TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Penyuluhan
a. Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan atau menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan identik dengan pendidikan kesehatan karena
keduanya berorientasi kepada perubahan perilaku (Azwar, 2001).
Menurut Notoatmodjo (2012), penyuluhan kesehatan gigi dan
mulut adalah upaya menanamkan pesan mengenai kesehatan gigi kepada
masyarakat, kelompok, atau individu dengan harapan mereka dapat
memperoleh pengetahuan tersebut dapat mempengaruhi perubahan
perilaku mereka.
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada anak merupakan salah
satu usaha menanamkan pengertian kepada anak sejak usia dini bahwa
kesehatan gigi tidak kalah pentingnya dengan kesehatan tubuh secara
umum. Penyuluhan kesehatan gigi bertujuan untuk meningkatkan
pemberdayaan perorangan dan masyarakat guna tercapainya tingkat
kesehatan gigi yang lebih baik di masa mendatang. Penyuluhan
kesehatan gigi ini tidak semata-mata menjadi tanggung jawab
pemerintah, akan tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak
(Hariyani et al., 2008).
b. Tujuan Penyuluhan
Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah
perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, tentunya
perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima pendidikan.
9
10
2. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalu pancaindera manusia yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Hal ini
di dukung oleh pendapat Nugraheni (2017), tanpa pengetahuan seseorang
tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan
tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
b. Proses Terjadinya Pengetahuan
Menurut Nugraheni (2017), mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru atau (berperilaku baru), di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu:
1) Kesadaran (awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
2) Merasa tertarik (interest), terhadap stimulus atau objek tersebut, disini
sikap subjek sudah mulai terbentuk
3) Menimbang-nimbang (evaluation), responden akan
mempertimbangkan terhadap baik dan buruknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4) Uji coba (trial), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus
5) Adopsi (adoption), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
positif maka perilaku terssebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat
langgeng (longlasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari
oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama atau
bersifat sementara (Notoatmodjo, 2012).
22
c. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan bisa diperoleh secara alamiah maupun terencana yaitu
melalui proses pendidikan. Pengetahuan merupakan ranah yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan. Menurut Budiharto (2013),
pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai tingkatan
berupa :
1) Tahu (know)
Tahu merupakan tingkatan yang paling rendah karena, pada
tingkatan ini terjadi recall (mengingat kembali) diartikan sebagai
mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya atau
rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan. Contoh: gigi putih
berkat iklan pasta gigi tertentu, akibat iklan ini seseorang tertarik dan
menjadi tahu bahwa untuk memperoleh gigi putih seperti yang
terdapat dalam iklan diperlukan pasta gigi tersebut.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari. Misalnya: mampu menjelaskan tanda-tanda radang
gusi.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Misalnya: memilih sikat gigi yang benar untuk
menggosok gigi dari sejumlah model sikat gigi yang ada, setelah
diberi penjelasan dari contoh.
23
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan. Contohnya:
mampu menjabarkan struktur jaringan periodontal dengan masing-
masing fungsinya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menggabungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk tertentu
yang baru. Misalnya: individu mampu menggabungkan diet
makanan yang sehat untuk gigi, menggosok gigi yang tepat waktu,
serta mengambil tindakan yang tepat bila ada kelainan gigi untuk
usaha mencegah penyakit gigi.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. Penilaian-
penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: mampu
menilai kondisi kesehatan gusi anaknya pada saat tertentu.
d. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuaan di dalam dan diluar sekolah serta
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Informasi yang semakin banyak
24
3. Karies Gigi
a. Pengertian Karies Gigi
Karies gigi adalah kerusakan pada jaringan keras gigi yang ditandai
dengan dimulainya proses demineralisasi atau pelarutan pada lapisan luar
gigi (email). Kerusakan yang terjadi pada gigi tersebut akibat adanya
bakteri dalam mulut. Bila tidak dirawat, maka proses karies akan terus
berjalan dan dapat menjadi sumber infeksi (fokal infeksi) baik untuk
jaringan sekitar gigi maupun organ-organ tubuh lainnya, misalnya ginjal,
jantung, dan lain-lain. Karies gigi ini dapat mengenai semua kelompok
dalam masyarakat (Kemenkes RI, 2014).
Menurut Alhamda (2011), gigi berlubang disebut karies gigi, karies
akan mengakibatkan kerusakan struktur gigi sehingga terbentuk lubang
dengan gejala umum gigi terasa sakit, gigi menjadi sensitif setelah makan
atau minum manis, asam, panas, atau dingin, terlihat atau terasa adanya
lubang pada gigi, dan bau mulut.
Gigi yang berlubang bukanlah disebabkan ulat seperti anggapan
orang pada zaman dahulu. Namun disebabkan oleh pertemuan antara
bakteri dan gula. Bakteri akan mengubah gula dari sisa makanan menjadi
asam yang menyebabkan lingkungan gigi menjadi asam (lingkungan
alam gigi seharusnya adalah basa) dan asam inilah yang akhirnya
membuat lubang kecil pada email gigi (Ghofur, 2011).
b. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi (Etiologi Karies Gigi)
1) Faktor Dalam
Menurut Tarigan (2016), beberapa faktor dalam penyebab
terjadinya karies gigi, yaitu :
a) Gigi (Host)
Karies gigi diawali dengan terdapatnya plak yang
mengandung bakteri pada gigi. Oleh karena itu bagian gigi yang
memudahkan pelekatan plak sangat memungkinkan diserang
karies. Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi
sebagai tuan rumah terhadap karies gigi yaitu faktor morfologi
26
d) Waktu
Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan
frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Secara umum,
lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang
menjadi suatu kavitas cukup bervariasi diperkirakan 6-48 bulan
(Tarigan, 2016).
2) Faktor Luar
Menurut Tarigan (2016) beberapa faktor luar individu penyebab
terjadinya karies gigi, yaitu :
a) Keturunan
Dari suatu penelitian terhadap 46 pasang orang tua dengan
persentase karies yang tinggi, hanya 1 (satu) pasang yang memiliki
anak dengan gigi yang baik, 5 (lima) pasang dengan presentase
karies sedang, selebihnya 40 pasang lagi dengan persentase karies
yang tinggi. Akan tetapi, dengan teknik pencegahan karies yang
demikian maju pada akhir-akhir ini, sebetulnya faktor keturunan
dalam proses terjadinya karies tersebut telah dapat dikurangi
(Tarigan, 2016).
b) Ras
Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit
menentukan. Namun, keadaan tulang rahang suatu ras bangsa
mungkin berhubungan dengan presentase karies yang semakin
meningkat atau menurun. Misalnya, pada ras tertentu dengan
rahang sempit sehingga gigi geligi sering tumbuh tak teratur.
Dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini akan mempersulit
pembersihan gigi dan ini akan mempertinggi presentase karies pada
ras tersebut (Tarigan, 2016).
c) Jenis Kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan oleh Milhahn-Turkeheim
yang dikutip dari Tarigan (2016), pada gigi M1, didapat hasil
bahwa presentase karies gigi pada wanita lebih tinggi dibanding
dengan pria.
29
d) Usia
Sepanjang hidup dikenal 3 fase umur dilihat dari gigi geligi:
(1) Periode gigi campuran, disini M1 paling sering terkena karies
(Tarigan, 2016). Anak usia 6-12 tahun masih kurang
mengetahui dan mengerti bagaimana cara memelihara
kesehatan gigi dan mulut. Anak-anak usia sekolah perlu
mendapat perhatian khusus sebab pada usia ini anak sedang
menjalani proses tumbuh kembang.
(2) Periode pubertas (remaja) antara 14-20 tahun. Pada masa
pubertas terjadi hormonal yang dapat menimbulkan
pembengkakan gusi, sehingga kebersihan gigi dan mulut
menjadi kurang terjaga. Hal ini yang menyebabkan persentase
karies lebih tinggi (Tarigan, 2016).
(3) Usia antara 40-50 tahun. Pada usia ini sudah terjadi retraksi
atau menurunnya gusi sehingga sisa-sisa makanan sering lebih
sukar dibersihkan (Tarigan, 2016)
c. Proses Terjadinya Karies Gigi (Patogenesis Karies Gigi)
Mulut merupakan tempat berkembangnya bakteri streptococcus
mutans dan lactobacillus. Bakteri akan mengubah gula dan karbohidrat
yang menghasilkan asam, sehingga menyebabkan pH plak akan turun
hingga 4,5-5,0 dalam waktu 1-3 menit. Kemudian pH akan kembali
normal, pada pH sekitar 7 dalam waktu 30-60 menit, dan jika penurunan
pH plak ini terjadi secara terus menerus maka akan menyebabkan
demineralisasi pada permukaan gigi. Plak adalah bakteri yang
membentuk suatu lapisan lunak dan lengket yang menempel pada gigi.
Plak ini biasanya sangat mudah menempel pada permukaan kunyah gigi,
sela-sela gigi, dan batasan antara gigi dan gusi. Proses hilangnya mineral
dari struktur gigi dinamakan demineralisasi, sedangkan bertambahnya
mineral dari struktur gigi dinamakan remineralisasi. Kerusakan gigi
terjadi apabila demineralisasi lebih besar daripada proses remineralisasi.
Menurut penelitian, Streptococcus mutans berperan dalam
permulaan terjadinya karies gigi. Sedangkan Lactobacillus sp, berperan
30
waktu kita tidur, sehingga gigi akan rusak bila membiarkan sisa
makanan pada gigi tanpa menyikatnya. Air liur berguna untuk
melindungi gigi dari bakteri penyebab gigi berlubang (Ghofur, 2011).
3) Menggosok gigi dengan cara yang benar
Waktu menggosok gigi telah dilakukan secara teratur namun
bila dilakukan dengan cara yang tidak benar, tentu hasilnya tidak akan
maksimal. Cara yang benar adalah menyikat ke arah bawah untuk gigi
depan (gigi seri) bagian atas, menyikat ke arah atas untuk gigi depan
bagian bawah, menyikat secara maju munndur bagian pengunyahan,
menyikat gigi yang menghadap pipi dengan gerakan membulat atau
memutar, dan menyikat permukaan gigi bagian dalam dengan
gerakan mencongkel di sela-sela gigi. Menyikat gigi minimal 8 kali
gerakan (Ghofur, 2011).
4) Kumur setelah makan
Menyikat gigi tidak mungkin dilakukan setiap habis makan,
maka cara terbaik adalah berkumur-kumur agar sisa makanan tidak
terus menempel dan mengurangi keadaan asam dalam gigi (Ghofur,
2011).
5) Pilih pasta gigi yang mengandung fluoride
Menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride. Zat ini
merupakan salah satu bahan pembentuk email gigi. Adanya zat ini
dapat mencegah pembusukan pada gigi (Ghofur, 2011).
6) Makan-makanan yang berserat
Mengonsumsi sayuran atau buah terbukti dapat membuat gigi
lebih kuat dan mencegah terjadinya gigi berlubang (Ghofur, 2011).
7) Kurangi makanan yang mengandung gula
Makanan jenis ini bila tertinggal di gigi dan adanya bakteri akan
menyebabkan asam yang membuat gigi berlubang (Ghofur, 2011).
34
B. Kerangka Teori
Penyuluhan Kesehatan
Metode Penyuluhan
C. Hipotesis Penelitian
Ha : Penyuluhan dengan menggunakan metode Numbered Heads
Together lebih efektif daripada metode Talking Stick terhadap
tingkat pengetahuan karies pada siswa kelas 5 SD Sendangmulyo 02
Ho : Penyuluhan dengan menggunakan metode Numbered Heads
Together dan metode Talking Stick sama efektif terhadap tingkat
pengetahuan karies pada siswa kelas 5 SD Sendangmulyo 02