Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “AMINIOTOMI”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari semua itu,
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
1.1.Latar Belakang
Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban dilakukan bila selaput
ketuban masih utuh, ada dorongan yang besar. Manfaat yang diperkirakan adalah
persalinan bertambah cepat, deteksi dini kasus pencemaran mekonium pada
cairan amnion, dan kesempatan untuk memasang elektroda ke janin serta
memasukkan pressure catheter ke dalam rongga uterus. Jika amniotomi
dilakukan, harus diupayakan menggunakan teknik aseptik. Yang penting kepala
janin harus tetap berada di serviks dan tidak dikeluarkan dari panggul selama
prosedur; karena tindakan seperti itu akan menyebabkan prolaps tali pusat.
(Obstetri William Edisi 21, Cuningham, dkk., 2006: 343) . Selama selaput
ketuban masih utuh, janin akan terhindar dari infeksi dan asfiksia. Cairan
amniotic berfungsi sebagai perisai yang melindungi janin dari tekanan penuh
dikarenakan kontraksi. Oleh karena itu perlu dihindarkan amniotomi dini pada
kala I. Biasanya, selaput ketuban akan pecah secara spontan.
1.2.Tujuan
a. Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan persalinan pada kasus amniotomi.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tanda dan gejala ibu bersalin dengan amniotomi.
2. Dapat melakukan deteksi dini pada ibu bersalin amniotomi.
1.3.Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalh:
1. Guna menambah wawasan mahasiswa mengenai asuhan persalinan pada
kasus amniotomi..
2. Mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang asuhan persalinan dan bayi
baru lahir.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Amniotomi
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan
membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya
berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006).
Amniotomi dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian
bawah depan ( fore water ) maupun dibagian belakang ( hind water ) dengan
suatu alat khusus (drewsmith catheter ). Sampai sekarang belum diketahui
dengan pasti bagaimana pengaruh amniotomi dalam merangsang timbulnya
kontraksi rahim.
Tindakan ini umumnya dilakukan pada saat pembukaan lengkap agar
penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana mestinya. Pada kondisi
selektif, amniotomi dilakukan pada fase aktif awal, sebagai upaya akselerasi
persalinan. Pada kondisi demikian, dilakukan penilaian serviks, penurunan
bagian terbawah dan luas panggul, menjadi sangat menentukan keberhasilan
proses akselerasi persalinan.
Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban:
1. Utuh (U), membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada
bayi uterus, tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi
2. Jernih (J), membran pecah dan tidak ada anoksia
3. Mekonium (M), cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya
anoksia/anoksia kronis pada bayi
4. Darah (D), cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan
pecahnya pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi.
5. Kering (K), kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah
lama pecah atau postmaturitas janin.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum Baik Tanda-tanda vital
Suhu 37oC
2. Pemeriksaan Fisik
Kulit kepala Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok,
rambut warna hitam kemerahan , distribusi merata
Muka Tidak ada odem, tidak ada cloasma gravidarum
Mata Tidak ada odem, sclera berwarna putih terdapat gambaran
tipis pembuluh darah, Conjungtiva merah muda
Mulut Bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi bersih, lidah tidak
berslag
Hidung Penafasan spontan, tidak ada polip, hidung bersih
Mulut Bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi bersih, lidah tidak
berslag, tidak ada karang gigi dan tidak ada caries
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tidak ada
ada pembesaran kelenjar tiroid. Tidak terdapat
bendungan vena jugularis
Dada Bentuk bulat datar, simetris, payudara asimetris, puting
susu menonjol keluar, hiperpigmentasi areola mammae,
bersih tidak ada kotoran, tidak teraba benjolan abnormal,
konsistensi kenyal, kolostrum belum keluar
Abdomen Bentuk bulat dan pembesaran kearah depan sesuai umur
kehamilan, terdapat linea nigra dan alba, terdapat striae
lividae, kontraksi 1x dalam 10 menit lama 20 detik
Leopold I TFU 35 cm, teraba bulat, lunak dan tidak
melenting
Leopold II bagian kanan teraba bagian datar memanjang
bagian kiri teraba bagian kecil
Leopold III teraba keras, bulat dan tidak bias
digoyangkan
Leopold IV bagian bawah sudah masuk PAP 4/5 ( )
Genetalia Vulva tidak ada odem/ varises, tidak ada luka parut pada
perineum
Anus Tidak ada hemorroid
Ekstremitas
Atas Tidak odem kanan/kiri
Bawah Tidak ada odem, tidak ada varises
Auskultasi DJJ + frekwensi 152 x/menit dengan menggunakan
dopler
Perkusi reflek patella ; tidak terkaji
3. Pemeriksaan Dalam
Oleh bidan T : Ø 4 cm, eff. 50%, H I , ketuban (+) , presentasi
belakang kepala, UUK Kanan depan
3.5. INTERVENSI
Diagnosa : G1P0A0 42 minggu/ T/H/Intrauteri/Pres.Blk Kep/Inpartu Kala
FaseAktif dengan Inersia Uteri
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 6 jam
diharapkan sudah masuk kala II
KH : Pembukaan 10 cm
Kontraksi uterus 3 x dalam 10 menit lama > 40 detik
Penurunan bagian terendah bertambah.
1. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang keadaan klien dan kemajuan
persalinan
R/ Dengan pengetahuan yang adekuat, ibu dan keluarga kooperatif dalam
pemberian asuhan kebidanan
2. Anjurkan klien tentang posisi miring kekiri
R/ Dengan posisi miring dapat memperlancar sirkulas darah, menghindari
penekanana aorta yang dapat mengurangi pasokan O2
3. Anjurkan dan anjurkan teknik relaksasi saat his timbul
R/ Teknik relaksasi memperlancar sirkulasi darah menurunkan ketegangan
otot
4. Lakukan observasi TTV (tekanan darah dan suhu tiap 4 jam dan nadi tiap 30
menit)
R/ Suhu dan nadi meningkat merupakan tanda dari dehidrasi
5. Lakukan observasi CHPB (cortonen dan his tiap 30 menit, penurunan dan
bandle tiap 4 jam)
R/ Cortonen, DJJ <120 dan >160 merupakan tanda gawat janin
His yang tidak adekuat merupakan tanda inersia uteri
Kepala belum masuk PAP indikasi persalinan SC
Lengkaran bandle indikasi terjadinya rupture uteri
Jam IMPLEMENTASI PARAF
13-8-07
08.05 Menjelaskan pada ibu/keluarga bahwa
keadaan ibu dan bayi baik ; Ø 4 cm, DJJ 152
x/m tapi his (kenceng-kenceng) ibu kurang
adekuat, ibu diharapkan tidak cemas.
Melakukan kolaborasi dengan dokter
08.10 pemberian uterotonika
- Memasang infus RL ditangan kiri, drip synto
10 IU mulai 10 tts/menit
- Memberikan O2 pada ibu
Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
08.15 - Ibu makan ½ piring sedang, minum ½ gelas
air (100 cc)
Mengajarkan dan menganjurkan teknik
relaksasi dengan menarik nafas panjang dan
08.20 menghembuskan pelan-pelan
Melakukan observasi TTV dan CHPB
- Nadi 88 x/menit, Cort 140 x/menit, His
09.00 2x/10 menit lam 20 detik, VT Ø 4 cm, eff
50%, H I, ketuban +
Melakukan observasi cortonen-his
- His 3x/10 menit lama 35 detik, DJJ 135
09.30 x/menit
Amniotomi oleh bidan T ketuban jernih,
jumlah ± 300 cc
10.00 - VT Ø 6 cm, eff 75%, H II, UUK kanan
depan, Keluar cairan dan lendir darah
- His 3x/10 menit lama 40 detik DJJ 140
x/m, Nadi 88 x/m
Melakukan observasi Cortonen, his dan
keadaan umum
10.30 - Nadi 84 x/menit, keluar lendir darah, DJJ
140 x/menit, His 3x/10 menit lam 42 detik
- Ibu mengatakan perut kenceng-kenceng
semakin sering dan ibu ingin mengejan
Melakukan observasi
- VT Ø 10 cm, eff 100%, H II+, UUK
depan, ket - , Perineum menonjol, vulva dan
anus membuka
- His 4x/10 menit lama 44 detik DJJ 136
x/menit,
Tanggal/Jam IMPLEMENTASI PARAF
13-8-2007
11.05 Menjelaskan kemajuan persalinan pada ibu
dan keluarga
11.05 Menghadirkan suami ibu
11.10 Mengecek kembali peralatan pertolongan
persalinan
11.30 Mengatur posisi ibu kedua tangan
merangkul paha
12.00 Memimpin ibu untuk meneran saat ada his
Memberikan minum 100 cc
Memeriksa DJJ 136 x/menit, his 4x/10
menit lama 45 detik
12.00 Memimpin ibu meneran saat ada his
- Ibu dipimpin meneran sejak jam
11.00-12.00, tidak ada kemajuan persalinan
- VT Ø 10 cm, eff 100%, H II+, UUK
depan
Advise dokter : persalinan SC
- Ibu pasrah dan ingin segera dilakukan
operasi
3.6. IMPLEMENTASI
3.7. EVALUASI
Tanggal 13-8- 2007, Jam 11.05 WIB
S : Ibu mengatakan perut kenceng-kenceng semakin sering
Ibu mengatakan ingin mengejan
O : VT Ø 10 cm, eff 100%, H II+, UUK depan, ket -, His 4x/10 menit lama
44 detik DJJ 136 x/menit,, Perineum menonjol, vulva dan anus membuka
A : G1P0000 42 minggu/ T/H/Intrauteri/Pres.Blk Kep/Inpartu Kala II
P : -Persiapan penolong dan lingkungan
- Jelaskan tentang kemajuan persalinan
- Cek kembali peralatan pertolongan persalinan
- Atur posisi ibu dan anjurkan ibu mengejan bila ada his
- Berikan minum saat his tidak ada
- Berikan dukungan pada ibu
- Pimpin persalinan kala II secara bersih dan aman
- Periksa kondisi ibu, janin serta kemajuan persalinan
- Perawatan dan penanganan bayi baru lahir
Tanggal 13-8- 2007, Jam 12.05 WIB
S : Ibu mengatakan pasrah dan segera dilakukan operasi
O : Ibu menyeriangai menahan sakit
VT Ø 10 cm, eff 100%, H II+, UUK depan, ket -,
Ibu dipimpin meneran sejak jam 11.00-12.00, tidak ada kemajuan persalinan
Advise dokter : persalinan SC
A : G1P0000 42 minggu/ T/H/Intrauteri/Pres.Blk Kep/Inpartu Kala II Lama
Pre Operasi
P :
- Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang risiko, manfaat dan prosedur
operasi
- Berikan inform consent
- Anjurkan ibu puasa
- Advise dokter : persiapan operasi
- Cukur rambut pubis
- Pasang Dower kateter
- berikan amoxan 1 gr IV
- Kolaborasi dengan dokter dan petugas kamar operasi
- Antarkan ibu ke kamar operasi
- Sertakan status ibu dan inform consent
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Amniotomi merupakan suatu tindakan untuk memecahkan ketuban pada saat
pembukaan sudah lengkap. Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara
memecahkan ketuban baik di bagian bawah depan (fore water) maupun dibagian
belakang (hind water) dengan suatu alat khusus (drewsmith catheter). Tindakan
amniotomi perlu dilakukan apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan
sudah lengkap. Perhatikan warna air ketuban yang keluar saat dilakukan
amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan
persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya
hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan.
4.2.Saran
Dalam memberikan asuhan persalinan kala I kita sebagai bidan harus
memahami apa saja yang dibutuhkan ibu dan bayi dengan rajin membaca agar
tidak salah dalam memberikan asuhan. Sehingga apabila plasenta tidak lahir
dalam waktu 30 menit kita dapat menanganinya jika rajin membaca dan bisa
menambah keterampilan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini, JNPK-KR, 2008: 145
Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin, Sumarah, dkk., 2009:108
Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan, Devi Yulianti, 2006:307
Ilmu Kebidanan, Hanifa Wiknjosastro, 2007: 195
fakultas kedokteran UNPAD, Obstetri fisiologi, 1983:294-296
Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan, JNPK-KR, 2007: 147