Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “AMINIOTOMI”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari semua itu,
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bengkulu, 13 Oktober 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................


KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1.1.Latar Belakang ...............................................................................
1.2.Tujuan ............................................................................................
1.3.Manfaat ..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................
2.1.Pengertian Amniotomi ...................................................................
2.2.Jenis Jenis Amniotomi ...................................................................
2.3.Indikasi Amniotomi .......................................................................
2.4.Kontraindikasi Amniotomi ............................................................
2.5.Persiapan Dalam Pelaksanaan AMNIOTOMI ...............................
2.6.Tehnik Dalam Pelaksanaan Amniotomi ........................................
2.7.Keuntungan Amniotomi .................................................................
2.8.Kerugian Amniotomi .....................................................................
BAB III TUJUAN PERMASALAHAN .......................................................
3.1.Pengkajian Data .............................................................................
A. Data Subyektif..........................................................................
B. Data Obyektif ...........................................................................
3.2.Interpretasi Data Dasar ...................................................................
3.3.Identifikasi Masalah Potensial .......................................................
3.4.Kebutuhan Segera ..........................................................................
3.5.Intervensi ........................................................................................
3.6.Implementasi ..................................................................................
3.7.Evaluasi ..........................................................................................
BAB IV PENUTUP ........................................................................................
4.1.Kesimpulan ....................................................................................
4.2.Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban dilakukan bila selaput
ketuban masih utuh, ada dorongan yang besar. Manfaat yang diperkirakan adalah
persalinan bertambah cepat, deteksi dini kasus pencemaran mekonium pada
cairan amnion, dan kesempatan untuk memasang elektroda ke janin serta
memasukkan pressure catheter ke dalam rongga uterus. Jika amniotomi
dilakukan, harus diupayakan menggunakan teknik aseptik. Yang penting kepala
janin harus tetap berada di serviks dan tidak dikeluarkan dari panggul selama
prosedur; karena tindakan seperti itu akan menyebabkan prolaps tali pusat.
(Obstetri William Edisi 21, Cuningham, dkk., 2006: 343) . Selama selaput
ketuban masih utuh, janin akan terhindar dari infeksi dan asfiksia. Cairan
amniotic berfungsi sebagai perisai yang melindungi janin dari tekanan penuh
dikarenakan kontraksi. Oleh karena itu perlu dihindarkan amniotomi dini pada
kala I. Biasanya, selaput ketuban akan pecah secara spontan.
1.2.Tujuan
a. Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan persalinan pada kasus amniotomi.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tanda dan gejala ibu bersalin dengan amniotomi.
2. Dapat melakukan deteksi dini pada ibu bersalin amniotomi.
1.3.Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalh:
1. Guna menambah wawasan mahasiswa mengenai asuhan persalinan pada
kasus amniotomi..
2. Mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang asuhan persalinan dan bayi
baru lahir.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Amniotomi
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan
membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya
berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006).
Amniotomi dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian
bawah depan ( fore water ) maupun dibagian belakang ( hind water ) dengan
suatu alat khusus (drewsmith catheter ). Sampai sekarang belum diketahui
dengan pasti bagaimana pengaruh amniotomi dalam merangsang timbulnya
kontraksi rahim.
Tindakan ini umumnya dilakukan pada saat pembukaan lengkap agar
penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana mestinya. Pada kondisi
selektif, amniotomi dilakukan pada fase aktif awal, sebagai upaya akselerasi
persalinan. Pada kondisi demikian, dilakukan penilaian serviks, penurunan
bagian terbawah dan luas panggul, menjadi sangat menentukan keberhasilan
proses akselerasi persalinan.
Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban:
1. Utuh (U), membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada
bayi uterus, tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi
2. Jernih (J), membran pecah dan tidak ada anoksia
3. Mekonium (M), cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya
anoksia/anoksia kronis pada bayi
4. Darah (D), cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan
pecahnya pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi.
5. Kering (K), kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah
lama pecah atau postmaturitas janin.

2.2.Jenis Jenis Amniotomi


1. Amniotomi untuk augmentasi.
Amniotomi sering dilakukan apabila persalinan spontan yang berlangsung
terlalu lambat. Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari uji coba klinis pada
persalinan spontan dan dari induksi persalinan, besar kemungkinan bahwa
amniotomi akan meningkatkan kemajuan persalinan yang disfungsional.
2. Amniotomi untuk induksi.
Dilakukan untuk menstimulasi mulainya proses persalinan. Bisa berupa
amniotomi saja atau dikombinasikan dengan induksi yang lain seperti oksitosin.
2.3.Indikasi Amniotomi
Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka
sepenuhnya. Perlu di perhatikan Indikasi amniotomi pada plasenta previa:
Plasenta previa lateralis/marginalis/letak rendah, bila tidak ada pembukaan.
Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis/marginalis dengan
pembukaan > 4 cm. Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah
meninggal.
2.4.Kontraindikasi Amniotomi
a. Polihidramnion
Suatu keadaan dimana juga jumlah air ketuban lebih banyak dari normal,
lebih dari 2 liter atau 2000 mL.
b. Presentasi Muka
Keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal, sehingga
oksiput tertekan. Pada punggung dan muka merupakan bagian terendah
menghadap ke bawah.
c. Tali Pusat terkemuka
Dimana tali pusat yang berada di samping bagian besar janin dapat teraba
pada canalis servikalis.
d. Vasa Previa
Komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi atau berada di
dekat ostium uteri internum. Pembuluh tersebut berada di dalam selaput
ketuban atau tidak terlindung dengan tali pusat atau jaringan plasenta sehingga
akan pecah bila selaput ketuban pecah.
e. Letak Lintang
Suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada
sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya
bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu
berada pada pintu atas panggul.
2.5.Persiapan dalam pelaksanaan Amniotomi
1. Persiapan ibu dan keluarga
2. Memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI)
a. Perawatan sayang ibu
b. Pengosongan kandung kemih/2 jam
c. Pemberian dorongan psikologis
3. Persiapan penolong persalinan
a. Perlengkapan pakaian
b. Mencuci tangan (sekitar 15 detik)
4. Persiapan peralatan
a. Ruangan
b. Penerangan
c. Tempat tidur
d. Handscoon
e. Klem setengah kocher
f. Bengkok
g. Larutan klorin 0.5%
h. Pengalas
i. Bak instrument

2.6.Tehnik dalam pelaksanaan Amniotomi


Berikut cara-cara melakukan amniotomi yaitu :
1. Bahas tindakan dan prosedur bersama keluarga
2. Dengar DJJ dan catat pada Partograf
3. Bidan cuci tangan
4. Gunakan handscoen DTT
5. Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), Jari telunjuk dan jari
tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam
kanalis servikalis, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah
engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagian2 kecil lainnya (bila
tali pusat dan bagian-bagian yang kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan
selaput ketuban dan rujuk segera).
6. Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan memasukkan
ke dalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang
mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput ketuban dengan
hati2. Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari
diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan menghadap kearah atas.
7. g. Saat kekuatan his sedang berkurang Tangan kiri kemudian memasukan
pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah
ada didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus
tersebut untuk dapat menusuk dan merobek selaput ketuban 1-2 cm hingga
pecah. (dengan menggunakan separuh klem Kocher (ujung bergigi tajam,
steril, diasukkan ke kanalis servikalis dengan perlindungan jari tangan.)
8. Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk
pemeriksaan.
9. Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam dalam
larutan klorin 0,5%. tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di dalam
vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak
teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba
tali pusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina secara perlahan.
10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah
keluarnya mekonium atau air ketuban yang bercampur mekonium per
vaginam pada presentasi kepala merupakan gejala gawat janin (fetal
distress). diduga ini sebagai hasil relaksasi spingter real dan peristaltik yang
bertambah sebagai akibat anoxis. faktor2 etiologisnya meliputi lilitan tali
pusat, partus lama, toxemia gravidarum. pada sebagian kasus tidak
diketahui penyababnya insidensi keluarnya mekonium adalah sekitar 5%.
kalau ini merupakan sat2nya gejala maka kejadian lahir mati (stillbirth)
adalah jarang, tetapi jumlah bayi yang memerlukan resusitasi lebih banyak
daripada insidensinya secara keseluruhan. Apabila terjadi pengeluaran
mekonium maka DJJ harus diamati dengan ketat. kalau ada perubahan yang
berarti dalam irama dan frekuensinya maka mungkin diperlukan persalinan
segera untuk menyelamatkan bayinya. meskipun demikian pengeluaran
mekonium sendiri bukan merupakan indikasi untuk penyelesaian persalinan
secara operatif.
11. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tanagn kedalam larutan
klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tanagan dalam kondisi terbalik dan
biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
12. Cuci kedua tangan.
13. Periksa kembali Denyut Jantung Janin.
14. Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna
air ketuban dan DJJ.
2.7.Keuntungan amniotomi
a. memungkinkan pengamatan atas cairan amniotik terutama ada atau tidaknya
mekonium, dimana pemantauan DJJ secara terus menerus didindikasikan,
maka elektroda dapat diletakkaan langsung ke atas kulit kepala janin, yang
memungkinkan pelacakan yang lebih baik daripada yang diperoleh dengan
menempatkan elektroda diatas abdomen ibu.
b. kateter perekam bisa ditempatkan di dalam uterus dan dapat mengukur
tekanan intrauterin secara langsung dan akurat
c. lamanya persalinan bisa diperpendek
d. Bukti-bukti yang ditemukan akhir ini menunjukkan bahwa amniotomi dan
stimulasi salaruran genital bawah menyebabkan peningkatan dalam
prostaglandin, dan hal ini selanjutnya menyempurnakan kontraksi uterus
e. bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan menekan plasenta
yang berdarah dan perdarahan akan berkurang/berhenti
f. Partus berlangsung lebih cepat
g. Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan
regangan SBR sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas.
2.8.Kerugian amniotomi
a. Tekanan diferensial yang meningkat disekitar kepala janin bisa menimbulkan
cacatnya tulang kepala janin
b. Berkurangnya jumlah cairan amniotik bisa menmabah kompresi tali pusat
c. Sementara itu amniotomi dini bisa mempercepat pembukaan cerviks, namun
bisa pula menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. jadi
keuntungan dalam bentuk persalian yang lebih pendek bisa terelakkan oleh
efek merugikan yang potensial bisa terjadi pada janin, seperti misalnya
penurunan angka pH darah. beberpa penolong telah mencatat adanya
perubahan dalam pola DJJ setelah dilakukannya amniotomi.
BAB III
TUJUAN PERMASALAHAN

3.1. PENGKAJIAN DATA


MKB : 13 Agustus 2007 Jam : 07.30 WIB
Reg : 12-51-66
Ruangan : RB Sakinah
Tanggal : 13 Agustus 2007 Jam : 08.00 WIB
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama Istri Ny. S Nama Suami Tn. M
Umur 29 tahun Umur 28 tahun
Status kawin Kawin Perkawinan Ke 1
Suku/Bangsa Batak /Indonesia Suku/Bangsa Jawa
/Indonesia
Agama Islam Agama Islam
Pendidikan D3 Pendidikan SLTA
Tamat
Pekerjaan Perawat Pekerjaan Swasta
Alamat Desa Gempol Pading Rt 01/02 Pucuk Lamongan
2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh kenceng-kenceng
3. Riwayat Menstruasi
Menarche 13 tahun
Siklus 28 hari
Lama 6-7 hari
Dismenorhoe Hari pertama menst
Sifat darah Cair, tidak bergumpal
Warna Merah kecoklatan
Jumlah Hari 1-2, 2-3 kotek penuh/hari, hari berikutnya 2 kotek
tidak penuh
Fluor Albus 1-2 hari sebelum menstruasi, jumlah sedikit warna putih
jernih tidak berbau.
HPHT 25 Oktober 2006
HPL 1 Agustus 2007
4. Riwayat Kehamilan
Ibu mengatakan hamil yang pertama, usia kehamilan 10 bulan, gerak
janin dirasakan pada usia kehamilan 5 bulan
A.N.C : 8 kali di bidan Y
Trimester I :I bu periksa 2x, pada usia kehamilan 2 minggu dan 2 bulan.
Ibu mendapatkan vitamin, diminum sampai habis dan
mendapatkan penyuluhan tentang makanan sehat.
Trimester II :Ibu periksa 2 x pda umur kehamilan 5 bulan mendapatkan
TT1 dan 6 bulan mendapatkan TT2 .
Trimester III :Ibu periksa 4 x pada umur krhamilan 7 bulan, 8 bulan dan 9
bulan tiap 2 minggu sekali. Ibu mendapatkan tablet besi dan
vitamin diminum sampai habis. Sejak tanggal 12-8-2007
pukul 16.30 WIB ibu merasakan kenceng-kenceng dan pergi
kebidan,kemudian dirujuk tanggal 13-8-2007 jam 07.00
WIB karena pembukaan tidak bertambah
5. Riwayat Kehamilan , Persalinan dan Nifas Yang Lalu
Hamil ini
6. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seksual, tidak
pernah menderita tumor pada alat kemaluannya, serta tidak pernah
menderita penyakit menderita infeksi pada alat kemaluan.
7. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti seperti TBC,
Hepatitis, penyakit menular seksual serta tidak pernah
menderita penyakit menurun seperti DM, Asma, Hipertensi.
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada keturunan kembar, tidak ada
yang menderita penyakit menurun seperti DM, Asma, Hipertensi, dan
tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis
9. Kebiasaan Selama Hamil
Ibu mengatakan tidak merokok, minum-minuman keras serta jamu-
jamuan
Ibu tidak pernah tarak makanan, dan pada bulan terakhir kehamilan ( 9
bulan) ibu senang mengkonsumsi air kelapa muda.
10. Hubungan Psikososial
Hubungan dengan suami dan antar anggota keluarga tidak ada masalah
Ibu sering bertanya kapan bayi lahir dan apakah proses persalinan dapat
berjalan lancer.
Ibu berencana akan menyusui bayinya selama masa cuti.
11. Latar Belakang Budaya
Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan dalam keluarga yang dapat
menghambat kehamilan dan proses persalinan
Ibu mengatakan mengadakan acara 7 bulanan pada umur kehmailan 7
bulan.
12. Pola Kesehatan Fungsional Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Selama hamil ibu makan habis 1 piring sedang dengan komposisi
nasi, sayuran hijau dan lauk pauk bervariasi. Ibu minum air putih 8-
9 gelas / hari , 1 bulan terakhir ibu senang minum air kelap muda 1
gls/hari
Selama di RS ibu makan ½ porsi piring sedang, minum 1 gelas air
putih
b. Pola Eliminasi
Selama hamil ibu BAK 6-7 x/hari berwarna jernih, lancar dan
BAB 1x/ hari konsistensi lembek
Selama di RS BAK 1 x warna kuning jernih
c. Pola Istirahat
Selama hamil Ibu tidur siang ±1-2 jam dan malam ± 6-7 jam
sering terbangun karena BAK
Selama di RS Ibu tidak bias istirahat karena perut kenceng-kenceng
hilang timbul
d. Pola Aktifitas
Selama hamil Ibu melakukan pekerjaannya sebagai perawat di
puskesmas sampai umur kehamilan 9 bulan
Selama di RS Ibu bedrest di tempat tidur miring kanan/miring
kiri
e. Pola Personal Higiene
Selama hamil Ibu mandi 2-3x sehari, gosok gigi 2x/hari, ganti
baju dan celana dalam tiap selesai mandi
Selama di RS Ibu ganti baju menggunakan baju khusus ruang
bersalin.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum Baik Tanda-tanda vital

Kesadaran Composmentis TekananDarah 124/82 mmHg

GCS 4-5-6 Nadi 93 x/menit

Tinggi Badan 150 cm RR 24x/menit

Suhu 37oC

2. Pemeriksaan Fisik
Kulit kepala Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok,
rambut warna hitam kemerahan , distribusi merata
Muka Tidak ada odem, tidak ada cloasma gravidarum
Mata Tidak ada odem, sclera berwarna putih terdapat gambaran
tipis pembuluh darah, Conjungtiva merah muda
Mulut Bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi bersih, lidah tidak
berslag
Hidung Penafasan spontan, tidak ada polip, hidung bersih
Mulut Bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi bersih, lidah tidak
berslag, tidak ada karang gigi dan tidak ada caries
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tidak ada
ada pembesaran kelenjar tiroid. Tidak terdapat
bendungan vena jugularis
Dada Bentuk bulat datar, simetris, payudara asimetris, puting
susu menonjol keluar, hiperpigmentasi areola mammae,
bersih tidak ada kotoran, tidak teraba benjolan abnormal,
konsistensi kenyal, kolostrum belum keluar
Abdomen Bentuk bulat dan pembesaran kearah depan sesuai umur
kehamilan, terdapat linea nigra dan alba, terdapat striae
lividae, kontraksi 1x dalam 10 menit lama 20 detik
Leopold I TFU 35 cm, teraba bulat, lunak dan tidak
melenting
Leopold II bagian kanan teraba bagian datar memanjang
bagian kiri teraba bagian kecil
Leopold III teraba keras, bulat dan tidak bias
digoyangkan
Leopold IV bagian bawah sudah masuk PAP 4/5 ( )
Genetalia Vulva tidak ada odem/ varises, tidak ada luka parut pada
perineum
Anus Tidak ada hemorroid
Ekstremitas
Atas Tidak odem kanan/kiri
Bawah Tidak ada odem, tidak ada varises
Auskultasi DJJ + frekwensi 152 x/menit dengan menggunakan
dopler
Perkusi reflek patella ; tidak terkaji

3. Pemeriksaan Dalam
Oleh bidan T : Ø 4 cm, eff. 50%, H I , ketuban (+) , presentasi
belakang kepala, UUK Kanan depan

3.2. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosa : G1P0A0 42 minggu/ T/H/Intrauteri/Pres.Blk Kep/Inpartu Kala
FaseAktif dengan Inersia Uteri
Data subyektif : - Ibu mengatakan hamil ke-1, umur kehamilan 10 bulan
- Ibu mengeluh kenceng-kenceng
Data obyektif :
Leopold I TFU 35 cm, teraba bulat, lunak dan tidak melenting
Leopold II bagian kanan teraba bagian datar memanjang
bagian kiri teraba bagian kecil
Leopold III teraba keras, bulat dan tidak bias digoyangkan
Leopold IV bagian bawah sudah masuk PAP 4/5 ( )
DJJ 152 x/menit, kontraksi 1x dalam 10 menit lama 20 detik
VT Oleh bidan T : Ø 4 cm, eff. 50%, H I , ketuban (+) , presentasi belakang
kepala, UUK Kanan depan
3.3. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
- Tidak ada

3.4. KEBUTUHAN SEGERA


- Kolaborasi dengan dokter obgyn

3.5. INTERVENSI
Diagnosa : G1P0A0 42 minggu/ T/H/Intrauteri/Pres.Blk Kep/Inpartu Kala
FaseAktif dengan Inersia Uteri
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 6 jam
diharapkan sudah masuk kala II
KH : Pembukaan 10 cm
Kontraksi uterus 3 x dalam 10 menit lama > 40 detik
Penurunan bagian terendah bertambah.
1. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang keadaan klien dan kemajuan
persalinan
R/ Dengan pengetahuan yang adekuat, ibu dan keluarga kooperatif dalam
pemberian asuhan kebidanan
2. Anjurkan klien tentang posisi miring kekiri
R/ Dengan posisi miring dapat memperlancar sirkulas darah, menghindari
penekanana aorta yang dapat mengurangi pasokan O2
3. Anjurkan dan anjurkan teknik relaksasi saat his timbul
R/ Teknik relaksasi memperlancar sirkulasi darah menurunkan ketegangan
otot
4. Lakukan observasi TTV (tekanan darah dan suhu tiap 4 jam dan nadi tiap 30
menit)
R/ Suhu dan nadi meningkat merupakan tanda dari dehidrasi
5. Lakukan observasi CHPB (cortonen dan his tiap 30 menit, penurunan dan
bandle tiap 4 jam)
R/ Cortonen, DJJ <120 dan >160 merupakan tanda gawat janin
His yang tidak adekuat merupakan tanda inersia uteri
Kepala belum masuk PAP indikasi persalinan SC
Lengkaran bandle indikasi terjadinya rupture uteri
Jam IMPLEMENTASI PARAF
13-8-07
08.05 Menjelaskan pada ibu/keluarga bahwa
keadaan ibu dan bayi baik ; Ø 4 cm, DJJ 152
x/m tapi his (kenceng-kenceng) ibu kurang
adekuat, ibu diharapkan tidak cemas.
Melakukan kolaborasi dengan dokter
08.10 pemberian uterotonika
- Memasang infus RL ditangan kiri, drip synto
10 IU mulai 10 tts/menit
- Memberikan O2 pada ibu
Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
08.15 - Ibu makan ½ piring sedang, minum ½ gelas
air (100 cc)
Mengajarkan dan menganjurkan teknik
relaksasi dengan menarik nafas panjang dan
08.20 menghembuskan pelan-pelan
Melakukan observasi TTV dan CHPB
- Nadi 88 x/menit, Cort 140 x/menit, His
09.00 2x/10 menit lam 20 detik, VT Ø 4 cm, eff
50%, H I, ketuban +
Melakukan observasi cortonen-his
- His 3x/10 menit lama 35 detik, DJJ 135
09.30 x/menit
Amniotomi oleh bidan T ketuban jernih,
jumlah ± 300 cc
10.00 - VT Ø 6 cm, eff 75%, H II, UUK kanan
depan, Keluar cairan dan lendir darah
- His 3x/10 menit lama 40 detik DJJ 140
x/m, Nadi 88 x/m
Melakukan observasi Cortonen, his dan
keadaan umum
10.30 - Nadi 84 x/menit, keluar lendir darah, DJJ
140 x/menit, His 3x/10 menit lam 42 detik
- Ibu mengatakan perut kenceng-kenceng
semakin sering dan ibu ingin mengejan
Melakukan observasi
- VT Ø 10 cm, eff 100%, H II+, UUK
depan, ket - , Perineum menonjol, vulva dan
anus membuka
- His 4x/10 menit lama 44 detik DJJ 136
x/menit,
Tanggal/Jam IMPLEMENTASI PARAF
13-8-2007
11.05 Menjelaskan kemajuan persalinan pada ibu
dan keluarga
11.05 Menghadirkan suami ibu
11.10 Mengecek kembali peralatan pertolongan
persalinan
11.30 Mengatur posisi ibu kedua tangan
merangkul paha
12.00 Memimpin ibu untuk meneran saat ada his
Memberikan minum 100 cc
Memeriksa DJJ 136 x/menit, his 4x/10
menit lama 45 detik
12.00 Memimpin ibu meneran saat ada his
- Ibu dipimpin meneran sejak jam
11.00-12.00, tidak ada kemajuan persalinan
- VT Ø 10 cm, eff 100%, H II+, UUK
depan
Advise dokter : persalinan SC
- Ibu pasrah dan ingin segera dilakukan
operasi

6. Observasi pembukaan dan penurunan bagian terendah janin tiap 4 jam


R/ Memantau kemajuan dan perkembanagn persalinan
7. Persiapan perlengkapan persalinan
R/ Mempermudah proses pertolongan persalinan bila sewaktu-waktu
terjadi persalinan
8. Berikan makan/minum bila tidak ada his
R/ Proses persalinan membutuhkan energi sebagai sumber tenaga dan
mencegah terjadinya dehidrasi
9. Lakukan pengosongan kandung kemih
R/ Kandung kemih yang penuh dapat mencegah penurunan kepala
10. Kolaborasi dengan dokter obgyn dalam pemberian tindakan : infus RL drip
synto 10 IU 10 tts/menit
R/ Fungsi interdependent

3.6. IMPLEMENTASI

3.7. EVALUASI
Tanggal 13-8- 2007, Jam 11.05 WIB
S : Ibu mengatakan perut kenceng-kenceng semakin sering
Ibu mengatakan ingin mengejan
O : VT Ø 10 cm, eff 100%, H II+, UUK depan, ket -, His 4x/10 menit lama
44 detik DJJ 136 x/menit,, Perineum menonjol, vulva dan anus membuka
A : G1P0000 42 minggu/ T/H/Intrauteri/Pres.Blk Kep/Inpartu Kala II
P : -Persiapan penolong dan lingkungan
- Jelaskan tentang kemajuan persalinan
- Cek kembali peralatan pertolongan persalinan
- Atur posisi ibu dan anjurkan ibu mengejan bila ada his
- Berikan minum saat his tidak ada
- Berikan dukungan pada ibu
- Pimpin persalinan kala II secara bersih dan aman
- Periksa kondisi ibu, janin serta kemajuan persalinan
- Perawatan dan penanganan bayi baru lahir
Tanggal 13-8- 2007, Jam 12.05 WIB
S : Ibu mengatakan pasrah dan segera dilakukan operasi
O : Ibu menyeriangai menahan sakit
VT Ø 10 cm, eff 100%, H II+, UUK depan, ket -,
Ibu dipimpin meneran sejak jam 11.00-12.00, tidak ada kemajuan persalinan
Advise dokter : persalinan SC
A : G1P0000 42 minggu/ T/H/Intrauteri/Pres.Blk Kep/Inpartu Kala II Lama
Pre Operasi
P :
- Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang risiko, manfaat dan prosedur
operasi
- Berikan inform consent
- Anjurkan ibu puasa
- Advise dokter : persiapan operasi
- Cukur rambut pubis
- Pasang Dower kateter
- berikan amoxan 1 gr IV
- Kolaborasi dengan dokter dan petugas kamar operasi
- Antarkan ibu ke kamar operasi
- Sertakan status ibu dan inform consent
BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Amniotomi merupakan suatu tindakan untuk memecahkan ketuban pada saat
pembukaan sudah lengkap. Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara
memecahkan ketuban baik di bagian bawah depan (fore water) maupun dibagian
belakang (hind water) dengan suatu alat khusus (drewsmith catheter). Tindakan
amniotomi perlu dilakukan apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan
sudah lengkap. Perhatikan warna air ketuban yang keluar saat dilakukan
amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan
persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya
hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan.

4.2.Saran
Dalam memberikan asuhan persalinan kala I kita sebagai bidan harus
memahami apa saja yang dibutuhkan ibu dan bayi dengan rajin membaca agar
tidak salah dalam memberikan asuhan. Sehingga apabila plasenta tidak lahir
dalam waktu 30 menit kita dapat menanganinya jika rajin membaca dan bisa
menambah keterampilan kita.
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini, JNPK-KR, 2008: 145
Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin, Sumarah, dkk., 2009:108
Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan, Devi Yulianti, 2006:307
Ilmu Kebidanan, Hanifa Wiknjosastro, 2007: 195
fakultas kedokteran UNPAD, Obstetri fisiologi, 1983:294-296
Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan, JNPK-KR, 2007: 147

Anda mungkin juga menyukai