oleh:
Kelompok 4
a. Pengertian ECT
ECT (Electro Convulsive Therapy) adalah suatu jenis pengobatan terapi yang
dilakukan dengan mengalirkan aliran listrik yang sangat lemah melalui kabel yang
terhubung dari sebuah alat yang diujungnya terdapat elekroda yang kemudian
dialirkan ke otak melalui kedua pelipis atau pada pelipis yang mengandung belahan
otak yang tidak dominan. Hanya aliran ringan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
serangan otak yang diberikan, karena serangan itu sendiri yang bersifat terapis, bukan
aliran listriknya. Penenang otot mencegah terjadinya kekejangan otot tubuh dan
kemungkinan luka. Pasien bangun beberapa menit dan tidak ingat apa-apa tentang
pengobatan yang dilakukan.
b. Manfaat ECT
ECT dapat memberikan hasil perbaikan yang cepat dan signifikan pada gejala
berat dari sejumlah kondisi kesehatan mental. Hal inilah yang menyebabkan ECT
lebih efektif pada seseorang yang mengalami gangguan mental seperti ingin bunuh
diri, atau untuk mengakhiri kecanduan atau mania yang parah pada sesuatu.
ECT bisanya digunakan untuk menormalkan atau mengobati beberapa gejala
mental berikut ini :
1. Depresi berat, terutama jika disertai dengan detasemen dari realitas (psikosis),
keinginan untuk bunuh diri atau penolakan untuk makan.
2. Pengobatan depresi kronis, yaitu depresi berat yang tidak membaik dengan
obat atau perawatan lainnya.
3. Mania parah, keadaan euforia intens, agitasi atau hiperaktif yang terjadi
sebagai bagian dari gangguan bipolar. Tanda-tanda lain dari mania termasuk
gangguan pengambilan keputusan, perilaku impulsif atau berisiko,
penyalahgunaan zat aditif, dan psikosis.
4. Catatonia, ditandai dengan kurang gerak, gerakan yang cepat atau aneh,
kurangnya pidato, dan gejala lainnya. Ini terkait dengan skizofrenia dan
beberapa gangguan kejiwaan lainnya. Dalam beberapa kasus, katatonia dapat
disebabkan oleh penyakit medis.
5. Agitasi dan agresi pada orang dengan demensia, yang sulit untuk diobati dan
mempengaruhi kualitas hidup ke sisi negatif.
Selain itu, ECT dapat menjadi pilihan pengobatan yang tepat ketika pasien
memiliki kondisi alergi atau tidak toleran terhadap obat lainnya. Dalam beberapa
kasus, ECT juga digunakan untuk pengobatan:
1. Selama masa kehamilan, ketika suatu obat tidak bisa dikonsumsi karena
memiliki efek samping yang mungkin membahayakan kondisi janin yang
sedang berkembang.
2. Pada orang dewasa yang usianya lebih tua yang tidak dapat mentoleransi efek
samping obat.
Mekanisme kerja ECT sebenarnya tidak diketahui secara pasti selain itu juga
cara kerja listrik ini terhadap otak sebab itulah yang menjadikan terapi ini menjadi
terapi yang kontroversional, namun hingga saat ini terapi ini masih menjadi pilihan
terbaik untuk diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa disamping pemberian
obat depresan dan terapi lain. ECT ini bukanlah terapi jangka panjang namun terapi
ini harus segera dihentikan setelah penderita sembuh. Terapi ini lebih efektif
digunakan daripada terapi obat-obat depresi untuk menghilangkan depresi endogen
(fisiologis) yang berat tetapi ini tidak berarti bahwa terapi ini merupakan terapi yang
disukai, karena pada teknik terapi ini hanya digunakan untuk kasus-kasus kejiwaan
yang berat atau untuk pasien yang tidak dapat dirawat dengan terapi obat.
Diperkirakan bahwa ECT menghasilkan perubahan-perubahan biokimia
didalam otak (peningkatan kadar nonepinefrin dan serotinin) mirip dengan obat anti
depresan. Jadi, bukan kejang yang ditampilkan secara motorik melainkan respon
bangkitan listrik di otak. Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik
sinusoid ke tubuh sehingga penderita menerima aliran yang terputus-putus. Alatnya
dinamakan konvulsator, di dalamnya ada pengatur voltase (tekanan listrik) dan
pengatur waktu yang secara otomatis memutuskan aliran listrik yang keluar sesudah
waktu yang ditetapkan. Setelah aliran listrik yang masuk dikepalanya, pasien menjadi
tidak sadar seketika. Konvulsi terjadi mirip epilepsy diikuti fase kloni, kemudian
relaksasi otot dengan pernapasan dalam dan keras. Kemudian, tidak sadar (kurang
lebih 5 menit) dan setelah bangun timbul rasa kantuk, kemudian pasien tertidur.
Namun, ada pula pasien yang tertidur atau mengalami ketidaksadaran setelah pada
fase relaksasi otot.
d. Cara Mengoperasionalkan ECT
1. Persiapkan alat dan mengenal bagian-bagiannya:
Electro convulsator terdiri dari :
a) Tombol power
b) Electrode ( electroda + dan electrode - )
c) Saklar pengatur waktu/timer
d) Saklar pengatur intesitas
e) Saklar pengatur cara masuknya arus (gelombang sinus atau
gelombang dengan pulsasi singkat dan berulang).
2. Setelah alat sudah disiapkan, pindahkan klien ke tempat dengan permukaan
rata dan cukup keras. Posisikan hiperektensi punggung tanpa bantal. Pakaian
dikendorkan, seluruh badan di tutup dengan selimut, kecuali bagian kepala.
3. Berikan natrium metoheksital (40-100 mg IV). Anestetik barbiturat ini dipakai
untuk menghasilkan koma ringan.
4. Berikan pelemas otot suksinikolin atau Anectine (30-80 mg IV) untuk
menghindari kemungkinan kejang umum.
5. Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan alkohol untuk tempat
elektrode menempel.
6. Kedua pelipis tempat elektroda menempel dilapisi dengan kasa yang dibasahi
cairan NaCl.
7. Penderita diminta untuk membuka mulut dan masang spatel/karet yang
dibungkus kain dimasukkan dan klien diminta menggigit.
8. Rahang bawah (dagu) ditahan supaya tidak membuka lebar saat kejang
dengan dilapisi kain.
9. Persendian (bahu, siku, pinggang, dan lutut) di tahan selama kejang dengan
mengikuti gerak kejang.
10. Pasang elektroda di pelipis kain kasa basah kemudian tekan tombol power
sampai timer berhenti dan dilepas.
b) Bilateral
Penempatan elektrode pada bitemporofrontalis.
Dilakukan bila riwayat respon yang rendah terhadap ECT
unilateral, pasien dengan riwayat respon yang baik terhadap
ECT bilateral sebelumnya, atau pada pasien dengan gejala
psikiatrik yang berat.
11. Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan mengikuti gerakan
kejang (menahan tidak boleh dengan kuat).
12. Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan rangsangan menekan
diafragma.
13. Bila banyak lendir, dibersihkan dengan slim siger.
14. Kepala dimiringkan.
15. Observasi sampai klien sadar.
16. Dokumentasikan hasil di kartu ECT dan catatan keperawatan
Dalam melakukan tindakan ECT banyak hal yang perlu diperhatikan dan
dilakukan oleh perawat pada saat:
h. Obat dan alat yang diperlukan harus tersedia dan siap pakai.
C. Berikan obat