Anda di halaman 1dari 30

[Type text]

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN ATRIUM SEPTUM DEFECT (ASD)

OLEH :
IDA AYU WIWIN APSARI WAHYUNI

17091110060

PRODI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ADVAITA MEDIKA

2019

1
[Type text]

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN ATRIUM SEPTUM DEFECT

I. KONSEP DASAR PENYAKIT ASD


1.1 Definisi
Cacat jantung bawaan, atau penyakit, adalah masalah dengan struktur jantung yang
ada saat lahir. Mereka dapat mengubah aliran darah normal melalui jantung. Cacat
jantung kongenital adalah jenis cacat lahir yang paling umum (NHLBI, 2015).
Cacat septum atrium (ASD) adalah lubang di septum interatrial, menyebabkan pirau
kiri-ke-kanan dan kelebihan volume atrium kanan dan ventrikel kanan. Anak-anak jarang
bergejala, tetapi komplikasi jangka panjang setelah usia 20 tahun meliputi hipertensi paru,
gagal jantung, dan aritmia atrium. Orang dewasa dan, jarang, remaja dapat mengalami
intoleransi olahraga, dispnea, kelelahan, dan aritmia atrium. Murmur midsistolik lunak di
perbatasan sternum kiri atas dengan pemisah lebar dan tetap dari bunyi jantung ke-2 (S2)
sering terjadi. Diagnosis dilakukan dengan ekokardiografi. Perawatannya adalah
penutupan alat transcatheter atau perbaikan bedah (Marie Baffa, Jeanne, 2018).
Atrial Septal Defect (ASD) merupakan kelainan akibat adanya lubang pada septum
intersisial yang memisahkan antrium kiri dan kanan . Hal ini menyebabkan pencampuran
darah beroksigen dengan tidak beroksigen, yang akhirnya mengakibatkan jantung kanan
membesar dan tekanan tinggi pada paru-paru (hipertensi pulmonal) (IMFI, 2018).
1.2 Epidemiologi
a. Cacat septum atrium adalah umum, terhitung 7% hingga 10% dari kelainan jantung
bawaan, dan mereka terjadi pada 1 dari 1500 kelahiran hidup.
b. Rasio laki-laki dan perempuan adalah 1: 2.
c. Kasing biasanya sporadis.
d. Penutupan spontan terjadi pada usia 2 tahun pada 40% hingga 50% dari cacat yang
terdeteksi pada awal masa bayi.
e. Beberapa kasus bersifat keluarga (mis., Sindrom Holt - Oram).
f. Cacat atrium dengan kelainan bentuk tungkai atas dan kelainan konduksi jantung
g. Warisan dominan autosom
h. Kerusakan sering merupakan komponen integral (dan kadang-kadang diperlukan) dari
kelainan jantung bawaan yang kompleks.

2
[Type text]

i. Antara 25% dan 30% orang dengan jantung yang normal memiliki foramen ovale yang
dipatenkan, yang tidak dianggap sebagai cacat atrium (G.Coran, Arnold, 2012).
1.3 Klasifikasi
ASD dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi:
a. Ostium secundum: Kerusakan pada fossa ovalis — di bagian tengah (atau tengah) dari
septum atrium.
b. Sinus venosus: Kerusakan pada aspek posterior septum, dekat vena cava superior atau
inferior vena cava, dan sering dikaitkan dengan kembalinya vena pulmonalis kanan
atas atau bawah ke atrium kanan atau vena cava kanan.
c. Ostium primum: Defek pada aspek anteroinferior septum, suatu bentuk defek septum
atrioventrikular (defek bantal endokardial). (Marie Baffa, Jeanne, 2018).
1.4 Etiologi
ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Dalam keadaan normal, pada
peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan sehingga darah
tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir, lubang ini biasanya menutup. Jika
lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (shunt).
Penyebab dari tidak menutupnya lubang pada septum atrium ini tidak diketahui, tetapi
ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
ASD. Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Faktor Prenatal:
– Ibu menderita infeksi Rubella;
– Ibu alkoholisme;
– Umur ibu lebih dari 40 tahun;
– Ibu menderita IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus);
– Ibu meminum obat-obatan penenang.
2. Faktor genetik
– Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB (Penyakit Jantung Bawaan);
– Ayah atau ibu menderita PJB (Penyakit Jantung Bawaan);
– Kelainan kromosom misalnya, Sindroma Down;
– Lahir dengan kelainan bawaan lain.
3. Gangguan hemodinamik
Tekanan di atrium kiri lebih tinggi daripada tekanan di atrium kanan sehingga
memungkinkan aliran darah dari atrium kiri ke atrium kanan (IMFI, 2018).

3
[Type text]

1.5 Patofisiologi
Pada cacat septum atrium, shunting dibiarkan ke kanan pada awalnya (lihat gambar
Cacat septum atrium). Beberapa ASD kecil, seringkali hanya foramen ovale paten yang
ditarik, menutup secara spontan selama beberapa tahun pertama kehidupan. ASDs
sedang-ke-besar yang persisten menghasilkan pirau besar, yang menyebabkan kelebihan
volume ventrikel atrium kanan dan kanan. Jika tidak diperbaiki, pirau besar ini dapat
menyebabkan hipertensi arteri pulmonalis, peningkatan resistensi pembuluh darah paru,
dan hipertrofi ventrikel kanan pada saat orang berusia 30-an atau 40-an. Aritmia atrium,
seperti takikardia supraventrikular (SVT), flutter atrium, atau fibrilasi atrium juga dapat
terjadi. Pada akhirnya, peningkatan tekanan arteri pulmonalis dan resistensi vaskular
dapat menyebabkan pirau atrium dua arah dengan sianosis (sindrom Eisenmenger) selama
masa dewasa pertengahan hingga akhir (paling sering di atas usia 40). (Marie Baffa,
Jeanne, 2018).
1.6 Manifestasi Klinis
Penderita ASD sebagian besar menunjukkan gejala klinis sebagai berikut:
a. Detak jantung berdebar-debar (palpitasi);
b. Tidak memiliki nafsu makan yang baik;
c. Sering mengalami infeksi saluran pernafasan;
d. Berat badan yang sulit;
e. Sianosis pada kulit di sekitar mulut atau bibir dan lidah;
f. Cepat lelah dan berkurangnya tingkat aktivitas;
g. Demam yang tak dapat dijelaskan penyebabnya
h. Respon tehadap nyeri atau rasa sakit yang meningkat (IMFI, 2018).

4
[Type text]

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. IDENTITAS
I. IDENTITAS
Nama :
No rekam medis :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Status perkawinan :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Diagnosa medis :
Tgl masuk :
Tgl pengkajian :

II. KELUHAN UTAMA


Klien dengan Atrium Septum Defect biasanya mengeluh sesak napas saat
beraktivitas, cemas, suhu tubuh meningkat, lemas atau jantung berdebar-debar.

III. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI


Klien biasanya mengalami sesak napas, berkeringat banyak dan jantung berdebar-
debar.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Prenatal
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus Rubella),
mungkin ada riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM
pada ibu.
B. Perinatal dan postnatal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
C. Penyakit yang pernah diderita
Biasanya anak mengalami sesak.

5
[Type text]

D. Hospitalisasi/Tindakan operasi
Kaji apakah klien pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya dan pernahkan
mendapat tindakan operasi seperti tonsilektomi, apendiktomi dan lain-lain.
E. Injury/kecelakaan
Kaji apakah klien sebelumnya pernah mengalami kecelakaan atau tidak.
F. Alergi
Kaji apakah klien memiliki alergi pada makanan, minuman atau obat-obatan.
G. Imunisasi dan tes laboratorium
Kaji apakah klien sudah mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan usianya
dan kaji apakah klien mendapatkan imunisasi tambahan.Imunisasi tersebut
seperti:
a. Imunisasi BCG untuk mencegah TB diberikan pada bayi usia kurang dari 2
bulan
b. Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah Hepatitis diberikan sebanyak 3 kali
pada neonates diberikan 12 jam setelah bayi lahir atau sebelum bayi berumur
24 jam.
c. Imunisasi polio untuk mencegah piliomielitis diberikan sebanyak 4 kali
d. Imunisasi DPT untuk mencegah difteri, pertusis dan tetanus diberikan
sebanyak 4 kali.
e. Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak diberikan pada bayi
umur 9 bulan
f. Imunisasi DPT untuk mencegah difteri, pertusis dan tetanus diberikan
sebanyak 4 kali
g. Imunisasi MMR
h. Imunisasi tifoid
i. Imunisasi hepatitis A
j. Imunisasi varicella
H. Pengobatan
Apakah klien melakukan pengobatan khusus seperti kemoterapi atau
mengkonsumsi obat lainnya.

IV. RIWAYAT PERTUMBUHAN


Pasien dengan ASD biasanya mengalami gangguan pertumbuhan.
6
[Type text]

V. RIWAYAT SOSIAL
a. Yang mengasuh
Tanyakan siapa yang mengasuh klien dari sejak lahir hingga saat ini.
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Kaji hubungan klien dengan anggota keluarga.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Bagaimana hubungan klien dengan teman sebaya.
d. Pembawaan secara umum
Kaji apakah klien memiliki pembawaan secara umum seperti bibir sumbing,
spina bifida, penyakit jantung bawaan, hidrosefalus dan lain-lain.

VI. RIWAYAT KELUARGA


a. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi berhubungan dengan tingkat pengobatan dan cara pemeliharaan
kesehatan.
b. Lingkungan rumah
Kaji jarak antara rumah dengan fasilitas kesehatan. Bagaimana keadaan
lingkungan rumah klien,ventilasi, keadaan lantai yang licin dan kaji apakah ada
sumber polusi yang dekat dengan rumahnya dan darimana sumber air.
c. Penyakit keluarga
Kaji tentang anggota keluarga apakah dalam keluarga memiliki penyakit
jantung yang diturunkan.
d. Genogram
Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota keluarga dari
atas hingga kebawah yang didasarkan atas tiga generasi sebelum pasien.
Berikan keterangan manakah symbol pria, wanita, memiliki penyakit
keturunan, meninggal atau tidak dan keterangan tinggal serumah.

VII. PENGKAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI (DDST)


A. Personal sosial
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkunganya

7
[Type text]

B. Adaptif motorik halus


Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu
serta melakukan kegiatan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja
dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan kordinasi yang cermat.
Contohnya: adalah kemampuan menggambar menulis, mencoret, melempar,
menangkap bola,meronce manik-manik, memegang suatu benda dan lain-lain.
C. Bahasa
Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara sopan. Bahasa mencangkup segala bentuk
komunikasi, apakah itu lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa tubuh, ekspresi
wajah, pantomim, atau seni. Bicara adalah bahasa lisan yang merupakan
bentuk paling efektif dalam komunikasi juga paling penting dan banyak
digunakan.
D. Motorik kasar
Aspek yang berhubungan dengan perkembangan pergerakan dan sikap tubuh.
Aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar seperti
merangkak, berjalan, berlari, melompat atau berenang.

VI. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN KLIEN SAAT INI


A. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Yang perlu dikaji adalah pengetahuan mengenai kesehatanya. Anak-anak
belum mengerti mengenai kesehatanya sehingga orang tua harus
memperhatikan kesehatanya.
B. Nutrisi
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan.
C. Cairan
Klien dengan atrium septum defect biasanya mengalami edema pada
ekstremitas.
D. Aktivitas
Klien biasanya mengalami keletihan/kelemahan, dyspnea, perubahan tanda
vital, perubahan status mental, takipnea, dan kehilangan tonus otot dan
biasanya aktivitas terbatas tidak sama seperti anak lainnya.
E. Tidur dan istirahat
8
[Type text]

Klien biasanya dianjurkan lebih banyak istirahat karena mengalami


kelemahan.
F. Eliminasi
Klien biasanya tidak mengalami gangguan pada buang air besar dan buang air
kecil.
G. Pola hubungan
Klien dengan atrium septum defect dapat mengalami penurunan peran dalam
aktivitas sosial dan keluarga.
H. Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan
Anak-anak yang dihospitalisasi biasanya mengamuk, menangis dan acuh tak
acuh terhadap lingkunganya dan memerlukan dukungan yang baik agar anak
tenang.
I. Kognitif dan persepsi
Klien umumnya tidak mengalami gangguan penciuman, perabaan, perasaan,
pendengaran dan penglihatan serta tidak terdapat suatu waham, klien biasanya
merasakan nyeri dan tidak nyaman pada dadanya.
J. Konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit
anaknya, ansietas dan stress juga dapat terjadi pada klien.
K. Seksual dan menstruasi
Kaji apakah ada efek penyakit pada seksualitas anak. Kaji apakah klien sudah
mengalami menarche atau belum, jika sudah tanyakan apakah menstruasinya
lancar atau tidak.
L. Nilai
Biasanya anak-anak tidak mengetahui kepercayaan yang dianutnya dan
biasanya anak-anak mengikuti kepercayaan orang tuanya.

VII. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan umum : Keadaan umum klien dengan ASD biasanya compos
mentis, klien tampak lemah, tekanan darah meningkat, nadi meningkat,
dyspnea saat istirahat atau saat aktivitas.
B. Kulit

9
[Type text]

Inspeksi : Klien dengan ASD bisa mengalami sianosis pada ektremitas


ditandai dengan munculnya kebiruan pada ujung jari, kulit teraba
dingin dan lembab.
Palpasi : Turgor kulit menurun, CRT > 3 detik.
C. Kepala
Inspeksi : Rambut bersih, tidak ada tumor, rambut warna hitam, tidak rontok,
tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
D. Mata
Inspeksi : Simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
E. Telinga
Inspeksi : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada benjolan, tidak menggunakan
alat bantu pendengaran
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
F. Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada polip, adanya pernafasan cuping hidung, mukosa
lembab, rongga hidung bersih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
G.Mulut
Inpeksi : Bibir tampak kering, gigi bersih, tidak ada perdarahan dan
pembengkakan pada gusi.
H.Leher
Inspeksi : Tidak adanya pembengkakan, tidak adanya jaringan parut dan tidak
adanya massa.
Palpasi : Tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis.
I. Dada
Inspeksi : Diameter dada bertambah, retraksi dinding dada.
Palpasi : Tidak ada benjolan
J. Payudara
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar mammae.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
K.Paru
10
[Type text]

Inspeksi : Terdapat pernafasan cuping hidung.


Palpasi: Teraba taktil fremitus.
Perkusi : Terdengar suara sonor.
Auskultasi : Terdengar suara vesikuler.
L. Jantung
Inspeksi : Bentuk asimetris, irama tidak teratur.
Palpasi : Teraba adanya bising pada ICS II atau III kiri.
Perkusi : Terdengar suara pekak.
Auskultasi : Terdapat bunyi jantung tambahan.
M. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ikterik, tidak terdapat distensi, tidak terdapat
kelainan pada umbilicus.
Auskultasi : Peristaltik usus normal 10-15 x/menit
Perkusi : Terdengar suara timpani
Palpasi : Tidak adanya pembesaran hati.
N. Genetalia
Biasanya tidak terdapat gangguan pada organ genetalia.
O.Anus dan rektum
Biasanya tidak ada gangguan pada anus dan rectum.
P. Muskuloskeletal
Inspeksi: kekuatan otot melemah.
Q.Neurologi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan pada system persarafan.

XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG


1. Foto Thorax
Terlihat kardio megali akibat pembesaran atrium dan ventrikel kanan.
Segmen pulmonal menonjol dan vaskularirasi paru meningkat (plethora). Pada
khasus lanjut dengan hipertensi pulmonal, gambara vaskularisasi paru
mengurang didaerah tepi(pruned tree). Dan menunjukan adanya komplikasi
atau tidak.
2. Ekokardiogram
Ekokardiogram M-mode memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan
septum interventrikular yang bergerak paradoks. Ekokardiogram 2 dimensi
11
[Type text]

dapat memperlihatkan lokasi dan besarnya defek interatrial (pandangan


subsifoid yang paling terpercaya). Prolaps katup mitral dan regurgitasi sering
tampak pada defek septum atrium yang besar. Posisi katup mitral dan trikuspid
sama tinggi pada defek septum atrium primum dan bila ada celah pada katup
mitral juga dapat terlihat. Ekokardiogram menentukan lokasi defek, ukuran
defek, arah dan gradien aliran, perkiraan tekanan ventrikel kanan dan
pulmonal, gambaran beban volume pada jantung kiri, keterlibatan katup aorta
atau trikuspid serta kelainan lain. Ekokardiografi Doppler memperlihatkan
aliran interatrial yang terekam sampai di dinding atrium kanan. Rasio aliran
pulmonal terhadap aliran sistemik juga dapat dihitung. Ekokardiografi kontras
dikerjakan bila Doppler tak mampu memperlihatkan adanya aliran interatrial.
3. Angiogram
Ventrikel kiri pada defek septum atrium sekundum tampak normal, tapi
mungkin terlihat prolaps katup mitral yang disertai regurgitasi. Pada defek
septum atrium primum, terlihat gambaran leher angsa (goose-neck
appearance) akibat posisi katup mitral yang abnormal. Regurgitasi melalui
celah pada katup mitral juga dapat terlihat. Angiogram pada vena pulmonalis
kanan atas dapat memperlihatkan besarnya defek septum atrium.
4. EKG
Deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke kanan pada
ASD secundum, RBBB, RVH.
5. Kateterisasi jantung
Prosedur diagnostic dimana kateter radiopaque dimasukan kedalam atrium
jantung melalui pembuluh darah perifer, diobservasi dengan fluoroskopi atau
intensifikasi pencitraan; pengukuran tekanan darah dan sampel darah
memberikan sumber-sumber informasi tambahan. Kateterisasi jantung
dilakukan bila defek interatrial pada ekokardiogram tak jelas terlihat atau bila
terdapat hipertensi pulmonal. Pada kateterisasi jantung terdapat peningkatan
saluran oksigen di atrium kanan dengan peningkatan ringan tekanan ventrikel
kanan dan arteri pulmonalis. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru, tekanan
arteri pulmonalis sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes dengan
pemberian oksigen 100% untuk menilai reversibilitas vaskuler paru.

12
[Type text]

XII. INFORMASI LAIN (mencangkup rangkuman kesehatan klien dari Gizi,


fisioterapis, terapi medis lain, dll).

XIII. ANALISA DATA


Hari/tanggal
No Data fokus Etiologi Masalah Paraf
/jam
1. Data Subjektif : Defek pada Penurunan Curah
Klien mengatakan jantung atrium Jantung
berdebar-debar
Adanya shunt/
Data Objektif : aliran darah dari
Takikardia, hipertensi, atrium kanan ke
bunyi jantung tambahan, kiri
klien tampak dan pucat,
gambaran EKG aritmia, Aliran darah dari
kebiruan pada ujung jari, atrium kiri ke
CRT > 3 detik ventrikel kiri
berkurang

Volume sekuncup
turun

Penurunan curah
jantung
2. Data Subjekif : Adanya shunt/ Pola Napas
Ibu klien mengatakan aliran darah dari Tidak Efektif
anaknya sesak atrium kanan ke
kiri
Data Objektif :
Adanya pola napas Darah CO2 & O2
abnormal, pernapasan bercampur
cuping hidung dan retraksi
dinding dada Penambahan

13
[Type text]

beban pada
ventrikel kanan,
arteri pulmonalis,
kapiler paru-paru
dan atrium kiri

Aliran pulmonal
meningkat

Hiperventilasi

Ketidakefektifan
pola napas
3. Data Subjektif : Aliran darah dari Intoleransi
Ibu klien mengatakan atrium kiri ke Aktivitas
anaknya mengeluh cepat ventrikel kiri
lelah dan cepat sesak saat berkurang
melakukan aktivitas
Suplai O2 ke
Data Objektif : seluruh tubuh
Frekuensi jantung menurun
meningkat >20% dari
kondisi istirahat Kelemahan

Intoleran
Aktifitas
4 Data Subjektif : Defek atau Nyeri Akut
Klien mengeluh nyeri lubang pada
Nilai nyeri berdasarkan atrium
FLACC
Adanya shunt/
Data Objektif : aliran darah dari
Klien tampak meringis atrium kanan ke
dan gelisah kiri

14
[Type text]

