Disusun Oleh
kelompok I :
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan kasihnya serta
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Caput Succedaneum ”
dapat terselesaikan dengan lancar. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami serta mengetahui asuhan-
asuhan yang tepat yang diberikan untuk kasus caput succedaneum.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
lebih baik. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
Caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat
memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai
dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Keadaan ini bisa terjadi pada
partus lama atau persalinan dengan Vacum ektrasi.
Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah.
Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura
pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran
kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura
sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada
bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari.
Faktor predisposisi terjadinya trauma lahir antara lain :
1. Makrosomia
2. Prematuritas
3. disproporsi sefalopelvik
4. distosia
5. persalinan lama
6. persalinan yang diakhiri dengan alat (ekstraksi vakum dan forceps)
7. persalinan dengan sectio caesaria
8. kelahiran sungsang
9. presentasi bokong
10. presentasi muka
11. kelainan bayi letak lintang
2.3 Patofisologi
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan
lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan
tubuh ke jaringan extravasa. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur
dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang
kepala di daerah sutura pada suatu proses persalinan sebagai salah satu upaya bayi untuk
mengecilkan lingkaran keplanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya, moulage ini
jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang dalam satu sampai dua hari.
2.4 Gejala
Ada beberapa gejala yang terlihat, anatara lain :
1. Udema di kepala
2. Terasa lembut dan lunak pada perabaan
3. Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah
4. Udema melampaui tulang tengkorak
5. Batas yang tidak jelas
6. Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan
7. Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan
2.5 Penatalaksanaan
Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam penanganan caput succedaneum, yaitu :
1. Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal.
2. Pengawasan keadaan umum bayi.
3. Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup.
4. Pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu teknik menyusui
dengan benar.
5. Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada benjolan.
6. Berikan konseling pada orang tua, tentang:
a. Keadaan trauma yang dialami oleh bayi;
b. Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya setelah sampai 3
minggu tanpa pengobatan.
c. Perawatan bayi sehari-hari.
d. Manfaat dan teknik pemberian ASI.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang
ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah
dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput suksadenum dapat hilang pada
hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas,
dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang
caput suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi
tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.
3.2 Saran
1. Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan agar selalu memantau keadaan
pada bayi.
2. Diharapkan kepada bidan untuk benar-benar mengerti tentang penatalaksanaan pada
setiap kelainan kepala yang mungkin terjadi pada neonatus.
3. Diharapkan kepada setiap orang tua untuk melakukan perawatan bayinya secara rutin
dirumah guna mencegah kemungkinan terjadinya infeksi dan iritasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika
Hassan, Rusepno. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FK UI
Markum, A. H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FK UI
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Oxorn H. 1990. Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi Persalinan. Jakarta: Yayasan Esentia
Medica
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.