Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN KOPERASI DAN UMKM


PERMODALAN KOPERASI

DOSEN PENGAMPU :
Moh. Muklis Sulaeman, SE., MM

DISUSUN OLEH :
1. Nur Colila 041910154
2. Shely Novianti 041910292
3. Mohammad Alif Wibisono 041910366
4. M. Yusfian Akbar Maulana 041910279

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN


TAHUN PELAJARAN
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang akan kita
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas dari mata kuliah Manajemen Koperasi dan UMKM.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada Bapak Dosen Moh. Muklis Sulaeman, SE., MM.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Lamongan, 14 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULi
KATA PENGANTARii
DAFTAR ISIiii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
2.1 Devinisi Modal Koperasi............................................................................3
2.2 Sumber Modal Dalam Koperasi.................................................................4
2.3 Macam-macam Modal Dalam Koperasi.....................................................6
2.4 Sisa Hasil Usaha (SHU) Dalam Koperasi................................................10
BAB III PENUTUP............................................................................................15
3.1 Kesimpulan...............................................................................................15
3.2 Saran.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Koperasi dalam melaksanakan aktivitas usaha dan sebagai badan usaha
sangat ditentukan terhadap besar kecilnya modal yang digunakan. Sejak
munculnya UU koperasi Nomor 79 tahun 1958, nomor 12 tahun 1967 dan
sekarang UU Perkoperasian Nomor 25 tahun 1992, simpanan koperasi adalah
merupakan modal. Kalangan masyarakat mendefinisikan bahwa pengertian modal
koperasi dipersamakan dengan simpanan, sedangkan simpanan koperasi hanya
meliputi Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib.
Bagi bangsa Indonesia, koperasi sudah tidak asing lagi didengar. Banyak
orang yang mengambil modal untuk usahanya dari koperasi hanya syarat menjadi
anggota koperasi tersebut, karena selain mudah dan cepat, mengambil modal dari
koperasi tergolong yang lebih menguntungkan dibanding Bank. Koperasi
merupakan suatu Lembaga ekonomi yang sangat dibutuhkan dan penting untuk
diperhatikan karena koperasi merupakan suatu alat bagi orang-oraang yang ingin
meningkatkan taraf hidupnya. Di samping itu masih dibutuhkan sejumlah dana
yang akan digunakan membiayai pengeluaran selama dalam proses pendirian
koperasi tersebut yang disebut juga dana pengorganisasian. Modal jangka Panjang
diperlukan untuk penyediaan fasilitas fisik bagi koperasi, seperti untuk pembelian
tanah, gedung, mesin-mesin, dan kendaraan yang diperlukan oleh koperasi. Modal
jangka Pendek diperlukan oleh koperasi untuk membiayai kegiatan operasional
koperasi seperti gaji, pembelian bahan baku, pembiayaan pajak, asuransi dan lain
sebagainya. Hal tersebut adalah koperasi simpan pinjam, modal ini diperlukan
untuk pemberian pinjaman kepada anggota koperasi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana devinisi tentang modal koperasi?
2. Bagaimana sumber modal dalam perkoperasian?
3. Bagaimana macam-macam modal dalam koperasi?
4. Bagaimana Sisa Hasil Usaha (SHU) dalam koperasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari permodalan dalam koperasi.
2. Untuk memahami sekaligus mengetahui sumber-sumber modal dalam
koperasi.
3. Untuk mengetahui macam-macam dalam koperasi
4. Untuk memahami dan mendalami SHU dalam koperasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Devinisi Modal Koperasi


