Anda di halaman 1dari 25

Assesment / Pengkajian :

A. Pengkajian
1. Data pasien
Nama :
Umur :
Alamat :
Agama :
Pekerjaan :
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu
Assesment / Pengkajian :

3. Pemeriksaan Umum
a. Aktivitas / istirahat :
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise
b. Sirkulasi :
Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.
c. Integritas ego :
Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah,
menangis.
d. Eliminasi :
Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal,
absesrektal.
Assesment / Pengkajian :

3. Pemeriksaan Umum
e. Makanan / cairan :
Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi /
gusi yang buruk, dan edema.
f. Neurosensori :
Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon
melambat.
g. Nyeri / kenyamanan :
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan rentang
gerak, dan gerak otot melindungi pada bagian yang sakit.
h. Pernafasan :
Batuk, Produktif / non produktif, takipnea, distres pernafasan.
Pemeriksaan Biologis, Psikologis, Sosial, Kultural, Dan Spiritual :

A. Respon Biologis ( Imunnitas )

 Virus HIV yang telah berhasil masuk dalam tubuh pasien, juga menginfeksi berbagai
macam sel, terutama monosit, makrofag, sel-sel mikroglia di otak, sel –
sel hobfour plasenta, sel-sel dendrit pada kelenjar limfe, sel- sel epitel pada usus, dan sel
langerhans di kulit. Efek dari infeksi pada sel mikroglia di otak adalah encepalopati dan
pada sel epitel usus adalah diare yang kronis (Stewart, 1997). Gejala-gejala klinis yang
ditimbulkan akibat infeksi tersebut biasanya baru disadari pasien

 Setelah beberapa waktu lamanya tidak mengalami kesembuhan. Pasien yang terinfeski
virus HIV dapat tidak memperlihatkan tanda dan gejala selama bertahun tahun.
Sepanjang perjalanan penyakit tersebut sel CD4+ mengalami penurunan jumlahnya dari
1000/ul sebelum terinfeksi menjadi sekitar 200 – 300/ul setelah terinfeksi 2 – 10 tahun
(Stewart, 1997).
Kegagalan / gangguan Imunnitas di kategorikan 3 :
1. Immunodefisiensi
Immunodefisiensi terjadi ketika satu atau lebih komponen sistem daya tahan tubuh tidak aktif.
a. Di negara maju, obesitas, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang menjadi penyebab utama dari
memburuknya fungsi daya tahan tubuh. Sebaliknya, malnutrisi adalah penyebab paling umum dari immunodefisiensi di
negara berkembang.
b. Diet kurang protein menyebabkan terganggunya sel-sel daya tahan tubuh, aktivitas komplemen, fungsi phagosit,
konsentrasi antibodi iga dan produksi cytokin.
c. Kekurangan salah satu nutrisi seperti zat besi, tembaga, selenium, vitamin A,C,E dan B6 dan asam folic (vit B9) juga
mengurangi respon daya tahan tubuh
d. Hilangnya thymus pada usia dini melalui mutasi genetik atau operasi penghilangan berakibat immunodefisiensi parah dan
tingginya kemungkinan terkena infeksi.
e. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah penyakit yang disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency
Virus). Ini merupakan penyakit problematik bagi sistem daya tahan tubuh karena virus sebenarnya menyerang sel sistem
daya tahan tubuh. Secara khusus, ia bereproduksi dalam sel T Helper dan membunuhnya dalam proses. Tanpa sel T
Helper yang mengatur segala hal, sistem daya tahan tubuh pada akhirnya akan runtuh dan korban meninggal akibat
infeksi lain yang seharusnya dapat diatasi oleh sistem daya tahan tubuh.
Kegagalan / gangguan Imunnitas di kategorikan 3 :

2. Autoimunitas
Terkadang sistem daya tahan tubuh membuat kesalahan. Respon daya tahan tubuh yang
overaktif merupakan disfungsi daya tahan tubuh, disebut gangguan autoimun. Di sini,
sistem daya tahan tubuh gagal dalam membedakan secara tepat antara self dan non-
self, dan menyerang bagian tubuh. Sistem daya tahan tubuh dengan beberapa alasan
menyerang tubuh sendiri dengan cara yang sama ia biasanya menyerang kuman.
Dua penyakit umum yang disebabkan oleh gangguan autoimun: Juvenile-onset
diabetes, yang terjadi karena sistem daya tahan tubuh menyerang dan mengeliminasi
sel-sel pankreas yang memproduksi insulin; Rheumatoid Arthritis terjadi karena sistem
daya tahan tubuh menyerang jaringan di dalam sendi.
Kegagalan / gangguan Imunnitas di kategorikan 3 :
3. Hipersensitivitas
Alergi adalah bentuk lain dari kesalahan sistem daya tahan tubuh. Dalam beberapa hal, pada orang yang memiliki
alergi, sistem imun bereaksi secara kuat terhadap pemicu alergi yang seharusnya diacuhkan. Pemicu alergi bisa
merupakan makanan tertentu, serbuk tertentu atau bulu binatang tertentu.

Mengatasi Gangguan/Kesalahan Sistem Daya Tahan Manusia dengan Transfer Factor


Transfer factor adalah rantai keci dari asam amino dan sedikit RNA yang membawa informasi penting dari sel sistem daya
tahan tubuh ke sel sistem daya tahan tubuh yang lain.
Transfer factor bukanlah obat-obatan akan tetapi nutrisi yang memperbanyak aktivitas sistem imun sehingga sistem daya
tahan tubuh dapat menyerang penyakit, membantu sistem imun daya tahan tubuh mengurus dirinya sendiri. Transfer
factor menyeimbangkan fungsi sistem imun dan mengatur respon autoimun. Ini berarti transfer factor membantu sistem
imun kita untuk menyerang penggangu asing dengan memberinya kode untuk mengenali dan memanggil kembali pasukan
ketika pekerjaan telah selesai.
Selain membantu pasien mengalahkan penyakit yang sudah mereka miliki, transfer factor dapat digunakan dengan cara
yang menyerupai vaksin tradisional, melindungi manusia dari penyakit sebelum mereka terkena penyakit tersebut.
Pemeriksaan Biologis, Psikologis, Sosial, Kultural, Dan Spiritual :

B. Reaksi Psikologis

Reaksi proses psikologis hal-hal yang biasa di jumpai adalah :

1. Shock (kaget, goncangan batin) Merasa bersalah, marah, tidak berdaya Rasa takut,
hilang akal, frustrasi, rasa sedih, susah, acting out
2. Mengucilkan diri, Merasa cacat dan tidak berguna, menutup diri,Khawatir menginfeksi
orang lain, murung
3. Membuka status secara terbatas, Ingin tahu reaksi orang lain,pengalihan stres,
ingin dicintai Penolakan, stres, konfrontasi
4. Mencari orang lain yang HIV positif Berbagi rasa, pengenalan,kepercayaan,
penguatan, dukungan sosial Ketergantungan, campurtangan, tidak percaya
pada pemegang rahasia dirinya
5.
Pemeriksaan Biologis, Psikologis, Sosial, Kultural, Dan Spiritual :

B. Reaksi Psikologis

Reaksi proses psikologis hal-hal yang biasa di jumpai adalah :

5. Status khusus Perubahan keterasingan menjadi manfaat khusus,perbedaan menjadi hal


yang istmewa, dibutuhkan oleh yang lainnyaKetergantungan, dikotomi kita dan mereka
(sema orang dilihat sebagai terinfeksi HIV dan direspon seperti itu), over identification
6. Perilaku mementingkan orang lain Komitmen dan kesatuan kelompok, kepuasan memberi
dan berbagi, perasaan sebagi kelompok Pemadaman, reaksi dan kompensasi yang
berlebihan
7.Penerimaan Integrasi status positif HIV dengan identitas diri,keseimbangan
antara kepentingan orang lain dengan diri sendiri, bisa menyebutkan
kondisi seseorang Apatis, sulit berubah.
Pemeriksaan Biologis, Psikologis, Sosial, Kultural, Dan Spiritual :

B. Reaksi Psikologis
Respons Psikologis (penerimaan diri) terhadap Penyakit Kubler „Ross (1974) menguraikan lima tahap reaksi
emosi seseorang terhadap penyakit, yaitu :

1. Pengingkaran (denial)
Pada tahap pertama pasien menunjukkan karakteristik perilaku pengingkaran, mereka gagal memahami dan
mengalami makna rasional dan dampak emosional dari diagnosa. Pengingkaran ini dapat disebabkan karena
ketidaktahuan pasien terhadap sakitnya atau sudah mengetahuinya dan mengancam dirinya. Pengingkaran dapat
dinilai dari ucapan pasien “saya di sini istirahat.” Pengingkaran dapat berlalu sesuai dengan kemungkinan
memproyeksikan pada apa yang diterima sebagai alat yang berfungsi sakit, kesalahan laporan laboratorium,
atau lebih mungkin perkiraan dokter dan perawat yang tidak kompeten.
Pengingkaran diri yang mencolok tampak menimbulkan kecemasan, pengingkaran ini merupakan buffer untuk
menerima kenyataan yang sebenarnya. Pengingkaran biasanya bersifat sementara dan segera berubah menjadi
fase lain dalam menghadapi kenyataan (Achir Yani, 1999).
Pemeriksaan Biologis, Psikologis, Sosial, Kultural, Dan Spiritual :

B. Reaksi Psikologis
Respons Psikologis (penerimaan diri) terhadap Penyakit Kubler „Ross (1974)
menguraikan lima tahap reaksi emosi seseorang terhadap penyakit, yaitu :

2. Kemarahan (anger)
Apabila pengingkaran tidak dapat dipertahankan lagi, maka fase pertama berubah menjadi
kemarahan. Perilaku pasien secara karakteristik dihubungkan dengan marah dan rasa
bersalah. Pasien akan mengalihkan kemarahan pada segala sesuatu yang ada
disekitarnya. Biasanya kemarahan diarahkan pada dirinya sendiri dan timbul penyesalan.
Yang menjadi sasaran utama atas kemarahan adalah perawat, semua tindakan
perawat serba salah, pasien banyak menuntut, cerewet, cemberut, tidak bersahabat,
kasar, menantang, tidak mau bekerja sama, sangat marah, mudah tersinggung,
minta banyak perhatian dan iri hati. Jika keluarga mengunjungi maka menunjukkan
sikap menolak, yang mengakibatkan keluarga segan untuk datang, hal ini akan
menyebabkan bentuk keagresipan (Hudak & Gallo, 1996).
Pemeriksaan Biologis, Psikologis, Sosial, Kultural, Dan Spiritual :

B. Reaksi Psikologis
Respons Psikologis (penerimaan diri) terhadap Penyakit Kubler „Ross
(1974) menguraikan lima tahap reaksi emosi seseorang terhadap
penyakit, yaitu :

3. Sikap tawar menawar (bargaining) Setelah marah-marah berlalu,


pasien akan berfikir dan merasakan bahwa protesnya tidak ada artinya.
Mulai timbul rasa bersalahnya dan mulai membina hubungan dengan
Tuhan, meminta dan berjanji merupakan ciri yang jelas yaitu pasien
menyanggupi akan menjadi lebih baik bila terjadi sesuatu yang
menimpanya atau berjanji lain jika dia dapat sembuh (Achir Yani, 1999).
Pemeriksaan Biologis, Psikologis, Sosial, Kultural, Dan Spiritual :

B. Reaksi Psikologis
Respons Psikologis (penerimaan diri) terhadap Penyakit Kubler „Ross (1974)
menguraikan lima tahap reaksi emosi seseorang terhadap penyakit, yaitu :

4. Depresi Selama fase ini pasien sedih/ berkabung mengesampingkan marah dan
pertahanannya serta mulai mengatasi kehilangan secara konstruktif. Pasien mencoba
perilaku baru yang konsisten dengan keterbatasan baru. Tingkat emosional adalah
kesedihan, tidak berdaya, tidak ada harapan, bersalah, penyesalan yang dalam,
kesepian dan waktu untuk menangis berguna pada saat ini. Perilaku fase ini termasuk
mengatakan ketakutan akan masa depan, bertanya peran baru dalam keluarga intensitas
depresi tergantung pada makna dan beratnya penyakit (Netty, 1999).
Pemeriksaan Biologis, Psikologis, Sosial, Kultural, Dan Spiritual :

B. Reaksi Psikologis
Respons Psikologis (penerimaan diri) terhadap Penyakit Kubler „Ross (1974) menguraikan lima
tahap reaksi emosi seseorang terhadap penyakit, yaitu :

5. Penerimaan dan partisipasi Sesuai dengan berlalunya waktu dan pasien beradapatasi,
kepedihan dari kesabatan yang menyakitkan berkurang dan bergerak menuju identifikasi
sebagai seseorang yang keterbatasan karena penyakitnya dan sebagai seorang cacat.
Pasien mampu bergantung pada orang lain jika perlu dan tidak membutuhkan dorongan
melebihi daya tahannya atau terlalu memaksakan keterbatasan atau ketidakadekuatan
(Hudak & Gallo, 1996).
Proses ingatan jangka panjang yang terjadi pada keadaan stres yang kronis akan
menimbulkan perubahan adaptasi dari jaringan atau sel. Adaptasi dari jaringan atau sel
imun yang memiliki hormon kortisol dapat terbentuk bila dalam waktu lain menderita stres,
dalam teori adaptasi dari Roy dikenal dengan mekanisme regulator.
Pemeriksaan Biologis, Psikologis, Sosial, Kultural, Dan Spiritual :

C. Sosial

Interaksi social
1. Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang terdekat, teman, pendukung, rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan
pendapatan. Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan yang
meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap
mandiri, tidak mampu membuat rencana.
2. Tanda : perubahan pada interaksi keluarga/ orang terdekat, aktivitas yang
tak terorganisasi.
Pemeriksaan Biologis, Psikologis, Sosial, Kultural, Dan Spiritual :

d. Spiritual

Respon adaptif spiritual


Respons Adaptif Spiritual dikembangkan dari konsep Ronaldson (2000) dan
Kauman & Nipan (2003). Respons adaptif Spiritual, meliputi:
1. Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan
Harapan merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan
sosial. Orang bijak mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat
orang putus asa dan bunuh diri”. Perawat harus meyakinkan kepada
pasien bahwa sekecil apapun kesembuhan, misalnya akan memberikan
ketenangan dan keyakinan pasien untuk berobat.
Pemeriksaan Biologis, Psikologis, Sosial, Kultural, Dan Spiritual :

d. Spiritual

Respon adaptif spiritual


Respons Adaptif Spiritual dikembangkan dari konsep Ronaldson (2000) dan
Kauman & Nipan (2003). Respons adaptif Spiritual, meliputi:

2. Pandai mengambil hikmah


Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada pasien
untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya. Dibalik semua
cobaan yang dialami pasien, pasti ada maksud dari Sang Pencipta. Pasien harus
difasilitasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan jalan melakukan
ibadah secara terus menerus. Sehingga pasien diharapkan memperoleh suatu
ketenangan selama sakit.
Pemeriksaan Biologis, Psikologis, Sosial, Kultural, Dan Spiritual :

d. Spiritual

Respon adaptif spiritual


Respons Adaptif Spiritual dikembangkan dari konsep Ronaldson (2000) dan Kauman & Nipan (2003).
Respons adaptif Spiritual, meliputi:

3. Ketabahan Hati
 Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati dalam menghadapi
cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang kuat, akan tabah dalam menghadapi setiap
cobaan. Individu tersebut biasanya mempunyai keteguhan hati dalam menentukan
kehidupannya.
 Ketabahan hati sangat dianjurkan kepada PHIV. Perawat dapat menguatkan diri pasien dengan
memberikan contoh nyata dan atau mengutip kitab suci atau pendapat orang bijak; bahwa
Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada umatNYA, melebihi kemampuannya (Al. Baqarah,
286). Pasien harus diyakinkan bahwa semua cobaan yang diberikan pasti mengandung hikmah,
yang sangat penting dalam kehidupannya
Pemeriksaan Biologis, Psikologis, Sosial, Kultural, Dan Spiritual :

e. Kultural

 Faktor budaya berkaitan juga dengan fenomena yang muncul dewasa ini dimana banyak ibu
rumah tangga yang “baik-baik” tertular virus HIV /AIDS dari suaminya yang sering
melakukan hubungan seksual selain dengan istrinya. Hal ini disebabkan oleh budaya
permisif yang sangat berat dan perempuan tidak berdaya serta tidak mempunyai bargaining
position (posisi rebut tawar) terhadap suaminya serta sebagian besar perempuan tidak
memiliki pengetahuan akan bahaya yang mengancamnya.
 Kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah HIV /AIDS
Selama ini adalah melaksanakan bimbingan sosial pencegahan HIV /AIDS, pemberian
konseling dan pelayanan sosial bagi penderita HIV /AIDS yang tidak mampu. Selain itu
adanya pemberian pelayanan kesehatan sebagai langkah antisipatif agar kematian dapat
dihindari, harapan hidup dapat ditingkatkan dan penderita HIV /AIDS dapat berperan sosial
dengan baik dalam kehidupanya
Diagnosa Keperawatan & Intervensi :
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
01 Nyeri Akut (00132) NOC NIC
Kontrol Nyeri (1605) 1. Pemberian analgesik ( 2210)
2. Manajemen Lingkungan: Kenyamanan
(6485)
3. Manajemen Nyeri (1400)
4. Memonitor Tanda-tanda Vital (6680)

02 Resiko Infeksi (00004) NOC NIC


o Kontrol Resiko : proses 1. Kontrol Infeksi (6540)
infeksi (1902) 2. Perlindungan infeksi (6550)
o Status Imunitas (0702)
Diagnosa Keperawatan & Intervensi :
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
03 Ketidakseimbangan NOC NIC
Nutrisi : Kurang dari o Status nutrisi (1004) 1. Terapi Nutrisi (1120)
Kebutuhan Tubuh (00002) o Status Nutrisi : Asupan 2. Monitor nutrisi (1160 )
nutrisi (1009)

04 Diare (00013) NOC NIC


o Hidrasi (0602) 1. Manajemen Diare (0460)
o Fungsi Gastrointestinal 2. Manajemen Saluran Cerna (0430)
3. Monitor cairan (413)
Diagnosa Keperawatan & Intervensi :
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
05 Ketidakefektifan perfusi NOC NIC
jaringan perifer (00204) o Perfusi jaringan : Perifer 1. Manajemen syok : Volume ( 4258)
(0407) 2. Monitor Tanda tanda vital (6680)
o Tanda-tanda Vital (0802) 3. Manajemen Elektrolit dan cairan (2080)

06 Resiko kerusakan NOC NIC


integritas kulit Integritas jaringan : kulit & 1. Pengecekan kulit (3590)
(00047) membran mukosa (1101) 2. Perawatan kulit: Pengobatan topikal
(3584)
Pencegahan HIV AIDS

Primer
• Peningkatan Kesehatan : Pendidikan Kesehatan
• Perlindungan Khusus : Kondom, Harm Reduction pada
pengguna NAPZA, dll

Sekunder • Intervensi tepat utk mengurangi komplikasi pada ODHA


---Infeksi Opportunistik

• Rehabilitasi --- ODHA mengalami ketidakmampuan

Tersier permanen; misal Kriptokokosis (infeksi disebabkan jamur


kriptokokus bisa mengenai bbrp organ & system saraf ) ---
kelemahan ekstremitas, kesadaran menurun

Anda mungkin juga menyukai