Anda di halaman 1dari 5

KASUS SOLUSIO PLASENTA

Dosen Pengampu :
Rahajeng Putriningrum S.ST, Bdn.,M.keb

Disusun Oleh :
Angela clara (SB19004)

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN KADEMIK 2022/2023
Kasus Solusi Plasenta :

Ny.T usia 30 tahun dengan G1P1A0 hamil 37 minggu . mengeluh dengan nyeri
perut hebat disertai dengan keluar darah yang berwarna merah kehitaman dan
adanya riwayat sebelumnya di urut di bagian perut, pada pasien juga ditemukan
keluhan gerak anak yang berkurang dan tiba-tiba berhenti atau melemah.

1. Ketika saya sebagai bidan bpm Bunda Mulia ada satu kejadian ketika saya
yang sedang bertugas tepatnya pada dinas siang pada hari selasa tanggal 5
februari 2021 pukul 14.00 WIB pasien tersebut atas nama Ny.T GIIPIA0
umur 30 tahun hamil 37 minggu datang ke bpm Bunda Mulia dengan
keluhan pendarahan pervaginam,merah kehitaman,nyeri perut menetap
merasakan mual dan muntah kemudian gerakan janin melemah. sebuah
tindakan berdasarkan kode etik bidan dalam menangani kasus yang terjadi
pada Ny.T Keluarga pasien sangat hawatir dan cemas akan kondisi Ny.T
Saya juga sebagai seorang bidan pada saat melakukan tindakan tersebut
merasa kurang percaya diri dikarenakan rasa hawatir dari keluarga pasien
yang terlalu berlebihan membuat saya merasa cemas juga terhadap
tindakan saya.
Tapi saya tetap melakukan tindakan yang terbaik buat pasien
dengan kasus sulosio plasenta dengan tindakan pertama yang saya lakukan
yaitu memperbaiki KU,pasang infus terlebih dahulu dan saya juga
menganjurkan ibu tirah baring,mengobservasi lagi kemudian cek djj dan
melakukan rujukan.

2. Sebagai seorang bidan yang sudah kerja dibpm Bunda Mulia saya merasa
kecewa dan sedih atas tindakan saya karena saya kurang percaya diri untuk
menangani pasien kegawat daruratan sehingga saya terlambat melakukan
rujukan dikarenakan rasa takut ,gelisah dan tergesa-gesa karena takut
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada pasien akibat tindakan saya.
3. Apa yang dilakukan bidan tersebut sangat bertentangan dan tidak sesuai
dengan kode etik kebidanan tanpa disadari bahwa hal semacam ini yang
terjadi merupakan bentuk gambaran kurangnya pemahaman seorang bidan
tentang kode etik yang baik dan yang benar sehingga kelalaian yang saya
lakukan .
Sikap yang dilakukan oleh bidan tersebut menggambarkan ketidak
profesionalan sebagai seorang bidan dalam memberikan pelayanan asuhan
kebidanan kegawatdaruratan yang terjadi pada saya sebagai seorang bidan
hingga membuat saya panik dikarenakan keluarga pasien juga mendesak
saya melakukan tidakan sebaik mungkin.