Modal sebagaimana diketahui adalah merupakan salah satu faktor
produksi yang sangat penting, tetapi hingga sekarang di antara para ahli belum
terdapat kesamaan pendapat tentang apa yang disebut dengan modal itu.
Adam Smith salah seorang pelopor aliran klasik yang menulis buku
berjudul, “The Wealth of Nations” (1976) mengartikan modal sebagai bagian dari
nilai kekayaan yang saoat mendatangkan penghasilan. Dalam perkembangannya,
pengertian modal mengarah pada sifat non fisik, dalam arti ditekankan kepada
nilai, daya beli, atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung
dalam barang modal.
Ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi oleh koperasi dalam kaitannya
dengan permodalan ini, yaitu sebagai berikut :
a) Pengendalian dan pengelolaan koperasi harus tetap berada di tangan
anggota dan tidak perlu dikaitkan dengan jumlah modal yang dapat
ditanam oleh seseorang anggota dalam koperasi dan berlaku ketentuan satu
anggota satu suara.
b) Modal harus dimanfaatkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat dan
meningkatkan kesejahteraan bagi anggota.
c) Modal hanya diberikan balas jasa yang terbatas.
d) Koperasi pada dasarnya memerlukan modal yang cukup untuk membiayai
usahanya secara efisien.
e) Usaha-usaha koperasi harus dapat membantu pembentukan modal baru.
Hal ini bias dilakukan dengan menahan sebagian dari keuntungan atau sisa
hasil usaha (SHU) dan tidak membagikan semua kepada anggota.
Perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat (AS) pada umumnya menahan
lebih dari separuh dari keuntungan ini (setelah dikurangi pajak), untuk
ditanamkan kembali dalam usaha-usaha. Pembiayaan usaha koperasi
dengan menggunakan modal yang diperoleh secara demikian ini, akan
meringankan beban biaya modal.

3
f) Kepada saham koperasi (di Indonesia ekuivalen dengan simpanan pokok),
tidak bias diberikan suatu premi di atas nilai nominalnya, meski
seandainya nilai bukunya bisa saja bertambah.

2.2 Sumber Modal Dalam Koperasi


Berbicara mengenai permodalan dalam Koperasi, maka dapat dibedakan atas:
1) Permodalan Dari Luar Koperasi
Makna dari luar Koperasi bukan berarti dari orang atau pihak di
luar Koperasi. Permodalan dari luar Koperasi menunjukkan sumber-
sumber modal yang berasal dari orang-orang atau pihak-pihak yang
berkepentingan dengan Koperasi, baik sebagai anggota Koperasi maupun
bukan anggota seperti pihak perbankan atau pemerintah. Permodalan dari
luar Koperasi dapat dibedakan atas permodalan sendiri dan permodalan
asing.
a) Permodalan sendiri
Menunjukkan sumber modal yang merupakan atau menjadi
kekayaan sendiri Koperasi. Dengan kata lain modal yang berasal
dari sumber manapun (anggota atau non anggota) apabila sifatnya
menjadi harta/kekayaan Koperasi maka disebut dengan permodalan
sendiri.
Contoh :
- Dari anggota: simpanan pokok dan simpanan wajib anggota
menjadi harta Koperasi, karena simpanan pokok dan simpanan
wajib tidak bisa diambil selama yang bersangkutan menjadi
anggota Koperasi.
- Dari non Anggota: hadiah atau bantuan modal dari pemerintah.
Hadiah atau bantuan modal yang tidak harus dikembalikan dan
menjadi harta/kekayaan Koperasi.
b) Permodalan asing
Permodalan asing menunjukkan sumber modal yang menjadi
kewajiban atau bersifat hutang bagi Koperasi. Dengan kata lain
permodalan asing merupakan sumber modal yang pada suatu saat

4
harus dikembalikan kepada pemiliknya, baik berasal dari anggota
maupun bukan anggota.
Contoh :
- Dari anggota:
- Simpanan sukarela, karena simpanan sukarela dapat
diambil setiap saat oleh anggota.
- Pinjaman dari anggota, yang berarti apabila telah jatuh
tempo harus dikembalikan kepada pemiliknya (anggota).
- Dari non anggota: Pinjaman dari Bank atau pihak lainnya,
yang apabila sudah jatuh tempo harus dikembalikan kepada
pemilik modal.
2) Permodalan Dari Dalam Koperasi
Permodalan dari dalam Koperasi menunjukkan sumber-sumber
modal yang berasal dari kemampuan atau kekuatan Koperasi dalam
membentuk modal, yaitu dari hasil kegiatan usaha yang telah
dijalankannya. Semakin berhasil Koperasi memperoleh laba yang besar,
maka Koperasi akan dapat membentuk modal yang besar pula. Sebaliknya,
apabila dari kegiatan usaha yang dijalankan tidak memperoleh hasil/laba,
maka pembentukkan modal pun menjadi rendah dan terhambat. Ada dua
jenis permodalan dari dalam Koperasi, yaitu:
a) Permodalan Intern
adalah permodalan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh
Koperasi selama menjalankan usahanya, baik dalam bentuk dana
cadangan maupun jumlah SHU itu sendiri. Cadangan diperoleh
dari alokasi dengan persentase tertentu yang telah disepakati untuk
pembagian SHU tahun berjalan. Dalam PSAK No. 27 (Revisi
Tahun 1998) dijelaskan bahwa pembentukan cadangan dapat
ditujukan antara lain untuk pengembangan usaha Koperasi,
menutup resiko kerugian, dan pembagian kepada anggota yang
keluar dari keanggotaan.

