BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Hermawan, 2013, hal 169).
2. Tingkatan Pengetahuan
a. Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya atau pengetahuan mengingat kembali terhadap apa yang
telah diterima.
10
b. Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan secara
benar.
c. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis (Analysis)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dan formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Adalah suatu kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu materi
atau objek yang berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri.
4. Standar Pengetahuan
Menurut Arikunto, 2006 (di kutip dalam Kusumastuti), pengetahuan
dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100%
dari seluruh petanyaan
b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari
seluruh pertanyaan
c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari
seluruh pertanyaan.
Lansia atau usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus kehidupan manusia
dan hal tersebut merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat
dihindarkan dan akan dialami setiap individu (Prasetya, 2010, hal 42). Menua
(menjadi tua) ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai
gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul
keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan
mulai berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
(Maryam, 2008,hal 82).
2. Klasifikasi Lansia
a. Pralansia (Prasenilis)
Usia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Usia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia Resiko Tinggi
Usia ≥70 tahun atau seseorang yang berusia ≥60 tahun dengan masalah
kesehatan.
d. Lansia Potensial
Lansia yang mampu melakukan pekerjaan yang dapat menghasilkan
barang/jasa.
e. Lansia tidak Potensial
Lansia yang sudah tidak bisa menari nafkah dan hidupnya bergantung
dengan orang lain.
17
3. Karakteristik Lansia
4. Tipe Lansia
b) Tipe Mandiri
Tipe lansia yang dapat mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, dan dapat bergaul dengan teman.
d) Tipe Pasrah
Tipe lansia yang hanya dapat menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
e) Tipe Bingung
18
Menurut Dewi, 2014 tipe lain pada lansia bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, ekonominya,
diantaranya adalah:
Tipe Optimis
Lansia yang periang, penyesuaian cukup baik, memandang lansia
bebas dari tanggung jawab, dan sebagai kesempatan untuk
menuruti kebutuhan pasifnya.
Tipe Konstruktif
Tipe lansia yang mempunyai integritas baik, dapat menikmati
hidup, mempunyai toleransi tinggi, humoris, flesibel, dan sadar
diri.
Tipe Ketergantungan
Lansia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu
pasif, tidak berambisi, masih sadar diri, tidak mempunyai inisiatif,
dan tidak prakis dalam bertindak.
Tipe Defensif
Selalu menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol, memegang
teguh kebiasaan, dan menyenangi masa pension.
Tipe pemarah
Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu
menyalahkan orang lain, dan menunjukkan penyesuain yang buruk.
Tipe Serius
Lansia yang serius, tidak mudah menyerah, senang berjuang dan
bisa menjadi panutan.
19
Tipe Bermusuhan
Lansia yang selalu menganggap orang lain menyebabkan
kegagalan, selalu mengeluh, bersikap agresif, dan curiga.
Tipe Putus Asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri
Bersikap kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki
ambisi, serta tidak menyesuaikan diri.
D. Hipertensi
1. Definisi
2. Etiologi
mimisan, mata kabur, nyeri dada, sesak, debar-debar, dan air kencing yang tiba-
tiba berkurang.
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi.
Ketika perokok menghisap asap rokok, tekanan sistolik subjek
meningkat sebanyak 20mmHg sebelum menurun pada tekanan darah
awal secara bertahap.
b. Obesitas
Kelebihan berat badan dan hipertensi sering berjalan beriringan, karena
tambahan beberapa kilogram berat badan dapat membuat jantung
untuk bekerja lebih keras.
c. Stress
Stress dapat memainkan peran dalam hipertensi. Bila level stress
menurun maka tekanan darah pun akan menurun.
d. Penggunaan Alkohol
Minum alkohol secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam sehari dapat
menyebabkan 7% faktor penyebab pada hipertensi.
e. Diet
4. Patofisiologi
5. Klasifikasi Hipertensi
(mmHg) (mmHg)
Prahipertensi 120-139 80-89
Faktor Predisposisi:
- Usia
- Jenis Kelamin
- Obesitas
- Stress
Pengetahuan tentang Hipertensi
Faktor Pendukung:
- Tingkat Stressor
- Ketersediaan
Fasilitas atau
sarana kesehatan.
Sumber: