Anda di halaman 1dari 14

BISNIS INTERNASIONAL

PERAN BUDAYA DAN POLITIK DALAM BISNIS


INTERNASIONAL

DOSEN PENGAMPU : Eris Harismasakti SE. MM

Disusun Oleh :

AHMAD RIZKI ROMDONI ( 21111054 )

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LA TANSA MASHIRO


RANGKASBITUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah

melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-nya yang sangat besar sehingga penulis akhirnya

bisa menyelesaikan makalah ini.

Rasa terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang selalu

memberikan dukungan serta bimbingannyasehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.

Semoga makalah yang telah penulis susun ini bermanfaat serta bisa menambah

pengetahuan dan pengalaman para pembaca. Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa

tidak ada sesuatu yang sempurna. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini juga masih

memiliki banyak kekurangan.

Maka dari itu penulis mengharapkan saran serta masukan dari para pembacademi penyusunan

makalah dengen sempurna yang lebih baik lagi.

Rangkasbitung, November
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan Masalah.............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2.1 Karakteristik kebudayaan..............................................................................................
2.2 Komponen sosiokultular................................................................................................
2.3 Memahami budaya- budaya nasional............................................................................
2.4 Politik dan bisnis internasional......................................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................


3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Setiap negara memiliki permasalahan yang kompleks. Mereka


harus bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan baik. Salah satu
masalah kompleks tersebut adalah mengenai permintaan masyarakat
dan kebutuhan yang mereka inginkan yang harus mencari cara agar
kebutuhan mereka dapat terpenuhi dan dapat memberikan kepuasan
bagi masyarakat dan penduduknya. Salah satunya adalah dengan
melakukan kerja sama dengan negara lain melalui perdagangan
internasional atau bisnis internasional.
Bisnis internasional memang punya pengaruh besar pada
perubahan suatu negara. Dengan bisnis internasional negara dapat
mengetahui apakah negara mereka termasuk negara berkembang
ataukah negara maju.
Sebenarnya bisnis internasional ini muncul sejak tahun 1600 M
yang di awali oleh para pedagang pedagang venisia dan Yunani
mengirim wakil-wakil nya ke luar negri untuk menjual barang-barang
mereka. Setelah itu bisnis internasional semakin berkembang di dunia
barat dan timur dengen kebijakan dan perjanjian masing-masing
negara yang sesuai dengan hukum dan budaya mereka. Bisnis ini
kemudian menjadi sarana penting bagi negara-negara tersebut untuk
berkompetisi dengan negara lain agar mereka bisa menjual produk
unggulan mereka agar laku di pasaran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik dari kebudayaan
2. Apa saja komponen-komponen sosiokultular
3. Bagaimana memahami budaya-budaya nasional
4. Peran politik dalam bisnis internasional
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik kebudayaan
2. Untuk mrngetahui kompnen-komponen sosiokultular
3. Untuk mengetahui memahami budaya-budaya nasional
4. Untuk mengetahui peran politik dalam bisnis internasional
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik kebudayaan
Budaya adalah kumpulan nilai, kepercayaan, prilaku, kebiasaan
dan sikap yang membedakan suatu masyarakat dari yang lainnya. Jika
suatu perusahaan meluaskan usahanya ke pasar internasional, menambah
pasilitas produksinya di negara lain, mencari tenaga asing yang lebih
produktif dan berbakat, maka bagi perusahaan tersebut mulai muncul
tantangan dalam hal perbedaan budaya di antara bangsa-bangsa yang
berhubungan bisnis dengan mereka.
Beberapa karakteristik kebudayaan perlu di perhatikan karena
mempunyai relevansi dengan bisnis internasional :
- Kebudayaan mencerminkan prilaku yang di pelajari dan ditularkan
dari suatu anggota masyarakat yang lainnya.
- Unsur – unsur kebudayaan saling terkait
- Kebudayaan sanggup menyesesuaikan diri artinya kebudayaan
berubah sesuai dengan kekuatan -kekuatan eksternal yang
mempengaruhi masyarakat tersebut.
- Kebudayaan di miliki Bersama oleh anggita-anggota masyarakat
tersebut dan tentu saja menentukan keanggotaan masyarakat itu.
Orang – orang yang sama memiliki kebudayaan adalah anggota
suatu masyarakat. Orang – orang yang tidak memilikinya berada di
luar batas negara-negara itu.
2.2 Komponen- komponen sosio kultura

Komponen-komponen sosiokultural yaitu sebagai berikut :

1. Estetika
Estetika berkitan dengan rasa keindahan, budaya dan selera yang yang
baik dan dolengkapkan dalam seni, drama, music, cerita rakyat dan
tari-tariannya. Berhubbungan dengan seni dan kesenian music, cerita
rakyat, hikayat, yang berlaku dan berkembang di masyarakat.
2. Sikap dan kepercayaan
Setiap budaya memiliki seperangkat sikap-sikap dan kepercayaan yang
mepengaruhi hampir seluruh prilaku manusia dan membantu
membawa ketertiban kepada masyarakat dan individu-individunya.
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun sistem
kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini mempengaruhi
system penilaian yang ada pada masyarakat.
3. Agama
Agama, suatu komponen kebudayaan yang penting, bertanggung
jawab atas banyak dari sikap kepercayaan yang mempengaruhi prilaku
manusia. Suatu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dasar dari
beberapa agama besar akan memberikan pemahaman yang lebih baik
mengapa sikap orang- orang jauh berbeda dari suatu negara ke negara
lain.
4. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang
nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah
temuan-temuan yang di hasilakn dari suatu penggalian arkeologi .
Kebudayaan material merujuk kepada semua objek buatan manusia
dan berhubungan dengan bagaimana orang-orang membuat benda-
benda ( teknologi ) dan siapa membuat apa dan mengapa ( ilmu
ekonomi ).
2.3 Memahami budaya-budaya nasional
Geert hofstede seorang sosiolog Swedia, mewawancarai di
67 negara menemukan perbedaan jawaban atas 32 pertanyaan di
dasarkan atas empat dimensi yaitu :

1. Individualisme versus kolektivisme


Menurut beliau kolektivisme merupakan bagian dari kelompok
yang seharusnya menjaga mereka dengan imbalan loyalitas,
budaya individualisme di harapkan untuk mengurus diri mereka
sendiri dan keluarga dekat mereka.
2. Jarak kekuasaan besar versus kecil
Jarak kekuasaan adalah sejauh mana anggota-anggota masyarakat
menerima distribusi kekuasaan yang tidak merata di antara
individu.
3. Penghindaran ketidakpastian yang kuat versus yang lemah
Adalah tingkat di mana para anggota masyarakat merasa terancam
oleh ambiguitas dan menolak untuk mengambil resiko. Para
karyawan di dalam budaya yang menghindari resiko tinggi seperti
jepang, Yunani dan lain-lain cebderung tetap tinggal dalam
organisasi mereka untuk waktu yang lama. Orang – orang yang
berasal dari negara tingkat penghindarab resiko rendah seperti:
amerika seriakat, singapura, dan lain-lain adalah jauh sering
berpindah-pindah pekerjaan.
4. Maskulinitas versus ferminisitas
Tingkat di mana nilai-nilai dominan dalam suatu masyarakat
menekankan ketegasan, akuisasi uang dan status. Serta pencapian
penghargaan organisasioanal yang simbolis maupun yang
kelihatan, di banding tingkat dengan mana nilai-nilai tersebut
menekankan pada hubungan perhatian terhadap orang lain dan
kualitas hidup secara keseluruhan.
2.4 Peran poitik dalam bisnis internasional

Dalam berbisnis sangatlah penting mempertimbangkan risiko politik dan pengaruhnya


terhadap organisasi. Hal ini patut dipertimbangkan karena perubahan dalam suatu tindakan
maupun kebijakan politik di suatu negara dapat menimbulkan dampak besar pada sektor
keuangan dan perekonomian negara tersebut.

Risiko politik umumnya berkaitan erat dengan pemerintahan serta situasi politik dan
keamanan di suatu negara. Setiap tindakan dalam organisasi bisnis adalah politik, kecuali
organisasi charity atau sosial. Faktor-faktor tersebut menentukan kelancaran berlangsungnya
suatu bisnis. Oleh karena itu, jika situasi politik mendukung, maka bisnis secara umum akan
berjalan dengan lancar.

Dari segi pasar saham, situasi politik yang kondusif akan membuat harga saham naik.
Sebaliknya, jika situasi politik tidak menentu, maka akan menimbulkan unsur ketidakpastian
dalam bisnis. Dalam konteks ini, kinerja sistem ekonomi-politik sudah berinteraksi satu sama
lain, yang menyebabkan setiap peristiwa ekonomi-politik tidak lagi dibatasi oleh batas-batas
tertentu Sebagai contoh, IMF, atau Bank Dunia, atau bahkan para investor asing
mempertimbangkan peristiwa politik nasional dan lebih merefleksikan kompromi-kompromi
antara kekuatan politik nasional dan kekuatan-kekuatan internasional.

Tiap pembentukan pola bisnis juga senantiasa berkait erat dengan politik. Budaya politik
merupakan serangkaian keyakinan atau sikap yang memberikan pengaruh terhadap kebijakan
dan administrasi publik di suatu negara, termasuk di dalamnya pola yang berkaitan dengan
kebijakan ekonomi atau perilaku bisnis.

Terdapat politik yang dirancang untuk menjauhkan campur tangan pemerintah dalam bidang
perekonomian/bisnis. Sistemnya disebut sistem liberal dan politiknya demokratis. Ada
politik yang bersifat intervensionis secara penuh dengan dukungan pemerintahan yang bersih.
Ada pula politik yang cenderung mengarahkan agar pemerintah terlibat/ ikut campur tangan
dalam bidang ekonomi bisnis.

Indonesia lebih mengacu pada pola terakhir, yakni pemerintah terlibat atau turut campur
tangan dalam bisnis. Hal ini dapat dilihat dalam hukum maupun kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah untuk menunjang perekonomian dan bisnis.

Pengaruh Politik terhadap Ekonomi dan Bisnis di Indoenesia Era Orde Baru.Pada awal
pemerintahan Orde Baru, pemerintah mencanangkan pembangunan ekonomi dan industri.
Pada waktu itu posisi pengusaha dalam negeri masih dalam keadaan yang tidak kuat untuk
berdiri sendiri.. Akibatnya, pemerintah (negara) menjadi dominan dalam perekonomian.
Pengusaha menggantungkan diri kepada pemerintah.

Hal ini menimbulakan konsekuensi yaitu pemerintah menjadi mesin pertumbuhan ekonomi
atau dengan kata lain pemerintah menjadi sumber penggerak investasi dan pengalokasian
kekayaan nasional. Dalam hal ini pemerintah tidak hanya menyediakan proyek, kontrak,
konsesi pengeboran minyak dan eksploitasi hutan, serta lisensi agen tunggal, melainkan juga
kredit besar dan subsidi. Pemerintah juga menunjang dengan kebijakan proteksi serta
pemberian hak monopoli impor dan pasar.

Pada masa tersebut, pemerintah cenderung menghasilkan dua lapisan ekonomi-politik utama,
yaitu birokrat-politik yang melibatkan lingkup keluarganya dalam bisnis, serta pengusaha
yang dapat berkembang berkat dukungan khusus dari pemerintah (mulai berkembangnya
KKN). Kedua lapisan ini mendominasi perekonomian dan politik. Dalam perkembangan
sistem ekonomi tersebut, pemerintah sebagai sumber penggerak investasi dan pengalokasian
kekayaan nasional hanyalah bersifat jangka pendek.
Kemampuan pemerintah menyediakan segalanya dibatasi oleh gerak sistem ekonomi.
Indonesia menjadi rawan akan krisis. Pola bisnis tersebut memerlukan sebuah rezim politik
yang mampu mengendalikan reaksi kaum buruh dan gerakan demokratisasi. Untuk keperluan
ini rakyat berhasil dijauhkan dari partisipasi politik. Pembangunan ekonomi dijaga dengan
kekuatan militer yang kuat sehingga terlihat stabil. Pertumbuhan partai politik dan
pengekpresian politik dilarang dalam upaya menciptakan kestabilan untuk pertumbuhan
ekonomi.

Rakyat seakan dibungkam untuk menuntut hak-haknya atas nama pembangunan ekonomi.
Pada masa Orde baru, bentuk partisipasi rakyat diatur agar hanya terlibat pada pemilihan
umum anggota DPR dan DPRD. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya kaitan politik dan
birokratik dalam pola bisnis.

Pemerintah sudah sejak awal jadi mesin pertumbuhan ekonomi, yang menyebabkan para
birokrat-politik terlibat bisnis yang bersifat jangka pendek. Pola ini tidak mendorong
tumbuhnya kepercayaan dunia usaha untuk jangka panjang.. Sistem politik Indonesia pada
masa itu mempunyai kelemahan, salah satu diantaranya adalah sedikitnya sumber-sumber
yang dapat menjadi penekan dan penyeimbang atas kekuatan pemerintah, di tingkat nasional
atau daerah. Padahal, kekuatan

penekan sangat diperlukan untuk melakukan kontrol, maupun sumbangan-sumbangan


gagasan dan pemikiran untuk membentuk bangunan sosial politik yang lebih aspiratif.

Pengaruh kalangan non-pemerintah, termasuk dari pengusaha dan profesional sangat terbatas
dan acap diabaikan. Kecuali para pengusaha tertentu yang mempunyai koneksi langsung
dengan penguasa. Ketergantungan ekonomi swasta pada pemerintah menimbulkan hubungan
yang sangat tidak sehat di antara keduanya, yang jika dipandang dari sudut politik, bisnis, dan
masyarakat luas sangatlah merugikan. Konsekuensi dari hubungan yang tidak sehat tampak
nyata ketika Indonesia diterpa krisis ekonomi, sosial dan politik sekaligus, yang mengalami
kesulitan untuk diperbaiki. Kalangan bisnis dan profesi swasta yang merupakan unsur krusial
dalam pembentukan kelas menengah, selama zaman Orde Baru tidak memiliki kesempatan
untuk membentuk asosiasi maupun organisasi yang mampu berfungsi sebagai sumber kritik,
pengaruh, dan sumbangan ide pada perencanaan politik, ekonomi dan sosial.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budaya adalah kumpulan nilai, kepercayaan, prilaku, kebiasaan dan
sikap yang membedakan suatu masyarakat dari yang lainnya.
Komponen-komponen sosiokultural yakni:
1. Estetika
2. Sikap dan kepercayaan
3. Agama
4. Budaya material
Geert Hofstede seorang sosiolog swedia , mewawancarai ribuan
karyawan di 67 negara menemukan perbedaan jawaban atas 32
pertanyaan di dasrkan atas empat di mensi yaitu:
1. Individualisme versus kolektivisme
2. Jarak kekuasaan besar versus kecil
3. Penghindaran ketidakpastian yang kuat dan lemah
4. Makulinitas versus femininitas

Terdapat politik yang dirancang untuk menjauhkan campur tangan pemerintah dalam bidang
perekonomian/bisnis. Sistemnya disebut sistem liberal dan politiknya demokratis. Ada
politik yang bersifat intervensionis secara penuh dengan dukungan pemerintahan yang bersih.
Ada pula politik yang cenderung mengarahkan agar pemerintah terlibat/ ikut campur tangan
dalam bidang ekonomi bisnis.

3.2 Saran

Penulis berharap paper ini bermanfaat bagi pembaca, dan bisa menjadi salah satu
pedoman dalam mata kuliah bisnis internasional. Tanpa kritikdan sran yang membangun,
tentu banyak terdapat kesalahn yang di sengaja atauptn tidak sengaja, semoga kedepannya
penulis dapat lebih baik dalam membuat sebuah paper.
DAFTAR PUSTAKA

-www.scribd.com
- www.brainly.com

Anda mungkin juga menyukai