5
b) Permodalan Intensif
Permodalan Intensif, merupakan permodalan yang berasal dari
dana-dana penyusutan atau penghapusan aktiva tetap. Akumulasi
dana penyusutan aktiva tetap yang belum dipergunakan untuk
membeli aktiva yang akan digantikan, untuk sementara dapat
digunakan Koperasi sebagai modal usaha. Sampai saatnya akan
digunakan untuk membeli aktiva yang akan diganti, maka dana
yang digunakan tadi harus dikembalikan pada peruntukkannya
yaitu membeli aktiva yang baru. Jadi permodalan intensif
merupakan pemanfaatan dana yang ada dalam Koperasi (dana
penyusutan) yang untuk sementara waktu belum digunakan,
dipakai untuk modal usaha.Kekurangan modal ini dapat dipenuhi
misalnya dengan cara meminjam ke bank. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan, bahwa permodalan dari dalam Koperasi merupakan
cara Koperasi dalam memperoleh atau membentuk modal dengan
memanfaatkan kekuatan atau kemampuan yang dibentuk sendiri
oleh Koperasi.

2.3 Macam-macam Modal Dalam Koperasi


Berbicara mengenai permodalan otomatis akan pula membicarakan
masalah modal. Modal dapat dilihat dari berbagai aspek, sehingga dalam
manajemen keuangan dan akuntansi dikenal berbagai macam modal. Apabila
ditinjau dari laporan keuangan dalam bentuk neraca, maka akan dijumpai dua
kelompok modal, yaitu modal aktif dan modal pasif.
a) Modal Aktif
Modal aktif terdapat atau dapat dilihat pada bagian Aktiva Neraca, yaitu yang
menunjukkan kekayaan atau penggunaan dana/modal. Modal aktif dapat
dibedakan atas:
1) Modal lancar disebut juga dengan modal jangka pendek, yaitu modal yang
berputar atau habis dalam waktu kurang dari satu tahun. Ada pula yang
mengartikan modal lancar sebagai modal kerja, yaitu sebagai modal kerja
kuantitatif. (mengenai modal kerja dijelaskan pada bagian lain dari buku

6
ini). Modal lancar diwujudkan dalam bentuk aktiva berupa kas dan
sejenisnya, piutang serta persediaan barang. Baik kas, piutang maupun
persediaan biasanya berputar dengan waktu yang relatif singkat, bila di
ukur dengan waktu biasanya kurang dari satu tahun.
2) Modal tetap adalah kelompok modal atau kekayaan yang bersifat tahan
lama. Apabila di ukur dengan waktu maka masa perputarannya adalah
lebih dari satu tahun. Modal tetap dapat dibedakan atas:
a. Modal yang tidak berputar atau tidak habis, yaitu berupa tanah.
b. Modal yang berangsur-angsur habis, yaitu modal yang digunakan
dalam suatu kegiatan (poduksi misalnya) yang lama kelamaan akan
aus atau usang sampai tidak dapat digunakan lagi. Contoh: mesin-
mesin, alat-alat perlengkapan kantor, gedung, kendaraan, dll.
Karena modal tetap ini suatu saat akan habis dan perlu diganti,
maka untuk modal tetap yang berangsur-angsur habis perlu ada
dana penyusutan (depresiasi). Dana penyusutan ini dibentuk
dengan cara menyisihkan dana sebagai biaya yang dihitung dari
nilai beli dan usia ekonomis aktiva tersebut, sehingga saat usia
ekonomisnya berakhir dana untuk membeli aktiva yang baru telah
siap.

b) Modal Pasif
Modal pasif terdapat atau dapat dilihat pada sebelah Pasiva Neraca, yaitu yang
menunjukkan sumber-sumber modal yang diperoleh perusahaan (Koperasi).
Modal pasif dapat dibedakan atas:
Dlihat dari masa pengembalian, modal pasif terdiri dari:
1) Modal jangka pendek, yaitu modal yang harus dikembalikan dalam
waktu singkat atau kurang dari satu tahun. Modal pasif jangka pendek
disebut dengan kewajiban atau hutang jangka pendek. Contoh:
Pinjaman jangka pendek, Simpanan sukarela, Dana sosial; dana
pendidikan, dana pembangunan wilayah, dll.
2) Modal jangka panjang, yaitu modal yang harus dikembalikan dengan
masa lebih dari satu tahun. Modal pasif jangka panjang disebut pula

7
dengan kewajiban atau hutang jangka panjang. Contoh: Pinjaman
jangka panjang ke bank atau ke perorangan Obligasi.
Dilihat dari sumber atau asal modal, modal pasif terdiri dari:
1) Modal pinjaman atau modal asing, yaitu modal yang menjadi
kewajiban perusahaan (Koperasi) untuk mengembalikannya
apabila telah jatuh tempo. Dengan kata lain modal asing adalah
setiap modal yang sifatnya sama dengan hutang. Contoh : Pinjaman
dari bank atau lembaga keuangan bukan bank Simpanan sukarela.
2) Modal sendiri atau ekuitas, yaitu modal yang menjadi harta atau
kekayaan perusahaan (Koperasi) dan menanggung resiko. Dengan
kata lain modal sendiri adalah modal yang sebagiannya menjadi
harta perusahaan (Koperasi) dan sebagian lagi merupakan modal
yang harus dikembalikan kepada pemiliknya apabila perusahaan
(Koperasi) tersebut berakhir/bubar. Contoh: Cadangan, Simpanan
pokok dan wajib Hibah, hadiah, sumbangan, dll.
Modal dalam Koperasi dijelaskan pada Pasal 41 UU No. 25 Tahun 1992, yaitu:
”Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.” Yang dimaksud
dengan modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko atau disebut dengan
modal ekuiti. Ayat 2 Pasal 41 UU No. 25 Tahun 1992 menjelaskan bahwa modal
sendiri Koperasi terdiri dari:
a) Simpanan pokok, yaitu sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib
dibayarkan oleh anggota kepada Koperasi pada saat masuk menjadi
anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil selama yang bersangkutan
menjadi anggota Koperasi.
b) Simpanan wajib, yaitu jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama
yang wajib dibayar anggota kepada Koperasi dalam waktu dan kesempatan
tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan menjadi anggota Koperasi.
c) Dana cadangan, yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa
hasil usaha (SHU), yang diperuntukkan bagi pemupukan modal sendiri dan
untuk menutup kerugian yang diderita Koperasi.

8
d) Hibah, sumbangan atau hadiah, yaitu sejumlah uang diterima dari pihak
lain (pemerintah, lembaga atau perorangan) yang tidak harus dikembalikan
Koperasi kepada si pemberinya.
Ayat 3 Pasal 41 UU No. 25 Tahun 1992 dijelaskan bahwa untuk pengembangan
usahanya Koperasi dapat menggunakan modal pinjaman dengan memperhatikan
kelayakan dan kelangsungan usahanya. Modal Pinjaman Koperasi dapat berasal
dari:
a) Pinjaman dari Anggota
Pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi dapat disamakan dengan
simpanan sukarela anggota. Kalua dalam simpanan sukarela, maka besar
kecil dari nilai yang disimpan tergantung dari kerelaan anggota.
Sebaliknya dalam pinjaman, koperasi meminjam senilai uang atau yang
dapat dinilai dengan uang yang berasal dari anggota.
b) Pinjaman dari Koperasi Lain
Pada dasarnya diawali dengan adanya kerja sama yang dibuat oleh sesama
badan usaha koperasi untuk saling membantu dalam bidang kebutuhan
modal. Bentuk dan lingkup kerja sama yang dibuat bisa dalam lingkup
luas atau dalam lingkup yang sempit, tergantung dari kebutuhan modal
yang diperlukan.
c) Pinjaman dari Lembaga Keuangan
Pinjaman komersial dari Lembaga keuangan untuk badan usaha koperasi
mendapat prioritas dalam persyaratan. Prioritas tersebut diberikan kepada
koperasi sebetulnya merupakan komitmen pemerintah dari negara-negara
yang bersangkutan untuk mengangkat kemampuan ekonomi
rakyat khusunsnya usaha koperasi.
d) Obligasi dan Surat Utang
Untuk menambah modal koperasi juga dapat menjual obligasu atau surat
utang kepada masyarakat investor untuk mencari dana dari masyarakat
umum diluar anggota koperasi, mengenai persyaratan untuk mejual
obligasi dan surat utang tersebut diatur dalam ketentuan otoritas pasar
modal yang ada.
e) Sumber Keuangan Lain

