PENDAHULUAN
• Apendisitis adalah suatu peradangan dari
appendiks vermiformis yang oleh masyarakat
awam sering disebut sebagai radang usus buntu
dan ini merupakan suatu penyakit yang sering
dijumpai.
• Meskipun sebagian besar pasien dengan
apendisitis akut dapat dengan mudah didiagnosis
tetapi tanda dan gejalanya cukup bervariasi
sehingga diagnosis secara klinis dapat menjadi
sulit untuk ditegakkan, untuk itu dokter harus
mempunyai pengetahuan yang baik untuk
mengenal apendisitis.
• Pada tahun 1736, apendektomi
pertama kali dilaporkan oleh Amyand,
seorang ahli bedah di Westminster dan
St. George’s Hospitals yang
mengangkat appendiks yang telah
mengalami perforasi dari suatu
kantong hernia dari anak laki-laki yang
berusia 11 tahun.
• Sampai akhir abad ke 19 peradangan
dan perforasi pada appendiks diberi
istilah typhlitis dan pertyphlitis, namun
pada tahun 1886 oleh Reginald Fitz
seorang professor dari Harvard
University memperkenalkan istilah
apendisitis dan deskripsi yang lebih
akurat tentang appendicitis serta terapi
pembedahannya
• Setelah itu Mc Burney menjabarkan
manifestasi klinis dari appendicitis
akut dini sebelum mengalami rupture,
termasuk titik maksimal dari nyeri
tekan abdomen dan suatu insisi dibuat
pada dinding abdomen pada kasus
appendiks.
• Appendicitis merupakan penyebab
tersering dari nyeri abdomen yang
progresif dan menetap pada semua
golongan umur. Kegagalan
menegakkan diagnosa dan
keterlambatan penatalaksanaannya
akan menyebabkan meningkatnya
morbiditas dan mortalitas
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
• Obstruksi lumen merupakan factor awal
dalam terjadinya appendicitis akut.
Obstruksi dapat disebabkan oleh fecolith,
plug, benda asing, parasit, tumor atau
hyperplasia jaringan limfoid
• Akibat obstruksi tersebut akan mengganggu
pengeluaran secret mucus sehingga di
bagian distal dari obstruksi akan terjadi
distensi dan inflamasi yang akan
memperparah obstruksi tersebut
• Distensi dan inflamasi merangsang serabut
saraf nyeri visceral aferen sehingga
menimbulkan ketegangan dan nyeri difus
pada daerah abdomen atau dibawah
epigastrium.
• Peristaltik juga merangsang distensi yang
mendadak, sehingga terjadi nyeri kram yang
mendadak tumpang tindih dengan nyeri
visceral akibat appendicitis.
• Distensi terus berlanjut bukan hanya karena
sekresi mukosa tetapi juga akibat
multiplikasi yang cepat dari bakteri residen
pada appendiks.
• Keadaan tersebut akan mengakibatkan
tekanan intra lumen meningkat yang
dapat menyebabkan penekanan
pembuluh darah dari appendiks
sehingga dapat menyebabkan
perforasi.
• Hal tersebut di atas biasanya
menyebabkan reflex mual dan muntah
serta nyeri visceral yang difus menjadi
semakin berat.
• Proses peradangan kemudian akan
melibatkan lapisan serosa dan
peritoneum parietal pada daerah
tersebut, hal ini ditandai dengan nyeri
yang beralih ke daerah kuadran kanan
bawah yang bila sudah terjadi
perforasi nyeri akan menyebar ke
seluruh perut.
INSIDENSI
• Sex rasio appendiks akut pada sebelum
masa pubertas adalah 1 : 1. Pada masa
pubertas frekwensi laki-laki meningkat
dengan rasio 2 : 1 pada usia 15 – 25
tahun. Setelah itu rasio kembali
berimbang.
• Insidensi appendicitis yang akan
membutuhkan tindakan appendektomi
secara signifikan menurun pada usia
diatas decade ketiga dan keempat.
MANIFESTASI KLINIS
• Nyeri abdomen
• Anoreksia dan Vomitus
• Obstipasi atau Diare
• Tanda-tanda vital
• Nyeri tekan dan nyeri lepas
• Psoas sign
• Obturator sign
• Rovsing’s sign
LABORATORIUM
• sebagian besar pasien mengalami
leukositosis berkisar antara 10.000-
20.000/mm3.
• Pada pasien yang leukositnya normal
umumnya didapatkan hitung jenis lekosit
yang bergeser ke kiri, mengindikasikan
suatu inflamasi akut.
• Bila jumlah lekosit lebih dari 20.000/mm3
atau terdapat pergeseran ke kiri yang ekstrim
pada hitung jenis, kemungkinan telah terjadi
appendicitis perforasi.
• Dalam urinalisi dapat terlihat beberapa
sel darah merah dan sel darah putih
pada appendiks terinflamasi yang
letaknya dekat dengan ureter atau
kandung kemih. Bila terdapat darah
merah dan sel darah putih dalam
jumlah yang ekstrim menandakan
penyakit primer traktus urinarius
Radiografi
• Pemeriksaan radiologis tidak diindikasikan
pada kasus appendicitis akut yang klasik
tetapi dapat berguna jika ada keraguan
diagnosis atau untuk diagnosis banding atau
memperlihatkan appendicitis yang
mengalami komplikasi
• Foto polos abdomen memperlihatkan
dilatasi caecum fluid level serta kadang-
kadang suatu fecolith terkalsifikasi atau
benda asing
• Barium dapat berguna untuk pasien tertentu
khususnya anak-anak. Jika tampak pengisian
kontras pada appendiks dan tidak
terdapatnya perubahan mukosa appendiks
maupun daerah ileocecal, appendicitis akut
dapat disingkirkan
• Pemeriksaan ultrasonografi kadang-kadang
dapat membantu, memperlihatkan
pembesaran appendiks atau suatu abses.
Begitu juga dengan CT Scan abdomen dapat
membantu memperlihatkan suatu abses
DIAGNOSIS
Alvarado Score
Variabel Skor
Skor total 16
• Skor <6 : appendisitis jarang
(disingkirkan)
• Skor 6-11,5 : kemungkinan
appendisitis (monitoring)
• Skor >11,5 : appendisitis sangat
sering
Diagnosis banding :
• Gastroenteritis akut
• Kehamilan ektopik
• Divertikulosis meckel
• Intususepsi
• ISK
• Batu ureter
• Peritonitis primer
• Pelvic inflammatory disease (PID)
APPENDISITIS PADA KEADAAN TERTENTU
Usul Pemeriksaan
• Laboratorium : Hb, Leukosit, BT, CT, Trombosit,
ureum, kreatinin
• Urin rutin / sedimen
• Rontgen: thorax foto
• USG abdomen
• appendicogram (bila hasil USG tidak jelas)
Tatalaksana
• Tirah Baring
• puasa
• Ceftriaxon 2x500mg iv per 24 jam
• apendektomi
Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : ad bonam
Terima Kasih