Klien tampak berkeringat


Tekanan darah meningkat Aliran darah dari
Nadi meningkat atrium kiri ke
Pola napas berubah ventrikel kiri
berkurang

Kerja jantung
meningkat

Kardiomegali

Nyeri akut
5 Data Subjektif : Defek atau Perfusi perifer
Ibu klien mengatakan lubang pada tidak efektif
anaknya lemas atrium

Data Objektif : Aliran darah dari


Kulit teraba dingin atrium kiri ke
Wajah tampak pucat ventrikel kiri
Turgor kulit menurun berkurang
Tampak edema pada
ekstremitas Aliran darah
kaya O2 dan
nutrisi ke aorta
berkurang

Suplai O2 ke
seluruh tubuh
menurun

Perfusi perifer
tidak efektif
6. Data Subjektif : Defek atau Gangguan
Ibu klien mengatakan lubang pada Tumbuh

15
[Type text]

anaknya tidak bisa atrium Kembang


bermain dan beraktivitas
seperti anak-anak lainnya Aliran darah dari
atrium kiri ke
Data Objektif : ventrikel kiri
Klien tampak lebih cepat berkurang
lelah saat melakukan
aktivitas Aliran darah
Nafsu makan menurun kaya O2 dan
Klien tampak lebih mudah nutrisi ke aorta
marah berkurang
Kontak mata tampak
terbatas Penurunan
asupan nutrisi

Gangguan
tumbuh kembang
7 Data Subjektif : Defek atau Defisit Nutrisi
Ibu klien mengatakan lubang pada
anaknya tidak nafsu atrium
makan
Aliran darah dari
Data Objektif : atrium kiri ke
Berat badan menurun ventrikel kiri
minimal 10% di bawah berkurang
rentang ideal
Otot pengunyah lemah Aliran darah kaya
Membran mukosa pucat O2 dan nutrisi ke
aorta berkurang

Penurunan
asupan nutrisi

Nutrisi tidak

16
[Type text]

adekuat

Defisit nutrisi
8. Data Subjektif : Defek atau Ansietas
Ibu klien mengatakan lubang pada
khawatir dengan kondisi atrium
anaknya
Ibu klien mengatakan Perubahan status
bingung dengan kondisi kesehatan
anaknya
Ibu klien mengatakan sulit Ansietas
berkonsentrasi

Data Objektif :
Ibu klien tampak gelisah
dan tegang
Muka tampak pucat
Tampak berkeringat
Takipnea, takikardi,
hipertensi
9. Data Subjektif : Defek atau Risiko Cedera
Ibu klien mengatakan lubang pada
anaknya lemas atrium

Data Objektif : Aliran darah dari


Klien tampak tidak bisa atrium kiri ke
melakukan aktivitas ventrikel kiri
seperti anak pada berkurang
umumnya
Klien tampak pucat Aliran darah
kaya O2 dan
nutrisi ke aorta
berkurang

17
[Type text]

Suplai O2 ke
seluruh tubuh
menurun

Hipoksia
jaringan

Risiko Cedera

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Penurunan curah jantung berubungan dengan perubahan preload ditandai
dengan klien mengatakan jantung berdebar-debar, takikardia, hipertensi,
bunyi jantung tambahan, klien tampak dan pucat, gambaran EKG aritmia,
kebiruan pada ujung jari, CRT > 3 detik.
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri atau
vena ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya lemas, kulit teraba
dingin, wajah tampak pucat, turgor kulit menurun, tampak edema pada
ekstremitas.
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan
ibu klien mengatakan anaknya sesak, adanya pola napas abnormal,
pernapasan cuping hidung dan retraksi dinding dada.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis ditandai dengan Klien
mengeluh nyeri, nilai nyeri berdasarkan FLACC, klien tampak meringis dan
gelisah, klien tampak berkeringat, tekanan darah meningkat, nadi meningkat,
pola napas berubah.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya
mengeluh cepat lelah dan cepat sesak saat melakukan aktivitas, frekuensi
jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat.
6. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik
ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya tidak bisa bermain dan
beraktivitas seperti anak-anak lainnya, klien tampak lebih cepat lelah saat
melakukan aktivitas, nafsu makan menurun, klien tampak lebih mudah
marah, kontak mata tampak terbatas.

18
[Type text]

7. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient


ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya tidak nafsu makan, berat
badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, otot pengunyah lemah,
membran mukosa pucat.
8. Ansietas berhubungan dengan hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
ditandai dengan ibu klien mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya, ibu
klien mengatakan bingung dengan kondisi anaknya, ibu klien mengatakan
sulit berkonsentrasi, ibu klien tampak gelisah dan tegang, muka tampak
pucat, tampak berkeringat, takipnea, takikardi, hipertensi.
9. Risiko cedera berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan ibu klien
mengatakan anaknya lemas, klien tampak tidak bisa melakukan aktivitas
seperti anak pada umumnya, klien tampak pucat.

XII. RENCANA KEPERAWATAN


RENCANA TINDAKAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan Perawatan jantung
jantung berubungan keperawatan selama … 1. Identifikasi tanda/gejala
dengan perubahan x… jam diharapkan primer penurunan curah
preload ditandai penurunan curah jantung jantung (meliputi dyspnea,
dengan klien klien dapat teratasi kelelahan, edema, ortopnea,
mengatakan jantung dengan kriteria hasil : peningkatan CVP)
berdebar-debar, 1. Klien tidak mengalami 2. Monitor tekanan darah
takikardia, hipertensi, palpitasi 3. Monitor intake dan output
bunyi jantung 2. Nadi dalam rentang cairan
tambahan, klien normal ( 60-100 4. Monitor keluhan nyeri dada
tampak dan pucat, x/menit) 5. Monitor aritmia
gambaran EKG 3. Tekanan darah dalam 6. Periksa tekanan darah dan
aritmia, kebiruan pada rentang normal ( 100- frekuensi nadi sebelum dan
ujung jari, CRT > 3 120/60-90 mmHg) sesudah aktivitas
detik 4. Tidak ada tanda sianosis 7. Posisikan pasien semi fowler
5. Tidak ada bunyi jantung atau fowler dengan kaki ke

19
[Type text]

tambahan bawah atau posisi nyaman


8. Berikan diet jantung yang
sesuai
9. Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
10. Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
11. Ajarkan keluarga mengukur
intake dan output cairan
12. Kolaborasi pemberian
aritmia, jika perlu
13. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
2. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan asuhan Perawatan sirkulasi
efektif berhubungan keperawatan selama …x… 1. Periksa sirkulasi perifer
dengan penurunan jam diharapkan perfusi 2. Monitor panas, kemerahan,
aliran arteri atau vena perifer kembali efektif nyeri atau bengkak pada
ditandai dengan ibu dengan kriteria hasil : ekstremitas
klien mengatakan 1. Tidak tampak edema 3. Hindari pemasangan infus
anaknya lemas, kulit 2. Klien terbebas dari atau pengambilan daraj di
teraba dingin, wajah kelemahan area keterbatasan perfusi
tampak pucat, turgor 3. Turgor kulit baik 4. Ajarkan keluarga program diet
kulit menurun, tampak untuk memperbaiki sirkulasi
edema pada
ekstremitas
3. Pola napas tidak Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Napas
efektif berhubungan keperawatan selama …x… 1. Monitor pola napas
dengan hiperventilasi jam diharapkan pola nafas 2. Monitor bunyi napas
ditandai dengan ibu kembali efektif dengan tambahan
klien mengatakan kriteria hasil : 3. Posisikan semi fowler atau
anaknya sesak, adanya 1. Klien tidak mengalami fowler
pola napas abnormal, sesak 4. Berikan oksigen, jika perlu
pernapasan cuping 2. Respirasi dalam rentang 5. Berika minum hangat
hidung dan retraksi normal 16-24 x/menit 6. Kolaborasi pemberian

20
[Type text]

dinding dada 3. Tidak ada penggunaan bronkodilator, ekspektoran,


otot bantu napas mukolitik, jika perlu
4. Tidak ada napas cuping
hidung
4. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama …x… 1. Identifikasi lokasi,
agen cidera fisiologis jam diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
ditandai dengan Klien terkontrol dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas
mengeluh nyeri, nilai hasil : nyeri
nyeri berdasarkan 1. Meringis berkurang 2. Identifikasi respon nyeri non
FLACC, klien tampak 2. Tidak gelisah verbal
meringis dan gelisah, 3. Keringat berkurang 3. Identifikasi skala nyeri
klien tampak 4. Tekanan darah dalam 4. Berikan teknik
berkeringat, tekanan batas normal (100- nonfarmakologis untuk
darah meningkat, nadi 120/60-90 mmHg) mengurangi nyeri (terapi
meningkat, pola napas 5. Nadi dalam rentang bermain)
berubah normal (60-100 x/menit) 5. kontrol linkungan yang
6. Respirasi dalam rentang memperberat rasa nyeri
normal (16-24 x/menit) 6. Fasilitasi istirahat dan tidur
7. Ajarkan keluarga tentang
teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
8. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi
berhubungan dengan keperawatan selama …x… 1. Identifikasi gangguan fungsi
ketidakseimbangan jam diharapkan klien dapat tubuh yang mengakibatkan
antara suplai dan mempertahankan tingkat kelelahan
kebutuhan oksigen aktivitas, dengan kriteria 2. Monitor pola dan jam tidur
ditandai dengan ibu hasil: 3. Sediakan lingkungan nyaman
klien mengatakan 1. Berpartisipasi dalam dan rendah stimulus
anaknya mengeluh aktivitas fisik tanpa 4. Berikan aktivitas distraksi
cepat lelah dan cepat disertai peningkatan yang menenangkan
sesak saat melakukan tekanan darah, nadi dan 5. Anjurkan tirah baring

21
[Type text]

aktivitas, frekuensi respirasi 6. Anjurkan melakukan aktivitas


jantung meningkat secara bertahap
>20% dari kondisi 7. Anjurkan keluarga untuk
istirahat menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
8. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
nafsu makan
6. Gangguan tumbuh Setelah dilakukan asuhan Promosi Perkembangan Anak
kembang berhubungan keperawatan selama …x… 1. Identifikasi kebutuhan khusus
dengan efek jam diharapkan anak akan anak dengan teman sebaya
ketidakmampuan fisik menunjukkan tingkat 2. Fasilitasi hubungan anak
ditandai dengan ibu perkembangan dan dengan teman sebaya
klien mengatakan pertumbuhan sesuai dengan 3. Dukung anak berinteraksi
anaknya tidak bisa usia, dengan kriteria hasil : dengan anak lain
bermain dan 1. Keterampilan/perilaku 4. Dukung anak
beraktivitas seperti sesuai usia mengekspresikan
anak-anak lainnya, 2. Kemampuan melakukan perasaannya secara positif
klien tampak lebih perawatan diri 5. Berikan mainan yang sesuai
cepat lelah saat 3. Kontak mata baik dengan anak
melakukan aktivitas, 4. Respon sosial baik 6. Bernyanyi bersama anak lagu-
nafsu makan menurun, lagu yang disukai anak
klien tampak lebih 7. Bacakan cerita dongeng untuk
mudah marah, kontak anak
mata tampak terbatas 8. Sediakan mainan berupa
puzzle dan maze
9. Ajarkan sikap kooperatif,
bukan kompetisi diantara
anak
10. Ajarkan teknik asertif pada
anak
11. Rujuk untuk konsling, jika
perlu

22
[Type text]

7. Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi


berhubungan dengan keperawatan selama …x… 1. Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan jam diharapkan kebutuhan 2. Identifikasi alergi dan
mengabsorbsi nutrient nutrisi tercukupi dengan intoleransi makanan
ditandai dengan ibu kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan yang
klien mengatakan 1. Berat badan ideal sesuai disukai
anaknya tidak nafsu dengan IMT 4. Identifikasi kebutuhan kalori
makan, berat badan 2. Nafsu makan meningkat dan jenis nutrient
menurun minimal 3. Mampu mengunyah 5. Monitor asupan makanan
10% di bawah rentang dengan baik 6. Monitor berat badan
ideal, otot pengunyah 7. Sajikan makanan secara
lemah, membran menarik dan suhu yang sesuai
mukosa pucat 8. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
9. Ajarkan keluarga klien tentang
diet yang diprogramkan
10. Kolaborasi pemberian
edukasi sebelum makan
11. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jenis kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
8. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas
dengan hubungan keperawatan selama …x… 1. Identifikasi saat tingkat
orang tua-anak tidak jam diharapkan ansietas ansietas berubah
memuaskan ditandai berkurang dengan kriteria 2. Identifikasi kemmapuan
dengan ibu klien hasil : mengambil keputusan
mengatakan khawatir 1. Memverbalisasikan 3. Monitor tanda-tanda ansietas
dengan kondisi khawatir berkurang 4. Ciptakan suasana terapeutik
anaknya, ibu klien 2.Memverbalisasikan yang menumbuhkan
mengatakan bingung bingung berkurang kepercayaan
dengan kondisi 3. Tidak tampak perilaku 5. Temani pasien untuk
anaknya, ibu klien tegang dan gelisah mengurangi kecemasan, jika
mengatakan sulit memungkinkan

23
[Type text]

berkonsentrasi, ibu 6. Pahami situasi yang membuat


klien tampak gelisah ansietas
dan tegang, muka 7. Dengarkan dengan penuh
tampak pucat, tampak perhatian
berkeringat, takipnea, 8. Gunakan pendekatan yang
takikardi, hipertensi tenang dan meyakinkan
9. Informasikan secara factual
menegnai diagnosis,
pengobatan dam prognosis
10. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
11. Latih teknik relaksasi
12. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
9. Risiko cedera Setelah dilakukan asuhan Manajemen Keselamatan
berhubungan dengan keperawatan selama …x… Lingkungan
kelemahan ditandai jam diharapkan tidak terjadi 1. Identifikasi kebutuhan
dengan ibu klien cedera dengan kriteria keselamatan
mengatakan anaknya hasil : 2. Monitor parubahan status
lemas, klien tampak 1. Tidak ada luka/lecet keselamatan, jika
tidak bisa melakukan 2. Tidak terjadi perdarahan memungkinkan
aktivitas seperti anak 3. Hilangkan bahaya
pada umumnya, klien keselamatan lingkungan
tampak pucat 4. Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan
resiko
5. Gunakan perangkat pelindung
6. Ajarkan keluarga klien
terhadap resiko tinggi bahaya
lingkungan

XIII. IMPLEMENTASI
Pada tahap implementasi merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan
yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara

24
[Type text]

optimal. Implementasi merupakan wujud dari tujuan keperawatan pada tahap


perencanaan.

