Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


TRAUMA AORTA

Dosen Pengampu Ns. Sova Evie S. Kep, M. Kep

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3 :

Zahra safitri

Ririn B.DJ yontong

Hermila

Afifah aulia dewi

Dean Alfredo sinadia

Cindy magama

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN TOLITOLI
2021/2022

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya ciptaannya.
Disini penulis sangat bersyukur bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“meningitis”

Dalam makalah ini penulis mencoba untuk menjelaskan tentang konsep teori dan asuhan
keperawatan meningitis penulis mengucapkan terima kasih kepada semuapihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua ini
kelompok kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis mohon maaf jika terdapat tulisan ataupun kata-kata yag salah. Enulis juga
mengharapkan saran dan kritik dari makalah ini.

Tolitoi, 22 februari 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................ii

BAB I .............................................................................................................................1

1.1 latar belakang..........................................................................................................1

1.2 tujuan penulisan .....................................................................................................1

1.3 manfaat penulisan ..................................................................................................2

BAB II ............................................................................................................................3

2.1 Pengertian meningitis ...........................................................................................3

2.2 Anatomi dan fisiologi............................................................................................3

2.3 Patofisiologi..........................................................................................................5

2.4 Etiologi.................................................................................................................6

2.5 Tanda dan gejala...................................................................................................7

2.6 Pencegahan...........................................................................................................7

2.7 Komplikasi ..........................................................................................................7

2.8 Asuhan keperawatan ............................................................................................8

BAB III ..........................................................................................................................17

3.1 kesimpulan..............................................................................................................17

3.2 saran .......................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................18

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Mayoritas orang yang menderita ruptur aorta meninggal di tempat trauma.


Untuk beberapa orang yang tiba di unit gawat darurat, pendekatan
interprofesional untuk diagnosis dan pengobatan dapat menyelamatkan nyawa.
Pasien yang menderita cedera tumpul di dada harus dicurigai mengalami cedera
aorta dan pemeriksaan pencitraan segera harus dilakukan. Setelah diagnosis
dibuat, kuncinya adalah menurunkan tekanan darah dan berkonsultasi dengan ahli
bedah jantung dan/atau ahli jantung intervensi. Penempatan stent dapat
menyelamatkan nyawa dan menghindari morbiditas operasi terbuka. Prospek
untuk pasien yang tidak diobati adalah suram karena potensi ruptur penuh selalu
ada; dan begitu itu terjadi, pasien tidak dapat diselamatkan. Bagi yang menjalani
pengobatan, prognosisnya baik. Namun, paraplegia masih merupakan komplikasi
yang ditakuti saat memperbaiki ruptur aorta.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan trauma aorta ?

2. Apa Patofisiologi dari trauma aorta ?

3. Apa Etiologi trauma aorta ?

4. Bagaimana Tanda dan gejala trauma aorta?

5. Bagaimana Pencegahan trauma aorta?

6. Apa saja Komplikasi trauma aorta?

7. Bagaimana konsep Asuhan keperawatan pada pasien trauma aorta?

1.3 Manfaat penulisan


1. Mengetahui definisi trauma aorta ?

2. Mengetahui Patofisiologi dari trauma aorta ?

3. Mengetahui Etiologi trauma aorta ?

4. Mengetahui Tanda dan gejala trauma aorta?

5. Mengetahui Pencegahan trauma aorta?

1
6. Mengetahui Komplikasi trauma aorta?

7. Mengetahui konsep Asuhan keperawatan pada pasien trauma aorta?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Rupture aorta adalah satu kondisi medis fatal berupa pecahnya pembuluh
darah aorta akubat adanya tekanan aneurisma aorta abdonalis dan aneurisme
aorta torakalis, atau tekanan dari luar akibat trauma benda tumpultau trauma
penetrasi. Kondisi ini akan menimbulkan syok akibat perdarahan hingga
mengakibatkan kematian.
Ruptur aorta traumatis, juga disebut gangguan atau transeksi aorta
traumatis, adalah suatu kondisi di mana aorta , arteri terbesar di tubuh, robek
atau pecah akibat trauma pada tubuh. Kondisi ini sering berakibat fatal karena
pendarahan hebat yang dihasilkan dari ruptur. Karena aorta bercabang
langsung dari jantung untuk memasok darah ke seluruh tubuh, tekanan di
dalamnya sangat besar, dan darah dapat dipompa keluar dari robekan di
pembuluh darah dengan sangat cepat. Ini dapat dengan cepat mengakibatkan
syok dan kematian. Jadi ruptur aorta traumatis adalah pembunuh umum dalam
kecelakaan otomotifdan trauma lainnya, dengan hingga 18% kematian yang
terjadi pada tabrakan mobil terkait dengan cedera.Faktanya, gangguan aorta
akibat trauma tumpul dada merupakan penyebab kematian kedua akibat
cedera setelah cedera otak traumatis .
2.2 Fatofisiologi
Aorta tidak selalu robek seluruhnya; mungkin juga merobek beberapa
tetapi tidak semua lapisan dinding arteri, kadang-kadang membentuk
aneurisma palsu .Sebuah perdarahan sub- intimal adalah jenis yang paling
serius.
Sejauh ini tempat robekan yang paling umum pada ruptur aorta traumatis
adalah aorta desendens proksimal, dekat tempat cabang arteri subklavia kiri
dari aorta. Penambatan aorta oleh ligamentum arteriosum membuat tempat
tersebut rentan terhadap gaya geser selama deselerasi mendadak.
Sebuah penelitian pada orang yang meninggal setelah ruptur aorta
traumatis menemukan bahwa pada 55-65% kasus kerusakan terjadi pada
isthmus aorta dan pada 10-14% kerusakan pada aorta asendens atau arkus
aorta . Angiogram akan sering menunjukkan outpouching tidak teratur di luar
lepas landas dari arteri subklavia kiri di tanah genting aorta, mewakili

3
pseudoaneurisma aorta yang disebabkan oleh trauma. Kerusakan juga bisa
terjadi di bagian bawah aorta toraks atau perut.
2.3 Etiologi
Cedera biasanya disebabkan oleh benturan kecepatan tinggi seperti yang
terjadi pada tabrakan kendaraan dan jatuh yang serius. Ini mungkin
disebabkan oleh perbedaan kecepatan deselerasi jantung dan aorta, yang
berada dalam posisi tetap dan juga pecahnya aneurisme aorta.
2.4 Tanda dan gejala
Gejalanya seringkali tidak dapat diandalkan, tetapi termasuk nyeri dada,
perut yang parah; batuk; dispnea (sesak napas); disfagia (kesulitan menelan);
sakit punggung; dan suara serak. Tekanan darah biasanya tinggi di tubuh
bagian atas, tetapi rendah di tubuh bagian bawah. Mediastinum yang melebar
dan hemotoraks kiri yang masif sering ditemukan pada rontgen. Mungkin ada
memar pada dinding dada anterior, dan murmur sistolik dapat terdengar di
bagian bawah jantung.
2.5 Pencegahan
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena
rupture aorta adalah dengan:
1. Tidak merokok
2. Makan-makanan yang sehat
3. Rutin berolahraga
4. Mempertahankan berat badan yang normal
5. Tidak mengonsumsi alkohol
6. Segera melakukan pengobatan apabila mengidap darah tinggi atau
hipertensi
2.6 Komplikasi
Komplikasi utama yang dapat diderita oleh penderita trauma aorta adalah
robek atau pecahnya dinding aorta. Gejala pecahnya dinding aorta meliputi:
1. Anemia
2. Syok

4
2.7 Asuhan keperawatan trauma aorta
1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas
1) Identitas pasien terdiri dari nam, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
2) Identitas penanggung jawab terdiri dari nama, hubungan dengan klien,
pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Klien biasanya masuk dengan keluhan nyeri pada dada, batuk, sesak
nafas, sakit pada punggung.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji adanya riwayat trauma aorta akibat kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
olahraga, kecelakaan industri, jatuh dari pohon atau bangunan, luka tusuk,
luka tembak, trauma karena tali pengaman (fraktur chance), dan kejatuhan
benda keras.
c. Pemeriksaan fisik
a. System pernafasan
Pada pasien trauma aorta biasanya terjadi sesak nafas (dispnea)
b. System kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan trauma aorta atau rupture aorta memiliki
tekanan darah lebih tinggi ( hipertensi ), periksa adanya perdarahan.
c. System musculoskeletal
Biasanya pasien mengeluh nyeri

d. Data penunjang
1) Pemeriksaaan angiografi aorta
Angiografi adalah prosedur pemeriksaan dengan bantuan foto
Rontgen untuk melihat kondisi pembuluh darah arteri dan
vena. Angiografi membantu dokter untuk menentukan gangguan dan
tingkat kerusakan pembuluh darah.
2) Ekokardiogram transesofageal
Disebut juga TEE (transesophageal echocardiography) dilakukan
pada penderita yang diduga ada kebocoran sekat atau penyekat

5
jantung bawaan lainnya, kelainan katup jantung, dan bila diduga ada
gumpalan darah dalam ruang jantung.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik(trauma) PPNI(SDKI HAL172)

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnose Tujuan dan


No Intervensi Rasional
keperawatan Kriteria hasil
1 Nyeri akut Setelah Observasi Observasi
berhubungan dilakukan 1. identifikasi lokasi, 1. Untuk
dengan Agen tindakan asuhan karakteristik, mengetahui lokasi,
pencedera keperawatan durasi,frekuensi, Kualitas, karakteristik, durasi,
fisik(trauma) selama 3x24 jam intensitas nyeri frekuensi, kualitas,
PPNI(SDKI di harapkan 2. identifikasi skala intensita nyeri
HAL172) nyeri klien nyeri 2. Untuk
menurun dengan 3. identifikasi actor mengetahui skala nyeri
actor a hasil : yang memperberat dan 3. Untuk
memperingan nyeri mengetahui actor yang
1. Nampak rileks memperberat dan
Terapeutik memperingan nyeri
2. klien merasa 1. Berikan teknik
nyaman nonfarmakologis untuk Terapeutik
mengurangi rasa nyeri 1. Untuk
manajemen nyeri 2. Fasilitasi istirahat membuat klien merasa
dan tidur nyaman
2. Agar
Edukasi membantu dalam
1. Jelaskan penyebab, memenuhi kebutuhan
perioda, dan pemicu nyeri istirahat
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri Edukasi

6
3. Anjurkan teknik 1. Untuk
nonfarmakologis untuk mengetahui
mengurangi rasa nyeri. penyebab,perioda, dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
2. Agar klien
1. Kolaborasi mengetahui strategi
pemberian analgetik meredakan nyeri
Manajemen Nyeri 3. agar klien
merasa lebih enakan

Kolaborasi
1. Agar dapat
mengurangi rasa nyeri
2

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Trauma aorta adalah suatu keadaan dilatasi local permanen dan ireversibel dari
pembuluh darah,dilatasi ini minimal 50% dari diameter normal.insidenaneurisma
aorta abdominal menunjukkan peningkatan terutama pada usia tua.Aneurisma
dapat terjadi akibat kelainan congenital .Penyebab pasti penyakit ini belum
diketahui,serta beberapa factor resiko untuk terjadinya aneurisma aorta meliputi
tekanan darah yang tinggi,kadar kolesterol yang tinggi,diabetes ,perokok dan
alcohol

Pada aneurisma yang letaknya perifer,diagnosis klinis biasanya tidak


sulit.aneurisma sental yang letaknya dalam rongga tubuh yang besar seperti
rongga thoraks atau ongga abdomen sangat sulit didiagnosis .tidak jarang
penderita datang dengan satu komplikasi aneurisma,biasanya berupa
rupture.Pemeriksaan penunjang ultrasonografi dapat memberikan diagnosis
pasti.pada umumnya pasien dengan aneurisa aorta yang lebih besar dari 5 cm
mempunyai kemungkinan tiga kali lebihbesar untuk meninggal sebagai
konsekuensi dari rupture pembuluh darah dibandingkan dari aneurisma yang
besarnya kurang dari 5cm

3.2 Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di


atas masih banyak keslahan serta jauh dari kata sempurna.

Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah


dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber yang bisa membangun
para pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ichal. Muhammad 2012. Rupture aorta

PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi 1. Cetakan


III.Jakarta

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi I. Cetakan


II. Jakarta

PPNI. 2018. Standar luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi I. Cetakan II.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai