yang didapatkan saat proses persalinan.
Trauma ini bisa disebabkan oleh makrosomia (BBL dengan BB > 4000 gr), prematur
(bayi lahir sebelum waktunya > 37 minggu), chepalo pelvic disporpotion
(Disproporsi kepala panggul), distosia (kelambatan atau kesulitan persalinan
normal), persalinan lama (waktu persalinan yang memanjang karena kemajuan
persalinan yang terhambat), presentasi abnormal dan persalinan dengan tindakan
(vakum atau forceps). Trauma atau cedera pada bayi baru lahir dapat dibedakan
menjadi cedera kepala, cedera leher, bahu, dan cedera intraabdomen. (Yeyeh Ai
Rukiyah, 2010)
Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis (tes
mengetahui kelainan gentik pada bayi dengan memeriksakan cairan ketuban atau
cairan amnion), transfusi intrauteri (IUT/prosedur yang menyediakan darah untuk
janin, paling sering melalui tali pusat) dan resusitasi (untuk menyokong penetapan
pernafasan dan sirkulasi BBL), beberapa kondisi karena trauma pada bayi baru lahir
sebagai berikut: (Yeyeh Ai Rukiyah, 2010)
a. Perlukaan kulit
Kelainan yang timbul pada persalinan yang mempergunakan alat-alat cunam atau
vakum.
1) Cunam (Forceps)
Alat bantu persalinan, terbuat dari logam, terdiri dari sepasang
(2 buah) sendok yaitu sendok cunam kiri dan sendok cunam
kanan.
Cara Kerja Cunam (Forceps)

2
Melahirkan dengan cara mencongkel sisi kepala bayi dengan alat yang
disebut forceps. Alatnya serupa alat untuk mengambil gorengan atau alat
untuk mengambil es cream, kurang lebih cara kerjanya begitu. Biasanya cara
ini dilakukan bila ibu tidak bisa mengedan atau memang tidak
diperbolehkan mengedan. Seperti pada kasus tekanan darah tinggi pre
eklamsi atau eklamsi yang dikhawatirkan jika mengedan akan menyebabkan
kebutaan dan kejang. Pemakaian alat ini otomatis akan memperlebar jalan
lahir, dan memperbanyak luka jahitan pada ibu serta menyebabkan trauma
pada kepala bayi.
2) Vakum
Alat seperti gelas penghisap, bagian plastik yang lembut ditempelkan pada
kepala bayi dan dokter menggunakan pegangan alat untuk
menarik bayi ke jalan lahir.
Cara Kerja Vakum
Biasanya cara ini dipakai jika si ibu tidak kuat
untuk mengedan (lemas) atau memang tidak
diperbolehkan mengedan. Sederajat dengan forceps. Alat sedot seperti
penyedot WC di tempelkan ke kepala janin, kemudian tekanan vacuum di
atur sedemikian rupa sehingga bayi bisa ditarik keluar. Penggunaan alat ini
harus hari-hati, jika tekanan terlalu kuat bisa terjadi pembengkakan pada
kepala bayi.
Sebaiknya kelahiran bayi direncakan dari jauh-jauh hari. Disarankan
melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Seandainya jika terdeteksi
kelainan dan mengharuskan di operasi Caesar, biaya bisa dipersiapkan lebih
awal.
(Prawirohardjo, Sarwono, 2016)
b. Eritema, Pretikae, Abrasi, Ekimosis dan Nekrosis lemak subkutan
1) Eritema, Petekiae, dan Ekimosis
Kelainan di bawah kulit yang mengalami tekanan pada waktu dilahirkan.
Jenis persalinan yang sering di sebabkan kelainan ini ialah presentasi muka
dan persalinan dengan ekstraksi forsep atau vakum.
Penatalaksanaan
Kelainan ini tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang
dalam minggu pertama.

