Kelompok 5:
AINUN MARDIAH LUBIS 1910331006
DIANJULI ISYAH PUTRI 1910332002
NIXY CLAUDIA A 1910332003
DWI PUTRI CAHYANI 1910332006
ANNISA SYAHNA KAMILA1910332013
DEA RIZKA PUTRI 1910332014
VELIA DWI ANDITA 1910333003
RAHMIATI 1910333004
ADIBA HUSNA PUTRI 1910333006
RATIA ANDIVE OKTIN 1910333007
Skenario
Penerapan Peran Fungsi Bidan Sebagai Communicator
Bidan Maria telah lama berpraktik pada Puskesmas Pembantu (Pustu) yang berada di desa
Tanjung Sari, sebuah desa yang letaknya cukup jauh dari kota. Baru-baru ini Bidan Maria memberikan
pelayanan kebidanan terhadap seorang ibu hamil bernama Nadia yang baru saja mengalami
keguguran. Nadia dan suaminya telah lama mendambakan untuk hamil dan memilliki seorang anak.
Saat ini pernikahannya telah memasuki usia 9 tahun, namun pada kehamilannya ini pun tidak dapat
dipertahankan. Nadia dan suami merasa sangat kecewa dengan hal yang dialaminya. Nadia tak
henti-hentinya menangis dan sedih atas apa yang dialaminya. Bidan Maria terlihat tak berbuat apa-
apa untuk memberikan pengertian kepada Nadia mengenai keadaannya. Setelah selesai melakukan
tindakan penanganan, bidan langsung berlalu meninggalkan Nadia dan suaminya untuk melanjutkan
aktivitasnya yang lain. Nadia yang sudah terlanjur kecewa dengan keadaannya merasa semakin
sedih, ditambah dengan sikap Bidan Maria yang seolah tak peduli deengan apa yang
dialaminya.Kekecewaannya tersebut kemudian disampaikan kepada setiap anggota keluarga yang
datang untuk membezuknya. Anggota keluarga yang mendengar cerita Nadia tersebut sangat
menyayangkan sikap yang ditunjukkan oleh Bidan Maria.
Bagaimana saudara bersikap jika saudara dalam posisi Bidan Maria?
Bagaimana saudara bersikap jika saudara posisi atasan bidan maria
Identifikasi Masalah
Bidan Klien
Learning Objektif
Dalam memberikan pelayanan kebidanan ini, peranan komunikasi antara bidan dengan klien sangat
menentukan keberhasilan hasil dan mutu pelayanan yang diberikan.
Disinilah peranan komunikasi amat penting, karena fungsi bidan diantaranya adalah
mentransformasikan nilai – nilai perawatan kebidanan kepada ibu, sehingga ibu dapat menerima
kehamilan, memelihara serta menjaga kehamilannya yang akhirnya ibu dapat melahirkan dengan lancar
dan mencegah resiko – resiko yang tidak diinginkan.
Pada intinya bidan sebagai komunikator harus mampu mentransformasikan proses adaptasi /
penyesuaian terhadap calon, ibu, ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu menyusui sehingga ibu dapat
beradaptasi dengan peristiwa – peristiwa sebagai akibat perkawinan, dan kehamilannya untuk menjaga
dan meningkatkan kesehatan mentalnya. Sehubungan dengan hal – hal tersebut, maka bidan sebagai
komunikator mempunyai kewajiban sebagai berikut.
1. Sebagai penyampai pesan seorang bidan harus mempersiapkan pesan yang akan disampaikan
sebaik-baiknya mudah dimengerti oleh klien, sesuai dengan latar belakang dan kondisi klien.
2. Pesan yan telah disiapkan dengan baik, dalam menyampaikan dengan klien dapat dilaksanakan
dengan verbal maupun nonverbal. Sikap, penampilan dan ekspresi klien harus mencerminkan rela
membantu dan tanpa pamrih.
3. Jika pesan yang akan disampaikan akan menimbulkan kegoncangan pada psikologis klien, dan
pesan itu harus disampaikan, maka bidan harus mempersiapkan klien sehingga klien betul – betul siap
untuk menerima keadaan yang paling buruk misalnya.
4. Setiap menyampaikan pesan, perlu diperhatikan psikologis klien, jangan sampai pesan yang
bersifat rahasia disampaikan dihadapan klien lain.
5. Respon klien merupakan balikan bagi bidan terhadap pelayanan yang telah diberikan. Bidan
hendaknya sensitif terhadap setiap respon yang diungkapkan oleh klien. Bagi bidan setiap respon
apapun sangat berarti untuk mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan.
6. Bidan dalam melaksanakan perawatan kebidanan merupakan suatu satu tim. Oleh karena itu ada
keterkaitan dengan unsur atau pihak lain dalam perawatan klien, misalnya dengan bagian laboratorium,
bagian rontgen, bagian gizi, dokter ahli lainnya, psikiater, psikolog dan lain – lainnya. Sebagai
komunikator, bidan harus mempersiapkan data – data klien selengkap-lengkapnya, sehingga dalam
berkomunikasi dengan pihak lain tidak akan merugikan klien.
7. Dalam berkomunikasi dengan tim, bidan harus menunjukkan kedewasaan sebagai tenaga
profesional. Dewasa dalam arti sikap dan penampilan serta tindakan.
8. Sebagai bidan di desa, wawasan komunikasi lebih luas. Disamping secara langsung kepada klien
serta keluarganya juga kepada masyarakat dan dukun.
2. Komunikasi efektif
bidan-klien
Komunikasi yang efektif mengandung makna bahwa komunikasi dilakukan dengan baik dan tidak terlalu
tergesa-gesa.Fokus utama dalam komunikasi kebidanan adalah bagaimana menerapkan komunikasi
terapeutik dengan cermat tetapi juga tidak memakan waktu banyak.Berikut ini adalah beberapa macam
uraian komunikasi efektif yang bisa kita perhatikan contohnya sehingga bisa memudahkan aplikasi yang
ada selama praktek kebidanan.
1. Penggunaan Bahasa yang Sederhana
Penggunaan bahasa yang sederhana dan tidak bertele-tele merupakan contoh komunikasi efektif yang
bisa digunakan pada praktik kebidanan. Seorang bidan hendaknya bisa langsung menuju poin apa yang
ingin ditanyakan atau ingin disampaikan kepada pasien tanpa harus banyak bertele-tele. Sebagai
contoh, hindari menggunakan pernyataan yang diulang seperti, ”Ini kehamilan yang keberapa ibu? Anak
yang keberapa ibu?”. Dua pertanyaan tersebut sebenarnya sama.
2. Menggunakan Pertanyaan Terbuka
Pertanyaan terbuka memberikan kesempatan pada bidan untuk sekali bertanya, tetapi mampu
mendapatkan jawaban yang lebih banyak. Bidan bisa melakukan ini dalam rangka untuk mempercepat
proses pengkajian pada pasien. Untuk menggunakan pertanyaan terbuka, kalimat pertanyaan bisa lebih
diperbanyak menggunakan kata “bagaimana”.
3. Memberikan Kesempatan Pasien untuk Berbicara
Memberikan kesempatan pasien untuk berbicara sebenarnya hampir sama dengan bagaimana kita bisa
menjadi pendengar aktif. Ini ditunjukkan dengan sikap tidak menyela pembicaraan selama klien
menyampaikan informasi kepada bidan. Biarkan pasien mengungkapkan apa saja yang menjadi
keluhannya sehingga kita cukup mendengarkan saja terlebih dahulu.
4. Memberikan Umpan Balik pada Pasien
Setelah klien berbicara banyak mengenai kondisinya, tugas
selanjutnya adalah memberikan umpan balik pada pasien.Ini
adalah contoh komunikasi efektif dalam kebidanan yang kadang
kurang diperhatikan. Umpan balik atau respon penting supaya
pasien juga merasa nyaman dan diperhatikan setelah
berkomunikasi dengan bidan,
5. Instruksi yang Tepat dan Jelas
Strategi komunikasi efektif selanjutnya adalah tentang
pemberian instruksi yang tepat dan juga jelas.Ini bukan berarti
seberapa keras volume suara bidan harus digunakan tetapi lebih
kepada bagaimana bidan bisa menjelaskan dengan baik pada
klien. Entah itu pada saat masa ante natal care atau pada saat
proses persalinan, pemberian instruksi yang jelas bisa membuat
klien paham mengenai apa yang harus ia lakukan.
6. Tidak Terlalu Banyak Bahasa Medis
Penggunaan bahasa medis yang asing dan kurang familiar tentu
saja patut dihindari saat berhadapan dengan klien.Sah-sah saja
jika bidan menggunakan istilah medis dengan rekan
sejawat.Namun ini tidak berlaku saat berhadapan dengan klien.
Pastikan klien memahami apa yang kita sampaikan sehingga
informasi bisa diterima dengan baik.
7. Memperhatikan Respon Non Verbal
Kepekaan terhadap respon non verbal juga merupakan modal
penting seorang bidan untuk bisa memberikan asuhan kebidanan
yang baik.Respon non verbal biasanya ditunjukkan dalam bahasa
tubuh pasien, seperti misalnya gerakan menggeleng kepala,
pandangan yang tidak fokus atau kaki yang sering bergerak-
gerak. Semuanya menunjukkan respon kurang begitu nyaman
sehingga bidan bisa menanyakan apa yang dirasakan klien
terlebih dahulu.
8. Melakukan Evaluasi Komunikasi
Evaluasi komunikasi penting dilakukan untuk melakukan validasi,
apakah informasi yang sudah disampaikan diterima dengan baik
atau tidak.Bila perlu, minta klien untuk menjelaskan ulang secara
singkat.
3. dampak komunikasi
tidak efektif
Memicu Perselisihan
Jika seseorang tidak mampu menyampaikan informasi
dengan benar dan tepat, penerima informasi tersebut
tentu saja akan mendapatkan permasalahan dalam
menelaah pemahaman. Ini akan mengakibatkan
terjadinya perselisihan akibat kesalahan penyampaian
informasi yang dilakukan selama terjadi interaksi.
Menimbulkan Kesalahpahaman
menyamakan persepsi sebelum berinteraksi dilakukan
sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman
Fungsi informasi.
Untuk menerima sesuatu (pesan) untuk pihak tertentu, dengan
maksud agar komunikan dapat memahaminya.
Fungsi ekspresi.
Sebagai wujud membangkitkan perasaan / pikiran
komunikator atas apa yang dia pahami terhadap sesuatu hal
atau pertentangan.
Fungsi kontrol.
Menghindari meminta sesuatu yang diinginkan, dengan
memberi pesan yang diminta, menyetujui, memutuskan
dan lain sebagainya.
Fungsi sosial.
Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di
antara komunikator dan komunikan.
Fungsi ekonomi.
Untuk keperluan transaksi bisnis (bisnis) yang berkaitan
dengan keuangan, barang dan jasa.
5. asuhan kebidanan pd
abortus
Abortus atau keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan.
EASTMEN : Abortus ialah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum
sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu
beratnya terletak antara 400 – 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan
28 minggu.
a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-
tanda vital (nadi, tekann darah, pernapasan, suhu).
c. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan
kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam
Penanganan terhadap kasus abortus yang dapat dilakukan bidan:
e. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan
kongseling kontrasepsi pasca keguguran.