Oleh:
Firyal Amyrah Delicia
N 111 17 037
Pembimbing:
dr. Julia Sari, Sp.JP, FIHA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Epidemiologi
C. Etiologi
1. Genetik
Kasus keluarga dari patent ductus arteriosus (PDA) telah dicatat,
namun penyebab genetik belum ditentukan. Pada bayi aterm dengan patent
ductus arteriosus (PDA), memiliki tingkat kekambuhan 5% pada saudara
kandung. Beberapa bukti, menunjukkan bahwa sebanyak sepertiga kasus
disebabkan oleh ciri resesif yang diberi label PDA1, terletak pada
kromosom 12, setidaknya pada beberapa populasi.4
2. Abnormalitas Kromosom
D. Patofisiologi
Duktus arteriosus normalnya patent selama kehidupan fetal, ini adalah
struktur penting dalam perkembangan janin karena berfungsi untuk aliran
darah ke seluruh organ pada struktur dan organ fetus. Pada minggu ke 6
kehidupan fetus, duktus arteriosus bertanggung jawab untuk aluran ventrikular
kanan, dan berkontribusi sebanyak 60% terhadap cardiac output selama
kehidupan fetus. Hanya sekitar 5 – 10% aliran keluar yang melewati paru –
paru.4
Terjadinya persistensi dikarenakan oleh produksi prostaglandin E2
(PGE2) secara terus - menerus pada duktus. Penutupan duktus sebelum
kelahiran dapat menyebabkan gagal jantung kanan. Antagonis prostagalndin
seperti pada ibu yang mengonsumsi penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid
(NSAID) dapat menyebabkan penutupan duktus arteriosus pada janin.4
Dengan demikian, patent ductus arteriosus (PDA) menghasilkan Left-
to-Right Shunt. Dengan kata lain, ini memungkinkan darah mengalir dari
sirkulasi sistemik ke sirkulasi pulmonal. Karena itu, aliran darah pulmonal
berlebihan, sehingga terjadi pembengkakan paru dan mengakibatkan
penurunan pulmonary compliance. Reaksi pembuluh darah paru terhadap
peningkatan aliran darah tidak dapat diprediksi.4
Gambar 1. Persistensi Duktus Arteriosus sehingga Terdapat Aliran dari Aorta ke Vena Pulmoner
E. Diagnosis
a. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pasien dengan patent ductus arteriosus bervariasi
mulai dari yang asimptomatik sampai kepada gagal jantung kongenstif
yang berat atau Sindrom Eisenmenger. Banyak pasien ditemukan dengan
murmur tanpa adanya gejala klinis dan beberapa ditemukan secara tidak
sengaja saat sedang dilakukan ekokardiografi untuk tujuan yang lain
tanpa adanya gejala klinis yang berlebihan. Beberapa pasien dapat terlihat
baik - baik saja namun memiliki toleransi terhadap olahraga belebihan
atau memiliki diagnosis penyakit pernafasan. Biarpun banyak pasien
PDA dapat berkompensasi dengan baik, bahkan dengan kondisi left to
right shunt, dan tetap dalam kondisi asimptomatik selama masa anak -
anak, kondisi overload cairan kronis dapat berujung pada kondisi gagal
jantung kongestif pada dewasa.Gejala dapat bermula dengan permulaan
atrial fibrilasi yang merupakan hasil dari pembesaran atrium kiri yang
kronis dan progressive.5
Gejala - gejala klinis yang timbul pada patent ductus arteriosus
merupakan akibat dari pergerakan darah dari kiri ke kanan (left to right
shunt) atau dari aorta ke arteri pulmonalis. Duktus tersebut akan
menyebabkan hiperperfusi vaskular paru dan menyebabkan edema paru,
yang dapat berkontribusi menyebabkan gagal nafas. Gambaran klinis
yang didapat juga dapat berupa bounding pulse, wide pulse pressure,
hipertrofi jantung, murmur, dan asidosis vaskular. Tekanan vaskular yang
rendah dapat berkontribusi kepada hipotensi dan hipoperfusi sistemik
yang dapat mempengaruhi ke berbagai organ, seperti usus, kulit, ginjal,
dan otot. Tergantung organ yang dipengaruhi hipoperfusi dapat
menyebabkan kelainan ginjal dan volume overload jantung yang dapat
berujung pada gagal jantung.6
Pasien dengan patent ductus arteriosus yang kecil secara umum
asimptomatik. Gejala yang timbul pada pasien akan dipengaruhi oleh
ukuran dari duktus arteriosus tersebut. Pasien dengan duktus yang besar
dengan arah tekanan perpindahan darah ke kiri-kanan akan berpotensi
menjadi gagal jantung kongestif yang awal dengan takikardia,
pertumbuhan yang melambat, dan infeksi berulang saluran pernafasan.
Lesi yang berukuran sedang dapat timbul dengan gejala mudah lelah,
sesak nafas, dan jantung berdebar pada remaja dan dewasa. Fibrilasi
atrium dapat terjadi sebagai akibat dari dilatasi atrium kiri. Aliran darah
yang melewati kelainan dapat berpotensi untuk terjadinya infeksi
vaskular, mirip dengan endocarditis, namun lebih tepat disebut sebagai
endarteritis.7
Pemeriksaan fisik yang ditemukan akan bervariasi. Pasien dengan
patent ductus arteriosus yang kecil tidak akan memiliki temuan fisik yang
abnormal. Temuan khas pada pemeriksaan fisik pasien patent ductus
arteriosus adalah adanya continous murmur yang terletak pada garis
sternum kiri atas dan sering disebut sebagai machinery murmur. Murmur
tersebut kadang menyebar turun ke bagian kiri sternum dan terkadang
getaran jantung dapat terlihat. Terkadang bising vaskular dapat terdengar
pada apex jantung pada pasien dengan ukuran duktus yang sedang dan
besar.5
Tabel 1.Gelaja Klinis dan Temuan Fisik PDA5,6
Continous murmur
Bounding peripheral pulse dengan wide pulse pressure
Getaran jantung pada apex
Tanda dan gejala gejala dari gagal jantung
Sesak nafas
Hipotensi vaskular
Takikardia
Kardiomegali
Hipertrofi ventrikel kiri atau kanan atau keduanya
Metabolik asidosis yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
Berat badan tubuh yang rendah
b. Gambaran Radiologis
Foto thoraks
Gambaran foto thoraks dapat terlihat normal atau dapat
terlihat kardiomegali dengan gambaran vaskular paru yang
meningkat tergantung dari ukuran duktus arteriosus. Arteri
pulmoner dapat dapat terlihat membesar, dan pada pasien tua
dengan hipertensi pulmoner dapat terlihat kalsifikasi duktus.5
Elektrokardiogram
Gambaran EKG dapat terlihat sinus takikardia atau
atrial fibrilasi, hipertrofi ventrikel kiri, dan pembesaran atrium
kiri pada pasien dengan duktus dengan ukuran sedang dan
besar. Pada pasien dengan ukuran duktus yang kecil gambaran
EKG yang ditemukan biasanya normal. Pada pasien dengan
duktus arteriosus yang besar dan peningkatan tekanan paru,
tanda tanda pembesaran atrium kanan dan hipertrofi kedua
ventrikel sering ditemukan.5
Ekokardiogram
Ekokardiogram merupakan prosedur pilihan untuk
mengkonfirmasi diagnosis dan karakter dari PDA.
Ekokardiogram berguna dalam mengklasifikasikan PDA
sebagai PDA yang kecil, sedang, maupun besar sesuai dengan
informasi klinis yang diperoleh. Ekokardiografi mode-M
digunakan untuk mengukur ukuran ruangan jantung dan
menghitung fungsi sistolik ventrikel kiri. Pada pasien dengan
duktus arteriosus yang kecil, ukuran ruang jantung akan
normal, meskipun kadang pembesaran atrium kiri dan atau
ventrikel kiri dapat ditemukan. Pada pasien dengan ukuran
duktus arteriosus sedang dan besar, pembesaran atrium kiri dan
ventrikel kiri dapat ditemukan.5
Gambaran dua dimensi dapat mendemonstrasikan
geometri dari duktus. Dopler berwarna untuk mendeteksi
keberadaan patent ductus arteriosus dan sering digunakan
untuk menentukan derajat pergerakan darah dalam duktus.
Bahkan ukuran duktus yang sangat kecil dapat dideteksi
dengan menggunakan pergerakan warna masuk ke dalam arteri
pulmonalis. Pada pasien dengan resistensi pembuluh darah
paru yang tinggi dan PDA, pergerakan kanan-kiri yang lemah,
duktus arteriosus dapat sulit untuk dilihat dengan dopler
berwarna.5
PDA dapat dikomfirmasi dari turbulensi vaskular pada
dopler di arteri pulmonalis. Ketika terdapat pergerakan dari
kiri-kanan melewati duktus arteriosus darah masuk kembali ke
arteri pulmonalis dari aorta ascending. Pergerakan ini akan
menghasilkan turbulensi pada arteri pulmonalis dan dapat
secara mudah dan akurat dideteksi menggunakan
ekokardiografi dopler. Metode ini dapat mendeteksi PDA
dengan mudah dan akurat, namun tidak dapat mendeteksi PDA
dengan pergerakan kanan-kiri karena tidak terdapat turbulensi
berarti dan tidak memberikan informasi mengenai karakter
PDA.8
Katerisasi Jantung
Katerisasi merupakan salah satu pilihan pengobatan
pada kebanyakan anak dan dewasa dengan PDA. Penilaian
vaskular komplit terhadap hemo` dinamik sebelum
penutupan melalui kateter sangat penting untuk menilai
resistensi vaskular paru dan derajat bukaan sebelum dilakukan
intervensi. Pada pasien dengan peningkatan tekanan vaskular
paru, penilaian resistensi paru dan responnya terhadap obat
vasodilator seperti oksigen, nifedipine, prostacycline,
sildefanil, dan nitric oxide, akan sangat membantu dalam
menentukan penutupan duktus.8
Angiografi menggambarkan anatomi dari duktus
arteriosus. Penilaian mendetail terhadap anatomi duktus sangat
penting sebelum penutupan transkateter dilakukan agar alat
dan ukuran alat yang digunakan tepat. 8
Gambar 13. Gambaran angiografi pada PDA menunjukkan konfigurasi duktus
segmen pendek yang muncul dari segmen sempit arteri pulmonaris ke lumen aorta
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
2) Terapi Bedah
G. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari PDA dapat berupa venous hum, fistula arteri
koroner, VSD, ASD, dan regurgitasi aorta:9
a. Venous hum merupakan fenomena yang terjadi akibat getaran darah balik
melewati vena jugularis internal yang dapat menimbulkan suara seperti
murmur pada dada atas dekar klavikula. Suara ini dapat hilang dengan
melakukan auskultasi dengan posisi supine. Pemeriksaan fisik dapat
membedakan kondisi ini dengan PDA serta apabilan dilakukan echo maka
akan didapati hasil yang normal.
b.Fistula arteri koroner merupakan hubungan yang abnormal antara arteri
koroner dengan ruang jantung ataupun pembuluh darah lain. Kondisi ini
dapat menimbulkan murmur yang kontinu namun dapat didengar pada
prekordium bawah dan dapat dibedakan dengan PDA melalui gambaran
echo.
c. VSD dan ASD dapat terlihat sama dengan PDA lewat gambaran klinis,
EKG, dan gambaran foto thorax. Namun murmur pada kedua kondisi ini
hanya dapat didengar saat sistol, dan kondisi ini dapat dibedakan dengan
PDA melalui gambaran echo.
d. Regurgitasi aorta dapat timbul dengan gejala intoleransi olahraga. Sering
terjadi pada usia tua dan biasanya tidak didapati sesak nafas. Mumur dapat
didengar dengan baik pada batas sternum bawah. Echo kembali dapat
membedakan PDA dengan kondisi ini.
H. Komplikasi
I. Prognosis
Prognosis akan baik apabila PDA hanya merupakan satu satunya masalah
pada pasien. Sehabis penutupan duktus pasien biasanya tidak mengalami
gejala gejala klinis dan tidak ada perburukan lanjutan dari jantung.12
Penutupan duktus spontan pada bayi usia diatas 3 bulan jarang terjadi.
Pada bayi usia dibawah 3 bulan, 72-75% mengalami penutupan spontan.
Sebagai tambahan, 28% anak anak dengan PDA yang diterapi dengan
ibuprofen dilaporkan penutupan terjadi 94%.12
Pada pasien dewasa, prognosis tergantung dari kondisi vaskular paru dan
status otot jantung apablia terjadi kelainan sebelum dilakukan penutupan
duktus. Pasien dengan hipertensi pulmonal yang minimal dan perubahan otot
jantung sedang minimal memiliki angka ekspektasi hidup yang normal.12
.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Asmiri
Umur : 48 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa Baliase
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 25 Januari 2018
Ruangan : Perawatan Beo Kelas I RSU Anutapura Palu
B. Anamnesis
a. Keluhan Utama: Sesak napas
b. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien MRS dengan keluhan sesak napass
sejak 3 hari yang lalu SMRS namun memberat 30 menit sebelum masuk
RS. Sesak dirasakan pada dada bagian kiri atas, namun tidak menjalar ke
bahu, ataupun tangan kiri, tidak tembus belakang, hilang timbul, dan
memberat saat beraktivitas, seperti saat lari, bekerja terlalu berat, bahkan
saat BAB, keluhan sesak sudah dirasakan sejak kecil. Keluhan lain berupa
badan terasa lemas, saat sesak pasien mengeluhkan penurunan nafsu
makan namun tidak ada penurunan BB yang bermakna, merasa sering
cepat lelah sehingga pasien hanya beraktivitas terbatas, pasien tidak
mengeluhkan adanya demam (-), sakit kepala (-), bibir berwarna biru (-),
batuk (-), sakit menelan (-), nyeri epigastrik (-), BAB lancar, memiliki
riwayat sakit saat berkemih, dan urin berwarna pekat seperti teh sejak 1
minggu yang lalu, adanya nyeri di bagian suprapubic. Riwayat menstruasi
lancar.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu: Pasien sering mengeluhkan sesak napas
sejak kecil, seperti saat berolahraga pasien sering mengeluhkan sesak dan
nyeri dada sebelah kiri, sehingga pasien tidak bisa beraktivitas dan
mengikuti pelajaran olahraga, pasien tidak pernah memeriksakan hal
tersebut karena menurutnya hal itu adalah normal.
d. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga: Tidak ada keluarga pasien yang
mengeluhkan keluhan serupa.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
SP: Sakit Sedang / Compos Mentis / Gizi Lebih
BB: 68 kg
TB: 154 cm
IMT: 28,67kg/m2
Vital sign
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 104 x/menit
Pernapasan : 28 x/menit
Suhu : 36,50C
Kepala
Wajah : Simetris bilateral, massa (-), exopthalmus (-), ptosis (-)
Deformitas : Tidak ada
Bentuk : Normocephal
Mata
Cowong : -/-
Konjungtiva : Anemis +/+
Sklera :Ikterik -/-
Pupil : Isokor diameter ±3cm /±3cm
Mulut :bibir sianosis (-), lidah kotor (-) , gigi karies (-), tonsil (T1/T1),
stomatitis (-) mukosa bucal merah mudah, bibir kering warna
merah muda
Leher
Kelenjar GB : Tidak ada pembesaran
Tiroid : Tidak ada pembesaran
JVP : Tidak ada peninggian, 5+2 cm
Massa lain : Tidak ada
Dada
Paru-paru
Inspeksi :Simetris bilateral, retraksi interkosta tidak ada
Palpasi :Ekspansi paru normal, vocal fremitus paru kanan = kiri
Perkusi :Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi :Bunyi vesikular diseluruh lapang paru, Rh -/-, Wh -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis teraba SIC VIII Linea mid clavicula sinistra
Perkusi
Batas atas :SIC III linea parasternal sinistra
Batas kanan :SIC V linea midclavicula dextra
Batas kiri :SIC IV linea midclavicula dextra
Auskultasi : BJ I/II murni reguler, continuous murmur (+)
Perut
Inspeksi : Tampak datar, tidak ada luka
Auskultasi : Peristaltik (+) dengan kesan normal
Perkusi : Timpani ke empat kuadran (+) Shifting dulness (-)
Palpasi : Nyeri tekan suprapubic (+) massa (-) hepatomegali (-)
splenomegali (-)
Anggota gerak
Atas : Akral hangat (+/+),edema (-/-)
Bawah : Akral hangat (+/+),edema(-/-)
Pemeriksaan Khusus : Turgor kulit normal
D. Resume
Pasien perempuan usia 48 tahun MRS dengan keluhan sesak napas
sejak 3 hari yang lalu dan memberat 30 menit sebelum masuk ke RS. Sesak
dirasakan pada dada bagian kiri atas, memberat saat beraktivitas, seperti saat
lari, bekerja terlalu berat, bahkan saat BAB, keluhan sesak dirasakan sejak
kecil, adanya badan terasa lemas, adanya penurunan nafsu makan, merasa
sering cepat lelah. Pada pemeriksaan fisis umum didapatkan TD 150 / 90
mmHg, nadi 104 x/menit, pernapasan 28x/menit, dan suhu axilla 36,5ºC. Pada
pemeriksaan fisis didapatkan hal bermakna berupa konjungtiva anemis +/+,
palpasi jantung ictus cordis teraba di SIC VIII linea midclavicula sinistra,
perkusi batas jantung, batas atas SIC III linea parasternal sinistra, batas kanan
SIC V linea midclavicula dextra, batas kiri SIC IV linea midclavicula dextra,
auskultasi jantung BJ I/II murni reguler, continous murmur.
E. Diagnosis Kerja
Susp. Congestif Heart Failure dan suspect Pulmoner Hypertension
F. Diagnosis Banding
VSD dan ASD
Regurgitasi Aorta
G. Anjuran pemeriksaan lanjutan
- Darah lengkap
- EKG
- Foto polos Thorax PA
- Echocardiografi
H. Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
- Istirahat yang cukup
- Melakukan aktivitas fisik ringan
Medikamentosa
- IVFD NaCl 0,9% 10 tpm
- Furosemid 40 mg ( 2 – 0 – 0)
- Spironolacton 50mg 1 x 1
- Digoxin 0,25 mg 1 x 1
- Dorner 2 x 20 mg
- Candesartan 16mg (1 – 0 – 0)
- Amlodipin 5 mg (0 – 0 – 1)
Elektrokardiografi
- LA dan LV dilatasi
- Global sistolik fungsi LV baik, EF 62%
- Normokinetik
- Disfungsi drastolik tipe relaksasi
- Fungsi sistolik RV baik
- Katup PML kaku, regurgitasi mitral mild
- PDA besar, L – R shunt, diameter 5 mm, TVG 82 mmHg
- MPAP normal
Kesimpulan:
PDA besar L – R shunt
J. Diagnosis akhir
Congestif Heart Failure ec Patent Ductus Arteriosus
Pulmoner Hypertension
K. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad funcionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : ad malam
BAB IV
PEMBAHASAN
B. Saran
PDA merupakan kasus yang muncul pada bayi prematur atau pada bayi lahir
aterm namun duktus arteriosus yang tidak menutup setelah kelahiran. Untuk
menghindari bahaya-bahaya yang terjadi, bagi calon ibu hendaknya dapat
memeriksakan diri dan bayi secara rutin, untuk menjaga kondisi bayi tetap sehat,
sedangkan untuk bayi kelahiran aterm yang menderita PDA hendaknya menjaga
kondisi tubuhnya agar tidak terjadi komplikasi ke arah yang lebih buruk. di atas,
terapi insulin hendaknya diberikan sesuai dengan protokol yang telah ditetapkan.
Selain itu, perlu dilakukan pemantauan yang memadai. Sebagai contoh, terapi
insulin intensif dengan cara infus intravena hanya dapat diberikan pada pasien
khusus serta dilakukan di ruang intensif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiati,S., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi VI. Badan
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Interna Publishing.. Jakarta; 2015.
2. Kuswiyanto, RB., dkk. Luaran Penutuap Duktus Arteriosus Persisten Transkateter
di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Vol. 48. No. 4. Departemen Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung; 2016.
3. Dice,JE., et al. Patent Ductus Arteriosus. Vol 12. No. 3. J Pediatr Pharmacol
Ther. United State of America; 2007.
4. Luke, KK., et al. Patent Ductus Arteriosus. Journal from
http://emedscape.medcine.com/
5. Moore JW & Schneider JD. Patent ductus arteriosus. AHA journal Circulation
2006;114: 1873-1882
6. Dice JE & Bhatia J. Patent ductus arteriosus: An Overview. J Pediatr Pharmacol
Ther 2007;12:141-142
7. Lily SL. Patophysiology of Heart Disease fifth edition. North America: Lippincott
Williams & Wilkins, November 2010
8. Evans N, Malcolm G, Osborn D, et al. Diagnosis of Patent ductus arteriosus in
Preterm Infants. NeoReviews 2004:5:86-93
9. BMJ best practice website. http://bestpractice.bmj.com/best-
practice/monograph/766/diagnosis/differential.
10. Incidental Discovery of a Patent ductus arteriosus in Adult. Available from :
http;//www.jabfm.org/content/22/2/214.full
11. Park, KM. Pediatric Cardiology for Practiotioners. Texas: Mosby, 1934.
12. Dice, JE., & Bhatia, J. Patent ductus arteriosus: An Overview. J Pediatr
Pharmacol Ther 2007;12:141-142