Anda di halaman 1dari 15

PERAN DAN TUGAS BIDAN BERDASARKAN

ETIK DAN KODE ETIK PROFESI


PERAN BIDAN
 Dalam dunia profesi, istilah tanggung jawab  moral 
disebut etika dan selama menjalankan perannya,
bidan sering kali bersinggungan dengan masalah
etika. Pada umumnya, bidan memiliki tiga peran yang
dilakukan berdasar pada etik dan kode etik profesi
bidan, yaitu bidan sebagai pengelola/pelaksana, bidan
sebagai pendidik, dan bidan sebagai peneliti. Menurut
jones ( 2000 ), bidan secara menyeluruh memiliki
peran sebagai praktisi, pendidik, konselor, penasihat,
advokat, peneliti dan pengelola.
BIDAN SEBAGAI PRAKTISI
Dalam menjalankan perannya sebagai praktisi selain berpegang teguh pada
kode etik dan standar profesi, ada beberapa hal yang menjadi pegangan bidan,
antara lain :
 Hati nurani.
Bidan harus menjadikan hati nuraninya sebagai pedoman. Hati nurani
mengetahui perbuatan individu yang melanggar etika atau sesuai etika.
Pelanggaran etika oleh bidan dapat bersifat fisik ataupun secara verbal.
 Teori etika.
Untuk memecahkan suatu masalah dalam situasi yang sulit, bidan dapat
berpegang pada teori etika. Sekalipun teori ini telah tua, namun masih
relevan karena selalu disesuaikan dengan perkembangan saat ini, seperti
teori Immanuel Kant yang menyatakan bahwa sikap menjunjung tinggi
prinsip autonomi adalah penting dan teori ini sangat relevan bila diterapkan
dalam praktik kebidanan.
SEBAGAI PENDIDIK

Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, bidan bertanggung


jawab untuk memberi pendidikan kepada :
 Orang tua
Bidan harus berperan aktif dalam mendidik atau mengajarkan
keterampilan perawatan bayi dan promosi kesehatan kepada ibu,
suami (pasangannya) dan anggota keluarga yang lain.
 Mahasiswa bidan
Bidan bertanggung jawab  dalam memberi pendidikan kepada
mahasiswa bidan agar terampil dan memiliki pengetahuan baru.
Pada dasarnya, tujuan utama peran pendidik yang dimiliki bidan
adalah memberdayakan orang tua dan mahasiswa agar mereka
memiliki keterampilan dan dalat menerapkan keterampilan tersebut
secara mandiri sehingga terciptanya autonomi pribadi.
SEBAGAI KONSELOR

Peran bidan sebagai konselor mencakup pemberian informasi dan


penjelasan, termasuk mendengarkan dan membantu klien  serta
keluarganya memahami berbagai masalah yang ingin mereka
ketahui. Bidan bertanggung jawab memberi informasi  terkini dan
menyampaikannya  dalam bahasa yang dipahami oleh klien dan
keluarganya.
Masalah etika yang biasanya muncul saat bidan menjalankan
perannya sebagai konselor adalah sebagai berikut :
 Memaksa klien membuka rahasia yang enggan ia ceritakan pada
saat konseling.
 Memberi informasi yang secara tidak langsung ” menggiring ”
klien mengambil keputusan yang menurut bidan adalah keputusan
terbaik.
SEBAGAI PENASIHAT

 Dalam menjalankan peran sebagai penasihat, bidan


harus dapat membatasi diri jika ingin tetap menghargai
autonomi klien. Klien membutuhkan informasi yang
memadai agar dapat membuat keputusan dan terus
mengendalikan dirinya sendiri. Akan tetapi, sangat sulit
bagi bidan untuk menahan diri tidak memberi nasihat
( sekalipun tidak diminta ) berdasarkan pengalamannya
menghadapi berbagai klien dan teman sejawat. Hal ini
akan menghambat klien dalam menentukan pilihannya
sendiri.
SEBAGAI ADVOKAT
 Peran bidan dalam memberi advokasi sangat
penting, khususnya ketika klien menolak 
persetujuan atas tindakan medis yang sebenarnya
dapat mencegah terjadinya kematian atau
kesakiitan klien itu sendiri. Dalam hal ini bidan
harus berperan sebagai advokat dengan memberi
penjelasan dan doronngan ( bukan paksaan )
kepada klien mengenai sisi positif dan negatif
dari keputusan yang diambil.
SEBAGAI PENELITI

 Peran bidan sebagai peneliti sejalan dengan salah satu


pasal dalam kode etik bidan yang menyatakan :
”Bidan harus berkembang dan memperluas
pengetahuan kebidanannya melalui berbagai proses
seperti diskusi dengan rekan sejawat dan penelitian”.
 Sudah jelas bahwa penelitian bukan lagi merupakan
pilihan, namun tanggung jawab etik bidan. Bidan
mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik
sebagai subyek maupun obyek penelitian.
SEBAGAI PENGELOLA
 Sebagai pengelola, bidan bertanggung jawab mengambil
keputusan sosial dan etik, memberi rumusan kebijakan dan
praktik, membantu pengawasan dan alokasi sumber pendapatan,
memperhatikan aspek kejujuran, perhatian terhadap orang lain dan
mendukung serta berperan penting dalam pilihan etik.Bidan
pengelola juga mempunyai tanggung jawab untuk menjaga biaya
pelayanan tetap minimal secara efisien dan efektif dengan tetap
mempertahankan kualitas pelayanan.Dengan penjabaran diatas,
maka dalam kesempetan kali ini akan dipaparkan mengenai kajian
kode etik dan  kode etik profesi bidan.
TUGAS BIDAN
 Tugas Mandiri
1. Menerapkan Manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang di
berikan.
2. Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja & wanita pra nikah dengan
melibatkan klien
3. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
4. Memberikan asuhan kebidanan keoada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien dan kelurga
5. Memberikan asuhan kebidanan pada BBL
6. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien dan keluarga
7. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan
pelayanan kluarga berencana
8. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan sistem reproduksi dan
wanita dalam masa klimakternium dan menopause.
9. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga
 Tugas Koaborasi
1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesua fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi & pertolongan
pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
3. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan resiko tinggi &
keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
4. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi  &
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan 
pertama dengan  tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
5. Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan resiko tinggi yang mengalami
komplikasi serta kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga
6. Memberikan askeb pada balita dengan resiko tinggi yang mengalami komplikasi
serta kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
keluarga.
 Tugas Rujukan
1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
sesuai fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
2. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi & rujukan pada ibu
hamil dengan resiko tinggi & kegawatdaruratan.
3. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi & rujukan pada
masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan
keluarga
4. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi & rujukan pada ibu
dalam masa nifas dengan resiko tinggi & kegawat daruratan
5. Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelaiana tertentu 
kegawatan yang memerlukan konsultasi & rujukan dengan melibatkan
keluarga.
6. Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelaiana
tertentu & kegawatan yang memerlukan konsultasi & rujukan dengan
melibatkan keluarga.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS

Ciri keputusan yang etis:


 Mempunyai pertimbangan tentang apa yang
benar dan apa yang salah.
 Sering menyangkut pilihan yang sukar.
 Tidak mungkin dielakan.

 Dipengaruhi oleh norma-norma, situasi, iman


tabiat dan lingkungan sosial
BIDAN DAN RAHASIA JABATAN
 Kerahasiaan merupakan satu prinsip penting dalam tugas tiap tenaga kesehatan termasuk
bidan. Kedudukan bidan di dalam sistem pelayanan kesehatan tidak saja sebagai pemberi
asuhan kebidanan, akan tetapi sering pula bidan menjadi semacam “biceht vader”
(tumpuhan permasalahan) dari klien maupun keluarganya. Permasalahan ini dapat pula
yang telah diamati sendiri oleh bidan pada waktu menolong persalinan di rumah
dan/atau pada waktu melakukan kunjungan rumah. Data/informasi yang didapat bidan
melalui anamnese klien di klinik menjadi faktor rahasia pula dalam tugas bidan. Seorang
wanita dalam keadaan hamil, melahirkan atau nifas, seringkali mendapat gangguan pada
emosinya atau pada keadaan kesehatan mentalnya. Dalam keadaan seperti ini seringkali
ia ingin mencurahkan segala isi hatinya atau permasalahan dirinya secara pribadi
maupun dalam keluarga pada seseorang yang mau mendengarkannya. Biasanya orang
tersebut adalah bidan, yang pada waktu-waktu tersebut adalah dekat dengan klien. Bidan
harus tetap menghormati kepercayaan yang diberikan klien kepadanya dan memegang
teguh kerahasiaan informasi yang didapat.
 Ada kalanya informasi perlu dibuka kerahasiaan, yaitu sebagai contoh pada persidangan
(hukum) bila bidan bertindak sebagai saksi dan informasi tertentu dibutuhkan hakim
sebagai bukti. Memegang kerahasiaan ditegaskan dalam Per Menkes No. 572/1996,
ps.30, ad 2 b untuk bidan dan dalam UU Kes No.23/1992 bagi semua tenaga kesehatan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai