Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN INTERNASIONAL

“LINGKUNGAN PEMASARAN INTERNASIONAL LINGKUNGAN


BUDAYA”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2B

1. Amalia Riyandini C1B019012


2. Nurul Fathimah C1B019019
3. Alfin Alfiansyah C1B019022
4. Rindi Fajriyanti C1B019040
5. Vanessa Audrey Kinanti C1B019098

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
karena berkat rahmat-Nya, kami bisa menyusun dan menyajikan Makalah dalam
mata kuliah Perilaku Organisasi yang berisi tentang “Lingkungan Pemasaran
Internasional Lingkungan Budaya” sebagai salah satu tugas kuliah. Tak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan
dan motivasi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah yang berjudul
Lingkungan Pemasaran Internasional Lingkungan Budaya masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat
menjadi acuan dalam menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya.
Kami juga memohon maaf apabila dalam penulisan Makalah ini terdapat
kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam
memahami maksud kami.

Purwokerto, 26 Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
2.1 Tipologi Budaya Hofstede ..................................................................... 3
2.2 Kriteria dan Persepsi Referensi Diri Sendiri ........................................... 4
2.3 Teori Difusi ........................................................................................... 6
2.4 Implikasi Pemasaran Lingkungan Sosial dan Budaya .......................... 10
BAB III.............................................................................................................. 13
PENUTUP ......................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan sosial budaya merupakan bagian dari lingkungan
kehidupan. Berbagai macam definisi mengenai hal tersebut telah
dimunculkan oleh beberapa pakar lingkungan hidup. Lingkungan sosial
budaya adalah lingkungan atau tempat manusia berkumpul
menjalankan hidup bersosialisasi dan dalam lingkup berbudaya sesuai
daerah masing-masing yang menjadi ciri khasnya. Lingkungan sosial
budaya menggabungkan antara hidup sosial antar manusia dan budaya
masyarakat secara turun-temurun baik itu budaya timur maupun budaya
barat sejak manusia lahir di muka bumi ini. Kultur budaya yang
dilahirkan atau diciptakan menyatukan pola pikir manusia. Teknologi
yang semakin berkembang di jaman modern ini tak luput terlibat dalam
lingkungan hidup. Pencampuran kebudayaan yang saling mengisi dapat
mempererat hubungan lingkungan sosial budaya dan teknologi
Budaya adalah “cara hidup” yang dibentuk oleh sekelompok
manusia yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Faktor budaya merupakan tantangan bagi pemasar global karena semua
ini tidak mudah dilihat. Pemasar internasional harus mengetahui
pengaruh budaya dan harus menyiapkan diri untukmenjawab tantangan
itu atau mengubahnya. Pemasar internasional memainkan peran penting
bahkan dapat dikatakan menentukan dalam mempengaruhi kecepatan
tingkat perubahan diseluruh dunia. Hal tersebut terlihat jelas dalam
makanan yang praktis tentunya menyangkut semua industri, terutama
produk konsumen. Pabrik sabun dan deterjen telah mengubah
kebiasaan, mencuci, industri elektronik telah mengubah pola hiburan,
dan pemasar pakaian telah mengubah style atau model, dan sebagainya.
Dalam produk industri budaya telah mempengaruhi karakteristik dan
permintaan produk tetapi yang lebih penting lagi sebagai pengaruh pada
proses pemasaran, terutama dalam cara menjalankan bisnis. Pemasar

1
internasional telah belajar untuk mengandalkan orang yang mengetahui
dan memahami adat serta sikap setempat untuk keahlian pemasaran.
Hubungan bisnis antara pihak-pihak yang mempunyai budaya atau
kebangsaan berbeda dapat dipengaruhi oleh tantangan tambahan. Bila
salah satu pihak dari budaya konteks tinggi mengambil bagian dalam
kesepakatan bisnis, faktor-faktor yang dibahas mungkin akan lebih
rumit karena keyakinan berbeda mengenai signifikansi dari
kesepakatan bisnis formal dan kewajiban yang mengikat semua pihak
misalnya, manajer penjualan benar-benar yakin bahwa hanya kontrak
yang ditulis dengan baik yang diperlukan agar perusahaanya dapat
menerima semua kewajiban yang mengikat. Tetapi manajer penjualan
tadi juga tidak dapat memahami belahan dunia, sesuatu hanya dapat
terjadi bila ada hubungan pribadi karena kadang-kadang hubungan
pribadi juga perlu untuk melaksanakan sesuatu dalam lingkungan
konteks rendah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah tipologi budaya hosfstede ?
2. Bagaimana kriteria dan persepsi referensi diri sendiri?
3. Bagaimana teori difusi?
4. Bagaimana implikasi pemasaran lingkungan social dan budaya?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tipologi budaya hosfstede.
2. Untuk memahami kriteria dan persepsi referensi diri sendiri.
3. Untuk memahami teori difusi.
4. Untuk memahami implikasi pemasaran lingkungan sosial dan
budaya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tipologi Budaya Hofstede


Ahli antropologi organisasi Geert Hofstede berasumsi bahwa
budaya bangsa yang berbeda-beda dapat diperbandingkan dengan
empat dimensi. Yang pertama, jarak kekuatan (power distance),
tingkatan yang mengurangi kekuatan didistribusikan secara tidak
merata. Meurut George Orwell, semua masyarakat itu berbeda
tetapi beberapa ada yang lebih berbeda dari yang lainnya.
Dimensi kedua adalah refleksi dari tingkatan dimana individu-
individu dalam masyarakat diintegrasikan dalam satu kelompok.
Dalam budaya individualis setiap anggota msyarakat sangat peduli
kepentingannya sendiri dan keluarga dekatnya. Dalam budaya
kolektif (collectivist), semua anggota masyarakat diintegrasikan
kedalam kelompok-kelompok yang bersatu.
Dimensi ketiga, maskulinitas, menggambarkan suatu
masyarakat dimana priadiharapkan menjadi seseorang yang tegas,
kompotitif, dan peduli dengan kesuksesan materi, sementara
wanita memenuhi peran mengasuh dan peduli dengan masalah-
masalah seperti keselamatan anak-anak. Di pihak lain, feminitas
menggambarkan suatu masyarakat yang dimana peran sosial pria
dan wanita saling melengkapi, yang mana tidak ada gender yang
sangat ingin menunnjukkan ambisi dan perilaku bersaing.
Hotstede mencatat bahwa tiga dimensi yang pertama
mengacu pada perilaku sosial yang diharapkan, dimensi keempat
dalam bahasa Hotstede dikatakan, “pencarian kebenaran pria”.
Menghindarkan ketidakpastian merupakan tingkat dimana anggota
masyarakat tidak nyaman dengan kondisi yang tidak jelas,
mendua, atau tidak terstruktur. Riset yang dilakukan oleh Hotstede
meyakinkan dirinya bahwa meskipun keempat dimensi itu
menghasilkan interprestasi yang menarik dan bermanfaat, namun

3
dimensi-dimensi itu tidak menyediakan pengetahuan dasar budya
yang mungkin bagi pertumbuhan ekonomi.
Masalah metodologi ini diperbaiki dengan Chinese Value
Survey (CVS) yang dikembangkan oleh para ahli sosial Cina. Data
CVS mendukung tiga dimensi“perilaku sosial” budaya Hotstede,
namun mengabaikan ketidakpastian. Dengan menambah dimensi
yang dilewatkan oleh periset barat yang disebut Hotstede
“confucian dynamism”, peduli dengan beberapa aspek budaya
yang mucul dan berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Hotstede
menjelaskan bahwa dimensi ini peduli dengan “pencarian
masyarakat terhadap kebajikan”, daripada mencari kebenaran.

2.2 Kriteria dan Persepsi Referensi Diri Sendiri


Persepsi seseorang mengenai kebutuhan pasar disusun oleh
pengalamanbudayanya sendiri. Suatu kerangka kerja yang secara
sistematik mengurangi hambatan perseptual dan distorsi ini
dikembangkan oleh James Lee dan diterbitkan oleh Harvard
Business Riview tahun 1996. Lee menyebutkan referensi bahwa
sadar untuk nilai-nilai budaya sendiri, kriteria referensi diri sendiri
atau disingkat SRC (Self Reference Criteria). Untuk mengatasi
masalah ini dan menghilangkan atau mengurangi miopia budaya,
ia mengusulkan kerangka kerja empat langkah yang sistematis:
1. Definisikan masalah atau tujuan dalam kaitannya dengan ciri
budaya, kebiasaan, dan norma negara asal.
2. Tentukan masalah atau tujuan dalam hal ciri-ciri budaya negara
tuan rumah, kebiasaan, dan norma. Jangan membuat penilaian
nilai.
3. Pisahkan pengaruh SRC dan periksa dengan cermat untuk
melihat bagaimana hal itu memperumit masalah.
4. Mendefinisikan kembali masalah tanpa pengaruh SRC dan
memecahkan situasi pasar negara tuan rumah.
Keputusan Perusahaan Walt Disney untuk membangun taman

4
hiburan di Prancis menyediakan sarana yang sangat baik untuk
memahami SRC. Saat mereka merencanakan masuknya mereka ke
pasar Prancis, bagaimana mungkin eksekutif Disney melakukan hal
yang berbeda jika mereka menggunakan langkah-langkah SRC?
Langkah 1 Eksekutif Disney percaya ada permintaan yang hampir
tidak terbatas untuk budaya Amerika ekspor ke seluruh dunia.
Bukti termasuk keberhasilan McDonald's, Coca-Cola, film
Hollywood, dan musik rock Amerika. Disney memiliki rekam jejak
yang luar biasa dalam mengekspor sistem manajemen dan gaya
bisnis Amerika. Tokyo Disneyland, salinan karbon virtual taman di
Anaheim, California, telah sukses besar. Kebijakan Disney
melarang penjualan atau konsumsi alkohol di dalam taman
hiburannya.
Langkah 2 Eropa pada umumnya, dan Prancis pada khususnya,
sensitif tentang imperatif budaya Amerika. realisme.
Mengkonsumsi anggur dengan makan siang adalah kebiasaan yang
sudah lama ada. Orang Eropa memiliki kastil asli mereka sendiri,
dan banyak karakter Disney populer berasal dari cerita rakyat
Eropa.
Langkah 3 Perbedaan signifikan terungkap dengan
membandingkan temuan pada langkah 1 dan 2 menyarankan
dengan kuat bahwa kebutuhan yang menjadi dasar taman hiburan
Disney Amerika dan Jepang tidak ada di Prancis. Modifikasi desain
ini diperlukan untuk kesuksesan Eropa.
Langkah 4 Ini akan membutuhkan desain taman hiburan yang
lebih sesuai dengan bahasa Prancis dan norma budaya Eropa.
Biarkan Prancis menempatkan identitas mereka sendiri di taman.
Pelajaran yang diajarkan SRC adalah bahwa keterampilan penting
dan vital dari pemasar global adalah persepsi yang tidak bias yaitu,
kemampuan untuk melihat apa yang ada dalam suatu budaya.
Meskipun keterampilan ini sama berharganya di dalam negeri
seperti di luar negeri, keterampilan ini sangat penting bagi pemasar

5
global karena kecenderungan yang meluas ke arah etnosentrisme
dan penggunaan kriteria referensi diri. SRC dapat menjadi
kekuatan negatif yang kuat dalam bisnis global dan lupa untuk
memeriksanya dapat menyebabkan kesalahpahaman dan
kegagalan. Saat merencanakan Euro Disney, mantan ketua Disney
Michael Eisner dan eksekutif perusahaan lainnya dibutakan oleh
kombinasi ampuh dari kesuksesan dan etnosentrisme mereka
sebelumnya. Menghindari SRC mengharuskan seseorang untuk
menangguhkan asumsi berdasarkan pengalaman dan kesuksesan
sebelumnya dan bersiap untuk memperoleh pengetahuan baru
tentang perilaku dan motivasi manusia.

2.3 Teori Difusi


Sosiolog Everett Rogers meninjau studi ini dan menemukan
pola temuan yang sangat mirip. Rogers menyaring penellitian
menjadi tiga konsep yang sangat berguna bagi pemasar global, yaitu
proses adopsi, karakteristik inovasi, dan kategori pengadopsi.
Secara bersama-sama, konsep-konsep ini membentuk Rogers difusi
inovasi kerangka.
 Proses Adopsi
Salah satu elemen dasar teori difusi Rogers adalah konsep
proses adopsi yaitu tahap mental yang dilalui seseorang dari saaat
pengetahuan pertamanya tentang suatu inovasi hingga saat adopsi
atau pembelian produk. Rogers menyarankan bahwa seorang
individu melewati lima tahap yang berbeda dalam melanjutkan dari
pengetahuan pertama tentang suatu produk hingga adopsi akhir atau
pembelian produk itu, yaitu :
1. Kesadaran. Pada tahap pertama , pelanggan menjadi sadar
untuk pertama kalinya terhadap produk atau inovasi.
Penelitian memnunjukan bahwa pada tahap inisumber
informasi impersonal seperti iklan media massa adalah yang
paling penting. Tujuan komunikasi awal yang penting dalam

6
pemasaran global adalah untuk menciptakan kesadaran akan
produk baru melalui pemaparan umum terhadap pesan iklan.
2. Minat. Ditahap ini, pelanggan cukup tertarik untuk belajar
lebih banyak. Pelanggan telah memusatkan perhatiannya
pada komunikasi yang berkaitan dengan produk dan akan
terlibat dalam kegiatan penelitian dan mencari informasi
tambahan.
3. Evaluasi. Pada tahap ini individu secara mental menilai
manfaat produk dalam kaitannnya dengan kebutuhan masa
kini dan yang diantisipasinya dimasa depan dan berdasarkan
penilaian ini akan memutuskan apakah akan mencobanya.
4. Uji coba. Sebagian besar pelanggan tidak akan membeli
produk mahal tanpa pengalaman “langsung” yan disebut
pemasar sebagai “percobaan”.
5. Adopsi. Pada titik ini, individu melakukan pembelian awal
atau terus membeli dan menunjukan loyalitas mereka
terhadap produk. Studi menunjukan bahwa ketika seseorang
bergerak dari evaluasi melalui percobaan ke adopsi, sumber
informasi pribadi lebih penting daripada sumber impersonal.
Selama tahap ini perwakilan penjulan dan dari mulut ke
mulut menjadi kekuatan persuasive utama yang
mempengaruhi keputusan untuk membeli.

 Karakteristik Inovasi
Selain menggambarkan proses adopsi produk, Rogers juga
mengidentifikasi lima tahap utama karakteristik inovasi,
yaitu :
1. Keuntungan relatif. Keuntungan relative yang dirasakan dari
produk baru dengan produk yang sudah ada adalah pengaruh
besar pada tingkat adopsi. Jika suatu produk memiliki
keunggulan relatif yang substansial dibandingkan dengan
persaingan, kemungkinan besar produk tersebut akan

7
diterima dengan cepat. Ketika pemutar compact disc
pertama kali diperkenalkan pada awal 1980-an, pengamat
industri memperkirakan bahwa hanya audiophiles yang
cukup peduli dengan suara digital dan punya uang untuk
membelinya. Namun keunggulan sonic CD dibandingkan
denga npiringan hitam jelas terlihat di pasar massal, karena
harga untuk pemutar CD anjlok dan LP vinil hitam 12 inch
hamper punah dalam waktu kuran dari satu decade.
2. Kesesuaian. Sejauh mana suatu produk konsisten dengan
nilai-nilai yang ada dan pengalaman masa lal para
pengadopsi. Sejarah inovasi dalam pemasaran internasional
penuh dengan kegagalan oleh kurangnya kompabilitas
produk baru di pasar sasaran. Sebagai contoh, VCR
konsumen pertama, Sony Betamax, akhirnya gagal karena
hanya dapat merekam selama 1 jam. Kebanyakan pembeli
ingin merekan film dan acara olahraga. Kemudian mereka
Betamax demi VCR format HVS yang dapat merekam
selama 4 jam.
3. Komplesitas. Sejauh mana suatu inovasi atau produk baru
sulit dipahami dan digunakan. Komplesitas produk
merupakan faktor yang dapat memperlambat tingkat adopsi,
terutama di pasar negara berkembang dengan tingkat melek
huruf yang rendah. Pada 1990-an lusinan perusahaan global
mengembangkan produk elektronik konsumen multimedia
interaktif baru. Kompleksitas adalah masalah utama yang
dimana banyak pengguna tidak tahu cara mengaturnya.
Untuk mencapai kesuksesan massal, produk baru harus
mudah digunakan.
4. Divisibilitas. Kemampuan suatu produk untuk dicoba dan
digunakan secara terbatas tanpa biaya yang besar. Perbedaan
yang luas dalam tingkat pendapatan seluruh dunia
menghasilkan perbedaan besar dalam jumlah pembelian

8
yang disukai, ukuran porsi, dan porsi produk. Mayones
Hellmann’s CPC International sama sekali tidak dijual
dalam bentuk toples di Amerika. Penjualan meningkat setela
perusahaan menempatkan mayones dalam kemasan plastik.
Paket plastic berada dalam anggaran makanan konsumen
lokal dan mereka tidak memerlukan pendinginan dan
lainnya.
5. Kemampuan berkomunikasi. Sejauh mana manfaat inovasi
atau nilai produk dapat dikomunikasikan ke pasar potensial.
Perekam kaset digital baru dari Philips mengalam kegagalan
pasar, sebagian karena iklan tidak secara jelas
mengomunikasikan fakta bahwa produk tersebut dapat
membuat rekaman berkualitas CD menggunakan teknologi
kaset baru sambil tetap memutar kaset analog lama.

 Kategori Pengadopsi

Adalah klasifikasi individu dalam pasar berdasarkan inovasi


mereka. Ratusan studi tentang difusi inovasi menunjukan bahwa,
setidaknya di Barat, adopsi adalah fenomena social yang dicirikan
oleh kurva distribusi normal, seperti yang ditunjukkan pada gambar
di atas.
Lima kategori telah ditetapkan untuk segmen dari distribusi
normal ini. Pertama 2,5 persen orang yang membeli produk

9
didefinisikan sebagai innovator. 13,5 persen berikutnya adalah
pengadopsi awal, 34 persen berikutnya adalah mayoritas awal, 34
persen persen berikutnya mayoritas akhir, dan 16 persen terakhir
adalah yang lamban. Studi menunjukan bahwa innovator cenderung
berani, lebih kosmopolitan dalam hubungan sosial mereka, dan
lebih kaya daripada mereka yang mengadopsi kemudian.
Pengadopsi awal adalah orang yang paling berpengaruh di
komunitas mereka, bahkan lebih dari innovator. Jadi, Pengadopsi
awal adalah kelompok penting dalam prosses adopsi dan mereka
memiliki pengaruh besar pada mayoritas awal dan akhir yang terdiri
dari sebagia besar pengadopsi produk apapun. Beberapa
karakteristk pengadopsi awal menonjol. Pertama, mereka cenderung
lebih muda, dengan status sosial yang tinggi, dan dalam posisi
keuangan yang lebih menguntungkan daripada pengadopsi
berikutnya.
Salah satu alasan utama kategori pengadopsi adalah efek
interaksi, yaitu prosses dimana individu yang telah mengadopsi
suatu inovasi mempengaruhi orang lain. Adopsi suatu ide atau
produk baru merupakan hasil interaksi manusia dalam suatu sistem
sosial. Jika pengadopsi pertama dari suatu inovasi atau produk baru
mendiskusikan dengan dua orang lain, kemudian dua pengadopsi
meneruskan ide tersebut kepada dua orang lainnya, dan seterusnya.
Distribusi yang dihasilka menghasilkan bentuk lonceng yang
normal ketika di plot.

2.4 Implikasi Pemasaran Lingkungan Sosial dan Budaya


Sensitivitas lingkungan mencerminkan sejauh mana produk
harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik budaya dari pasar
nasional yang berbeda. Pendekatan yang berguna adalah untuk
melihat produk pada kontinum kepekaan lingkungan. Di salah satu
ujung kontinum adalah produk yang tidak peka terhadap lingkungan
yang tidak memerlukan adaptasi yang signifikan terhadap

10
lingkungan dari berbagai pasar dunia. Di ujung lain kontinum adalah
produk yang sangat sensitif terhadap faktor lingkungan yang
berbeda.
Perusahaan dengan produk yang tidak peka terhadap
lingkungan akan menghabiskan waktu yang relatif lebih sedikit
untuk menentukan kondisi pasar lokal yang spesifik dan unik karena
produk tersebut pada dasarnya bersifat universal. Semakin besar
sensitivitas lingkungan suatu produk, semakin besar kebutuhan
manajer untuk menangani kondisi lingkungan ekonomi, peraturan,
teknologi, sosial, dan budaya negara tertentu. Sensitivitas produk
dapat direpresentasikan pada skala dua dimensi, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4-4. Sumbu horizontal menunjukkan
kepekaan lingkungan, sumbu vertikal derajat untuk adaptasi produk
yang dibutuhkan. Setiap produk yang menunjukkan tingkat
sensitivitas lingkungan yang rendah, misalnya dimiliki di kiri bawah
gambar (sirkuit terintegritas). Intel telah menjual lebih dari 100 juta
mikroprosesor chip hal ini karena chip dibutuhkan dimana saja di
seluruh dunia. Pindah ke kanan pada sumbu horizontal, tingkat
sensitivitas meningkat, seperti halnya jumlah adaptasi. Komputer
menunjukkan tingkat sensitivitas lingkungan yang sedang; variasi
dalam persyaratan tegangan negara memerlukan beberapa adaptasi.
Selain itu, dokumentasi perangkat lunak komputer harus dalam
bahasa lokal.

11
Di kanan atas Gambar 4-4 adalah produk dengan sensitivitas lingkungan
yang tinggi. Makanan terkadang termasuk dalam kategori ini karena sensitif
terhadap iklim dan budaya.
Produk konsumen mungkin lebih sensitif terhadap perbedaan budaya
dibandingkan produk industri. Rasa lapar merupakan kebutuhan fisiologis
dasar dalam hirarki Maslow, setiap orang butuh makan, tetapi apa yang kita
makan sangat dipengaruhi oleh budaya. Seperti dalam kasus McDonald's di
akhir Bab 1, perusahaan makanan cepat saji ini telah mencapai sukses besar
di luar Amerika Serikat dengan menyesuaikan item menunya dengan selera
lokal. Rasa haus juga menunjukkan bagaimana kebutuhan berbeda dari
keinginan. Meminum cairan merupakan kebutuhan psikologis yang bersifat
universal. Seperti halnya makanan, cairan tertentu yang ingin diminum
orang dapat sangat dipengaruhi oleh budaya. Seperti di benua Eropa, kopi
telah dikonsumsi selama berabad-abad. Sebaliknya, Inggris secara historis
merupakan negara peminum teh, dan gagasan tentang teh sore tertanam kuat
dalam budaya Inggris. Pada tahun 1970-an, penjualan teh melebihi kopi
dengan perbandingan 4 banding 1. Orang Inggris yang minum kopi
cenderung membelinya dalam bentuk instan, karena cara pembuatannya
yang instan mirip dengan teh. Namun, pada 1990-an, Inggris mengalami
ledakan ekonomi dan banyak bermunculan restoran baru. Orang London
yang ingin menghabiskan waktunya dengan hang out menemukannya
dalam bentuk kafe. Seattle Coffee Company sukses instan setelah toko
pertama dibuka oleh orang Amerika yang kekurangan kopi pada tahun
1995, dan pada tahun 1998 Seattle Coffee memiliki 65 lokasi di sekitar
London. Starbucks membeli bisnis dari pendirinya seharga $84 juta. Hari
ini, Starbucks telah mengatasi tantangan harga real estat yang tinggi dan
memiliki lebih dari 750 lokasi di Inggris.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Budaya, “hasil pemikiran” masyarakat, memiliki pengaruh
yang dapat menembus dan mengubah setiap lingkungan pasar nasional.
Pemasar global harus mengetahui pengaruh dari budaya dan harus
menyiapkan diri untuk menjawab tantangan itu atau mengubahnya.
Perilaku manusia merupakan suatu fungsi kepribadianseseorang yang
unik dan interaksi orang tersebut dengan tekanan kolektif dari
masyarakat dan budaya dimana orang tersebut berada. Sejumlah konsep
dapat membantu menuntun seseorang mencari wawasan tentang
permasalahan budaya. Bangsa-bangsa dapat diklasifikasikan sebagai
budaya konteks tinggi atau budaya konteks rendah. Gaya
berkomunikasi dan bernegosiasi dapat berbeda dari satu negara ke
negara lainnya. Hirarki Maslow, Tipologi Hofstede dan Kriteria
referensi diri sendiridapat memberikan petunjuk tentang perbedaan dan
persamaan budaya.
Pemasar global memainkan peran penting bahkan dapat
dikatakan menentukan dalam mempengaruhi kecepatan tingkat
perubahan diseluruh dunia.Pemasar global telah belajar untuk
mengandalkan orang yang mengetahui dan memahami adat serta sikap
setempat untuk keahlian pemasaran. Meskipun begitu, banyak orang
yang menjalankan bisnis dalam suatu budaya yang baru menggunakan
kesempatan bagi dirinya sendiri dengan berlatih untuk membantu
menghindari komplikasi lintas budaya yang potensial terjadi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Keegan, Warren J. (2013). Manajemen Pemasaran Global, Jilid Satu, Edisi Ketujuh,
Penerbit Pearson Education, Amerika.

14
15

Anda mungkin juga menyukai