XIV. EVALUASI
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan.
1. Penurunan curah jantung berubungan dengan perubahan preload ditandai
dengan klien mengatakan jantung berdebar-debar, takikardia, hipertensi,
bunyi jantung tambahan, klien tampak dan pucat, gambaran EKG aritmia,
kebiruan pada ujung jari, CRT > 3 detik, diharapkan :
a. Klien tidak mengalami palpitasi
b. Nadi dalam rentang normal ( 60-100 x/menit)
c. Tekanan darah dalam rentang normal ( 100-120/60-90 mmHg)
d. Tidak ada tanda sianosis
e. Tidak ada bunyi jantung tambahan
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri atau
vena ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya lemas, kulit teraba
dingin, wajah tampak pucat, turgor kulit menurun, tampak edema pada
ekstremitas, diharapkan :
a. Tidak tampak edema
b. Klien terbebas dari kelemahan
c. Turgor kulit baik
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan
ibu klien mengatakan anaknya sesak, adanya pola napas abnormal,
pernapasan cuping hidung dan retraksi dinding dada, diharapkan :
a. Klien tidak mengalami sesak
b. Respirasi dalam rentang normal 16-24 x/menit
c. Tidak ada penggunaan otot bantu napas
d. Tidak ada napas cuping hidung
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis ditandai dengan Klien
mengeluh nyeri, nilai nyeri berdasarkan FLACC, klien tampak meringis dan
gelisah, klien tampak berkeringat, tekanan darah meningkat, nadi meningkat,
pola napas berubah, diharapkan :
a. Meringis berkurang
25
[Type text]

b. Tidak gelisah
c. Keringat berkurang
d. Tekanan darah dalam batas normal (100-120/60-90 mmHg)
e. Nadi dalam rentang normal (60-100 x/menit)
f. Respirasi dalam rentang normal (16-24 x/menit)
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya
mengeluh cepat lelah dan cepat sesak saat melakukan aktivitas, frekuensi
jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, diharapkan :
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan respirasi
6. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik
ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya tidak bisa bermain dan
beraktivitas seperti anak-anak lainnya, klien tampak lebih cepat lelah saat
melakukan aktivitas, nafsu makan menurun, klien tampak lebih mudah
marah, kontak mata tampak terbatas, diharapkan :
a. Keterampilan/perilaku sesuai usia
b. Kemampuan melakukan perawatan diri
c. Kontak mata baik
d. Respon sosial baik
7. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya tidak nafsu makan, berat
badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, otot pengunyah lemah,
membran mukosa pucat, diharapkan :
a. Berat badan ideal sesuai dengan IMT
b. Nafsu makan meningkat
c. Mampu mengunyah dengan baik
8. Ansietas berhubungan dengan hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
ditandai dengan ibu klien mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya, ibu
klien mengatakan bingung dengan kondisi anaknya, ibu klien mengatakan
sulit berkonsentrasi, ibu klien tampak gelisah dan tegang, muka tampak
pucat, tampak berkeringat, takipnea, takikardi, hipertensi, diharapkan :
a. Memverbalisasikan khawatir berkurang
b. Memverbalisasikan bingung berkurang
26
[Type text]

c. Tidak tampak perilaku tegang dan gelisah


9. Risiko cedera berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan ibu klien
mengatakan anaknya lemas, klien tampak tidak bisa melakukan aktivitas
seperti anak pada umumnya, klien tampak pucat, diharapkan:
a. Tidak ada luka/lecet
b. Tidak terjadi perdarahan

DAFTAR PUSTAKA

G.Coran, Arnold. 2012. Pediatric Surgery Edition 7. Elsevier Inc.


IMFI. 2018. Atrial Septal Defect. Diakses pada http://wilayah3.imfi.or.id/2018/ 10/24/atrial-
septal-defect/ pada tanggal 9 September 2019.
Marie Baffa, Jeanne. 2018. Atrial Septal Defect (ASD). Diakses pada
https://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/congenital-cardiovascular-
anomalies/atrial-septal-defect-asd?qt=atrial%20septal%20defect&alt=sh pada tanggal
9 September 2019.

27
[Type text]

NHLBI. 2015. Congenital Heart Defects. Diakses pada https://www.nhlbi.nih.gov/health-


topics/congenital-heart-defects pada tanggal 9 September 2019.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI.2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

28
[Type text]

29
[Type text]

Lampiran 1 ( Pathway )

Faktor
Faktor Pre Genetik
natal

Pembentukan jantung pada janin abnormal pada trisemester


pertama
Tidak ada sekat antara atrium kanan dan atrium kiri

Perubahan Ansieta
Defek atau lubang pada atrium status s

Adanya shunt / aliran darah dari Adanya shunt/ aliran darah dari
artium kiri ke kanan atrium kanan ke kiri

Volume
sekuncup turun
Darah CO2 & O2 Penurunan curah Aliran darah dari
jantung atrium kiri ke ventrikel
kiri berkurang

Penambahan beban pada Aliran darah kaya O2 dan


ventrikel kanan, arteri Kerja jantung meningkat Suplai O2 ke seluruh tubuh nutrisi ke aorta berkurang
pulmonalis, kapiler paru-
paru dan atrium kiri Kardiomegali Palpitasi Penurunan
Peningkatan Gg tumbuh
asupan
tekanan kelemahan kembang
Perfusi Hipoksia
ventrikel kanan, Deformitas
perifer tidak jaringan
arteri paru-paru Aliran pulmonal dada Nutrisi tidak
efektif
Intolera adekuat
Risiko
Bising nsi
Hiperventilasi Cedera
sistolik dan 30
Defisit
diastolik Pola napas nutrisi
Nyeri Pembentukan
Pembentukan asam
asam Metabolisme anaerob
tidak efektif Nyeri
akut laktat
laktat + 2+ ATP
2 ATP

Anda mungkin juga menyukai