Anda di halaman 1dari 79

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

BENCANA KEBAKARAN
PENGERTIAN KEBAKARAN

Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi


eksotermis yang berlangsung dengan cepat
dari suatu bahan bakar yang disertai dengan
timbulnya api/penyalaan.
Kebakaran adalah nyala api baik kecil maupun
besar pada tempat, situasi dan waktu yang
tidak dikehendaki yang bersifat merugikan
dan pada umumnya sulit untuk dikendalikan.
PENGERTIAN API
Api adalah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat
yang terbentuk dari 3 (tiga) unsur yaitu panas,
oksigen dan bahan mudah terbakar yang
menghasilkan panas dan cahaya.

Segitiga Api
BAHAYA KEBAKARAN
1. Api (jilatan api yang dapat membakar kulit/tubuh)
2. Suhu panas (dapat menyebabkan hipertermia). Efeknya
tubuh kehilangan cairan dan tenaga, luka bakar/terbakar
pada kulit dan pernafasan, mematikan jantung.
3. Asap (dapat menyebabkan sesak nafas dan mengganggu
pengelihatan)
4. Gas-gas beracun (dapat menimbulkan penyakit dan
gangguan kesehatan lainnya)
5. Runtuhan bangunan (dapat menimpa korban yang
terjebak di dalamnya sewaktu-waktu)
6. Ledakan (bahan mudah meledak di sekitar area kebakaran
dapat melukai apa saja di dekatnya)
7. Dsj.
GAS BERACUN AKIBAT KEBAKARAN
1. Karbon Monoksida ridak berasa, tidak berbau, tidak berasa NAB 50ppm
2. Sulfur Dioksida (SO2) sangat beracun, menyebabakna gejala lambat diri,
kerusakan sistem pernafasan seperti bronchitis
3. Hidrogen Sulfida (H2S) >NAB 10ppm
4. Ammonia (MH3) >NAB 25ppm
5. Hydrogen Sianida (HCN) >NAB 10ppm
6. Acrolein (C3H4O) >NAB 0,1ppm
7. Gas hasil pembakaran zat sellulosa (kertas, kayu, kain) seperti karbon monoksida,
formaldehida, asam formiat, asam karboksitat, metilalkohol, asam asetat, dll
8. Gas hasil pembakaran plastik seperti karbon monoksida, asam klorida dan
sianida, nitrogen eksida, dll
9. Gas hasil pembakaran karet seperti karbon monoksida, sulfur dioksida, dan asap
tebal
10. Gas hasil pembakaran scilena seperti hidrogen sianida, gas amonia.
11. Gas hasil pembakaran wool seperti karbon monoksida, hidrogen sulfida, sulfur
dioksida, dan hidrogen sianida
12. Gas hasil pembakaran hasil minyak bumi seperti karbon monoksida, karbon
dioksida, axcolin, dan asap tebal
KERUGIAN KEBAKARAN
1. Manusia (korban jiwa pada kejadian kebakaran)
2. Material (nilai bangunan dan aset yang rusak
disebabkan kejadian kebakaran)
3. Lingkungan (flora dan fauna yang musnah karena
kejadian kebakaran, efek termal kebakaran serta
peningkatan gas CO2 dan polusi)
4. Ekonomi (kerugian finansial akibat tidak mampu
berjalannya bisnis dampak dari kejadian kebakaran)
5. Sosial (PHK massal dikarenakan kebangkrutan bisnis
dampak dari kejadian kebakaran)
6. Dsj.
PENYEBAB KEBAKARAN
Pada umumnya penyebab kebakaran dan peledakan bersumber pada 3 faktor:

1. Faktor manusia
- Disengaja (pembalakan liar, balas dendam, dsj).
- Kelalaian (lupa mematikan tungku pembakaran saat akan meninggalkan rumah, dsj).
- Kurang pengertian (membuang rokok sembarangan, merokok di dekat tempat pengisian
bahan bakar, dsj).
2. Faktor teknis
- Fisik/mekanis (peningkatan suhu/panas atau adanya api terbuka)
- Kimia (penanganan, pengangkutan, penyimpanan tidak sesuai petunjuk yang ada)
- Listrik (hubungan arus pendek/korsleting)
3. Faktor alam dan bencana alam
- Petir (misal : sambaran petir pada bahan mudah terbakar).
- Gempa bumi (misal: gempa bumi yang mengakibatkan terputusnya jalur gas bahan bakar)
- Gunung meletus (dikarenakan lava pijar yang panas membakar tumbuhan kering
disekitarnya).
- Panas matahari (misal : panas matahari yang memantul dari kaca cembung ke dedaunan
kering di sekitarnya).
- Dsj.
4. Fartor binatang : tikus, kucing dan binatang peliharaaan lainnya yang berpotensi menimbulkan
kebakaran akibat terdapat sumber api di sekitar rumah tanpa pengawasan, dsj.
PENCEGAHAN KEBAKARAN - 1
Hal-hal yang perlu diketahui untuk mencegah
kebakaran/peledakan:
1. Sifat-sifat dan bahan-bahan yang dapat
terbakar dan meledak
2. Proses terjadinya kebakaran dan peledakan
3. Tata cara penanganan dalam upaya
mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya
kebakaran dan peledakan
PENCEGAHAN KEBAKARAN - 2
Oleh karena sifat kebakaran dimana mengakibatkan
banyak kerugian, maka untuk mencegah terjadinya
kebakaran dapat diupayakan langkah-langkah sebagai
berikut :

1. Mengadakan penyuluhan mengenai bahaya


kebakaran dari pemerintah kepada masyarakat.
2. Pengawasan bersama terhadap segala potensi-potensi
kebakaran secara bersama-sama saling mengingatkan.
3. Menyediakan sarana pemadam kebakaran aktif
maupun pasif di area yang berpotensi tinggi terjadi
kebakaran.
Dalam Permenaker No. Per-04/MEN/1980,
kelas atau golongan kebakaran dibagi menjadi
4 golongan beserta Jenis APAR yang efektif
untuk memadamkannya :
KELAS KEBAKARAN DAN JENIS APAR
1. Kebakaran Kelas A
Kebakaran Kelas A merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan padat
non-logam seperti Kertas, Plastik, Kain, Kayu, Karet dan lain sebagainya. Jenis APAR yang
cocok untuk memadamkan kebakaran Kelas A adalah APAR jenis Cairan (Water), APAR jenis
Busa (Foam) dan APAR jenis Tepung Kimia (Dry Powder).

2. Kebakaran Kelas B
Kebakaran Kelas B merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan cair yang
mudah terbakar seperti Minyak (Bensin, Solar, Oli), Alkohol, Cat, Solvent, Methanol dan lain
sebagainya. Jenis APAR yang cocok untuk memadamkan kebakaran Kelas B adalah APAR jenis
Karbon Diokside (CO2), APAR jenis Busa (Foam) dan APAR jenis Tepung Kimia (Dry Powder).

3. Kebakaran Kelas C
Kebakaran Kelas C merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh Instalasi Listrik yang
bertegangan. Jenis APAR yang cocok untuk memadamkan kebakaran Kelas C adalah APAR
jenis Karbon Diokside (CO2) dan APAR jenis Tepung Kimia (Dry Powder).

4. Kebakaran Kelas D
Kebakaran Kelas D merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan logam
yang mudah terbakar seperti sodium, magnesium, aluminium, lithium dan potassium.
Kebakaran Jenis ini perlu APAR khusus dalam memadamkannya.
TEORI CARA PEMADAMAN API
Teori cara memadamkan api ada terbagi beberapa cara yaitu:
1. Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling)
2. Pemadaman dengan cara mengurangi oksigen (smothering)
3. Pengambilan/pemindahan bahan bakar (starvation)
4. Pemutusan rantai reaksi api (break chain reaction)
5. Melemahkan (dillution)

Alat yang digunakan untuk memadamkan api antara lain:


1. Alat pemadam api ringan / APAR
2. Sprinkler System
3. Hydrant System
4. Mobile PMK
ALAT PEMADAM KEBAKARAN
1. APAR atau Alat Pemadam Api Ringan
merupakan alat pemadam kebakaran yang
mudah untuk dibawa dan dapat dioperasikan
satu orang. yang dilengkapi Alat Pengukur
Tekanan (Pressure Gauge) yang berfungsi
untuk menunjukkan tekanan pada tabung.

Hal tersebut dapat membantu memudahkan


kita untuk dapat mengontrol kinerja dari
tabung pemadam.

Untuk ukurannya Alat Pemadam Api Ringan


memiliki berat dari 1-9Kg. Khusus untuk
Tabung Pemadam Api berisi Carbon Dioxide
memiliki berat 2-7Kg (Standar).

Jenis APAR tergantung dari isinya : Air, busa /


foam, tepung kering (dry cemical, dry powder),
Gas CO2
BAGIAN BAGIAN APAR
JENIS JENIS APAR
Ada tiga Alat Pemadam Api Ringan seperti:
Foam
Dry Chemical Powder
CO2 (Carbon Dioxide)
APAR FOAM
Kelas Kebakaran A Benda Padat (Kain, Kayu, Kertas)
Kelas Kebakaran B Benda Cair (Minyak, Bensin, Solar)
Kelas Kebakaran D Logam (Magnesium, Misiu)
APAR DRY CHEMICAL POWDER
Kelas Kebakaran A Benda Padat (Kain, Kayu, Kertas)
Kelas Kebakaran B Benda Cair (Minyak, Bensin, Solar)
Kelas Kebakaran C Benda Gas (Elpiji, Tinner)
Kelas Kebakaran E Electrikal (Dinamo, Motor Listrik)
APAR CO2
Kelas Kebakaran B Benda Cair (Minyak, Bensin, Solar)
Kelas Kebakaran C Benda Gas (Elpiji, Tinner)
Kelas Kebakaran D Logam (Magnesium, Misiu)
Kelas Kebakaran E Electrikal (Dinamo, Motor Listrik)
Dry Chemical Powder

Merupakan kombinasi dari fosfat Mono-amonium dan ammonium sulphate. Yang berfungsi
mengganggu reaksi kimia yang terjadi pada zona pembakaran, sehingga api padam. Dry Chemical
powder juga memiliki titik lebur yang rendah dan pada partikel yang sangat kering serta
membengkak untuk membentuk penghalang yang hingga oksigen tidak dapat masuk sehingga
dapat menutupi area kebakaran (api), akhirnya api tidak akan menyala dikarenakan pijakannya
ditutupi oleh Dry Chemical powder.

Merupakan media pemadam api serbaguna, aman dan luas pemakaiannya karena dapat
mematikan api kelas A, B, dan C.
Dapat menahan radiasi panas dengan kabut (serbuk) partikelnya.
Tidak menghantarkan listrik (Non Konduktif).
Kimia kering tidak beracun (Non Toxic).
Tidak berbahaya terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia.

Tabung Pemadam Api adalah salah satu produk yang menggunakan bahan dry chemical powder,
karena memiliki tingkat kelas kebakaran A, B, dan C.
Carbon Dioxide (CO2)
Alat Pemadam api ABC

CO2 adalah Senyawa/bahan kimia yang terbentuk dari 1 atom karbon + 2 atom oksigen, yang dapat
dihasilkan baik dari kegiatan alamiah maupun kegiatan manusia.

Dapat digunakan memadamkan kebakaran kelas B dan C karena merupakan bahan gas, CO2 tidak
merusak, dengan daya guna yang efektif dan bersih.
Sangat efisien serta efektif digunakan dalam ruangan seperti kantor, lab dan ruangan lainnya.
Carbon Dioxide (CO2) dapat menyerap panas dan sekaligus mendinginkan.
Konstruksi tabung dirancang khusus untuk menahan tekanan tinggi dan dilengkapi dengan selang
yang panjang dengan nozzle yang berbentuk corong.
Tidak berbahaya terhadap tumbuhan dan hewan.
Suhu yang rendah (-50oC) mungkin membekukan urat dan saraf manusia. Maupun manusia yang
terjangkit penyakit seperti asma, akan lemas oleh CO2.

Sangat cocok untuk memadamkan api yang terjadi akibat korsleting listrik, karena bersih dan aman
untuk alat listrik khususnya.
Foam AFFF (Aqueous Film Forming Foam)

Foam AFFF (Aqueous Film Forming Foam) adalah berbasis air dan sering mengandung surfaktan
berbasis hidrokarbon seperti sulfat sodium alkyl, fluoro surfactant seperti : fluorotelomers, asam
perfluorooktanoat (PFOA), asam perfluorooktanasulfonat (PFOS). Mereka memiliki kemampuan
untuk menyebar di permukaan cairan berbasis hidrokarbon. "Alcohol resistant aqueous film
forming foams" (AR AFFF) adalah busa/foam yang tahan terhadap reaksi dari alkohol, dapat
membentuk lapisan/segmen pelindung ketika dipakai atau disemprotkan.[1]

Dapat digunakan untuk memadamkan api kelas A namun sangat cocok bila digunakan untuk kelas
B.
Bersifat Konduktif (Penghantar Listrik). Tidak dapat dipakai untuk memadamkan api kelas C.
Foam bersifat ringan, sangat efektif untuk memadamkan zat cair yang mudah terbakar dengan
cara mengisolasi oksigen serta menutupi permukaan zat cair untuk menghindari api yang dapat
menjalar (meluas) kembali.
Tidak digalakkan terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia.
Foam adalah bahan yang mengakis supaya menutup permukaan pangkal api, maka letupan dapat
kesan dielakkan.
Gas Pengganti Hallon Non CFC (HCFC-141B)

Gas Pengganti Hallon/ HCFC-141b atau biasa disebut "Gas Clean Agent" adalah
senyawa kimia yaitu hydrochlorofluorocarbon (HCFC). Merupakan senyawa dari
1,1-dichloro-1-fluoroethane menurut Chemical Abstracts.

