Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Rekomendasi Antenatal Care (ANC) menurut WHO dan Jurnal Kesehatan

Dosen Pengampu : Ernawati SST., M.Kes., M.Keb

Disusun Oleh :

1. Afwa Nur A R (SB19001) 12. Chindy Maylani (SB19012)


2. Alya Olifa Z (SB19002) 13. Desya Fitria D (SB190013)
3. Amanda A (SB19003) 14. Dhini Susan M (SB190014)
4. Angela Clara (SB19004) 15. Dian Deviana (SB190015)
5. Aqaz Rohqiati (SB19005) 16. Elsandrian R D (SB190017)
6. Auliya R (SB19006) 17. Ema Dwi Iryani (SB190018)
7. Bella Putri L (SB19007) 18. Eneng Rima A (SB190019)
8. Bencelina P (SB19008) 19. Esteffi Graff M D C (SB190020)
9. Chiendy Revina(SB19009) 20. Eva Arjianti S (SB190021)
10. Chusnul K L D (SB19010) 21. Eva Nurmalasari (SB190022)
11. Ciendi Septiana (SB19011) 22. Hanifah Salimatul H (SB190024)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Rekomendasi Antenatal Care (ANC) menurut WHO dan Jurnal
Kesehatan”.Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan pada
Kehamilan.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak
yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Surakarta,21 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan .............................................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN TEORI
A. Antenatal Care (ANC) ...................................................................................................3
B. Tujuan dari Antenatal Care (ANC) ...............................................................................3
C. Standar Pelayanan Antenatal Care (ANC) ....................................................................4
D. Penatalaksanaan Antenatal Care (ANC) ........................................................................5
E. Program Antenatal Care (ANC) Menurut WHO ...........................................................6
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Antenatal Care (ANC) ........................................10
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan keadaan seorang ibu yang mengandung janin sampai lahir,
mampu hidup di luar kandungan yang aman, nyaman, dan terlindungi. Kehamilan ini
berlangsung selama sembilan bulan atau 280 hari. Sembilan bulan ibu bisa belajar
menyesuaikan diri dan menyiapkan diri untuk menjadi orang tua, karena untuk menjadi
orang tua perlu persiapan yang matang agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan diri
sendiri atau orang lain dikemudian hari (Simkin, 2008). Kehamilan berlangsung dalam
tiga trimester yaitu trimester I (0-13 minggu), trimester II (14-28 minggu), dan trimester
III (29-40 minggu) (Prawirohardjo, 2010).
Antenatal care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu
selama masa kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan dianjurkan yaitu 1 kali pada
triwulsan I, 1 kali pada triwulan II, dan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan
kunjungan ibu hamil ke pelayanan kesehatan minimal 2 kali pada triwulan III. (Kemenkes
RI 2016).
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama kehamilan untuk
mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat
menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita
hamil mau memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan
yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui, dan segera
dapat di atasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan
melakukan pemeriksaan antenatal care (Kemenkes RI, 2014).
Pemeriksaan antenatal care yang tidak lengkap menyebabkan komplikasi kehamilan
pada ibu tidak terdeteksi dan bisa menyebabkan resiko kematian ibu. Penyebab kejadian
kematian ibu terbanyak setiap tahunnya adalah akibat perdarahan. Diikuti oleh hipertensi
dan infeksi serta penyebab lainnya seperti kondisi penyakit kanker, jantung, tuberkulosis,
atau penyakit lain yang diderita ibu. Komplikasi kehamilan dan persalinan sebagai
penyebab tertinggi kematian ibu tersebut dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan
melalui antenatal care (ANC) secara teratur. Antenatal care atau pelayanan antenatal yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan profesional dapat mencegah dan
mendeteksi komplikasi pada janin dan ibu hamil lebih awal sehingga tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan dikemudian hari (Syukrianti, 2014).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Antenatal Care (ANC) ?
2. Apakah tujuan dari Antenatal Care (ANC) ?
3. Bagaimana standar pelayanan Antenatal Care (ANC) ?
4. Bagaimana penatalaksanaan Antenatal Care (ANC) ?
5. Bagaimana program Ante Natal Care (ANC) menurut WHO ?
6. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi Antenatal Care (ANC) ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Antenatal Care (ANC)
2. Untuk mengetahui tujuan dari Antenatal Care (ANC)
3. Untuk mengetahui standar pelayanan Antenatal Care (ANC)
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan Antenatal Care (ANC)
5. Untuk mengetahui program Ante Natal Care (ANC) menurut WHO
6. Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi Antenatal Care
(ANC)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Antenatal Care (ANC)


Antenatal care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama
masa kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan. (Depkes RI, 2012).
Menurut Dewi (2011) Kunjungan Antenatal Care dilakukan mimimal 4 kali selama
kehamilan yaitu :
1. Kunjungan I sebelum 16 minggu bertujuan untuk penapisan dan pengobatan anemia,
perencanaan persalinan, dan pencegahan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan.
2. Kunjungan II pada usia kehamilan 24-28 minggu dan kunjungan III (32 minggu)
bertujuan untuk pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya,
penapisan preeklamsi, gemeli, infeksi alat reproduksi, dan saluran perkemihan.
3. Kunjungan IV (36 minggu) sampai lahir. Tujuannya sama dengan kunjungan II dan III,
mengenali adanya kelainan letak dan presentasi. Memantau rencana persalinan. Dan
mengenali tanda – tanda persalinan.
Frekuensi kunjungan antenatal care menurut Depkes RI, 2011 adalah :
1. Minimal 1 kali pada trimester I
2. Minimal 1 kali pada trimester II
3. Minimal 2 kali pada trimester III Menurut Dewi (2011).

B. Tujuan dari Antenatal Care (ANC)


Menurut Wagiyo dan Purnomo (2016), tujuan ANC yaitu sebagai berikut :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, obstetric, dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiakan ibu supaya masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.

3
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi supaya dapat
tumbuh dan berkembang secara normal.

C. Standar Pelayanan Antenatal Care (ANC)


Menurut Kemenkes RI (2010), ditingkat pelayanan dasar, pemeriksaan antenatal
hendaknya memenuhi tiga aspek pokok, yaitu:
1. Aspek medik, meliputi: diagnosis kehamilan, penemuan kelainan secara dini,
pemberian terapi sesuai dengan diagnosis.
2. Penyuluhan komunikasi dan motivasi ibu hamil, antara lain mengenai : penjagaan
kesehatan dirinya dan janinnya, pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor risiko yang
dimilikinya, pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu.
3. Rujukan, ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ketempat pelayanan yang
mempunyai fasilitas yang lebih lengkap.
Menurut Kemenkes RI (2010) terdapat enam standar dalam pelayanan antenatal
seperti berikut ini :
1. Identifikasi ibu hamil bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberi penyuluhan dan memotivasi ibu untuk
memeriksakan kehamilannya sejak dini secara teratur.
2. Pemeriksaan dan pemantauan antenatal bidan memberikan sedikit 4 kali pelayanan
antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan
seksama untuk apakah perkembangan berlangsung normal.
3. Palpasi abdomen bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan
melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan
bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke
dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4. Pengelolaan anemia pada kehamilan bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
5. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan bidan menemukan secara dini setiap
kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengambil tindakan yang tepat dan
merujuknya.
6. Persiapan persalinan bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ketiga, untuk mempersiapkan bahwa persiapan persalinan
yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan

4
baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi
keadaan gawat darurat.

D. Penatalaksanaan Antenatal Care (ANC)


Pelayanan Ante Natal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan Ante Natal Care
(ANC), selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
baik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar
dan khusus sesuai dengan resiko yang ada. Namun dalam penerapan operasionalnya
dikenal standar minimal ”7T” untuk pelayanan Ante Natal Care (ANC) yang terdiri atas:

1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan


Pengukuran ini dilakukan untuk memantau perkembangan tubuh ibu hamil. Hasil
ukur juga dapat dipergunakan sebagai acuan apabila terjadi sesuatu pada kehamilan,
seperti bengkak kehamilan kembar, hingga kehamilan dengan obesitas. Penambahan
berat badan pada trimester I berkisar 0,5 kg setiap bulan. Di trimester II-III, kenaikan
berat badan bisa mencapai 0,5 kg setiap minggu. Pada akhir kehamilan, pertambahan
berat badan berjumlah sekitar 20-90 kg dari berat badan sebelum hamil.
2. Pemeriksaan Tekanan Darah
Selama pemeriksaan antenatal, pengukuran tekanan darah atau tensi selalu
dilakukan secara rutin. Tekanan darah yang normal berada di angka 110/80 – 140/90
mmHg. Bila lebih dari 140/90 mmHg, gangguan kehamilan seperti pre-eklampsia dan
eklampsia bisa mengancam kehamilan Anda karena tekanan darah tinggi (hipertensi).
3. Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri (Puncak Uteri)
Tujuan pemeriksaan puncak rahim adalah untuk menentukan usia kehamilan.
Tinggi puncak rahim dalam sentimeter (cm) akan disesuaikan dengan minggu usia
kehamilan. Pengukuran normal diharapkan sesuai dengan tabel ukuran fundus uteri
sesuai usia kehamilan dan toleransi perbedaan ukuran ialah 1-2 cm. Namun, jika
perbedaan lebih kecil 2 cm dari umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pada
pertumbuhan janin. 4. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan Pemberian Imunisasi.
4. Tetanus Toksoid (TT).
Pemberian imunisasi harus didahului dengan skrining untuk mengetahui dosis
dan status imunisasi tetanus toksoid yang telah Anda peroleh sebelumnya. Pemberian
imunisasi TT cukup efektif apabila dilakukan minimal 2 kali dengan jarak 4 minggu.

5
5. Pemberian Tablet Zat Besi
Pada umumnya, zat besi yang akan diberikan berjumlah minimal 90 tablet dan
maksimal satu tablet setiap hari selama kehamilan. Hindari meminum tablet zat besi
dengan kopi atau teh agar tidak mengganggu penyerapan.
6. Tes terhadap Penyakit Menular Seeksual (PMS)
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan kadar hemoglobin, golongan
darah dan rhesus, tes HIV juga penyakit menular seksual lainnya, dan rapid test untuk
malaria. Penanganan lebih baik tentu sangat bermanfaat bagi proses kehamilan.
7. Temu Wicara Persiapan Rujukan
Temu wicara dilakukan setiap kali kunjungan. Biasanya, bisa berupa konsultasi,
persiapan rujukan dan anamnesa yang meliputi informasi biodata, riwayat menstruasi,
kesehatan, kehamilan, persalinan, nifas, dan lain-lain. Temu wicara atau konsultasi
dapat membantu Anda untuk menentukan pilihan yang tepat dalam perencanaan,
pencegahan komplikasi, dan juga persalinan. Pelayanan ini juga diperlukan untuk
menyepakati segala rencana kelahiran, rujukan, mendapatkan bimbingan soal
mempersiapkan asuhan bayi, serta anjuran pemakaian KB pasca melahirkan. 

E. Program Antenatal Care (ANC) Menurut WHO


1. Metode Pengembangan Panduan WHO
Pada panduan ini, WHO merekomendasikan beberapa hal terkait ANC seperti;
pentingnya pengembangan kebijakan dan protokol klinik terkait kesehatan ibu dan anak
khususnya. Panduan ini dikembangakan sesuai dengan standard operating
procedures (SOP) yang meliputi: 
a. Identifikasi masalah yang diprioritaskan dan outcome yang diharapkan;
b. Pengumpulan bukti dari masalah yang dilaporkan;
c. Penilaian terhadap bukti yang ada;
d. Perumusan rekomendasi; dan
e. Perencanaan untuk implementasi, diseminasi, dan dampak serta evaluasi dari
panduan yang telah dibuat.
2. Rekomendasi Antenatal Care (ANC) menurut WHO
a. Intervensi Nutrisi

6
1) Intervensi Diet
Direkomendasikan untuk makan makanan bergizi dan tetap melakukan
aktivitas fisik/ olahraga rutin selama kehamilan. Hal ini dilakukan untuk
mencegah kenaikan berat badan berlebih selama kehamilan. Selain itu juga
dianjurkan untuk dilakukan edukasi terkait upaya peningkatan energi dan asupan
protein tiap harinya pada ibu hamil agar mengurangi kejadian bayi lahir dengan
berat badan rendah (BBLR).
2) Pemberian suplemen besi dan asam folat
Direkomendasikan untuk mengkonsumsi suplemen besi sebanyak 30-60
mg/hari dan 0,4mg asam dolat tiap harinya. Hal ini untuk mencegah anemia,
peurperal sepsis, BBLR, dan kelahiran preterm.
3) Pemberian suplemen kalsium
Dosis harian kalsium yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah 1,5-2,0 gr
peroral untuk mengurangi risiko pre-eklampsia.
4) Pemberian suplemen vit.A
Suplemen vit A hanya diberikan kepada ibu hamil yang tinggal di daerah
dengan kasus defisiensi vit A yang tinggi untuk mencegah rabun senja.
5) Pemberian suplemen zinc
Hanya diberikan pada ibu hamil untuk kepentingan penelitian saja.
6) Pemberian suplemen mikronutrien, vitamin B6, vit E, vit C, vit D
Pemberian suplemen ini tidak direkomendasikan untuk ibu hamil dalam tujuan
meningkatkan outcome dari ibu maupun janin.
7) Pembatasan asupan kafein
Konsumsi kafein pada ibu hamil dianjurkan tidak lebih dari 300 mg/ hari. Hal
ini dilakukan untuk mencegah risiko abortus dan BBLR.
b. Penilaian kondisi ibu dan janin
1) Penilaian ibu
a) Anemia
Pemeriksaan hitung darah lengkap (blood count test) merupakan metode
yang paling direkomendasikan untuk mendiagnosis adanya anemia selama
kehamilan.
b) Asymptomatic bacteriuria

7
Kultur pada midstream urine merupakan metode yang dianjurkan untuk
mendiagnosis adanya bacteriuria. Jika kultur tidak bisa dilakukan, pengecatan
gram bisa dilakukan sebagai alternatifnya.
c) Intimate partner violence
Kekerasan oleh pasangan biasanya bisa dideteksi sedini mungkin saat
ANC dilakukan.
d) Gestational diabetes mellitus
Temuan hiperglikemi pada wanita hamil dapat diklasifikasikan sebagai
GDM atau DM pada kehamilan.
e) Penggunaan rokok dan obat-obatan
Pada tiap kunjungan ANC sangat dianjurkan untuk menanyakan ada/
tidaknya penggunaan rokok baik sebelum atau saat kehamilan. Selain itu ada/
tidaknya paparan rokok di lingkungan sekitar.
f) HIV dan sifilis
Bagi semua ibu hamil yang rentan atau berisiko terkena HIV atau sifilis,
maka perlu dilakukan uji anti HIV maupun sifilis.
g) Tuberkulosis
Pada populasi dengan prevalensi TB yang tinggi, perlu dilakukan skrining
TB pada wanita hamil.
2) Penilaian janin
a) Pergerakan janin
Bisa dilakukan dengan CTG atau count-to-ten kick charts jika dilakukan
untuk kepentingan penelitian.
b) Pengukuran tinggi fundus
Dianjurkan untuk selalu diukur setiap kali ANC.
c) Antenatal CTG (cardiotocography)
CTG rutin tidak dianjurkan untuk ibu hamil, hanya dilakukan secara
periodik saja dan lebih sering pada kehamilan trimester 3.
d) Ultrasound scan
Dilakukan sebelum usia kehamilan 24 minggu untuk meningkatkan
deteksi adanya kelainan pada janin atau adanya kehamilan ganda. Selain itu
juga untuk mengurangi kemungkinan induksi persalinan pada kehamilan post-
term. Penggunaan USG juga dapat meningkatkan pengalaman kehamilan ibu.
e) Doppler ultrasound pembuluh darah janin
8
Tidak dianjurkan untuk dilakukan secara rutin dalam upanya
meningkatkan kondisi ibu maupun janin. Pemeriksaan DJJ
dengan doppler hanya dilakukan secara periodik saat ANC.

c. Tindakan pencegahan
1) Antibiotik untuk asymptomatic bacteriuria
Pemberian antibiotik selama 7 hari sangat direkomendasikan untuk semua ibu
hamil dengan asymptomatic bacteriuria. Hal ini dilakukan untuk mencegah
bakteriuria yang persisten dan kelahiran preterm serta BBLR.
2) Antibiotik profilaksis untuk mencegah ISK berulang
Antibiotik profilaksis hanya diberikan untuk mencegah ISK berulang pada ibu
hamil dalam kepentingan penelitian saja.
3) Pemberian anti-D immunoglobulin
Hanya diberikan untuk kepentingan penelitian pada ibu hamil dengan usia
kehamilan 28-34 minggu.
4) Pemberian antihelminthic
Diberikan bagi ibu hamil yang tinggal di area endemic pada trimester 1.
5) Vaksin tetanus toxoid
Direkomendasikan untuk diberikan kepada semua ibu hamil. Pemberian
tergantung dengan riwayat vaksinasi ibu sebelumnya. Vaksinasi ini untuk
mencegah kematian bayi akibat tetanus.
6) Pencegahan malaria
Pada ibu hamil yang tinggal di daerah endemik sangat dianjurkan untuk
mendapatkan profilaksis malaria pada trimester 2. Profilaksis ini diberikan tiap
bulan atau minimal 3 kali pemberian.
7) Pencegahan HIV dengan pemberian pre-exposure profilaksis (PreP)
Pemberian PreP oral dianjurkan bagi ibu hamil dengan risiko tinggi HIV.
d. Intervensi untuk gejala psikologis umum
1) Mual dan muntah
Pemberian jahe, vit B6 atau akupuntur direkomendasikan bagi ibu hamil untuk
mengurangi mual pada awal kehamilan
2) Heartburn
9
Perubahan gaya hidup sehat dan pola makan sangat dianjurkan untuk
mencegah terjadinya heartburn pada ibu hamil. Bila diperlukan maka bisa
diberikan antacid
3) Kram kaki
Pemberian magnesium, kalsium, atau tatalaksana non-farmakologis lainnya
bisa diberikan untuk mencegah kram kaki pada ibu hamil

4) Low back and pelvic pain


Olahraga/ senam ibu hamil sangat dianjurkan untuk mencegah nyeri punggung
pada ibu hamil. Selain itu bisa juga dengan bantuan fisioterapi atau penggunaan
korset khusus.
5) Konstipasi
Bagi ibu hamil direkomendasikan untuk mengkonsumsi serat ataupun gandum
yang cukup untuk mencegah konstipasi
6) Varicose veins dan edema
Direkomendasikan untuk menggunakan compression stockings, meninggikan
kaki saat tidur dan kompres dengan air hangat pada kaki untuk mencegah edema
e. Intervensi sistem kesehatan untuk meningkatkan fungsi dan kualitas ANC
1) Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memiliki buku KIA dan selalu membawa
setiap kali kontrol/ ANC.
2) ANC tidak hanya dilakukan oleh dokter, namun juga oleh bidan.
3) Tenaga kesehatan dianjurkan untuk melakukan promosi kesehatan rutin terkait
gaya hidup sehat dan anjuran nutrisi untuk ibu hamil.
4) Pelaksanaan ANC minimal 8 kali bagi setiap ibu hamil sangata dianjurkan untuk
mengurangi kematian selama kehamilan maupun saat persalinan.
Kepuasan ibu hamil selama ANC dan persalinan dapat meningkatkan kondisi
kesehatan ibu dan bayi, mengingat kebutuhan emosional, psikologis dan sosial pada
wanita dewasa dan kelompok rentan (termasuk wanita dengan disabiltas, gangguan
mental, wanita dengan HIV, pekerja seksual, dan kaum minoritas) dapat lebih besar
daripada wanita lain pada umumnya.

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Antenatal Care (ANC)


Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan ibu hamil dalam melakukan
kunjungan ANC terbagi menjadi faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat.

10
Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah terjadinya perubahan perilaku
seseorang. Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,
sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan
sebagainya. Faktor predisposisi yang memengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam melakukan
kunjungan ANC mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Usia
Usia memengaruhi pola pikir seseorang. Ibu dengan usia produktif (20-35 tahun)
dapat berfikir lebih rasional dibandingkan dengan ibu dengan usia yang lebih muda
atau terlalu tua. Sehingga ibu dengan usia produktif memiliki motivasi lebih dalam
memeriksakan kehamilannya.
2. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang menentukan seberapa besar pengetahuan yang
dimilikinya. Ibu hamil yang berpendidikan memiliki pemahaman yang lebih mengenai
masalah kesehatan sehingga memengaruhi sikap mereka terhadap kehamilannya sendiri
maupun pemenuhan gizinya selama hamil.
3. Status pekerjaan
Ibu hamil yang bekerja dengan aktivitas tinggi dan padat lebih memilih untuk
mementingkan karirnya dibandingkan dengan kesehatannya sendiri, sehingga sulit
untuk patuh dalam melakukan kunjungan ANC dibandingkan dengan ibu rumah tangga
yang memiliki waktu yang lebih luang untuk dapat mengatur dan menjadwalkan
kunjungan ANC secara optimal.
4. Paritas ibu hamil
Paritas adalah banyaknya jumlah kelahiran hidup yang dialami oleh seorang
wanita. Ibu dengan jumlah paritas yang tinggi tidak terlalu khawatir dengan
kehamilannya lagi sehingga menurunkan angka kunjungannya, sedangkan ibu dengan
kehamilan pertama merasa ANC merupakan sesuatu yang baru sehingga ibu memiliki
motivasi yang lebih tinggi dalam pelaksanaannya.
5. Jarak kehamilan
Semakin tinggi resiko terjadi komplikasi akan meningkatkan motivasi ibu hamil
untuk melakukan pemeriksaan. Jarak kehamilan yang dekat dapat meningkatkan resiko
terjadinya komplikasi pada ibu hamil sehingga hal ini semakin meningkatkan frekuensi
kunjungan antenatalnya.
11
6. Pengetahuan ibu hamil
Sebagai indikator seseorang dalam melakukan suatu tindakan, pengetahuan
merupakan faktor penting yang memengaruhi motivasi ibu hamil untuk melakukan
kunjungan ANC. Bagi ibu dengan pengetahuan yang tinggi mengenai kesehatan
kehamilan menganggap kunjungan ANC bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban,
melainkan menjadi sebuah kebutuhan untuk kehamilannya.

7. Sikap ibu hamil


Sikap ibu hamil terhadap layanan pemeriksaan kehamilan memengaruhi
kepatuhannya dalam melakukan kunjungan ANC. Sikap yang positif atau respon yang
baik mencerminkan kepeduliannya terhadap kesehatan diri dan janinnya sehingga dapat
meningkatkan angka kunjunan. Sedangkan, sikap yang negatif membuat ibu hamil
kehilangan motivasinya untuk melakukan kunjungan.
Sedangkan, faktor penguat adalah faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku kesehatan. Faktor ini mencakup faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama dan para petugas kesehatan. Faktor penguat yang memengaruhi
kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC mencakup:
1. Dukungan suami
Sebagai calon seorang ayah, sikap suami terhadap ibu hamil, yang dalam hal ini
adalah istrinya, sangat menentukan rasa sayangnya terhadap kesehatan istri dan calon
anaknya. Melalui dukungan suami yang baik sebagai pendamping terdekat ibu, semakin
tinggi dorongan yang didapatkan ibu hamil untuk menjaga kehamilannya, sehingga ibu
termotivasi untuk melakukan kunjungan ANC.
2. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
anggota keluarganya. Sebagai lingkungan yang terdekat dengan ibu hamil, dukungan
dari keluarga memegang peranan penting dalam memengaruhi psikologi dan motivasi
ibu dalam melakukan perilaku kesehatan. Dengan dukungan yang baik dari keluarga,
ibu akan lebih memperhatikan kesehatan diri dan janinnya, yaitu dengan secara rutin
berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan ANC. Dukungan dari
keluarga dapat berupa bantuan, perhatian, penghargaan, atau dalam bentuk kepedulian
terhadap ibu hamil.
3. Faktor petugas kesehatan

12
Sikap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan memengaruhi frekuensi
kunjungan ANC ibu hamil. Semakin baik sikap petugas kesehatan maka semakin sering
pula seorang ibu hamil mengunjungi fasilitas kesehatan untuk memeriksakan
kehamilannya. Belum meratanya petugas kesehatan yang ada di daerah terpencil juga
dapat menurunkan akses ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Antenatal care (ANC) adalah pelayanan antenatal yang diberikan kepada ibu hamil.
Pelayanan dilakukan untuk mempersiapan persalinan dan kelahiran agar dapat mencegah,
mengatasi, dan mendeteksi masalah-masalah yang mungkin muncul selama kehamilan.
Masalah atau komplikasi yang terjadi dapat mengakibatkan kematian ibu dan
meningkatkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Untuk itu, pemerintah membuat
kebijakan program pelayanan antenatal dengan frekuensi kunjungan minimal 4 kali selama
masa kehamilan serta menerapkan standar pelayanan minimal “7T” dalam
pelaksanaannya. Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan ibu hamil dalam
melakukan kunjungan ANC terbagi menjadi faktor predisposisi, faktor pemungkin dan
faktor penguat. Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah terjadinya
perubahan perilaku seseorang. Faktor predisposisi ibu hamil dalam melakukan kunjungan
ANC terdiri dari faktor usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, dan
sikap ibu hamil. Faktor pemungkin adalah faktor yang memfasilitasi perilaku atau
tindakan. Faktor pemungkin ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC terdiri dari
faktor jarak tempat tinggal, penghasilan keluarga, serta sarana media informasi yang ada.
Faktor penguat adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku
kesehatan. Yang termasuk faktor penguat dalam memengaruhi perilaku ibu dalam
melakukan kunjungan ANC adalah dukungan suami, dukungan keluarga, dan sikap serta
dukungan dari petugas kesehatan.

B. Saran
Dengan penulisan makalah ini hendaknya digunakan sebagai menambah bahan bacaan
dan referensi perpustakaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan
13
penduan bagi mahasiswa yang melakukan penelitian. Mahasiswa dapat berkolaborasi
dengan petugas puskesmas untuk ikut terjun ke masyarakat dan memotivasi ibu hamil
untuk melakukan kunjungan ANC secara lengkap. Oleh karena itu, harapan penulis
kepada pembaca semua agar kiranya memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2012. Pedoman Kesehatan Ibu Bersalin


Depkes RI. 2015. Pedoman Pelayanan Antenatal Care. Depkes RI. Jakarta
Dewi, V.N.L. dan Sunarsih, T. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013) Kunjungan Antenatal Care (ANC).
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Proporsi Tenaga Kesehatan. Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta.
Prawirohardjo Sarwono, 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Tridasa Printer.
Wagiyo & Purnomo. 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal , Dan Bayi
Baru Lahir. Yogyakarta: Penerbit AND
WHO, 2016, WHO recommendations on antenatal care for a positive pregnancy
experience, UK
WHO, 2016, Standards For Improving Quality Of Maternal And Newborn Care In
Health Facilities, Switzerland
WHO, 2016, WHO Recommendations on Antenatal Care for Positive Pregnancy
Eksperience, Jurnal WHO, Lampiran 3.

14

Anda mungkin juga menyukai