100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
702 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut merupakan portofolio keperawatan maternitas yang berisi deskripsi pengalaman dan perkembangan mahasiswa selama mengikuti stase maternitas. Terdapat pengetahuan dan keterampilan yang didapat, kemajuan di bidang pengkajian dan komunikasi, serta karya terbaik berupa pengkajian pasien dan implementasi asuhan keperawatan secara maksimal.
Dokumen tersebut merupakan portofolio keperawatan maternitas yang berisi deskripsi pengalaman dan perkembangan mahasiswa selama mengikuti stase maternitas. Terdapat pengetahuan dan keterampilan yang didapat, kemajuan di bidang pengkajian dan komunikasi, serta karya terbaik berupa pengkajian pasien dan implementasi asuhan keperawatan secara maksimal.
Dokumen tersebut merupakan portofolio keperawatan maternitas yang berisi deskripsi pengalaman dan perkembangan mahasiswa selama mengikuti stase maternitas. Terdapat pengetahuan dan keterampilan yang didapat, kemajuan di bidang pengkajian dan komunikasi, serta karya terbaik berupa pengkajian pasien dan implementasi asuhan keperawatan secara maksimal.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2020 1. Deskripsi Pengetahuan, Pengalaman, dan Keterampilan Selama Stase Selain pengalaman tentunya saya mendapatkan pengetahuan dan keterampilan saat di stase. Saya merasa senang dapat memiliki peningkatan keterampilan selama stase maternitas berlangsung. Pengetahuan yang saya dapatkan adalah mulai dari pemeriksaan antenatal, postnatal, intranatal, pemasangan kontrasepsi, penghitungan APGAR score pada bayi baru lahir, belajar mandiri menentukan derajat rupture perineum, pentingnya IMD, stimulasi ASI, pijat laktasi, pijat oksitosin pada pasien. Semua pengetahuan ini saya dapatkan langsung selama saya praktik disini. Saya melakukan pemeriksaan langsung kepada pasien dengan melakukan komunikasi terapeutik untuk membangun hubungan saling percaya dengan pasien terutama untuk pemeriksaan yang bersifat kontak langsung dengan pasien tersebut. Pengalaman saya selama di stase maternitas adalah saya dapat menerapkan pemeriksaan postpartum kepada pasien. Saya melakukan langsung pemeriksaan kepada pasien baik dengan partus spontan maupun partus dengan sectio caesarea (SC). Namun karena kebanyakan pasien post SC menolak untuk diperiksa kontraksinya, akhirnya saya mengubah arah untuk banyak memeriksa postpartum pada pasien dengan partus spontan. Saya senang sekali saat minicex saya dapat memeriksa ibu dengan diberikan keleluasaan dengan menjaga prinsip menghormati privasi, kenyamanan, dan keamanan pasien. Saya merasa sangat senang ketika saya dapat menemukan bagian uterus ibu untuk memeriksa kekuatan dari kontraksi uterusnya. Selama distase ini saya merasa cukup terbatas dalam mengembangkan keterampilan karena dalam kondisi pandemi covid-19 sehingga keamanan diri harus diperhatikan dan harus meminimalkan kontak dengan pasien. Meskipun begitu, saya tetap merasa keterampilan saya cukup meningkat dimana saya cukup terampil dalam melakukan pemeriksaan postpartum, melakukan pijat oksitosin dan pijat laktasi, serta melakukan pemantauan janin dalam penghitungan DJJ nya dan memeriksa maneuver leopold untuk pasien, walaupun hanya beberapa kali saja, setidaknya saya memahami teknik pemeriksaan yang benar. 2. Deskripsi tentang Kemajuan dan Perkembangan Mahasiswa selama Stase Stase keperawatan maternitas membantu saya meningkatkan berbagai kemajuan dan perkembangan. Kemajuan dan perkembangan yang saya dapatkan adalah skill pengakajian yang meningkat, semakin percaya diri, mengimplementasikan pemeriksaan dan asuhan keperawatan yang disusun untuk pasien, terutama untuk memberikan strategi distraksi nyeri secara non farmakologis kepada pasien pasca melahirkan, melakukan pemeriksaan postpartum, serta saya mengalami perkembangan dalam memeriksa secara kontak langsung kepada pasien karena dalam stase ini banyak sekali tindakan yang bersifat kontak ke tubuh pasien dan saya tetap menjaga protokol kesehatan selama kondisi pandemi covid-19. Saya mengakui selama stase ini, menjadi langkah yang mendukung stase dasar untuk saya dalam memantapkan kepercayaan diri ketika berinteraksi dengan pasien. Walaupun bersifat sederhana, namun kemajuan yang saya dapatkan pula adalah skill memberikan support emosional kepada pasien demi perbaikan psikis pasien selama dirawat di rumah sakit dengan selalu memberikan doa atau menyematkan kata “syafakallah/syafakillah” setiap kali saya berinteraksi atau melakukan tindakan kepada pasien. Ibu yang baru saja bersalin tentunya akan mengalami perubahan emosional, sehingga saya seringkali menyempatkan menyampaikan kata “selamat”, “semoga lekas pulih”, “semoga bayi dan ibu sehat”, “semoga bayinya lekas keluar dari NICU”. Tindakan berupa dukungan emosional ini saya aplikasikan sebagai bentuk peran perawat dalam memberikan caring dengan berprinsip kepada patient centered care. Hampir semua pasien mengapresiasi sikap saya tersebut. Mereka akhirnya terbiasa dengan saya dan selalu terbuka kepada saya saat saya melakukan tindakan sederhana seperti pemeriksaan tanda-tanda vital. Sikap tersebut mempermudah saya dalam melakukan pengkajian kedepannya kepada pasien. Menurut saya, mampu mendoakan pasien dengan percaya diri adalah bentuk perkembangan yang saya alami, karena sebelumnya saya selalu merasa bahwa mendoakan pasien bukanlah hal yang terlalu bermanfaat dalam dunia keperawatan. Namun, setelah diaplikasikan saya mengakui bahwa hal tersebut berguna untuk membangun hubungan saling percaya bersama pasien karena kebutuhan spiritual merupakan bagian dari kebutuhan paling dasar manusia. Perkembangan lain yang alami adalah saya juga mendapatkan keterbukaan dari pasien karena saya mampu memaksimalkan komunikasi terapeutik saya kepada pasien. Pasien merasa terbuka dan menerima dengan senang hati saat saya ingin kontrak waktu melakukan pemeriksaan postpartum. Mereka mengetahui bahwa pemeriksaan ini penting untuk dilakukan sehingga mereka merasa dirawat dengan maksimal dan sepenuh hati.
3. Deskripsi Hal-hal yang Menarik dan Tidak Menarik selama Stase
Meskipun saya mendapatkan pengalaman atau pengetahuan selama stase ini, namun saya juga menilai bahwa ada beberapa hal yang tidak menarik di wahana praktik. Ketika di minggu offline praktik, saya menilai bahwa beberapa tindakan perawat/bidan di ruangan seringkali tidak sesuai dengan prosedur keselamatan kerja. Contoh nyata adalah saat melakukan pengoplosan obat, perawat kurang memperhatikan critical thinking dalam memepertahankan kesterilan dari spuit yang akan digunakan untuk diinjeksikan kepada pasien. Seringkali, spuit tersebut tidak steril lagi namun disepelekan saja karena untuk mempercepat waktu. Padahal, mereka bisa memodifikasi hal tersebut dengan tindakan sederhana seperti melakukan swab pada ujung spuit dengan alcohol swab. Hal tidak menarik lainnya adalah perawat kadang tidak memaksimalkan kenyamanan pasien selama di rumah sakit. Contohnya pada pasien-pasien pre-curret tidak diberikan edukasi terlebih dahulu bagaimana prosedurnya serta efeknya. Pasien langsung dibawa ke ruangan. Setelah curret pun, tenaga medis di ruangan seringkali tidak memperhatikan aspek kenyamanan pasien yaitu perasaan nyeri pasca curret dengan pasien hanya turun dari kursi roda tanpa dibantu dulu, dan pasien hanya dibantu oleh keluarga. Para perawat dan bidan di ruangan ini tidak terlalu memperhatikan kondisi ibu pasca bersalin. Akhirnya ruangan hanya menjadi tempat istirahat saja bagi pasien tanpa diberikan pemeriksaan postpartum yang sangat penting bagi kondisi ibu pasca bersalin. Perawat harusnya menekankan lagi sikap caring dan empati dalam kenyamanan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien tersebut untuk bernapas dengan baik sesuai dengan keadannya.
4. Deskripsi Hasil Karya Terbaik yang Dilakukan selama Stase
Saya menyimpulkan karya terbaik saya selama di stase maternitas ada dua, yaitu saya dapat melakukan pengkajian dengan maksimal kepada pasien sehingga hubungan saling percaya sangat terbangun antara saya dengan setiap pasien yang saya kaji/lakukan ujian minicex dan saya memberikan implementasi asuhan keperawatan kepada pasien dengan maksimal dan sesuai prosedur yang saya dapatkan selama perkuliahan. Saya mengkaji pasien sesuai dengan bagaimana komunikasi terapeutik yang diajarkan dari perkuliahan S1 dan dapat saya implementasikan di wahana praktik ini. Pengalaman ini saya jadikan karya terbaik karena bahwa beberapa kali komuda dilakukan saya tidak maksimal dalam mengkaji pasien. Pelaksanaan pengkajian ini membantu saya memenuhi seluruh data yang dibutuhkan dalam menyusun askep. Selain pengkajian, saat mengangkat diagnosa juga memahami bahwa diagnosa pada pasien maternitas memiliki diagnosa istimewanya sendiri. Saya melakukan penyusunan askep dari pasien kelolaan individu dan kelolaan kelompok dan menemukan masalah pada pasien lalu saya membantu untuk atasi masalah pasien. Selama di stase maternitas ini saya dapat membantu ibu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya pasca bersalin. Saya melaksanakan implementasi dengan mengajari dan membantu pasien untuk melakukan ambulasi dini pasca sectio caesarea, melakukan terapi pemijatan reflexology sebagai strategi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri pasien, memberikan terapi pijat oksitosin dan pijat laktasi untuk menstimulasi produksi ASI ibu. Seorang pasien bahkan menerapkan pijat reflexology dengan dibantu oleh suaminya untuk mendistraksi rasa nyeri post SC nya. Saya merasa senang sekali karena tindakan yang saya ajarkan diterapkan oleh pasien untuk meningkatkan kenyamanannya pasca bersalin. Hal ini menjadi karya terbaik karena menurut saya terapi reflexology bersifat hemat, mudah, non-invasif sehingga dapat diaplikasikan sebagai tindakan independen dalam dunia keperawatan sebagai teknik non-farmakologi dalam mengurangi nyeri ibu pasca bersalin. Semoga kedepannya saya semakin dapat meningkatkan skill saya baik softskill maupun hardskill dengan menemukan karya terbaik saya di setiap stase.