Merupakan pemadam api yang bersih dan tidak meninggalkan residu.


Sangat efektif untuk digunakan pada semua risiko kelas kebakaran A, B dan C.
Tidak menghantarkan listrik (Non Konduktif), sehingga tidak akan menyebabkan
kerusakan pada peralatan elektronik dan alat perkantoran modern lainnya.
Tidak berbahaya terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia.

Gas pengganti hallon ini berkembang mengikuti zaman, sehingga banyak


bermunculan produknya. HCFC-141B adalah salah satu gs pengganti hallon
tersebut dan lainnya seperti : FM200, Hallotron dan lainnya dengan kualitas
menyerupai Hallon.[2] Hallon dilarang digunakan karena tidak ramah lingkungan
merusak lapisan ozon. s
CARA MENGGUNAKAN ALAT
PEMADAM API
CARA MENGGUNAKAN ALAT PEMADAM API YANG BAIK DAN BENAR,

1. Tabung pemadam api kita ambil pada tempatnya


2. Cabut pin pengaman yang terletak di atas valve alat pemadam
3. Pegang selang tabung pemadam api pada ujung selang pemadam tersebut
4. Tekan tuas alat pemadam api sampai full
5. Usahakan berdiri di jarak 3 meter dan perlahan lahan maju hingga api mulai
padam
6. Arahkan alat pemadam kebakaran pada yang telah ditekan full ke titik api.

setelah itu yang terpenting cukup kita lihat arah mata angin, apinya mengarah atau
bertiup ke arah mana. (Kita Harus Berdiri Satu Arah Dengan Arah Angin)
CARA MENGGUNAKAN APAR
DI RSUD SUMEDANG
ACUPA
1. A = AMBIL APAR dari tempatnya dan pegang dalam
keadaan tegak
2. C = CABUT kunci / pin pengaman dan lepaskan
selangnya dari klip
3. U = UJI COBA isi APAR dengan mengarahkan selang ke
atas dan tekan pengatup
4. P = PIJAT katup APAR
5. A = ARAHKAN NOZLE ke pangkal api dengan gerakan
menyapu dan jangan melawan arah angin
PERLU DIINGAT
Setiap jenis alat pemadam api ringan memiliki
kemampuan jangkauan yang berbeda,
Perhatikan arah angin sebelum kita mulai
menyemprotkan isi tabung pemadam api ringan.
Jangan sampai posisi kita berdiri berlawanan
dengan arah angin, karena akan mebahayakan
diri kita sendiri. Sebaiknya kita berdiri diposisi
membelakangi arah angin selain untuk
menghindari tiupan hawa panas juga
menghindarkan kita dari media yg kita
semprotkan kembali kearah kita.
CARA PEMILIHAN APAR
1. Sebaiknya memilih APAR yang memiliki penunjuk pressure tekanan dalam tabung, sehingga dapat dilihat masih
fungsi atau tidaknya tabung pemadam api tersebut.
2. Memilih tabung seamless (Tanpa Las), sehingga mengurangi bahaya kebocoran pada tabung pemadam api.
3. Telah diuji kelayakannya oleh Dinas PMK Laboratories
4. Sebaiknya memilih atau membeli tabung pemadam api yang bergaransi.

CARA PENEMPATAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

Mudah terlihat, tidak terhalang oleh benda apapun.


Mudah dijangkau. Penempatan apar jangan terlalu tinggi, tidak melebihi standar PMK yaitu 120cm.

CARA PERAWATAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

Dilakukan pengecekan berkala per-6 bulan.


Untuk menghindari pembekuan media pada tabung pemadam api, harap dilakukan 1 kali pembolak-balikan
tabung per-bulan.
Dilakukan pengecekan tekanan dalam tabung dengan mengecek pressure/indikator yang berada pada tabung
pemadam api.
Dilakukan pengecekan selang pada tabung pemadam api.
Dilakukan pembersihan tabung untuk menghindari karat dan korosi.
PORTABLE PMK
2. Alat Pemadam Api Portable merupakan
alat pemadam api dapat dengan mudah
dibawa dan dapat dioperasikan oleh satu
orang saja.

Salah satu contohnya adalah Fire Stop


Alat Pemadam Api Mini Portable.
Alat Pemadam Api Fire Stop dapat
digunakan untuk memadamkan api kecil.

Umumnya Alat Pemadam Api Portable


memiliki berat 1-2kg dan hanya dapat
digunakan sekali pakai atau tidak dapat di
isi ulang kembali.
3. Thermatic System (System Sprinkler) atau
Alat Pemadam Api Thermatic merupakan Alat
Pemadam Api Otomatis. Untuk Thermatic
System terpasang secara modulair yang
terdapat di plafon. Pemasangan dan banyaknya
modul dapat disesuaikan dengan ukuran dan
kebutuhan ruangan yang akan dilindungi. Alat
Pemadam Api Otomatis ini akan berfungsi jika
ada asap atau adanya api yang menyala dan
terdeteksi oleh sensor.

Alat Pemadam Api Otomatis yang terpasang


dalam satu ruangan akan berfungsi secara
bersamaan dikarenakan pada ujung sprinkler
untuk alat ini sudah dilengkapi dengan
Actuator yang merupakan sistem elektronik.
Alat ini memiliki fungsi sebagai Thermatic yang
artinya bila adanya kegagalan fungsi elektronik,
maka akan tetap bekerja dari panas
temperatur 68C.
APAB
4. Trolley merupakan Alat Pemadam Api Berat
(APAB) yang memiliki Roda. Alat Pemadam Api
ini dilengkapi Regulator yang berfungsi untuk
mengatur tekanan dari gas CO2/N2. Alat
Pemadam Api ini umumnya ditempatkan di
area pengisian bahan bakar. Untuk Tabung
Pemadam Api ini memiliki berat dari 20-80 Kg
dan harus dioperasikan oleh 2 orang atau
lebih. Khusus bagi Alat Pemadam Api yang
memiliki isi Carbon Dioxide memiliki ukuran
berat dari 9-45Kg (Standar).
HYDRANT
5. Hydrant merupakan Alat Pemadam Api yang
berfungsi sebagai sumber air untuk
memadamkan api saat terjadinya kebakaran.
Umumnya Hydrant terletak di area tertentu di
trotoar. Hydrant memiliki bentuk standar dan
memiliki tanda khusus untuk setiap Hydrant.
KODE KEADAAN DARURAT YANG
BERLAKU DI RSUD SUMEDANG
NO WARNA KETERANGAN
1 MERAH KEBAKARAN
2 ORANGE EVAKUASI
3 HITAM KECELAKAAN
4 KUNING GANGGUAN TEKNIS YG DAPAT MENGHAMBAT /
MENGAKIBATKAN TERHENTINYA PENYALURAN
TENAGA : LISTRIK, AIR, KEBOCORAN GAS,
INSIDEN BIOLOGIS DAN KONTAMINASI
MAKANAN SEHINGGA MEMBAHAYAKAN
5 UNGU GANGGUAN KEAMANAN (HURU HARA,
ANCAMAN BOM, DEMO LIAR DSB
6 COKLAT BENCANA ALAM
7 PINK PENCULIKAN BAYI
PROSEDUR PADA SAAT TERJADI
KEBAKARAN (IPE)
1. INFORMASIKAN
orang/petugas pertama yang melihat adanya
kebakaran segera memberitahu via telpon ke
pesawat 123, menyatakan bahwa melihat
adanya kebakaran dan terjadi Code Red
dengan menyebutkan :
Nama Pelapor :
Lokasi Kejadian :
Kondisi Kebakaran :
Operator pesawat 123 memberikan
pengumuman peristiwa kebakaran kepada
penghuni bengunan melalui sound system
sebanyak 3x
PROSEDUR PADA SAAT TERJADI
KEBAKARAN
2. PADAMKAN
Tim Code Red Wilayah yang terjadi kebakaran segera
melaksanakan pemadaman. Tim Pemadam (Helm Merah)
masing-masing ruangan yang berada di wilayah tersebut
bersama-sama melakukan pemadaman dengan menggunakan
APAR (ACUPA) untuk api sedang dan Hydran, dipimpin oleh
Komando Khusus (Helm Kuning) Gedung yang terbakar.
Tim Code Red lainnya dipimpin Komando Khusus (Helm Kuning)
tetap berada di ruangan masing-masing, untuk mengantisipasi
kejadian selanjutnya
Bila Code Red bisa teratasi, Komando Khusus (Helm Kuning)
melaporkan/ memberi informasi ke Pesawat 123 bahwa Code
Red di ruangan tersebut teratasi
Operator Pesawat 123 memberikan pengumuman kepada
seluruh penghuni gedung/ unit yang ada di lingkungan RSUD
Kabupaten Sumedang bahwa Code Red sudah teratasi
PROSEDUR PADA SAAT TERJADI
KEBAKARAN
3. EVAKUASI
Bila Code Red Tidak Bisa Teratasi, Komando Khusus (Helm
Kuning) melaporkan kepada Komando Umum BAHWA Code Red
tidak bisa diatasi dan untuk segera menghubungi Dinas Kebakaran
dan melaksanakan evakuasi
Komando Umum mengintruksikan kepada operator 123 untuk
menghubungi Petugas Dinas Kebakaran melalui No. 113 atau
melalui kurir, Sebut :
Nama Penelepon
Alamat
Nomor telephone yang dipakai
Apa yang terbakar
Lokasi/dimana
EVAKUASI
1. PERSIAPAN
Pada saat api membesar, dibawah pengawasan Komando Khusus (Helm kuning)
ruangan, para penghuni ruangan (pasien/karyawan) mengadakan persiapan untuk
mengadakan evakuasi.
Para penghuni (pasien/karwayan) menunggu petunjuk petunjuk dan perintah
dari Pengaman/ Evakuasi (Helm Orange)
Komando Khusus (Helm kuning) ruangan selalu memonitor situasi kebakaran &
selalu berhubungan dengan Komando Umum
Pengaman/Evakuasi (Helm Orange) ruangan harus mengetahui jumlah keadaan
penghuni (pasien/keryawan) yang ada diruangannya.
Penyingkir/Penyelamat (Helm Biru) ruangan mengamankan/memindahkan semua
peralatan dan dokumen penting
Tim Pengamanan bersiap-siap di pintu-pintu darurat dan mengamankan jalur yang
akan dipergunakan untuk evakuasi
Tim Utilitas bersiap-siap mematikan instalasi/jaringan listrik, AC, Lift dll untuk
mencegah terjadinya ledakan/kosleting dan mempersiapkan fasilitas pendukung
untuk pelaksanaan pemadaman api
EVAKUASI
2. PELAKSANAAN EVAKUASI
Perintah evakuasi dikeluarkan oleh Komando
Umum Tim Code Red RSU melalui sound
System atau peralatan komunikasi lainnya
kepada para Komando Khusus (Helm Kuning)
ruangan.
Pelaksanaan perintah evakuasi dilaksanakan
sewaktu api semakin membesar dan sulit
diatasi, bahkan diduga akan menjalar ke
ruangan-ruangan lainnya.
EVAKUASI
2. PELAKSANAAN EVAKUASI
Setelah mendapat perintah, langkah yang harus diambil oleh Komando
Khusus (Helm kuning) membagi tugas dengan Pengaman/evakuasi
(Helm Orange), Penyingkir/penyelamat (Helm Biru), Staf yang ada dan
penunggu pasien antara lain :
Membimbing para pasien yang bisa berjalan menuju daerah yang
aman melalui tangga/pintu darurat menuju tempat penampungan.
Membawa pasien yang gawat dengan menggunakan fasilitas yang
ada balankard/rosstole)/dengan TT mobilenya menuju tempat
penampungan.
Tetap menjaga pasien agar tidak panik
Komando khusus (Helm Kuning) bersama-sama dengan
Penyingkir/penyelamat (Helm Biru) ruangan memeriksa seluruh
ruangan untuk menyakinkan bahwa pasien benar-benar telah
meninggalkan & mengosongkan ruangannya. Kirimkan berita ke
POSKO tentang situasi ruangan dan para pasiennya dan menjadi
peserta evakuasi terakhir menuju tangga/pintu darurat.
Pengaman/evakuasi (Helm orange) mengendalikan pelaksanaan
EVAKUASI
3. Kegitan di Tempat Berkumpul
Di Tempat Berkumpul pasien berkumpul seluruhnya sesuai
dengan kelompok ruangannya.
Komando Khusus (Helm kuning) dan Pengaman/Evakuasi
(Helm Orange) ruangan menghitung dan mengecek
kelengkapan para pasien serta mengiventarisasi perlengkapan
yang dibawa, selain melaporkan ke Komando Umum.
Para petugas PPPK mengiventarisasi pasien yang luka, cidera,
gawat dan lain lain yang memerlukan pertolongan.
Setiap pengungsi diminta agar senantiasa tertib dan teratur
Jangan kembali kedalam gedung sebelum tanda aman
dimumumkan .
PELAKSANAAN EVAKUASI
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN Jika terkurung dalam
Ruangan /terperangkap asap :
Hubingi operator lewat telephone 123
Berikan tanda untuk menarik perhatian, misalnya berteriak
sambil memukul mukul daun pintu atau melambaikan
kain dari jendela.
Letakan kain kain atau handuk yang telah dibasahi
terlebih dahulu pada celah celah daun pintu untuk
menghambat masuknya asap.
Bernapaslah pendek pendek sambil merapat diatas
lantaiuntuk menghindari asap, jangan berbalik arah karena
akan bertabrakan dengan orang-orang dibelakang anda
Usahakan bertahan terus hingga regu penyelamat datang.
Bila terpaksa harus menerobos kepulan asap maka
tahanlah napas anda dan cepat menuju pintu darurat
kebakaran.
YANG DILAKUKAN BILA MENDENGAR
PERINTAH EVAKUASI
1. KENDALIKAN DIRI TETAP TENANG DAN JANGAN PANIK
2. JANGAN MENGEMASI BARANG-BARANG MENGINGAT WAKTU YANG
SINGKAT.
3. JANGAN MENGGUNAKAN LIFT
4. BAGI WANITA JANGAN MENGGUNAKAN SEPATU BERHAK TINGGI.
5. JANGAN SEKALI-KALI KEMBALI KE DALAM RUANGAN KERANA TERINGAT
ADA SESUATU YANG TERTINGGAL DIDALAM RUANGAN
6. JANGAN MELOMPAT KELUAR JENDELA
7. AMANKAN SEMUA DOKUMEN BERHARGA DAN KUNCI SEMUA LEMARI
8. MATIKAN SEMUA PERALATAN ELEKTRONIK DAN CABUT STEKER DARI
STOP KONTAKNYA
9. TUNGGU DAN DENGARKAN SEMUA PERINTAH DAN ABA ABA YANG
DIBERIKAN OLEH PETUGAS EVAKUASI
YANG DILAKUKAN BILA MENDENGAR
PERINTAH EVAKUASI
10. MENURUNI TANGGA/PINTU DARURAT JANGAN TERBURU BURU.
JANGAN BERLARI-LARI
11. PRIORITAS PASIEN YANG HARUS DI EVAKUASI :
PASIEN YANG SADAR YANG BISA BERJALAN
PASIEN YANG SADAR PAKAI KURSI RODA (PERTOLONGAN 1 ORANG)
PASIEN SADAR PAKAI BLANKAR/BED MOBILE (PERTOLONGAN 2
ORANG)
PASIEN SADAR PAKAI BLANKAR/BED MOBILE MEMAKAI O2
(PERTOLONGAN 3 ORANG)
PASIEN TIDAK SADAR MEMAKAI BLANKAR/BED MOBILE
TINDAKAN PETUGAS EVAKUASI
DENGARKAN PERINTAH EVAKUASI
BIMBING SEMUA PENGHUNI BANGUNAN UNTUK
MENINGGALKAN RUANGAN / GEDUNG SECARA
TERTIB DAN CEPAT, LEWAT TANGGA DARURAT DAN
TIDAK MENGGUNAKAN LIFT
PERIKSA SEMUA RUANGAN DAN TUTUP PINTU
RUANGAN SETELAH MEMERIKSA
PASTIKAN SEMUA RUANGAN DI LANTAI ITU BENAR
BENAR KOSONG
PASTIKAN SEMUA ORANG SUDAH
MENINGGALKAN GEDUNG MENUJU TEMPAT
BERKUMPUL (TITIK KUMPUL) DAN MENUNGGU
SAMPAI ADA PERINTAH LEBIH LANJUT
JALUR EVAKUASI
Apabila terjadi Bencana dan
kebakaran, pasien, pengunjung
dan staff RS harus
memperkatikan rambu rambu
jalur evakuasi yang terpasang
pada bagian bawah dan tengah
ruangan / lorong dan
selanjutnya berkumpul pada titik
kumpul
TEKNIK MEMBAWA PASIEN
Untuk dapat melakukan EVAKUASI korban dengan
benar, tentunya diperlukan teknik-teknik tertentu
agar pemindahan benar-benar mampu menjaga
kondisi pasien dalam keadaan baik, aman dan
selamat
Apalagi jika kita dihadapkan dengan tenaga
penolong dengan jumlah yang variatif. Tentu tidak
akan sama teknik pemindahan/ Evakuasi ketika kita
bersama 2 penolong yang lain, 1 penolong yang
lain, atau bahkan sendiri.
TEKNIK MEMBAWA PASIEN TIDAK
SADAR DENGAN 1 PENOLONG
TEKNIK SAMPIR BAHU
TEKNIK MERANGKAK
TEKNIK MEMBOPONG
TEKNIK TATIKAN KAIN/SELIMUT
TEKNIK TARIKAN LENGAN/BAHU
Teknik sampir bahu (korban
dalam kondisi tengkurap)
Teknik sampir bahu (korban
dalam kondisi terlentang)
TEKNIK MERANGKAK
Bawa pasien dengan cara kedua pergelangan pasien
diikat, kemudian dengan posisi merangkak masukkan
kepala petugas penolong diantara kedua belah tangan
pasien. Posisi pasien tergantung dibawah petugas
penolong.
Bawalah pasien ketempat yang aman dengan
merangkak.
Demikian pula caranya bilamana melewati lorong yang
sempit
TEKNIK MEMBOPONG
Jika korban adalah anak-anak, maka teknik ini bisa
digunakan karena lebih praktis dibandingkan
dengan teknik-teknik lainnya. Namun jika penolong
memiliki tenaga yang lebih, teknik ini pun bisa
dilakukan untuk korban orang dewasa.
TARIKAN KAIN/SELIMUT
Tarikan Kain
Tarikan Selimut
Tarikan lengan Tarikan bahu
TEKNIK MEMBAWA PASIEN SADAR
DENGAN 1 PENOLONG
TEKNIK SAMPIR BAHU
TEKNIK GENDONG
TEKNIK MEMBOPONG
TEKNIK SAMPIR BAHU
Jika pasien tidak mengalami patah tulang
punggung, kaki, maupun lengan, teknik ini
dapat dilakukan. Teknik ini dipakai ketika
korban dalam kondisi yang sangat lemah
yang membutuhkan pertolongan dengan
segera.
Teknik gendong Teknik membopong
Teknik memapah

TEKNIK MEMBAWA PASIEN TIDAK
SADAR DNG 2 PENOLONG
TEKNIK ANGKAT LANGSUNG
Teknik ini adalah teknik umum yang digunakan ketika kita tak
menemukan alat apapun untuk proses evakuasi korban. Caranya
adalah dengan melipatkan kedua tangan korban ke dada, lalu tangan
kanan penolong 1 memegang lengan kanan bawah dan tangan kiri
memegang lengan kiri bawah korban. Sedangkan penolong 2
memegang bagian lutut korban.
TEKNIK MEMAPAH
TEKNIK DUDUK DUA TANGAN
TEKNIK DUDUK EMPAT TANGAN
TEKNIK MEMAKAI KURSI / TANDU
Teknik Duduk 2 Duduk 4
memapah tangan tangan
Teknik ini dilakukan
Teknik ini dilakukan Teknik ini
jika korban sama
jika korban masih sekali tak mampu digunakan pada
mampu berjalan berjalan. Kondisi kasus sama
namun dengan korban dengan seperti teknik
kondisi fisik yang cedera kaki pada pada evakuasi
sangat lemah. bagian bawah juga
duduk 2 tangan.
lebih tepat
menggunakan
teknik evakuasi ini
TEKNIK MEMAKAI KURSI/TANDU
Teknik ini lebih praktis dan akan mempermudah
penolong dalam melakukan evakuasi
TEKNIK MEMBAWA PASIEN TIDAK
SADAR DENGAN 3 PENOLONG
Teknik 3 penolong atau lebih, secara umum
diprioritaskan bagi korban tak sadar.
Selebihnya, untuk mengatasi
jarak evakuasi yang jauh, maka digunakan alat
bantu berupa tandu dan peralatan-peralatan
lain dengan jumlah penolong variatif. Berikut
macam-macam teknik evakuasi dengan 3
penolong:
Teknik penolong pada satu sisi pasien
Teknik penolong berhadapan
penolong pada satu sisi korban
Teknik ini adalah yang paling sering
digunakan pada evakuasi korban dengan 3
penolong. Posisi penolong pada 1 sisi
menjadikan perjalanan evakuasi lebih
terarah. Kekompakan dan koordinasi tim
menjadi penentu berhasilnya teknik
evakuasi ini. Jika penguncian korban benar,
maka korban tidak akan terasa berat.
3 penolong berhadapan
Teknik ini digunakan ketika kondisi penolong memiliki
tinggi badan yang tidak sama. Penolong berhadapan
pada kedua sisi korban dengan tangan penolong saling
berpegangan di bawah tubuh korban.
F. TEKNIK MEMBAWA PASIEN TIDAK
SADAR DENGAN 4 PENOLONG
Jika jumlah penolong lebih banyak, maka proses evakuasi akan
lebih baik. Beban korban akan semakin berkurang dan akurasi
dalam proses evakuasi pun semakin baik. Tekniknya adalah
dengan saling berpegangan tangan di bawah tubuh korban
dengan posisi penolong saling berhadapan.
TEKNIK TEKUK BERHADAPAN
G. TEKNIK MEMBAWA PASIEN TIDAK
SADAR DENGAN 6 PENOLONG
Jika korban memiliki berat badan yang cukup besar,
maka dapat dilakukan evakuasi dengan 6 penolong.
Tekniknya sama seperti evakuasi dengan 4 penolong.
TEKNIK TEKUK BERHADAPAN
HELM TIM CODE RED
TUGAS HELM KUNING
TUGAS HELM MERAH
TUGAS HELM ORANGE
TUGAS HELM BIRU
TANDA / RAMBU K3
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai