Anda di halaman 1dari 12

PAPPER

ASUHAN PADA NEONATUS DENGAN JEJAS PERSALINAN CAPUT


SUCCEDANIUM

Disusun Oleh :
Kelompok 1 :

1. Chantika Nindy Alifa (202105001)


2. Anisa Aprillia Sahrani (202105002)
3. Intan Pramudya Wardani (202105003)
4. Rahmalia Fannesa Titania Stefanny (202105004)
5. Laila Saputri Mauludiyah (202105005)
6. Reza Altamira (202105006)
7. Jihan Siska Amilia (202105008)

Dosen Pengampu :
Tria Wahyuningrum, S. SiT., M. Keb

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2022/2023
TINJAUAN MATERI

1.1 Definisi
Menurut Depkes RI, 171 (2007) Caput succedaneum adalah pembengkakan pada
suatu tempat di kepala karena oedem yang disebabkan tekanan jalan lahir pada
kepala (Ayu, Fardila, dkk. 2022).
Menurut Obstetri fisiologi, UNPAD (1985) Caput succedaneum adalah edema
kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak.
Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada
jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi
pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena
kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran
tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala,
dan melampaui sutura garis tengah (Setyo Retno. 2021).
Menurut Sarwono Prawiroharjo (2002) Caput succedaneum ini ditemukan
biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan.
Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari
pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan
biasanya menghilang setelah 2-5 hari. Kejadian caput succedaneum pada bayi
sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina
dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi (Setyo Retno. 2021).
Menurut Maternity, dkk (2018) Caput succedaneum adalah pembengkakan
kepala dikarenakan adanya cairan ekstraperiosteal dan serosanguineous subkutan
dimana cairan ini tersebar pada sutura sampai garis tengah hingga moulding tulang
kepala dengan batas penumpukan cairan yang tidak begitu jelas. Caput
succedaneum yaitu odema lokal di kepala bayi baru lahir dengan presentasi kepala
karena penumpukan cairan tanpa fluktuasi dan tidak menimbulkan komplikasi
(Wahyu, Putu, dkk. 2022) .

1.2 Tanda dan Gejala

1
Menurut Muzayyaroh (2019), tanda dan gejala yang ditemukan pada kasus caput
succedaneum yaitu:
a. Tampak segera setelah bayi baru lahir
b. Benjolan tanpa batas yang jelas
c. Pembengkakan terjadi di luar periosteum sampai melewati sutura
d. Teraba lunak dan lembut
e. Tidak fluktuasi
f. Bersifat edema tekan
g. Oedema di kepala
h. Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah
i. Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan dan kadang-
kadang ditemukan adanya bercak petekie atau ekimosis.

2
j. Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan (Wahyu, Putu,
dkk. 2022)

1.3 Diagnosis
Menurut Meida (2009) Sebenarnya dalam pemeriksaan caput succedaneum tidak
perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut melihat caput succedaneum
sangat mudah untuk dikenali. Namun juga sangat perlu untuk melakukan diagnosa
banding dengan menggunakan foto rontgen (X-Ray) terkait dengan penyerta caput
succedaneum yaitu fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.
(Setyo Retno. 2021)
Sebagian besar profesional medis dapat mengenali kasus caput succedaneum
tepat setelah bayi lahir. Ini biasanya dilakukan dengan membuat diagnosis banding,
yang membandingkan gejala yang sama dari dua atau lebih kondisi untuk
mengetahui mana penyebabnya.Terutama, hal yang paling penting adalah
mengamati distribusi dan palpasi pembengkakan. Mengevaluasi dan meraba kulit
kepala merupakan komponen penting dari penilaian bayi baru lahir awal. Academy
of Neonatal Nursing merekomendasikan agar dapat membandingkan kemungkinan
tanda caput succedaneum dengan gejala cephalohematoma. Ini penting karena
cephalohematomas lebih cenderung menyebabkan komplikasi seperti pembekuan
darah dan anemia. Dalam beberapa kasus, juga dapat mendiagnosis caput
succedaneum pada bayi yang belum lahir menggunakan ultrasound

1.4 Penatalaksanaan
Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000),
Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis tengah
atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa hari.
Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat terlihat
pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang
spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi
melakukan fisioterapi dini untuk hiperbilirubinemia (Setyo Retno. 2021).
Menurut Veran (2003) Caput suksedaneum tidak memerlukan pengobatan
kecuali bila ukurannya berlebihan, tetapi sebaiknya bayi mendapat penanganan

3
seminimal mungkin selama paling tidak 24 jam, dan diamati secara seksama adanya
tanda iritasi otak.
Perlu diinformasikan kepada ibu, suaminya dan anggota keluarga lainnya bahwa
pada persalinan dengan alat bantu racun extrasi bayi akan memiliki pembengkakan
besar di kepalanya yang khas bentuknya karena bendungan cairan oleh penghisapan.
Pembengkakan ini akan hilang dalam 24 jam, walaupun bisa lebih lama. Pada
umumnya orang tua sangat mencemaskan perkembangan ini, sehingga bidan perlu
lebih meyakinkan ibu atau anggota keluarga lainnya. Pemantauan yang ketat perlu
dilakukan untuk mengetahui secara dini adanya kegagalan penyusutan dan segera
merujuk ke dokter/dokter ahli secara dini adanya kegagalan penyusutan dan segera
merujuk ke dokter/dokter ahli anak. Adapun cara lain yaitu dengan cara:
a. Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal
b. Pengawasan keadaan umum bayi
c. Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup.
d. Pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu teknik
menyusui dengan benar
e. Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada
benjolan
f. Berikan konseling pada orang tua, tentang:
1) Keadaan trauma yang dialami oleh bayi
2) Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya setelah sampai
3 minggu tanpa pengobatan
3) Perawatan bayi sehari-hari
4) Manfaat dan teknik pemberian ASI (Tuti, Eny dkk. 2018).

1.5 Komplikasi
a. Infeksi
Infeksi pada caput succedancum bisa terjadi karena kulit kepala terluka.
b. Ikterus
Pada bayi yang terkena caput succedanieum dapat menyebabkan ikterus karena
inkompatibilitas faktor Rh atau golongan darah A, B, O antara ibu dan bayi.
c. Anemia

4
Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedanicum karena pada
benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak (Dainty,
Arum, Nita. 2018)

5
CONTOH KASUS

Pada tanggal 1 April 2023, Ny. K melakukan persalinan anak pertamanya di ruang
bersalin RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto dengan jenis persalinan
spontan. Proses persalinankala 1 berlangsung selama 18 jam yang masuk pada kategori
partus lama dan partus tak maju dikarenakan tinggi badan ibu 145 cm. Yang terjadi
kepala janin terhenti di jalan lahir sehingga menyebabkan tekanan yang kuat pada
kepala saat memasuki jalan lahir. Pada saat selesai dilahirkan terdapat benjolan,
kemerahan, batas tidak jelas, melampaui sutura garis tengah, lunak dan tampak
kemerahan. Karena hal tersebut anak Ny. K didiagnosis mengalami caput succedeneum.

6
SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN CAPUT
SUCCEDANEUM

A. Data Subjektif
Pengkajian : 1 April 2023
Waktu Pengkajian : 18.05 WIB
1) Identitas
1. Bayi
Nama : Anak Ny. K
Tanggal Lahir : 1 April 2023
Jam Lahir : 18.05 WIB
Jenis Kelamin : Laki-Laki
2. Orang Tua
Nama Ibu : Ny. K Nama Ayah : Tn. Y
Usia : 23 tahun Usia : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Mojokerto Alamat : Mojokerto

2) Riwayat Persalinan
a. Ditolong oleh : Bidan
b. Jenis persalinan : Spontan
c. Lama persalinan : 1. Kala 1 : Ibu merasa kencang
-kencang jarang sejak pukul 12
malam dalam waktu 18 jam
2. Kala 2 : Lamanya 15 menit
d. Tempat persalinan : RSUD Dr. Wahidin Sudiro
Husodo Kota Mojokerto
e. Keadaan ketuban : Jernih

7
f. Usia kehamilan saat persalinan : 37 minggu 2 hari

B. Data Objektif
1) Pemeriksaan Fisik Umum
a. Keadaan umum : baik, menangis kencang
b. Kesadaran : komposmentis
c. Pengukuran TTV
- Nadi : 131x/menit
- Pernapasan : 30x/menit
- Suhu : 36,8 ℃
d. Pengukuran antropometri
- Berat badan : 3160 gram
- Panjang badan : 49 cm
- Lingkar dada : 32 cm
- Lingkar kepala : 34 cm
- LILA : 11 cm
2) Pemeriksaan Fisik Khusus
a. Kepala : terdapat benjolan, kemerahan, batas tidak jelas,
melampaui sutura garis tengah, lunak tampak kemerahan
b. Mata : simetris, sklera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis
c. Hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung, lubang hidung ada,
tidak ada secret/lendir
d. Telinga : simetris, tidak ada serumen
e. Mulut : simetris, tidak ana sianosis, mukosa mulut basah, warna
merah muda, tidak ada labioskisis, palatum keras, serta terdapat refleks
rooting, sucking, dan swallowing
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, parotis
g. Dada : simetris, tidak ada bunyi ronkhi atau wheezing, tidak ada
retraksi dinding dada, puting susu menonjol keluar
h. Abdomen : simetris, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada
pemonjolan di sekitar umbilikal, tidak ada distensi serta tali pusat masih
basah

8
i. Punggung : simetris, tidak ada penonjolan atau cekungan
j. Genetalia : testis sudah turun pada skrotum, terdapat lubang
di ujung penis
k. Ekstremitas atas : akral hangat, jumlah jari lengkap
l. Ekstremitas bawah : akral hangat, gerak aktif, jumlah jari lengkap
m. Kulit : warna kemerahan
3) Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada

C. Assessment atau Analisa Data


Bayi baru lahir anak Ny. K berjenis kelamin laki-laki dengan caput
succedaneum.

D. Planning
1. Memberitahu ibu hasil dari pemeriksaan bahwa bayinya dalam keadaan baik.
Namun ada pembengkakan di kepala bayi yang di sebut Caput Succedaneum
terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala bayi saat persalinan.
Evaluasi ibu mengerti bahwa bayinya dalam keadaan baik, namun kepala
bayi terdapat benjolan.
2. Pukul 18.05 : Melakukan IMD dengan cara bayi diletakkan di bagian dada
ibu agar hangat.
Evaluasi : bayi sudah diletakkan di bagian dada ibu selama 1 jam.
3. Melakukan pemeriksaan antropometri bayi
Evaluasi :
a. Berat badan : 3160 gram
b. Panjang badan : 49 cm
c. Lingkar kepala : 32 cm
d. Lingkar dada : 34 cm
4. Pukul 19.05 : Memberikan salep mata tetrasiklin 1 % pada kedua mata
Evaluasi : mata kemerahan
5. Pukul 19.07 : Memberikan injeksi Vit K1 0,5 cc di paha kiri secara
intramuskuler

9
Evaluasi : tidak ada kemerahan dan bengkak pada tempat bekas
penyuntikan
6. Pukul 19.10 : Mengeringkan dan mencegah kehilangan panas pada
tubuh bayi dengan cara menutup kepala bayi dengan topi dan membedong
bayi.
Evaluasi : bayi tampak nyaman dan tenang.
7. Pukul 19.15 : Menganjurkan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan
memberikan ASI setiap bayi menginginkan atau 2 jam.
Evaluasi : bayi telah menyusu selama 15 menit.
8. Pukul 21.30 : Memberikan imunisasi Hepatitis B 0,5 ml secara IM
pada paha kanan
Evaluasi : tidak terdapat kemerahan maupun bengkak pada bekas suntikan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Meihartati Tuti, Eny, dkk. 2018. 1000 Hari Pertama Kehidupan. Deepublish Publisher:
Yogyakarta.
Maternity Dainty, Arum, Nita. 2018. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Retno Setyo. 2021. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Zahir Publishing: Yogyakarta.
Sunarti Ayu, Fardila, dkk. 2022. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
PT. Global Eksekutif Teknologi: Padang.
Dwi Wahyu, Putu, dkk. 2022. Buku Ajar Bayi Baru Lahir DIII Kebidanan Jilid II.
Mahakarya Citra Utama: Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai