Anda di halaman 1dari 12

RESPON IMUNITAS YANG RENDAH PADA TUBUH

MANUSIA USIA LANJUT

MAKALAH

oleh

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Populasi penduduk usia lanjut (usila) di dunia terusmeningkat tanpa
disadari. Sementara itu dalam dua dekade terakhir ini terdapat peningkatan
populasi penduduk usia lanjut (usila) di Indonesia. Proporsi penduduk usila di atas
65 tahun meningkat dari 1,1% menjadi 6,3% dari total populasi.Fenomena
terjadinya peningkatan itu disebabkan oleh perbaikan status kesehatan akibat
kemajuan teknologi danpenelitian-penelitian kedokteran, transisi epidemiologi
dari penyakit infeksi menuju penyakit degeneratif, perbaikan status gizi yang
ditandai peningkatan kasus obesitas usila daripada underweight, peningkatan Usia
Harapan Hidup (UHH) dari 45 tahun di awal tahun 1950 ke arah 65 tahun pada
saat ini, pergeseran gayahidup dari urban rural lifestyle ke arah sedentary urban
lifestyle, dan peningkatan income per kapita sebelumkrisis moneter melanda
Indonesia.
Kerentanan orang tua terhadap penyakit disebabkan oleh menurunnya
fungsi sistem imun tubuh. Untuk memahami terjadinya perubahan respons
imunitas tubuh pada orang tua dibutuhkan suatu kajian mendalam tentang sistem
imun yaitu salah satu sistem tubuh yang dipengaruhi oleh proses penuaan
(aging).Ilmu yang mempelajari sistem imun pada kelompok lansia (elderly)
disebut Immuno-gerontologi. Ilmu ini sebenarnya relatif baru dan memiliki
banyak temuan temuan baru di dalamnya.
Dengan adanya jurnal tersebut, kami mencoba untuk menghubungkan antara
jurnal dengan teori yang ada dan menganalisisnya yang akan dirangkum
dalammakalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh aging terhadap perubahan sistem imun kita?
2. Bagaimana peningkatan respon sistem imun?
3. Bagaimana depresi / stres dan rasa marah mempengaruhi sistem imun?
4. Bagaimana upaya pemeliharaan kesehatan lansia terhadap sistem imunitas
tubuh?
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengaruh aging terhadap perubahan sistem imun kita.
2. Untuk mengetahui peningkatan respon sistem imun.
3. Untuk mengetahui depresi / stres dan rasa marah mempengaruhi sistem
imun.
4. Untuk mengetahui upaya pemeliharaan kesehatan lansia terhadap sistem
imunitas tubuh.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengaruh Aging terhadap Perubahan Sistem Imun Tubuh


Sistem imunitas tubuh memiliki fungsi yaitu membantu perbaikan DNA
manusia; mencegah infeksi yangdisebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan
organisme lain; serta menghasilkan antibodi (sejenis protein yang disebut
imunoglobulin) untuk memerangi serangan bakteri dan virus asing ke dalam
tubuh. Tugas sistem imun adalah mencari dan merusak invader (penyerbu)yang
membahayakan tubuh manusia. Kemampuan imunitas tubuh melawan infeksi
menurun termasuk kecepatan respons imun dengan peningkatan usia. Di samping
itu, produksi imunoglobulin yang dihasilkan oleh tubuh orang tua juga berkurang
jumlahnya sehingga vaksinasi yang diberikan pada kelompok lansia kurang
efektif melawan penyakit.
Salah satu perubahan besar yang terjadi seiring pertambahan usia adalah
proses thymic involution 3. Thymus yang terletak di atas jantung di belakang
tulang dada adalah organ tempat sel T menjadi matang. Sel T sangat penting
sebagai limfosit untuk membunuh bakteri dan membantu tipe se lain dalam sistem
imun.Seiring perjalanan usia, maka banyak sel T atau limfosit T kehilangan fungsi
dan kemampuannya melawan penyakit.Jika hal ini terjadi, maka dapat mengarah
pada penyakit autoimun yaitu sistem imun tidak dapat mengidentifikasi dan
melawan kanker atau sel-sel jahat. Inilah alasan mengapa resiko penyakit kanker
meningkat sejalan dengan usia.
Kelompok lansia kurang mampu menghasilkan limfosit untuk sistem
imun.Di samping itu, kelompok dewasa tua khususnya berusia di atas 70 tahun
cenderung menghasilkan autoantibodi yaitu antibodi yang melawan antigennya
sendiri dan mengarah pada penyakit autoimmune. Autoantibodi adalah faktor
penyebab rheumatoidarthritis dan atherosklerosis. Hilangnya efektivitas sistem
imun pada orang tua biasanya disebabkan oleh perubahan kompartemen sel T
yang terjadi sebagai hasil involusi timus untuk menghasilkan interleukin 10 (IL-
10). Perubahan substansial pada fungsional danfenotip profil sel T dilaporkan
sesuai dengan peningkatan usia. Fenotip resiko imun dikenalkan oleh Dr. Anders
Wikby yang melaksanakan suatu studi imunologi longitudinal untuk
mengembangkan faktor-faktor prediktif bagi usia lanjut. Aging juga
mempengaruhi aktivitas leukosit termasuk makrofag, monosit, neutrofil, dan
eosinofil. Namun hanya sedikit data yang tersedia menjelaskan efek penuaan
terhadap sel-sel tersebut.

2.2 Peningkatan Respons Sistem Imun


Pada lansia, sebagian besar kelenjar timus tidak berfungsi. Tetapi ketika
limfosit terpapar pada hormon timus, maka sistem imun meningkat sewaktu-
waktu. Hormon DHEA (Dehydroepiandrosterone) erat hubungannya dengan
penurunan fungsi kekebalan tubuh. Prostaglandin, hormon yang mempengaruhi
proses tubuh seperti suhu dan metabolisme tubuh mungkin meningkat pada usia
tua dan menghambat sel imun yang penting. Kelompok lansia mungkin lebih
sensitif pada reaksi prostaglandin daripada dewasa muda. Prostaglandin
dihasilkan oleh jaringan tubuh, tetapi respons sistem imun pada kelompok dewasa
muda lebih baik saat produksi prostaglandin ditekan.
Nutrisi berperan penting dalam sistem imun tubuh. Pada kelompok dewasa
tua yang sehat dan mengalamidefisiensi gizi, maka asupan vitamin dan suplemen
makanan dapat meningkatkan respons sistem imun. Secara umum kelompok
lansia lebih sering menderita infeksi atau tingkat keparahan infeksi yang lebih
besar dan penurunanrespons terhadap vaksin lebih rendah (contohnya kematian
akibat penyakit tetanus dan flu).

2.3 Depresi/ Stress dan Rasa Marah Mempengaruhi Sistem Imun


Pada orang tua, perasaan depresi dan marah dapat melemahkan sistem
imun. Stress menyebabkan perubahan perubahan fisiologis tubuh yang
melemahkan sistem imun, dan akhirnya mempengaruhi kesehatan sehingga
mudah terserang penyakit, serta timbulnya kelainan sistem imun dengan
munculnya psoriasis dan eczema.Saat terjadi stress, maka hormon glukokortikoid
dan kortisol memicu reaksi anti-inflammatory dalam sistemimun. Peneliti telah
mempelajari hubungan antara marah, perasaan depressi, dan sistem imun pada 82
orang lansia yang hidup dengan pasangan penderita penyakit Al-zheimer.
Ternyata beberapa tahun kemudian kondisi psikologi dan fisik kesehatan mereka
menurun, ditunjukkan oleh response sistem imun yang memicu aktivasi sel
limfosit. Studi lain yang dilakukan terhadap kesehatan lansia dengan stress
menunjukkan level IL-6 atau interleukin-6 (suatu protein dalam kelompok
cytokine) meningkat 4 kali lipat lebih cepat sehingga mereka rentan terhadap
penyakit jantung, arthritis, dan sebagainya.
Pada lansia pria, depresi dikaitkan dengan berkurangnya respons imun.
Depresi ditimbulkan oleh rasa kesepian, enggan menceritakan masalah hidup yang
dialami, dan cenderung memiliki teman dekat lebih sedikit daripada lansia wanita.
Lansia pria mengalami ledakan hormon stress saat menghadapi tantangan
dibandingkan dengan lansia wanita. Meskipun hubungan antara depresi dengan
imunitas berbeda menurut gender, ternyata kombinasi marah dan stress yang
dikaitkan dengan penurunan fungsi imun pada kedua kelompok lansia pria dan
wanita tidak berbeda. Gangguan tidur pada orang tua dapat melemahkan sistem
imun karena darah mengandung penurunan NKC (Natural Killer Sel). NKC
adalah bagian dari sistem imun tubuh, jika kadarnya menurun dapat melemahkan
imunitas sehingga rentan terhadap penyakit. Studi yang dilakukan di Pittsburgh
tahun1998 menunjukkan pentingnya tidur bagi orang tua untuk memelihara
kesehatan tubuh.

2.4 Upaya Pemeliharaan Kesehatan Lansia terhadap Sistem Imunitas Tubuh


Dalam upaya memelihara kesehatan lansia terhadap sistem imunitas tubuh
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu vaksinasi dan nutrisi. Kedua cara tersebut
akan dibahas di bawah ini.
 Vaksinasi
Tujuan imunisasi untuk memelihara sistem imunitas melawan agen
infeksi. Imunisasi/vaksin mengandung substansi antigen yang sama dengan
patogen asing agar sistem imun kenal patogen asing dengan menghasilkan sel T
dan sel B. Influenza dan pneumonia adalah dua penyakit yang paling sering
diderita oleh orang tua sehingga perlu diberikan vaksinasi influenza bagi mereka.
Tetapi respons antibodi tubuh dan response sel T orang tua terhadap vaksin lebih
rendah daripada orang muda mempengaruhi efek pemberian vaksin tersebut.
Karakteristik penyakit infeksi yang sering diderita olehorang tua disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Penyakit Infeksi yang Sering Diderita oleh Orang Tua
• Bakteri/Jamur: - pneumonia
-infeksi saluran
kencing/kandung kemih
- endocarditis
- diverticulitis
- meningitis
- TBC
- ulcer/tukak lambung dikaitkan
denganpenurunan sirkulasi

• Virus : - influenzae
- herpes zoster
 Nutrisi
Berperan penting dalam peningkatan respons imun. Orang tua rentan
terhadap gangguan gizi buruk (undernutrition), disebabkan oleh faktor fisiologi
dan psikologi yang mempengaruhi keinginan makan dan kondisi fisik serta
ekonomi. Gizi kurang pada orang tua disebabkan oleh berkurangnya kemampuan
penyerapan zat gizi atau konsumsi makanan bergizi yang tidak memadai.
Berkurangnya asupan kalori diketahui dapat mempengaruhi imunitas dalam
tubuh. Nutrisi dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun
orangtua yakni beta-glucan, hormon DHEA, protein, lemak, yoghurt yang
mengandung lactobacillus acidophilus, mikronutrien (vitamin dan mineral), Zinc,
Lycopene, asam folat, dan Fe (zat besi).
BAB 3. ANALISA JURNAL

Pada sub bab ini kami menghubungkan, membandingkan,dan menganalisa


hasil dari jurnal tersebut dengan beberapa referensi yang kami dapatkan. Dalam
jurnal tersebut peneliti mengambil empat bahasan secara garis besar mengenai
respon imunitas yang rendah pada tubuh manusia usia lanjut yaitu:
1. Pengaruh Aging terhadap perubahan sistem imun tubuh
2. Peningkatan respon sistem imun
3. Depresi/ Stres dan rasa marah mempengaruhi sistem imun
4. Upaya pemeliharaan kesehatan lansia terhadap sistem imunitas tubuh
yang telah dirangkum pada makalah ini.
Pada jurnal tersebut dijelaskan bahwa fungsi sistem imunitas tubuh
menurun sesuai umur. Kemampuan imunitas tubuh melawan infeksi tubuh
menurun termasuk kecepatan respon imun dengan peningkatan usia. Produksi
imunoglobulin yang dihasilkan oleh tubuh orang tua juga berkurang jumlahnya
sehingga vaksinansi yang diberikan kurang efektif dalam melawan penyakit.
Banyaknya sel T atau limfosit T kehilangan fungsi dan kemampuannya melawan
penyakit walaupun secara umum limfosit T tidak berubah banyak pada usia tua
tetapi konfigurasi limfosit dan reaksinya melawan infeksi berkurang. Kemudian
kelompok dewasa tua berusia diatas 70 tahun cenderung menghasilkan
autoantibodi yang dapat melawan antigennya sendiri dan mengarah pada penyakit
autoimun. Dalam referensi lainnya pernyataan jurnal tersebut di dukung dengan
pernyataan bahwa aging menyebabkan penurunan fungsi pertahanan tubuh
sehingga organ lebih mudah terserang penyakit infeksi. Aging juga menyebabkan
perubahan pada sistem imun non spesifik dan spesifik, walaupun sistem imun non
spesifik tidak dipengaruhi oleh aging namun kecepatan pembersihan antigen oleh
makrofag berkurang dan toksisitas makrofag melawan sel tumor menjadi rendah.
Aging menyebabkan aktifitas sel limfosit T sehingga sel limfosit T kurang respon
terhadap adanya antigen.
Pada jurnal tersebut juga di jelaskan bahwa stress menyebabkan perubahan
fisiologis tubuh yang melemahkan sistem imun yang akhirnya mempengaruhi
kesehatan. Saat terjadi stress, hormon glukokortikoid dan kortisol memicu reaksi
anti-inflammatory dalam sistem imun. Selain itu pada lansia pria depresi dikaitkan
dengan berkurangnya respon imun yang ditimbulkan oleh rasa kesepian yang
menyebabkan hormon stress meningkat saat menghadapi tantangan. Gangguan
tidur juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan sistem imun
karena darah mengandung Natural Killer Cell, yang jika kadarnya menurun dapat
melemahkan imunitas. Efek stres dalam bentuk gangguan psikologis mungkin
tidak timbul pada individu tertentu, walaupun yangbersangkutan terpapar stresor
cukup besar. Hal ini disebabkan adanya sumber-sumber penanggulangan terhadap
stres, seperti: dukungan keluarga, teman,masyarakat, dan lingkungan komunitas
individu yang bersangkutan. Keikutsertaan lansia pada aktivitas fisik yang teratur
dapat menunda terjadinya penurunan fungsi tubuh serta mengurangi risiko
mendapatkan penyakit kronis dan meningkatkan kesehatan mental. Sistem tubuh
yang lebih baik akan mengurangi disabilitas fisik yang pada akhirnya juga akan
menurunkan stres. Oleh karena itu, hasil studi menunjukkan bahwa pentingnya
tidur bagi orang tua sangat diperlukan guna menjaga hormon-hormon dan tingkat
stress tetap stabil.
Upaya pemeliharaan kesehatan lansia terhadap sistem imunitas tubuh dapat
dilakukan dengan cara perbaikan nutrisi dan vaksinasi. Imunisasi/ vaksin
mengandung substansi antigen yang sama dengan patogen asing agar sistem imun
dapat mengenal patogen asing dengan menghasilkan sel T dan sel B. Sedangkan
nutrisi berperan penting dalam peningkatan respon imun. Pada referensi
dinyatakan bahwa orang lanjut usia lebih peka terhadap infeksi. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh penurunan fungsi kekebalan berkaitan dengan usia.
Penurunan fungsi kekebalan dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit kanker
dan artritis. Hal ini dapat dicegak melalui asupan gizi yang seimbang dan olahraga
secara teratur. Mengoptimalkan sistem imun dapat membawa dampak yang
baik untuk tubuh. Ketika respon imunitas tubuh baik, maka tubuh akan
memiliki kekebalan dari serangan patogen. Peningkatan respon imunitas ini dapat
dilakukan dengan mengasup makanan yang mengandung zat yang dapat
meningkatkan sistem imun, atau dikenal dengan imunonutrisi. Tindakan yang
dapat dilakukan untuk mencegah penurunan fungsi kekebalan dalam proses
menua antara lain adalah menjaga asupan zat-zat gizi tertentu yang lebih tinggi
daripada yang dianjurkan untuk keadaan sehat. Zat-zat yang penting untuk
memelihara fungsi imun adalah protein, Zn, vitamin A, vitamin E, vitamin C,
piridoksin, dan riboflavin.
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Aging (penuaan) dihubungkan dengan sejumlah perubahan pada fungsi
imun tubuh, khususnya penurunan imunitas mediated sel.Hal ini disebabkan
oleh perjalanan alamiah penyakit yang berkembang secara lambat dan gejala-
gejalanya tidak terlihat sampai beberapa tahun kemudian. Di samping itu,
produksi imunoglobulin yang dihasilkan oleh tubuh orang tua juga berkurang
jumlahnya sehingga vaksinasi yang diberikan pada kelompok lansia kurang
efektif melawan penyakit. Masalah lain yang muncul adalah tubuh orang
tua kehilangan kemampuan untuk membedakan benda asing yang masuk ke
dalam tubuh atau memang benda itu bagian dari dalam tubuhnya sendiri
(autobody immune). Penyakit infeksi yang banyak diderita oleh orang tua
dapat dicegah atau diturunkan tingkat keparahannya melalui upaya-upaya
perbaikan nutrisi karena dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Jika fungsi
imun orang tua dapat diperbaiki, maka kualitas hidup individu meningkat dan
biaya pelayanan kesehatan dapat ditekan.

4.2 Saran
Setelah membaca makalah tersebut, diharapkan mahasiswa keperawatan
dapat menerapkan informasi yang telah disampaikan yaitu mengenai peningkatan
sistem imunitas dengan penyeimbangan nutrisi dan pemberian vaksinasi serta
dapat memberikan health education maupun membantu para manula untuk
menekan stressor dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Fatmah. 2006. Respons Imunitas yang Rendah Pada Tubuh Manusia Usia Lanjut.
Depok: Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia
Almatsier, Sunita dkk. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Radji, Maksum. 2010. Imunologi dan Virologi. Jakarta: PT ISFI Penerbitan

Anda mungkin juga menyukai