FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan Rahmat-Nya lah para penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah Ilmu Komunikasi Kedokteran Gigi yang berjudul Komunikasi Dokter Gigi dengan Pasien Usila ini kami buat dalam rangka menyelesaikan tugas kelompok kami.Para penulis berharap makalah yang telah kami buat ini bisa menjadi tambahan informasi dan pengetahuan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak berperan dan membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.Kami mengakui makalah ini masih jauh dari sempurna.Namun, kami berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini dapat terhindar dari kesalahan dan kekurangan. Kami mengharapkan koreksi, saran, dan kritik yang membangun sebagai bahan acuan bagi kami dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh pembaca.
Yogyakarta, November 2013 Hormat kami,
Penulis
DAFTAR ISI MAKALAH KOMUNIKASI KG ........................................................................................................... 1 KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2 BAB I ...................................................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 4 BAB II ..................................................................................................................................................... 6 PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6 I. KOMUNIKASI ....................................................................................................................... 6 I.1. Pengertian Komunikasi ........................................................................................................... 6 I.2. Elemen Komunikasi ................................................................................................................ 6 I.3. Proses Komunikasi .................................................................................................................. 7 II. KOMUNIKASI EFEKTIF ...................................................................................................... 8 II.1. Pengertian Komunikasi Efektif ............................................................................................... 8 II.2. Keberhasilan Komunikasi Efektif ........................................................................................... 9 III. KOMUNIKASI DOKTER GIGI TERHADAP PASIEN USILA ......................................... 10 III.1. Pasien Usila ........................................................................................................................... 10 III.2. Hambatan Saat Berkomunikasi dengan Pasien Usila ............................................................ 11 III.3. Teknik Berkomunikasi Dengan Pasien Usila dan Goal (Tujuan) yang Diharapkan ........... 13 III.4. Komunikasi Terapeutik ......................................................................................................... 15 BAB III ................................................................................................................................................. 18 KESIMPULAN ................................................................................................................................. 18 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 19
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Komunikasi merupakan aktivitas penting manusia dalam menjalanikehidupan.Sebagai bagian dari makhluk sosial yang syarat dengan keberagaman, kebutuhan, dan kepentingan serta harapan-harapan yang ingin dicapai, manusia tidak bisa lepas dari aktivitas komunikasi.Dokter gigi sebagai salah satu profesi kesehatan yang mempunyai waktu paling lama berinteraksi dengan klien dituntut mempunyai keterampilan komunikasi. Komunikasi verbal dan non verbal adalah saling mendukung satu sama lain. Perilaku non verbal sama pentingnya pada orang dewasa seperti, ekspresi wajah, gerakan tubuh dan nada suara memberi tanda tentang status emosional dari orang dewasa. Sedangkan komunikasi pada lansia yang harus di perhatikan yaitu, faktor fisik, psikologi, dan keterampilan komunikasi yang tepat.Selain itu, dalam komunikasi terhadap lansia juga dibutuhkan keterampilan, di karenakan lansia mengalami berbagai penurunan diantaranya adalah mengalami penurunan fungsi pendengaran. Penerapan dalam kemampuan berkomunikasi antara dokter gigi dan pasien tidaklah mudah.Situasi yang tidak mudah bisa terlihat dimana pasien membutuhkan komunikasi yang khusus.Yang mana dalam situasi itulah diperlukan kepekaan dan strategi yang khusus agar komunikasi bisa berjalan dengan efektif. . Dengan meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk lanjut usia berbagai masalah klinis pada pasien lanjut usia akan menjadi semakin sering dijumpai di praktek klinis khusunya mengenai keadaan rongga mulut penduduk lanjut usia. Dokter gigi yang berpraktek perlu memahami kebutuhan yang unik pada populasi pasien lanjut usia ini sehingga mereka akan lebih siap berkomunikasi secara efektif selama kunjungan pasien lanjut usia tersebut. Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian terhadap keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien tersebut. Walaupun
pelayanan kesehatan gigi pada pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan kesehatan mereka. Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan pengertian komunikasi? 2. Apa yang dimaksud dengan pengertian komunikasi efektif? 3. Apa yang dimaksud dengan komunikasi pada lansia? 4. Apa saja hambatan saat berkomunikasi dengan pasien lansia? 5. Bagaimana teknik berkomunikasi dengan pasien lansia? 6. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik?
C. TUJUAN PENULISAN 1. Mengetahui definisi dari komunikasi. 2. Mengetahui definisi dari komunikasi efektif. 3. Mengetahui definisi dari komunikasi pada lansia. 4. Mengetahui apa saja hambatan saat berkomunikasi pada pasien lansia. 5. Mengetahui teknik saat berkomunikasi dengan pasien lansia. 6. Mengetahui definisi dari komunikasi terapeutik.
BAB II PEMBAHASAN I. KOMUNIKASI I.1. Pengertian Komunikasi Komunikasi atau communicaton berasal dari bahasa Latin communis yang berarti 'sama' Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (make to common). Secara sederhana komuniikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya (communication depends on our ability to understand one another). Komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang disebut komunikasi. Komunikasi tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaranKomunikasi dapat berupa interaktif, komunikasi transaktif, komunikasi bertujuan, atau komunikasi tak bertujuan Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut. (Wiryanto, 2004)
I.2. Elemen Komunikasi
Dalam komunikasi dibutuhkan elemen komunikasi agar komunikasi dapat diterima dengan baik. Elemen komunikasi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Pengirim/komunikator(sender) Pengirim/sender merupakan orang yang memulai komunikasi.(Funell, 2009) Pengirim memulai komunikasi dengan proses encoding dan mengirim pesan melalui saluran. Proses encoding mentranslasikan ide pengirim menjadi simbol atau bahasa yang
menunjukaan tujuan pengirim.Fungsi dari encodingadalah membuat ide atau tujuan menjadi sebuah pesan. (Lewis, 2007) 2. Pesan(message) Pesan(message) merupakan informasi yang ingin dikomunikasikan oleh pengirim pada penerima dan dapat berupa informasi verbal dan non verbal. (Funell, 2009)Pesan dapat beruba verbal yaitu berupa kata yang diucapkan dan dituliskan dalam mengirimkan pesan.Dapat juga berupa nonverbal yang berarti ditunjukkan tanpa kata- kata tetapi misalnya melalui gerakan tubuh, ekspresi wajah. (Bonewit-West, 2013) 3. Penerima/komunikan(receiver) Penerima(receiver) merupakan orang penerima pesan. (Funell, 2009) 4. Media/saluran(channel) Saluran merupakan sarana dalam menyampaikan pesan, misalnya melalui visual, pendengaran, penciuman, atau taktil.Sebagai contoh, kata yang diucapkan menyampaikan pesan melalui saluran pendengaran dan menyentuh pasien pada saat berkomunikasi merupakan contoh komunikasi menggunkan saluran taktil. (Funell, 2009) 5. Umpan balik(feedback) Umpan balik(feedback) merupakan konfirmasi pesan apakah telah diterima sesuai yang dimaksud.Umpan balik membantu pengirim mengenali apakah maksud dari pesan yang disampaikan telah dimengerti. (Funell, 2009)
I.3. Proses Komunikasi
Komunikasi didefinisikan sebagai suatu proses, misalnya seorang komunikator menyampaikan pesan berupa lambang-lambang yang mengandung arti, lewat saluran tertentu
kepada komunikan. Dalam pengertian itu tampak proses komunikasi yang diawali dengan komunikator yang menyampaikan pesan dan diakhiri dengan komunikan yang menerima pesan. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak mempunyai titik awal atau titik akhir. Proses komunikasi berlangsung dalam keadaan dinamik, berkelanjutan, berubah-ubah, on going tanpa start point atau stopping point. Untuk menganalisis dinamika proses komunikasi, maka dilakukan pengenalan proses yang telah dihentikan tersebut. Kebanyakan pada studi komunikasi, penyederhanaaan tersebut diawali dari komunikator (source) yang menyampaikan pesan (message) melalui saluran (channel) kepada komunikan (receiver) sampai komunikasi menimbulkan perubahan (effect) pada komunikan.( Wiryanto, 2004) Contoh proses komunikasi antara dokter dan pasien yaitu pada saat dokter melakukan anamnesis ke pasien. Dalam melakukan anamnesis, terkadung pengertian komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien. Dalam berkomunikasi, terdapat dua aspek yang penting yaitu komunikasi verbal dan non verbal.Komunikasi verbal yaitu wawancara dokter ke pasien terkait keluhan utama yang dirasakan pasien, dan komunikasi non verbal yaitu pasien menanggukan kepala saat ditanya oleh dokter. Dalam proses anamnesis terjadi proses komunikasi interpersonal anatara dokter dan pasien. Yang dapat disingkat dalam tiga proses yaitu pasien bercerita, dokter mendengar dan memperhatikan dan tanya jawab. Ketiga proses ini terlaksanakan secara simultan, bukan berurutan, atau periodik , berlangsung secara efisien dalam waktu yang terbatas. Dalam pelaksanaanya terdapat tiga model yaitu : 1. Dokter memberikan kesempatan pada pasien sebanyak-banyaknya untuk menceritakan keluhannya, baru melakukan tanya jawab. 2. Dokter lebih banyak bertanya, pasien sekedar menjawab. 3. Kombinasi keduanya.
II. KOMUNIKASI EFEKTIF II.1. Pengertian Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif yaitu komunkasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikais. Tujuan dari komunikasi efektif adalah memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang
disampaikan antara pemberi komunikasi dan penerima komunikasi sehingga bahasa yang digunaka oleh pemberi informasi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi.Syarat untuk berkomuniaksi secara efektif yaitu : 1. Menciptakan suasana yang menguntungkan, 2. Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan mudah dimengerti, 3. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak komunikas, 4. Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang dapat menguntungkannya, 5. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihak komunikan. (Wiryanto, 2004) II.2. Keberhasilan Komunikasi Efektif
Pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan non-verbal menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter mencari alternatif untuk mengatasi permasalahannya. Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari.Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya. Contoh Hasil Komunikasi Efektif: - Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai tujuannya berobat. Berdasarkan pengetahuannya tentang kondisi kesehatannya, pasien pun mengerti anjuran dokter,
misalnya perlu mengatur diet, minum atau menggunakan obat secara teratur, melakukan pemeriksaan (laboratorium, foto/rontgen, scan) dan memeriksakan diri sesuai jadwal, memperhatikan kegiatan (menghindari kerja berat, istirahat cukup, dan sebagainya). - Pasien memahami dampak yang menjadi konsekuensi dari penyakit yang dideritanya (membatasi diri, biaya pengobatan), sesuai penjelasan dokter. - Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami keterbatasan kemampuannya lalu bersama mencari alternatif sesuai kondisi dan situasinya, dengan segala konsekuensinya. - Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya pengobatan/perawatan kesehatannya.
Contoh Hasil Komunikasi Tidak Efektif: - Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena dokter tidak menjelaskan, hanya mengambil anamnesis atau sesekali bertanya, singkat dan mencatat seperlunya, melakukan pemeriksaan, menulis resep, memesankan untuk kembali, atau memeriksakan ke laboratorium/foto rontgen, dan sebagainya. - Pasien merasa dokter tidak memberinya kesempatan untuk bicara, padahal ia yang merasakan adanya perubahan di dalam tubuhnya yang tidak ia mengerti dan karenanya ia pergi ke dokter. Ia merasa usahanya sia-sia karena sepulang dari dokter ia tetap tidak tahu apa-apa, hanya mendapat resep saja. - Pasien merasa tidak dipahami dan diperlakukan semata sebagai objek, bukan sebagai subjek yang memiliki tubuh yang sedang sakit. - Pasien ragu, apakah ia harus mematuhi anjuran dokter atau tidak. - Pasien memutuskan untuk pergi ke dokter lain. - Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan alternatif atau komplementer atau menyembuhkan sendiri (self therapy). III. KOMUNIKASI DOKTER GIGI TERHADAP PASIEN USILA III.1. Pasien Usila
Lansia (Lanjut Usia) atau manusia usia lanjut (Manula) adalah kelompok penduduk berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri
ini adalah populasi perumur 60 tahun atau lebih. Klasifikasi pada lansia adalah: Pralansia seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia: 1. Menunjukkan rasa hormat, seperti bapak, ibu, kecuali apabila sebelumnya pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya. 2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien 3. Pertahankan kontak mata dengan pasien 4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci komunikasi efektif 5. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya 6. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat yang sederhana. 7. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien 8. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien 9. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi 10. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien 11. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan yang cukup saat berinteraksi. 12. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu. 13. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.
Komunikasi dengan lansia adalah suatu proses penyampaian pesan atau gagasan dari perawat atau pemberi asuhan kepada lansia dan diperoleh tanggapadari lansia, sehingga diperoleh kesepakatan bersama tentang isi pesan komunikasi. Terjaidnya komunikasi berupa pesan yang disampaikan oleh komunikator (perawat) sama dengan pesan yang di terima oleh komunikan. (Nugroho, 2009) III.2. Hambatan Saat Berkomunikasi dengan Pasien Usila
Berkomunikasi dengan pasien lansia memerlukan kesabaran dan sikap pengertian.Apalagi biasanya pasien lansia ditemui dengan keadaan fungsi pendengaran dan
penglihatan yang mulai menurun. (Da Silva dkk, 2005) Beberapa pasien menunjukkan defisit pendengaran dan penglihatan yang terkait dengan usia, keduanya memerlukan adaptasi dalam berkomunikasi. Penelitian mengindikasikan bahwa 16% - 24% individu berusia lebih dari 65 tahun mengalami pengurangan pendengaran yangmempengaruhi komunikasi.
Menurut (Hull, 2005) Pasien lansia seringkali menjadi lebih cerewet dan rasa ingin tahunya tinggi, terutama pada pasien lansia yang biasa hidup sendiri.Oleh karena itu, kita sebagai dokter gigi harus dengan sabar mendengarkan keluhan yang disampaikan pasien dan menanggapinya dengan berbicara yang jelas dan sopan kepada pasien lansia tersebut.
Beberapa pasien lansia menunjukkan kendala dalam bahasa, ingatan yang mulai menurun, kondisi emosional yang menyimpang, dan kesulitan dalam berkonsentrasi, sehingga biasanya komunikasi verbal dan non verbal akan terpengaruhi. (Gluck, 1998)
Sebagian lansia juga mengalami Parafrenia, yaitu Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham(curiga).Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
Ketika berkomunikasi dengan pasien lanjut usia dengan pendengaran yang berkurang, tataplah pasien sehingga pasien dapat membaca bibir dan menggunakan isyarat mata. Meminimalkan kebisingan, dan berbicara pelan, jelas, dan dalam nada yang normal. Berteriak akan menghambat komunikasi, mengubah nada berfrekuensi tinggi, dan mempersulit pasien untuk memahami kata-kata anda. Jika suara anda melengking, meredam lengkingan ketika anda berbicara dapat membantu pasien untuk mendengar anda dengan lebih baik.Ketika memberikan instruksi untuk medikasi, tes, atau pengobatan, hindarkan untuk bertanya kepada pasien apakahdia mengerti. Orang dengan gangguan pendengaran mungkin akan menjawab ya tanpa menyadari bahwa mereka belum mendengar apapun atau salah memahami beberapa informasi.Pendekatan yang lebih baik untuk mengecek pemahaman pasien adalah dengan meminta pasien untuk mengulang instruksi (Adelman et al ., 2000).
Ketika berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan penglihatan, lingkungan klinik dapat diperbaiki dengan memperbanyak pencahayaan, menggunakan warna-warna kontras untuk membuat objek lebih jelas (mis. kerangka pintu, kursi yang berada dilantai
klinik), dan menggunakan huruf yang besar serta berwarna kontras untuk setiap tanda.Setiap bahan dengan tulisan harus dicetak paling tidak dengan huruf berukuran 14 diatas kertas berwarna. Direkomendasikan untuk menggunakan dua sumber cahaya, pencahayaan untuk latar belakang dan lampu tertutup (Roter, 2000) Saat memasuki ruangan pemeriksaan, anda sebaiknya langsung mengarah ke pasiendengan tenang, menjaga kontak mata dan menampilkan ekspresi yang bersahabat. Pergunakan nada suara yang tenang dan lembut sembari menyentuh bahu pasien dengan lembut akan menunjukkan anda peduli dan ingin berbagi. Anda harus memperkenalkan diri, walaupun anda telah mengenal pasien ini cukup lama.Akan cukup efektif bila anda menghabiskan beberapa menit untuk mengobrol dan mengingatkan pasien pada keadaan sosialnya. Proses mengingatkan ini merupakan tehnik komunikasi yang cukup efektif karena hal ini akan membangkitkan memori jangka panjang mereka, membuat kilas balik masa lalu, saat ini dan masa akan datang dalam pikiran mereka serta mengurangi ketegangan (Puentes, 1998). III.3. Teknik Berkomunikasi Dengan Pasien Usila dan Goal (Tujuan) yang Diharapkan
Komunikasi yang baik akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia. Komunikasi efektif dapat mengikutsertakan partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan sehingga membantu proses mengingat, berpengaruh terhadap ketaatan & kepuasan serta berpengaruh terhadap emosional bahkan fisik pasien lanjut usia (Hidayat, 2013). Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman yang memadahi tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang dilakukan dapat berlangsung lancar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Menurut Mundakir (2006), ada beberapa teknik komunikasi yang dapat diterapkan antara lain: 1. Teknik Asertif Asertif adalah sikap dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukkan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti.Asertif merupakan pelaksanaan dan etika komunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
2. Responsif Berespon artinya bersikap aktif, tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menimbulkan perasaan tenang bagi pasien. Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya segera menanyakan tentang perubahan tersebut, misalnya dengan mengajukan pertanyaan, apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini? atau Apa yang bisa saya bantu?. 3. Fokus Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang diinginkan.Ketika klien mengunggkapkan pertanyaan- pertaanyaan di luar materi yang diinginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan.Upaya ini perlu diperhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugan kesehatan. 4. Supportif Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan klien menjadi termotivasi untuk mandiri dan dapat berkarya sesuai kemampuannya.Dukungan diberikan baik secara materiil maupun moril.Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis dapat menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil.Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum dan mengangguk kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai selama lansia berbicara. 5. Klarifikasi Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali agar pembicaraan kita dapat diterima dan dipersepsikan sama dengan klien. 6. Sabar dan Ikhlas Terkadang klien lansia mengalami perubahan yang merepotkan dan kekanak kanakan.Perubahan ini perlu disikapi dengan sabar dan ikhlas agar perawat tidak menjadi
jengkel dan tetap tercipta komunikasi yang terapeutik dan juga tidak menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan perawat. III.4. Komunikasi Terapeutik
Pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam masalah bagi lansia baik secara biologik, psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual. Penurunan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan stres lingkungan sering menyebabkan gangguan psikososial pada lansia.Pada masalah kesehatan jiwa yang sering timbul lansia yaitu kecemasan.Penyebab kecemasan yang sering dialami lansia adalah kondisi lingkungan atau tempat tinggal seseorang, emosi yang ditekan, sebab-sebab fisik.Kecemasan tidak sejalan dengan kehidupan dan berlangsung terus-menerus dalam waktu lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.Salah satu terapi yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan pada lansia adalah dengan memberikan komunikasi terapeutik (Azizah, 2013). Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Seorang tenaga kesehatan yang mendengarkan klien lansia tidak saja memakai telinganya tetapi seluruh eksistensi dirinya. Memfokuskan seluruh perhatian tidak hanya pada apa yang disampaikan lansia, tetapi bagaimana lansia itu menyampaikannya. Melalui sikap tubuh, lansia dapat merasakan apakah perawat atau pemberi asuhan siap dan berminat untuk mendengarkannya (Mundakir, 2006). Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan derajat kesehatan, mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga kesehatan) secara profesional dan proposional dalam rangka membantu penyelesaian masalah klien (Azizah, 2013). Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda pula. 1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan penuh perhatian adalah dengan: a. Pandang klien ketika sedang bicara b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan. b. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan. c. Hindarkan gerakan yang tidak perlu. d. Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik. e. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
2. Menunjukkan penerimaan Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai seorang dokter kita tidak harus menerima semua prilaku klien.Dokter sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan tidak percaya. 3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan. Tujuan dokter bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien.Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien.Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan. 4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri. Dengan mengulang kembali ucapan klien, dokter memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.Namun dokter harus berhati-hati ketika menggunakan metode ini, karena pengertian bisa rancu jika pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda. 5. Klarifikasi Apabila terjadi kesalah pahaman, dokter perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam
memberikan pelayanan keperawatan.Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien. 6. Memfokuskan Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti.Dokter tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
7. Menyampaikan hasil observasi Dokter perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.Dokter menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat non-verbal klien.Menyampaikan hasil pengamatan dokter sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan. 8. Menawarkan informasi Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaanya.Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap dokter. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, maka dokter perlu mengklarifikasi alasannya. 9. Diam Diam memberikan kesempatan kepada dokter dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi.Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan. 10. Memberikan penghargaan Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya, dalam arti kata jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya.
(Purba, 2003)
BAB III KESIMPULAN
1. Komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan sebagainya. 2. Komunikasi efektif yaitu komunkasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi. 3. Tujuan dari komunikasi efektif adalah memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi komunikasi dan penerima komunikasi
sehingga bahasa yang digunaka oleh pemberi informasi lebih jelas dan lengkap, sera dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi. 4. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. 5. Berkomunikasi dengan pasien lansia memerlukan kesabaran dan sikap pengertian. Biasanya pasien lansia ditemui dengan keadaan fungsi pendengaran dan penglihatan yang mulai menurun. 6. Dalam melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain memiliki pemahaman yang memadahi tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang dilakukan dapat berlangsung lancar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. 7. Teknik tersebut diantaranya Teknik Asertif, responsif, fokus, supportif, klarifikasi, sabar dan ikhlas
DAFTAR PUSTAKA
Adelman, R.D., Greene, M.G., Ory, M.G. 2000. Communication between older patients and their physicians. Clin Geriatr Med ;16:124
Adelman et al., 2000;Robinsonet al., 2006
Azizah, Siti., Puji Lestari dan Liya Novitasari. 2013. Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Kecemasan Lansia yang Tinggal di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri
Pucang Gading Semarang.PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH. Bonewit-West, K. 2013.Today`s Medical Assistant: Clinical and Administrative Procedures. Elsevier. St. Louis, Missouri.
Da Silva, J.D. dkk. 2005. Oxford Handbook of Clinical Dentistry. USA. Oxford University Press Inc.
Daldiyono.2006. Menuju Ilmu Seni Kedokteran Bagaimana Dokter Berpikir dan Bekerja. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Funell, R., Koutoukidis, G. Dan Lawrence, K. 2009. Tabner`s Nursing Care: Theory and Practice. Elsevier. Australia.
Gluck, G.M. dkk. 1998. Jongs Community Dental Health.Missouri. Mosby
Hidayat, Veny. 2013. Teknik Bimbingan Konseling Usia Lanjut. Diakses pada tanggal 4 November 2013. http://www.scribd.com. Hull, R. 2005. The Manual of Dental Assisting. Australia. Ligare Pty Ltd.
Lewis, P. S., Goodman, S. H., Fandt, P. M. dan Michlitsc, J. F. 2007.Management: Challanges for Tomorrow Leaders. Thomson South-Western. USA.
Mundakir. 2006. Komunikasi keperawatan dalam pelayanaan. Graha Ilmu. Yogyakarta Nugroho, H.W. 2009.Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC Purba, Jenny M. 2003. Komunikasi dalam keperawatan.USU digital library. Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Grasindo:Jakarta
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro
Pendekatan sederhana untuk komunikasi profesional: Panduan praktis untuk komunikasi profesional dan strategi komunikasi bisnis tertulis dan interpersonal terbaik