3
2) Abrasi
Kadang-kadang terjadi sebagai akibat sayatan pisau bedah pada saat bedah
sesar atau persalinan dengan menggunakan alat (seperti vakum, cunam).
Kadang-kadang dapat mengenai sutura. Komplikasi infeksi mungkin terjadi
meskipun kemungkinannya kecil.
Penatalaksanaan
Penanganan terdiri atas pembersihan dan pengeringan kulit yang terluka,
pemberian salep antibiotik, dan observasi.
3) Nekrosis jaringann lemak subkutan
Biasanya tidak terdeteksi pada saat lahir. Kelainan yang dapat ditemukan
pada persalinan lama atau persalinan dengan alat yang menyebabkan tekanan
yang lama pada bagian tertentu. Kulit bersama lemak subkutan menjadi
nekotik dengan batas yang tidak tegas sehingga terbentuk plak yang
irreguler, keras, nonpitting berwarna merah-unggu kehitaman pada
ektremitas, wajah, tubuh, atau bokong.
Penatalaksanaan
Tidak ada terapi khusus. Biasanya diperlukan waktu 6-8 minggu untuk
penyembuhan. Nekrosis jaringan lemak subkutan kadang-kadang mengalami
klasifikasi. Bahaya terbesar ialah infeksi.
(Prawirohardjo, Sarwono, 2016)
c. Perdarahan subaponeurotik
Perdarahan yang terjadi di bawah aponeurosis akibat pecahnya vena-vena yang
menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-sinus di dalam tengkorak. Dapat
terjadi pada persalinan yang diakhiri dengan alat dan biasanya tidak mempunyai
batas tegas, sehingga kadang – kadang kepala berbentuk asimetris. lingkar kepala
bertambah kulit pucat denyut jantung lebih dari 160 x/menit frekuensi nafas lebih
dari 60 x/menit perdarahan ini muncul.
Penatalaksanaan
1) Berikan vitamin K1 1 minggu MI Intramuskuler dosis tunggal pada bayi
telah mendapatkan Vitamin K 1 pada saat lahir
2) Periksa golongan darah bila perlu transfusi darah cek ulang kadar Hb dalam
24 jam
3) Ukur lingkar kepala ulangi 6 jam kemudian

4
4) Jika lingkar kepala bertambah menunjukkan bayi syok (Akral Dingin, pucat,
denyut jantung lebih dari 160x/menit, kesadaran menurun)
5) Infus RL 20 ml/Kg dalam waktu 10 menit ulangi dalam 10 menit
6) Ukur kadar Hb ulangi 24 Jam kemudian bila Hb kurang dari 14g/dl, HMT
kurang dari 40%, transfusi darah
7) Bila syok teratasi berikan minum (menetek ASI peras)
8) Bayi stabil ukur lingkar kepala setiap hari pemeriksaan tanda pucat denyut
jantung setiap 3 jam
9) Siapkan cairan darah sewaktu-waktu bila diperlukan
10) Bila lingkar kepala berkurang periksa tanda pucat denyut jantung nafas
2x/hari dan kadar Hb 2x/hari
Lanjutkan
11) pemeriksaan sampai minimal 4 hari sampai kadar Hb normal
12) Bila bayi stabil boleh pulang
13) Jika lingkar kepala bertambah/menetap periksa tanda pucat, denyut jantung,
nafas setiap jam dan kadar Hb setiap jam dan siapkan transfusi sesuai
indikasi
14) Bila kulit kepala terluka lakukan drainase
(Prawirohardjo, Sarwono, 2016)
d. Trauma m. Stemokleidomastoideus
Kelainan yang terjadi pada persalinan sungsang karena usaha untuk melahirkan
kepala bayi.
(Prawirohardjo, Sarwono, 2016)
e. Caput succedaneum
Edema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan letak kepala,
berbentuk benjolan yang segera tampak setelah bayi lahir. Isi dari pembengkakan
ini adalah getah bening.
penatalaksanaan
Bidan perlu meyakinkan kepada ibu bahwa, keadaan bayi tidak
mengkhawatirkan. Bayi tidak memerlukan tindakan dan tidak ada gejala sisa
yang dilaporkan. Pembengkakan akan hilang spontan dalam 2-4 hari setelh lahir.
(Prawirohardjo, Sarwono, 2016)
f. Cephal hematoma
Perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan periosteum karena tarikan
atau tekanan jalan lahir. Perdarahan ini tidak pernah malampaui batas sutura.

