Anda di halaman 1dari 10

i

MAKALAH BAYI DENGAN CEPHAL HAEMATOMA

MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS BAYI DAN BALITA


Dosen Pengampu :  Yuniarti,MPH 

Disusun Oleh :
Kelompok 2 Semester III C

Aulia Fitriani P07124119008


Fitri Wulandari P07124119027
Frishelia Chanita Kumala P07124119029
Mira Nur Auliva P07124119050
Sri Melliyani P07124119094
Zoraya Defada Nawiswari P07124119103

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN DIPLOMA III KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahan kepada baginda tercinta kita yaitu, Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk memenuhi tugas praktik
mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita dengan judul ‘’ Bayi Dengan Cephal
Haematoma”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian, apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, kami ucapkan terima kasih dan kami berharap semoga makalah ini bisa
menambah pengetahuan kepada para pembaca.

Banjarmasin, 6 Agustus 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................…..……….i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Cephalhematoma ……….. ……………….……………………….2
B. Penyebab Cephalhematoma ……………………….……………………………2
C. Tanda dan Gejala Cephalhematoma …………………..………………...……2
D. Komplikasi Cephalhematoma ……………………………………..…..……...4
E. Penanganan Cephalhematoma………………..……………………………….4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………..………………………………………………..6
B. Saran………………………..………………………………………………………6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….…………………..…7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama
bayi yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses
yang panjang, dengan tidak mengesampingkan faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya
kebutuhan dasar anak (asah-asih-asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang
terbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi
tidak semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada
masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi
tumbuh kembang anak selanjutnya. (Saiffudin, 2006)
Pada saat persalinan, perlukaan atau trauma kelahiran kadang-kadang tidak dapat
dihindarkan dan lebih sering ditemukan pada persalinan yang terganggu oleh salah satu
sebab. Penanganan persalinan secara sempurna dapat mengurangi frekuensi peristiwa
tersebut.Kelainan pada ibu dan bayi dapat terjadi di beberapa saat sesudah persalinan
bahkan persalinan normal sekalipun. Pada umumnya kelahiran bayi normal cukup bulan
merupakan tanggung jawab penuh seorang bidan terhadap keselamatannya dan juga pada
ibu pada persalinan normal. Saat ini angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih
sangat tinggi bahkan tertinggi di Asia Tenggara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Cephalhematoma?
2. Apa Penyebab Cephalhematoma?
3. Apa Tanda dan Gejala Cephalhematoma?
4. Apa Komplikasi Cephalhematoma ?
5. Bagaimana Penanganan Cephalhematoma?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Cephalhematoma
2. Mengetahui Penyebab Cephalhematoma
3. Mengetahui Tanda dan Gejala Cephalhematoma
4. Mengetahui Komplikasi Cephalhematoma
5. Mengetahui Penanganan Cephalhematoma

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Cephalhematoma
Cephalhematoma adalah pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan
karena adanya penumpukan darah akibat pendarahan pada subperiostinum. ( Vivian
nanny lia dewi, 2010 ). Cephalhematoma atau sering disebut juga cephalohematoma
adalah koleksi cairan serosanguineous atau darah di bawah tulang periosteum tengkorak.
Cephalohematoma pada neonatus terjadi akibat akumulasi darah antara tulang dan
periosteum. Insiden dilaporkan 0,4% hingga 2,5% dalam literatur sebelumnya.
Cephalhematoma adalah pendarahan dalam sub periosteum tulang tengkorak dan oleh
karena itu terbatas pada permukaan satu tulang tengkorak.
Berdasarkan berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
cephalhematoma adalah kumpulan darah pada sub periosteum yang tidak melewati sutura
tengkorak bayi  karena trauma persalinan

B. Penyebab Cephalhematoma
1. Cephalhematoma terjadi 2 kali lebih sering pada bayi laki-laki dibandingkan bayi
perempuan. Penyebabnya belum diketahui secara jelas
2. Primigravida
3. Bayi besar
4. Persalinan dengan instrument (VE & FE) yang dilakukan oleh tenaga yang tidak
trampil
5. Kala II Lama
6. Persalinan yang sulit
7. Posisi kepala menyimpang (Oksipito transversal)
8. Pada janin yang dipasang elektroda kepala
9. Dilaporkan terjadi juga pada persalinan dengan SC
10. PROM/KPD
11. Penekanan kepala pada dinding rahim pada kasus oligohidramnion

C. Tanda dan Gejala Cephalhematoma


1. Karena perdarahan subperiostial yang lambat, cephalhematoma biasanya tidak
muncul saat lahir tetapi berkembang beberapa jam atau bahkan berhari-hari setelah
melahirkan.
2. Ketika perdarahan berlanjut dan darah menempati ruang subperiosteal, tekanan di
daerah ini bertindak sebagai tamponade untuk hentikan pendarahan lebih lanjut.

2
3. Benjolan unilateral atau bilateral yang membesar menutupi satu atau lebih tulang
kulit kepala mencirikan lesi.
4. Massa tidak dapat ditransiluminasi.
5. Kulit di atasnya biasanya tidak berubah warna.
6. Sutura tulang tengkorak dengan jelas terlihat sebagai batas-batas cephalohematoma,
meskipun caput succedaneum atau pembengkakan kulit kepala yang menutupi
cephalohematoma dapat mengaburkan batas-batas tersebut.
7. Tulang parietal kanan terlibat dua kali lebih sering dari kiri, dengan unilateral lima
kali lebih mungkin daripada keterlibatan tulang parietal bilateral.
8. Dari referensi yang ada, tidak jelas mengapa sisi kanan lebih sering terjadi dari
pada sisi kiri, tetapi mungkin karena sisi kanan diposisikan untuk menyerap lebih
banyak dampak persalinan yang ditimbulkan.

D. Komplikasi Cephalhematoma
1. Fraktur tengkorak
Fraktur tengkorak linier 5%, unilateral 8,10% dan 18% cephalohematoma
bilateral. Pada tahun 1952, Kendall dan Woloshin melaporkan bahwa fraktur yang
mendasari terjadi pada 25% bayi dengan cephalohematoma. Tidak ada hubungan
antara ukuran cephalhematoma dan ada atau tidak adanya fraktur. Rontgen rutin
tidak direkomendasikan, tetapi harus dilakukan jika cephalohematoma terlalu
besar, ketika gejala sistem saraf pusat ditemukan, atau ketika persalinan yang
sangat sulit telah terjadi. Fraktur tengkorak linear biasanya tidak memerlukan
pengobatan.

2. Infeksi
Jika bayi menunjukkan tanda dan gejala sepsis dan fokus sepsis tidak dapat
dijelaskan, sefalohematoma harus dicurigai sebagai sumber utama infeksi. Jika
tidak diobati, cephalohematoma yang terinfeksi dapat menyebabkan meningitis,
selulitis, osteomielitis, atau kematian bahwa kejadian infeksi meningkat ketika
elektroda kulit kepala telah digunakan, ketika aspirasi jarum telah dicoba, dan
ketika infeksi sistemik sudah ada pada bayi. Organisme yang paling umum
dikultur dari cairan yang dienkapsulasi adalah Escherichia coli (e-coli) dan
Staphylococcus aureus, walaupun organisme lain telah diidentifikasi
seperti Streptococcus pneumoniae, Bacillus spp., Pseudomonas spp., Proteus
spp., Salmonella spp., Gardnerella vaginalis, group B streptococcus. Infeksi
karena e-coli menyebabkan abces yang cukup banyak.

3
3. Kalsifikasi
Cephalohematoma yang terkalsifikasi adalah kondisi langka dengan implikasi
estetika dan evolusi yang tidak diketahui. Biasanya digambarkan sebagai massa
parietal yang fluktuatif yang dipresentasikan sejak lahir yang berkembang
menjadi massa keras yang terkalsifikasi. Cephalohematoma bertahan lebih dari
empat minggu dan mulai terjadi kalsifikasi. Petersen dkk dalam Nicholson (2007)
melaporkan dua kasus cephalohematoma pada bayi yang mengalami kalsifikasi
dan menyebabkan cacat kepala. Chung dan rekan kerjanya menyebut proses ini
sebagai osteogenesis subperiostial. Meskipun cephalohematoma yang jarang,
kalsifikasi, atau dikalsifikasi dapat menyebabkan kelainan bentuk tengkorak yang
signifikan yang memerlukan perawatan. Kalsifikasi terjadi sebagai akibat dari
endapan kalsium di area tersebut. Mekanisme nonreabsorpsi tidak jelas dalam
literatur, tetapi ukuran dari cedera mungkin masuk ke dalam kemampuan tubuh
untuk menyerap kembali semua isinya.

4. Anemia
Bayi dengan cephalohematoma berisiko mengalami anemia karena darah telah
dialihkan ke pengumpulan yang terbentuk secara sub-alami. Jumlah darah yang
terlibat dalam proses ini bervariasi dari kejadian ke kejadian. Secara umum,
semakin besar lesi, semakin banyak darah yang terlibat. Dalam kasus yang jarang
terjadi, darah harus diganti melalui transfusi.

5. Hiperbilirubinemia
Efek samping umum dari cephalohematoma adalah hiperbilirubinemia. Itu terjadi
ketika sel-sel darah merah di cephalohematoma dihancurkan, menghasilkan
produk sampingan dari heme, yang dimetabolisme menjadi bilirubin,
menghasilkan peningkatan kadar bilirubin. Fototerapi efektif dalam
mengembalikan kadar bilirubin tak terkonjugasi ke normal.

E. Penanganan Cephalhematoma
1. Penganganan Cephalohematoma tanpa komplikasi
a. Observasi terhadap pembengkakak cephalohematoma
b. Banyak kasus cephalohematoma akan hilang dengan sendirinya tanpa diobati
selama 2 – 6 minggu kelahiran
c. Antibiotika mungkin diperlukan pada kasus cephalohematoma karena VE/FE
dan menimbulkan luka pada kulit kepala

4
2. Penganganan Cephalohematoma dengan komplikasi antara lain:
a. Antibiotik IV selama satu hingga dua minggu.
b. Sambil menunggu hasil kultur, bayi harus menerima cakupan antibiotik untuk
e-coli dan S. aureus.
c. Ketika organisme tertentu diidentifikasi, pengobatan antibiotik dapat
disesuaikan dengan sensitivitas. Jika presentasi klinis pasien tidak membaik
dengan pengobatan antibiotika, beberapa pilihan pengobatan harus
dipertimbangkan. Insisi bedah, drainase, dan evakuasi sefalohematoma dapat
diindikasikan. Resistensi antibiotik dapat terjadi, atau osteoelitis, abses
epidural, atau empiema subdural dapat dipertimbangkan. Empyema subdural
akan membutuhkan pengobatan dengan antibiotik intravena selama empat
hingga enam minggu.

5
BAB III
PENUTUP

3.1.  Kesimpulan
Cephal hematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal hematoma terjadi sangat
lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cephal hematoma
dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya.
Pada neonatus dengan cephal hematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan
fototdrapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan
kontraindikasi karena dimungkinkan adanya resiko infeksi. Kejadian cephal hematoma dapat
disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. Maka dari itu sebagai
seorang bidan kita harus terampil memberikan asuhan pada bayi baru lahir baik yang normal
maupun memilik kelainan untuk menghindari terjadinya cephal hematoma tersebut.

3.2.  Saran
Pada penderita cephal hematoma, bidan bisa menjelaskan kepada ibu dan keluarga bayi
bahwa tidak diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa komplikasi. Salah satu
penyebab cephal hematom adalah trauma lahir, karena itu untuk mencegah terjadinya cephal
hematoma bisa dilakukan dengan memimpin persalinan yang aman dan tepat.
Diharapkan juga kepada tenaga kesehatan khususnya bidan agar selalu memantau keadaan
pada bayi. Delain itu diharapkan kepada bidan untuk benar-benar mengerti tentang
penatalaksanaan pada setiap kelainan kepala yang mungkin terjadi pada neonatus. Diharapkan
kepada setiap orang tua untuk melakukan perawatan bayinya secara rutin dirumah guna
mencegah kemungkinan terjadinya infeksi dan iritasi.
   

6
DAFTAR PUSTAKA

Marmi dan  kukuh rahardjo.2012.Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak


Prasekolah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

PPT ibu Yuniarti,MPH mengenai Asuhan Neonatus Dengan Jejas Persalinan

Anda mungkin juga menyukai