Darah
Darah adalah salah satu cairan tubuh yang beredar dalam sistem pembuluh
darah yang tertutup yang tersusun atas plasma dan sel darah. Volume darah
umumnya 6-8% dari berat badan, dipengaruhi oleh faktor umur, status kesehatan,
makanan, ukuran tubuh, laktasi, derajat aktivitas dan lingkungan. Menurut Marieb
(1988), sel darah dibentuk oleh tiga elemen yakni, sel darah merah (erithrosit), sel
darah putih (leukosit), dan keping darah. Fungsi darah menurut Philips (1976)
adalah sebagai alat transportasi yang bekerja dengan cara: (1) bersirkulasi
membawa nutrisi dari saluran pencernaan menuju ke jaringan tubuh, (2) mengirim
oksigen dari jantung ke jaringan sel dan karbondioksida dari jaringan ke paru-
paru, (3) membawa sisa-sisa metabolisme dari jaringan sel ke ginjal untuk
diekskresikan, (4), mempertahankan sistem keseimbangan dan buffer.
Leukosit
Leukosit merupakan unit aktif dari sistem pertahanan tubuh. Pembentukan
leukosit sebagian di sumsum tulang dan sebagian lagi di jaringan limfe yang
diangkut dalam darah menuju bagian tubuh untuk digunakan (Macer 2003).
Fungsi dari leukosit menurut Guyton (1997) adalah menghancurkan agen
penyerang dengan proses fagositosis dan membentuk antibodi yang dapat
menghancurkan atau membuat benda asing menjadi tidak aktif. Menurut Leukosit
dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni granulosit yang memiliki butir khas
dan jelas dalam sitoplasma dan agranulosit yang tidak memiliki butir yang khas
dalam sitoplasma. Granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil dan basofil.
Sedangkan agranulosit dibagi menjadi dua, yaitu limfosit dan monosit. Masing-
masing mempunyai fungsi dan kinetik yang independen dalam mekanisme
pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Granulosit
Neutrofil
Neutrofil menurut Tortola dan Anagnostakos (1990), merupakan
komponen leukosit agranulosit terbesar yang jumlahnya berkisar antara 35-75%.
Neutrofil berbentuk bulat dengan ukuran 10-12 pm. Sitoplasma berwarna merah
muda dengan granul sitoplasma bewanla netrofilik dan sedikit azurofil.
Hipersegmentasi inti terjadi pada segmen neutrofil dengan jumlah segmen
inti lebih dari lima, sedangkan band neutrofil adalah neutrofil muda dengan inti
berbentuk tapal kuda.
Fungsi utama neutrofil adalah fagositosis dan mikrobiosidal. Menurut
Guyton (1997), neutrofil merupakan salah satu tipe dari sel darah putih yang
betperan penting dalam melindungi tubuh dalam melawan penyakit dan infeksi
lewat proses fagositosis. Menurut Dellmann dan Brown (1989), neutrofil
merupakan garis pertahanan pertama yang mampu keluar dari sirkulasi darah
menuju jaringan tempat terjadinya peradangan akibat infeksi bakteri atau agen
penyakit lainnya. Fungsi neutrofil terjadi secara efisien dalam jaringan dan
efektivitasnya dipengaruhi oleh defisiensi beberapa komponen selular atau
humoral, obat-obatan dan produk toksik bakterial. Neutrofil di dalam sirkulasi
akan bertahan hidup selama 4-10 jam, sedangkan di dalam jaringan akan bertahan
hidup selama 1-2 hari (Metcalf 2006). Jumlah neutrofil dipengaruhi oleh
keseimbangan permintaan jaringan ekstravaskular, tingkat granulopoiesis, laju
pelepasan darah dari sumsum tulang, pertukaran antara sel di dalam sirkulasi dan
di dalam pool marginal, masa hidup di dalam sirkulasi darah, laju aliran sirkulasi
darah dan tingkat aktivitas sumsum tulang (Jain 1993).
Pembentukan utama neutrofil di dalam stem sel dalam sumsum tulang
merah dari terdiri dari : (1) stem sel; (2) pool proliferasi; (3) pool maturasi. Proses
pembentukan neutrofil diawali dengan bentuk : progranulocyte, inyelocyte,
metanzyelocyte, neutrofil muda (band neuhofil) dan terakhir adalah neutrofil
matang (segment neutrofil).
Gambar 1 Neutrofil (Laszlo 2006)
Neutrofil Muda
Neutrofil muda atau band neutrofil menurut Ham clan Leeson (1961)
mempunyai nukleus seperti tapal kuda. Menurut Meyer et a1 (1992), salah satu
indiiator yang sering digunakan untuk menentukan perjalanan penyakit itu
bersifat akut atau kronis adalah adanya peningkatan neutrofil muda yang berada
dalam sirkulasi darah dalam jumlah y a w lebih dari normal.
Neutrofil muda secara normal memerlukan waktu sekitar 10 jam di dalam
sirkulasi darab sebelum masuk ke dalam jaringan yang mengalami infeksi.
Apabila infeksi meningkat, neutrofil muda akan dikeluarkan dari pool sumsum
tulang.
EosinoM
Eosinofil adalah granulosit polimorfonuklear-eosinofilii dengan ukuran
hampir sama dengan neutrofil dengan sifat fagositik yang relatif lemah. Menurut
Sturkie dan Grimrninger (1976), eosinofil memiliki granul bundar dan relatif lebih
besar, benvama merah dengan pewamaan Wright's. Granul pada sitoplasmanya
mengambil warm eosinofilik yang h a t . Menurut Caceci (1998), inti eosinofilik
memilii dua lobus dengan bentuk yang &as, tidak multilobus seperti pada
dengan neutrofil. Dalam keadaan normal, eosinofil merupakan 2 persen dari
komponen darah sel darah putih.
Eosinofil berperan aktif dalam pengaturan respon alergi dan peradangan
akut, infeksi parasit (cacing dan beberapa protozoa), proses koagulasi dan
fibrinolisis, antigen-antibodi kompleks, mikoplasma dan ragi @ellman dan
Brown 1989). Menurut Tizard (1988), eosinofil mempunyai dua fungsi istimewa.
Pertarna, menyerang dan menghancurkan kutikula larva cacing. Kedua, dapat
menetralkan faktor radang yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil dalam reaksi
hipersensitifitas tipe 1. Menurut Raphael (1987), eosinofil dalam reaksi alergi
berperan sebagai pembawa histamin pada reaksi pertahanan tubuh dimana
eosinofil akan tertarik pada daerah radang oleh faktor kemotaktik eosinofil. Pada
jaringan yang mengalami reaksi alergi, eosinofil cenderung untuk berkumpul. Hal
ini menurut Guyton (1997) disebabkan oleh induksi dari sel mast dan basofil yang
ikut serta berperan dalam reaksi alergi dalam pelepasan faktor kemotaktik
eosinofil sehingga terjadi migrasi eosinofil ke jaringan alergik yang meradang.
Eosinofil dibentuk dalam sumsum tulang dengan siklus hidup kurang dari lebih
satu minggu @oxey, 1971).
Basofil
Basofil adalah granulosit yang bersifat polimorfonuklear-basofilik, yang
memiliki warna biru dengan pewarnaan. Menurut Metcalf (2006), sel ini
berjumlah 0,s-1% dari jumlah total leukosit. Ukuran basofil sedikit lebih besar
dari neutrofil, dengan inti berbentuk bulat dan sitoplasmanya relatif tidak
benvarna (Sturkie dan Grimminger 1976).
Basofil menurut Tizard (1988) mempunyai fungsi yang menyerupai sel
mast, yakni membangkitkan proses peradangan akut pada tempat deposisi antigen
dengan melepaskan mediator seperti histamin, bradikinin dan serotonin untuk
aktivitas peradangan dan alergi. Menurut Dellman clan Brown (1989), basofil juga
juga ikut berperan dalam metabolisme trigliserida dan memiliki reseptor untuk
IgE dan IgG yang menyebabkan degranulasi melalui eksositosis. Granul basofil
mengandung heparin, histamin, asam hialuron, kondroitin sulfat, serotonin dan
beberapa faktor kemotakti. Heparin berfungsi untuk mencegah pembekuan darah
dan mempercepat pelepasan jaringan lemak dari darah, sedangkan histamin
berfungsi untuk menarik eosinofil (Ganong 1995).
Agranulosit
Limfosit
Limfosit adalah leukosit agranulosit yang memiliki ukuran dan bentuk
yang bervariasi (Sturkie dan Grimminger 1976). Berdasarkan morfologinya,
limfosit dibedakan menjadi tipe besar dan tipe kecil. Tipe kecil merupakan
limfosit dewasa dengan diameter 8 pm, perbandingan sitoplasma inti sebesar 1:9,
inti bulat heterokromatik dan dikelilmgi oleh lingkaran tipis sitoplasma. Lirnfosit
muda merupakan tipe limfosit besar yang jarang ditemukan dalam peredaran
darah. Mempunyai diameter 12 pm dengan perbandingan sitoplasma inti 1:1, inti
melekuk heterokromatik dan d i k e l i l i i oleh sitoplasma (Microanatomy 1999).
L'dosit dibentuk di dalam sumsum tulang d m sebagian lagi dibentuk di dalam
limphonodus, timus, dan limpa (Ganong 1995).
Limfosit berjumlah Era-kira 25% dari leukosit yang bersirkulasi. Menurut
Tizard (1988), fungsi utama liifosit adalah memproduksi antibodi sebagai respon
kekebalan spesifik atau sebagai sel efektor khusus dalam menanggapi antigen
yang melekat pada makrofag. Limfosit memiliki 2 jenis utama yakni, limfosit T
dan lidosit B. Limfosit B jumlahnya lebii sedikit dibandingkan limfosit T, hanya
sekitar 1&12 % dan berperan dalam reaksi kekebalan humoral yang akan tumbuh
menjadi sel plasma untuk membentuk antibodi (Tizard 1988).
Gambar 4 Limfosit (Laszlo 2006)
Monosit
Monosit merupakan leukosit agmnulosit terbesar yang diproduksi di
sumsum tulang, memiliki jumlah antara 3%% dari jumlah leukosit total di dalam
darah (Ivfetcalf 2006). Monosit mempunyai sitoplasma lebih banyak dibandingkan
limfosit, berwarna abu-abu pucat dan merniliki inti tunggal berbentuk lonjong
seperti ginjal atau tapal kuda. Monosit mempunyai siklus hidup singkat dalam
sirkulasi darah yakni sekitar 2,5-3 hari.
Monosit bersifat motil, berpindah dengan gerakan amuboid ke daerah yang
mengalami infeksi (peradangan) kronis mengikuti neutrofil untuk melakukan
respon fagosit (Ganong 1995). Menurut Tizard (1988), monosit akan masuk ke
dalam jaringan dan akan berubah menjadi makrofag. Menurut Frandson (1986),
monosit di dalam sirkulasi darah diienal sebagai sistem fagositik mononuclear
(mononuclear phagositic systemlMPS) terhadap infeksi yang tidak terlalu akut.
Monosit memiliki peran penting dalam reaksi imunologi dengan membentuk
protein dari suatu komplemen clan mengeluarkan substansi yang mempengaruhi
terjadiiya proses pemdangan kronis (Swenson et a1 1993). Menurut Guyton
(1997), monosit di dalam sirkulasi darah memiliki sedikit kemampuan dalam
melawan bahan infeksius, kemudian masuk ke dalam jaringan untuk menjadi
makrofag jaringan. Selain itu, monosit juga mensekresikan kolagenase, elastase,
dan aktivator plasrninogen yang berguna dalam proses penyembuhan luka dan
fagositosis (Tizard 1988).
Tipe Peradangan
Menurut Cooper dan Slauson (1982), reaksi peradangan menurut durasi
terjadinya terbagi atas peradangan perakut, akut, subakut dan kronis. Peradangan
perakut terjadi dalam durasi yang paling singkat yakni beberapa saat setelah tahap
inisiasi. Kerusakan jaringan disertai respon vaskular mulai terlihat seperti oedema
ringan, hiperemia, hernoraghi dan sejumlah leukosit yang mulai melakukan
infiltrasi ke dalam jaringan yang rusak. Sedangkan peradangan akut terjadi dalarn
4-6 jam setelah inisiasi dalam beberapa hari dengan gejala klinik yang lebih jelas
terlihat. Pada peradangan akut, sitokin akan menstimulasi peningkatan pelepasan
baik segmen neutrofil dan band neutrofil ke dalam sirkulasi darah sehingga
menghasilkan suatu kondisi yang disebut dengan netro$lia with a leJi shij?. Pada
peradangan subakut akan terjadi penurunan derajat keparahan dan koutribusi
vaskular (edema dan hiperemia). Peradangan yang bersifat kronis terjadi dengan
durasi yang paling lama dengan proses yang lambat. Selain itu dapat dilihat
adanya respon jaringan tubuh untuk memperbaiki kerusakan pada sel. Menurut
Cooper dan Slauson (1982), pada peradangan kronis terjadi sebagai akibat adanya
peradangan yang bersifat persisten karena ketidakmampuan tubuh host untuk
rnenghilangkan infeksi. Kondisi ini akan mengakibatkan migrasi neutrofil dari
proliferation pool, ntatzwation pool dan storage pool pada sumsum tulang ke
jaringan untuk memenuhi kebutuhan akan neutrofil sehingga jumlah band
neutrofil di sirkulasi darah akan menurun berkaitan dengan adanya respon
kekebalan tubuh untuk mengatasi peradangan. Respon kekebalan ini muncul
berkaitan dengan durasi peradangan yang cukup lama dan menjadi bagian dari
sifat persistensi agen infeksi. Menurut Anonim (2007a), produk yang dihasilkan
akibat adanya invasi bakteri akan direspon oleh toll-like receptors (TLRs) dengan
pengaktifkan inj'lainiitasornes. Inflatnnmasontes atau disebut juga caspase-l
merupakan bagian dari komplek multi protein pada sitosol makrofag dan neutrofil
yang mengawali respon atas inflamasi dengan mengaktifkan sistem imun tubuh.
Respon dari toll-like receptors (TLRs) yakni peradangan sangat erat kaitannya
dengan siste~nkekebalan tubuh (Anonim 2007a).
Menurut Cooper dan Slauson (1992), besarnya respon dari neutrofil
menunjukkan keadaan suatu proses peradangan. Sedangkan tingkat keparahan
suatu peradangan ditunjukkan oleh banyaknya band neutrofil yang bersirkulasi.
fosfolipase
/ \/vCOOH
Asam arachidonat (AA)
n Cyclooxygenase
U
Prostaglandin Hz (PGH2)
p G & G zThromboxanes
- q m