4. Bidan yang melakukan kesalahan dan tidak kesesuaian dalam melakukan


tindakan tersebut disebabkan oleh adanya rasa tidak percaya diri sehingga
sampai teledor melakukan tindakan.
Pada kasus tersebut bidan beranggapan bahwa kesalahan atau
kecerobohan yang telah dialami nya merupakan hal yang biasa atau
kemungkinan sebagai salah satu eksplorasi diri seorang bidan yang
sedang merasakan lelah pada saat berkerja dan juga merasa gugup karna
kepanikan berlebihan dari keluarga pasien padahal secara konsep nya
pada saat bidan melakukan pelayanan asuhan kebidanan pada pasien
sebagai mahluk bio-psikososio dan spiritual harus disertai dengan body,
mind, dan spirit dari seorang bidan tersebut.
Aspek yang tidak kalah pentingnya juga adalah bercemin dengan
kejadiaan tersebut yang akan berdampak kepada karyawan satu lembaga
perkerjaan tersebut.
Tiga dimensi yang senantiasa sering dilibatkan selama proses
komunikasi dengan pasien yaitu hal yang harus diterapkan seperti
fisik,sosial,psikologi,dari ketiga dimensi tersebut pada saat
berkomunikasi atau melakukan tindakan tidak bisa dipisahkan.
Fisik berarti ketika berinteraksi dengan pasien harus ada kontak
mata. Sosial berarti tidak bisa terpisahkan hubungan dengan orang lain
yang ada di masyarakat.
Yang harus diperhatikan ketika melakukan komunikasi terapeutik,
yaitu menghormati pasien, memperlihatkan kesungguhan dalam
mengobati pasien, berempati pada pasien, memberikan kepercayaan pada
pasien, dan menjaga kerahasiaan pasien (Roos & Kusnarto, 2015) bahwa
tujuan dari komunikasi terapeutik adalah untuk menolong korban atau
pasien yang menderita secara psikis yang dilakukan orang yang
profesional.
Tidak hanya itu saja yang harus dibangun sebuah kepercayaan
antara bidan,dokter,atau tim relawan atau keluarga pasien ketika mereka
merasakan kepanikan yang berlebihan bidan harus lebih mampu
mengontrol diri dan bersikap tenang dengan cara memberikan pengertian
kepada keluarga pasien agar keluarga bisa mempercayakan kepada bidan
saat melakukan tindakan
Karena kasus tersebut tidak dapat ditangani oleh bidan dan harus
segera mendapatkan penanganan lebih lanjut maka bidan hanya dapat
memberikan pertolongan pertama seperti memasang infus agar tidak
terjadi dehidrasi karena cairan yang terus menerus mengeluarkan darah.
Disaat mendapatkan keputusan dari pihak keluarga saya selaku membatu
bidan membantu menyiapkan infus set serta memasang infus kepada
pasien, lalu dilakukan rujukan.
5. Terhadap kejadian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang
baik terhadap pasien sangat diperlukan agar saling percaya antara bidan
dan keluarga bidan juga harus mampu bersikap tetap tenang jangan panik
jangan sampai membiarkan pasien sendirian dan bidan juga harus selalu
menyakin kan kepada keluarga pasien agar tidak terlalu panik atau
kwhatir yang berlebihan sehingga dengan keadaan yang nyaman dan
tenang bidan bisa konsentrasi pada saat melakukan tindakan pada pasien
hubungan yang tidak baik dari bidan terhadap pasien dengan adanya
kecerobohan atau rasa kurangnya percaya diri terhadap pasien akan
menyebabkan keterlambatan pada saat melakukan rujukan.
Rasa tenang atau rasa percaya diri yang perlu dikembangkan hal
ini pun menjadi dasar bahwa sebagai seorang bidan pun harus perlu
belajar dari kesalahan yang sebelum nya terjadi dan tetap jadikannya
pengalaman untuk kedepannya dari apa yang diperoleh khususnya di
BPM pada saat melakukan tindakan.kita sebagai seorang bidan juga
memiliki resiko juga dalam mengambil keputusan dalam keputusan
tersebut kita mempunyai tanggung jawab yang cukup besar terhadap
pasien yang kita tangani
6. Rencana tindakan yang dilakukan selanjutnya adalah dilakukannya
rujukan agar pasien mendapatkan pertolongan lebih lanjut dan lebih
intensif di Rumah Sakit maka bidan harus dengan sigap dan menjelaskan
dengan sejelas-jelasnya agar keluarga pasien cepat dalam mengambil
suatu keputusan sehingga bidan pun akan segera melakukan rujukan
kerumah sakit dan melakukan semua tindakan dalam hal apapun kita
jangan lupa berdoa dalam keadaan apapun.

Anda mungkin juga menyukai