5
Bidan harus meyakinkan ibu bahwa, keadaan bayi tidak mengkhawatirkan bidan
perlu menjaga kebersihan kulit kepala bayi.
Penatalaksanaan
Daerah bengkak tidak boleh dilakukan masase diperlukan tindakan berupa
observasi pada keadaan bayi dan pembengkakan. Cephalhematoma akan hilang
pada beberapa minggu atau bulan (1-3 bulan) pada gangguan luas dapat
menimbulkan anemia dan hiperbillirubunemia pada bayi yang mengalami
gangguan yang luas ini memerlukan pemantaaun hemoglobin (Hb), hematokrit
(HMT) Dan bilirubin dan pemeriksaan sinar X dilakukan apabila di curigai ada
fraktur tulang tengkorak (5% dari seluruh kejadiaan cepalhematoma) bidan perlu
menasehati ibu untuk membawa bayinya kembali bila tampak kuning. Siapa saja
dilarang untuk tidak mengaspirasi cephalhematoma walaupun teraba fluktuasi.
(Prawirohardjo, Sarwono, 2016)
g. Fraktur klavikula
Jenis yang mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada
persalinan. Dapat timbul pada kelahiran presentasi puncak kepala dan pada
lengan yang terelntang pada kelahiran sungsang.
Penatalaksanaan
1) Batasi pergerakan bayi
2) Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit
3) Rawat bayi dengan hati – hati
4) Berikan nutrisi yang adekuat (Pemberian ASI yang adekuat dengan cara
mengajarkan kepada ibu cara pemberian ASI dengan posisi tidur, sendok,
atau pipet)
5) Beritahu ibu bahwa fraktur akan sembuh secara spontan, biasanya tanpa
gejala sisa, dan akan teraba benjolan keras di daerah tulang yang patah pada
umur 2 atau 3 minggu proses penyembuhan normal
. (Prawirohardjo, Sarwono, 2016)
h. Fraktur humeri
Kelainan ini terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada
presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke
atas.

6
Penatalaksanaan
1) Memberikan bantalan kapas atau kasa lengan dan dada dari lengan sampai
siku
2) Membalut lengan atas sampai dada dengan kasa dan immobilisasi, posisi
lengan abduksi 60°
3) Memfleksikan siku 90° dan balut dengan kasa lagi balut lengan atas
menyilang dinding perut dan pastikan tali pusat tidak tertutup kasa
4) Menasehati ibu untuk kembaZXZSWCFT li 10 hari lagi untuk mengganti
balutan biasanya fraktur humeri akan sembuh dalam waktu 2-4 minggu
(Prawirohardjo, Sarwono, 2016)
i. Fraktur tulang tengkorak/perdarahan intrakranial
Terjadinya fraktur pada tulang tengkorak menunjukkan daya yang besar yang
mengenai kepala, hal ini juga mempengaruhi terjadinya cedera di intrakranial
seperti terjadinya perdarahan intrakranial. Fraktur tengkorak terjadi pada
beberapa kasus anatara lain disproporsi kepala oanggul (DKP) partus lama, dan
ekstraksi forceps. Bila tidak ada komplikasi atau pendarahan keadaan fraktur
akan pulih sempurna tanpa pengobatan
(Prawirohardjo, Sarwono, 2016)
j. Fraktur pemoris
Dapat terjadi pada persalinan sungsang (ekstraksi kaki).
Penatalaksanaan
pada fraktus pemoris ini adalah dengan melakukan traksi dan immobilisasi.
Fraktur pemoris akan sembuh dalam waktu 3-4 hari. Perlu berhati-hati waktu
mengangkat dan mengubah posisi bayi dan mengajari ibu untuk melakukan hal
tersebut hindari dan sebanyak mungkin menggerkakan ekstremitas bayi yang
fraktur. Perlu melakukan immobilisasi menjelaskan pada ibu fraktur akan sembuh
spontan tanpa gejala sisa san teraba halus di daerah yang patah pada usia 2-3
bulan. Bila ibu dapat merawat bayi dan tidak ada masalah lain bayi bisa segera
dipulangkan. Tindak lanjut dapat dilakukan pada saat bayi berusia 1 bulan unuk
melihat proses penyembuhan dan berikan nutri yang adekuat ( Pemberian ASI
Mengajarkan ibu pemberian ASI dengan posisi tidur atau dengan sendok atau
pipet) bila keadaan bayi bertambah parah segera lakukan rujukan dan pemberian
inform concent dan inform choice.
(Prawirohardjo, Sarwono, 2016)

7
k. Fraktur dan dislokasi tulang belakang
Kelainan ini jarang di temukan dan biasanya terjadi jika dilakukan traksi kuat
untuk melahirkan kepala janin pada presentasi sungsang atau untuk melahirkan
bahu pada presentasi kepala. Fraktur atau dislokasi lebih sering pada tulang
belakang servikal bagian bawah dan torakal bagian atas. Tipe lesinya berkisar
dari perdarahan setempat hingga destruksi total medulla spinalis pada satu atau
lebih aras (level) cerebral. Keadaan bayi mungkin buruk sejak kelahirannya,
disertai defresi pernafasan, syok dan hipotermia. Kalau keadaannya parah dapat
memburuk dengan cepat sampai menimbulkan kematian dalam beberapa jam.
Pada bayi yang selamat, pengobatan yang dilakukan bersifat suportif dan sering
terdapat cedera permanen.
(Prawirohardjo, Sarwono, 2016)
l. Perlukaan susunan saraf
1) Paralisis nervus facialis
Kelainan yang terjadi akibat tekanan perifer pada nervus facialis saat
kelahiran. Hal ini sering tampak pada bayi yang lahir dengan ekstraksi cunam
kelumpuhan perifer ini bersifat flasid, dan bila kelumpuhan terjadi total, akan
mengenai seluruh sisi wajah termasuk dahi. Kalau bayi menangis, hanya
dapat dilihat adanya pergerakan pada sisi wajah yang tidak mengalami
kelumpuhan dan mulut tertarik kesisi itu. Pada sisi yang terkena gangguan,
dahinya licin, mata tidak dapat di tutup, lipatan nasolabial tidak ada dan
sudut mulut kelihatan jatuh. Kelainan biasanya sembuh. Kelainan biasanya
sembuh dalam beberapa hari tanpa tindakan – tindakan khusus.
2) Paralisis nervus frenikus
Gangguan ini biasanya terjadi di sebelah kanan dan menyebabkan terjadinya
paralisis diafragma. Kelainan sering ditemukan pada kelahiran sungsang.
Kelainan ini biasanya menyertai paralisis Duchenne – Erb dan diafragma
yang terkena biasanya diafragma kanan. Pada paralisis berat bayi dapat
memperlihatkan sidroma gangguan pernafasan dengan dispneu dan sianosis.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan rontgen foto torak atau
fluoroskopi dimana diafragma yang terganggu posisinya lebih tinggi.
Pengobatan biasanya simptomatik . Bayi harus diletakkan pada sisi yang
terkena gangguan dan kalau perlu diberi oksigen. Infeksi paru merupakan

8
komplikasi yang berat, penyembuhan biasanya terjadi spontan pada bulan ke-
1 sampai ke-3.
(Prawirohardjo, Sarwono, 2016)
m. Brakial palsi
Disebabkan oleh adanya tarikan berlebihan pada kepala dan leher saat bayi
melewati persalinan sulit.
Penatalaksanaan
1) Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan ringan
pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau 1 – 2 minggu
untuk memberi kesempatan penyembuhan yang kemudian diikuti program
mobilisasi atau latihan.
2) Immobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan atas abduksi 90°, siku
fleksi 90° disertai supine lengan bawah dan pergelangan tangan dalam
keadaan ekstensi
3) Beri penguat atau bidai selama 1 – 2 minggu pertama kehidupannya dengan
cara meletakkan tangan bayi yang lumpuh disebelah kepalanya.
4) Bedah
Regangan dan memar pada pleksus brakialis diamati selama 4 bulan, bila
tidak ada perbaikan, pleksus harus dieksplor.
(Prawirohardjo, Sarwono, 2016)
2. Neonatus beresiko tinggi
a. Asfiksia neonatorum
Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak
dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. (Yeyeh Ai Rukiyah, 2010)
Penatalaksanaan
1) Resusitasi
2) Oksigen tambahan sebelum persalinan untuk meningkatkan oksigenisasi bayi
sebelum lahir
3) Operasi sesar mungkin dilakukan sebagai upaya penyelamatan bagi
persalinan yang sulit dan berkepanjangan.
(Yeyeh Ai Rukiyah, 2010)

9
b. Perdarahan tali pusat
Pendarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul karena trauma pengikatan tali
pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukan trombus normal.
Selain itu, pendarahan tali pusat juga bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada
bayi. (Yeyeh Ai Rukiyah, 2010)
Penatalaksanaan
Penanganan sesuai dengan penyebab dan perdarahan tali pusat yang terjadi.
Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi pada tali
pusat. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien
untuk lakukan rujuka.
1) Jaga agar tali pusat tetap kering setiap saat
2) Biarkan tali pusat terbuka, tidak tertutup pakaian bayi sesering mungkin
3) Bersihkan di area sekitar tali pusat, lakukan setiap kali anda mengganti
popok
4) Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal tali
pusat dan tubuh
5) Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi perdarahan lagi
6) Hindari penggunaan bedak atau lotion disekitar atau pada tali pusat
(Yeyeh Ai Rukiyah, 2010)
c. Kejang pada bayi
Kejang pada neonatus bukanlah suatu penyakit namun merupakan suatu gerjala
penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang atau adanya kelainan
susunan saraf pusat. Penyebab utama terjadinya kejang adalah kelainan bawaan
pada otak sedangkan sebab sekunder adalah gangguan metabolik atau penyakit
lain seperti penyakit infeksi. Kejang pada neonatus sering disebabkan oleh
tetanus neonatorum, sepsis, meningitis, encepalitis, pendarahan otak, dan cacat
bawaan. (Yeyeh Ai Rukiyah, 2010)
Penatalaksanaan (Yeyeh Ai Rukiyah, 2010)
1) Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang misal (diazepam,
fenobarbital, fenotin/dilantin)
2) Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan resusitasi
3) Mencari faktor penyebab kejang
4) Mengobati penyebab kejang (Mengobati hopoglikemi, hipoksia dan lain –
lain).
10
3. Kegawatdaruratan
a. Prinsip dasar kegawatdaruratan
Kegawatdaruratan dapat terjadi dengan tiba-tiba dimana saja, dan kapan saja.
Sebagai contoh kondisi bayi yang tiba-tiba mejadi lemas, tidak bernafas,
menangis melenking, suhunya berubah ,menjadi panas atau dingin, tidak mau
minum, mulut mencucu, kejang, terjatuh atau terluka, tersedak, dll. (Yeyeh Ai
Rukiyah, 2010)
b. Menghindari kegawatan
Dengan memberikan profilaksis atau perencanaan saksama, mengikuti petunjuk-
petunjuk klinis, dan memantau kegawatan dengan saksama. (Yeyeh Ai Rukiyah,
2010)
c. Reaksi terhadap kegawatan
Perlu tatalaksana secara benar dan efektif sampai rujukan, beri reaksi yang positif
dan efektif, beri pelatihan-pelatihan atau pesan kepada orang tua atau keluarga,
perlu di informasikan kepada keluarga mengenai sebab, akibat penanganan yang
akan dilakukan, kegunaan obat, cara pemberian, dan efek samping serta peralatan
gawat darurat. (Yeyeh Ai Rukiyah, 2010)
d. Penanganan awal
1) Tetap tenang
2) Berpikir secara logis
3) Pusatkan perhatian pada kebutuhan bayi
4) Jangan tinggalkan bayi sendirian tanpa ada yang menjaga
5) Ambilah tanggung jawab, hindari kebingungan dengan menugaskan
seseorang sebagai penanggung jawab.
6) Segera cari pertolongan
7) Jika terjadi syok segera lakukan penatalaksanaan syok
8) Posisikan anak sesuai kebutuhannya
9) Bicaralah dengan keluarga dan bantu agar keluarga tetap tenang
10) Tanyakan apa yang terjadi (kronologis kejadian dan riwayat penyakit).
11) Lakukan pemeriksaan secara cepat lalu sefgera lakukan penatalaksanaan
kegawatan.
(Yeyeh Ai Rukiyah, 2010)

11
B. Asfiksia Neonatorum
1. Definisi
Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat
mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. Pembagian serta tanda dan gejala.
(Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
a. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3).
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan
perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada
asfiksia berat adalah sebagai berikut:
1) Frekuensi jantung kecil, yaitu > 40 kali permenit.
2) Tidak ada usaha nafas
3) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
4) Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika di berikan rangsangan
5) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
6) Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan.
(Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
b. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia sedang tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut :
1) Frekuensi menurun menjadi 60-80 kali permenit
2) Usaha napas lambat
3) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
4) Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan
5) Bayi tampak sianosis
6) Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan.
(Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
c. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut:
1) Tokitnea dengan nafas lebih dari 60 kali permenit
2) Bayi tampak sianosis
3) Adanya retraksi selaiga
4) Bayi merintih
5) Adanya pernapasan cuping hidung
6) Bayi kurang aktifitas

12
7) Dari pemeriksaan auskultasi di peroleh hasil rochi, rales, dan weejing positif
(Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
2. Pembagian penyebab kegagalan pernafasan
Pada janin, kegagalan pernafasan disebabkan oleh beberapa hal berikut.
a. Gangguan sirkulasi dari ibu kejanin
1) Gangguan aliran pada tali pusat
2) Adanya pengaruh obat
(Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
b. Faktor dari ibu selama kehamilan
1) Gangguan his, misal Karena antenita uteri yang dapat menyebabkan hipertoni
2) Adanya pendarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta yang dapat
menyebabkan turunnya tekanan darah secara mendadak
3) Vaksokonstriksi arterial pada kasus hipertensi kehamilan preeklampsia dan
eklampsia
4) Kasus solusio plasenta yang dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas
(oksigen dan zat asam arang).
(Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
c. Menurut towel, asfiksia bisa disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1) Ibu
Apabila ibu mengalami hipoksia, maka janin juga akan mengalami hipoksia
yang dapat berkelajutan menjadi asfiksia dan komplikasi lain. (Vivian Nanny
Lia Dewi. 2010)
2) Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta, misal Solusio plasenta, pendarahan plasenta, dll. (Vivian Nanny Lia
Dewi. 2010)
3) Fetus
Kompresi umbilikus akan dapat mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghabat pertukaran agas antara ibu
dan janin. (Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
4) Neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa
hal berikut : (Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
a) Pemakaian anestesi yang berlebiohan pada ibu
13
b) Trauma yang terjadi pada persalinan
c) Kelainan kongenital pada bayi
(Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
3. Penatalaksanaan
Tindakan yang dapat dilakukan pada bayi asfeksia neonatorum adalah sebagai
berikut. (Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
a. Bersihkan jalan nafas dengan penghisap lendir dan kasa steril.
b. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik.
c. Segera keringkan tubuh bayi dengan handuk atau kain kering yang bersih dan
hangat.
d. Nilai status pernapasan. Lakukan hal-hal berikut bila di temukan tanda-tanda
asfiksia.
1). Segera baringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan penolong berdiri di
sisi kepala bayi dari sisa air ketuban.
2). Miringkan kepala bayi.
3). Bersihkan mulut dengan kasa yang di balut pada jari telunjuk.
4). Hisap cairan dari mulut dan hidung.
e. Lanjutkan menilai status pernapasan.
Nilai status pernapasan apabila masih ada tanda asfiksia, caranya dengan
menggosok punggung bayi (melakukan rangsangan taktil). Bila tidak ada
perubahan segera berikan nafas buatan.
(Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
C. Sindrom Gawat Nafas
1. Respiratory Distress Syindrome (RSD) pada bayi baru lahir.
RSD biasanya tejadi ketika paru-paru bayi belum menghasilkan cukup surfaktan. Zat
ini, yang terdiri dari protein dan lemak, membantu menjaga paru-paru tetap
membesar dan mencegahnya dari kerusakan. Bayi biasanya mulai memproduksi
surfaktan sekitar minggu ke-24 sampai ke-28 kehamilan. Sebagian besar bayi
menghasilkan cukup banyak surfaktan untuk bernapas secara normal pada minggu
ke-34. Jika si kecil lahir prematur, ia mungkin tisdak memiliki cukup surfaktan di
dalam paru-parunya. (Yeyeh, Ai Rukiyah. 2010)
Terkadang RSD juga terjadi pada bayi yang tidak lahir prematur, misalnya saat:
a) ibunya menderita diabetes
b) Memiliki berat lahir rendah

14
c) Paru – paru belum berkembang dengan baik
sekitar setengah dari bayi yang lahir antara minggu ke-28 sampai ke-32 minggu
kehamilan cenderung mengembangkan RSD. (Yeyeh, Ai Rukiyah. 2010)
2. Takipnea transien pada bayi baru lahir
Takipnea sementara pada bayi baru lahir merupakan penyebab paling umum dari
gangguan pernapasan pada bayi baru lahir.prostagladin dilepaskan setelah
persalinan, pembuuh limfatik yang melebar untuk menghilangkan cairan pada saat
sirkulasi paru meningkat bersamaan dengan napas pertama. Bila cairan tetap ada
meskipun mekanisme ini, takipnea transien pada bayi baru lahir bisa terjadi. Faktor
resiko kondisi ini meliputi asma yang di derita sang ibu, jenis kelamin laki-laki
macrosomia, diabetes yang di derita sang ibu. (Yeyeh, Ai Rukiyah. 2010)
3. Meconium Aspiration Syindrome (MAS)
Meconium aspiration syindrome terjadi kira-kira 15% persalinan. Kondisi ini
menyebabkan sindrom aspirasi mekonium pada bayi Dlam jangka pendek maupun
jangka panjang. Meconium terdiri dari sel desquamated, sekresi, air, lanugo, pigmen
empedu,enzim pankreas, dan cairan ketuban. Meskipun steril, meconiumbersifat
iritatif, obstruktif, dan media untuk brkembang biak bakteri. Bagian meconium bisa
mewakili hipoksia atau gawat janin dalam rahim. Gejala serupa juga bisa terjadi
karena aspirasi darah atau cairan amnion yang tidak kotor. (Yeyeh, Ai Rukiyah.
2010)
a) Sindrom aspirasi mekonium (SAM), yang terdiri atas sumbatan jalan napas kecil,
terperangkapnya udara, dan pneumonitis inflamatoris, paling sering ditemui pada
bayi yang lahir dengan asfiksia dan mekonium kental.
b) Ketika mekonium kental dan/atau bayi berada dalam keadaan apnea atau depresi,
bayi harus diintubasi dan mekonium diisap melalui pipa endotrakea dengan
menggunakan aspirator mekonium, atau diisap dengan kateter penghisap lubang
besar. Kemudian bayi dikeringkan, dilakukan rangsang taktil, diposisikan
kembali. Jika bayi tetap menunjukkan depresi pernafasan, berikan ventilasi
tekanan positif serta segera dipindahkan ke unit neonatal untuk dukungan
pernapasan sesuai dengan kebutuhan.
c) Pastikan adanya pasokan oksigen maksimal melalui sungkup atau kanul hidung
jika intubasi tidak mungkin dilakukan di fasilitas anda.
(Yeyeh, Ai Rukiyah. 2010)

15
4. Infeksi
Merupakan penyebab lain dari gangguan pernapasan pada bayi baru lahir . patogen
umum yang menyebabkan infeksi bakteri termasuk streptokus kelompok B (BGS),
staphylococcus aureus, streptococcus pneumoniae, dan batang enterik gram negatif.
Pneumonia dan sepsis memiliki berbagai manifestasi, termasuk gejala khas
gangguan pernapasan serta ketidakstabilan suhu tubuh. (Yeyeh, Ai Rukiyah. 2010)
D. BBLR
1. Definisi
Bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram ( sampai
dengan 2.499 gram). Ada dua macam BBLR, yang pertama bayi lahir kecil akibat
kurang bulan, dan yang kedua adalah bayi lahir kecil dengan BB yang seharusnya
untuk masa gestasi (dismatur). (Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
2. Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (prematur) (Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
a. Masa gestasi < 37 minggu. (Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
b. Faktor penyebabnya adalah sebagai berikut.
1). Ibu mengalami pendarahan antepartum, trauma fisik atau fsikologis, dan
DM, atau usia ibu masih terlalu muda ( < 20 tahun ) dan multigravida
dengan jarak kehamilan yang dekat. (Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
2). Keadaaan sosial ekonomi rendah.
3). Kehamilan ganda atau hidramion
c. Ciri-ciri bayi prematur adalah sebagai berikut. (Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
1). Berat badan < 2500 gram
2). Lingkar dada < 30 cm
3). Panjang badan < 45 cm
4). Lingkar kepala < 33 cm
5). Kepala lebih besar dari kepalanya
6). Kulitnya tipis transparan dan banyak lanugo
7). Lemak subcutan minimal
d. Bayi lahir kecil dengan berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi
( dismatur). Kondisi ini dapat terjadi preterm, aterm, maupun posterem. Bayi
yang lahir dengan berat sangat kecil ( BB < 1500 gram atau usia < 32 minggu)
sering mengalami masalah berat seperti : (Vivian Nanny Lia Dewi. 2010)
1). Sukar bernapas
2). Sukar minum (menghisap)

16
3). Uterus berat
4). Infeksi
5). Rentan hiportemi
6). Segera rujuk jika bayi mengalami kondisi – kondisi btersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Prawirohardjo, Sarwono, 2016. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : P.T. BP-
SP
Yeyeh, Ai Rukiyah. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: TIM.

18

Anda mungkin juga menyukai