9
Semua sumber keuangan, kecuali sumber keuangan yang berasal dari dana
yang tidak sah dapat dijadikan tempat untuk meminjam modal.

Selain jenis-jenis modal di atas, untuk pengembangan usahanya Koperasi dapat


pula melakukan pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan.
Penjelasan Pasal 42 UU No. 25 Tahun 1992 menyatakan bahwa: Pemupukan
modal dari modal penyertaan, baik yang bersumber dari pemerintah maupun dari
masyarakat dilaksanakan dalam rangka memperkuat kegiatan usaha Koperasi
terutama yang berbentuk investasi. Modal penyertaan ikut menanggung resiko.
Pemilik modal penyertaan tidak mempunyai hak suara dalam rapat anggota dan
dalam menentukan kebijaksanaan Koperasi secara keseluruhan. Namun demikian,
pemilik modal penyertaan dapat diikutsertakan dalam pengelolaan dan
pengawasan usaha investasi yang didukung oleh modal penyertaannya sesuai
dengan perjanjian.

2.4 Sisa Hasil Usaha (SHU) Dalam Koperasi


1. Pengertian SHU
Menurut pasal 45 ayat (1) UU No. 25/1992, adalah sebagai berikut :
1) Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan koperasi yang
diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan dan
kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang
bersangkutan.
2) SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota
sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota
dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan
perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan
Rapat Anggota.
3) Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam
Rapat Anggota.

2. Dasar Sisa Hasil Usaha (SHU)

10
1) SHU Total adalah SHU yang terdapat pada neraca atau laporan
laba-rugi koperasi setelah pajak (profit after tax).
2) Transaksi anggota adalah kegiatan ekonomi (jual beli barang atau
jasa), antara anggota terhadap koperasinya.
3) Partisipasi modal adalah kontribusi anggota dalam memberi modal
koperasinya, yaitu bentuk simpanan pokok, simpanan wajib,
simpanan usaha, dan simpanan lainnya.
4) Omzet atau volume usaha adalah total nilai penjualan atau
penerimaan dari barang dan atau jasa pada suatu periode waktu
atau tahun buku yang bersangkutan.
5) Bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota adalah SHU
yang diambil dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk jasa
modal anggota.
6) Bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota adalah
SHU yang diambil dari SHU bagian anggota, yang ditujukan untuk
jasa transaksi anggota.

3. Pembagian SHU
Menurut UU No. 25/1992 pasal 5 ayat 1 mengatakan bahwa “Pembagian
SHU kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal
yang dimiliki seseorang dalam koperasi, tetapi juga berdasarkan
perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan ini
merupakan perwujudan kekeluargaan dan keadilan”.
- Di dalam AD/ART koperasi telah ditentukan pembagian SHU
sebagai berikut: Cadangan koperasi 40%, jasa anggota 40%, dana
pengurus 5%, dana karyawan 5%, dana pendidikan 5%, dana sosial
5%, dana pembangunan lingkungan 5%.
- Tidak semua komponen di atas harus diadopsi dalam membagi
SHU-nya. Hal ini tergantung dari keputusan anggota yang
ditetapkan dalam rapat anggota.

4. Rumus SHU

11
1) SHU Per anggota

SHUA = JUA + JMA


Di mana :
SHUA = Sisa Hasil Usaha Anggota
JUA = Jasa Usaha Anggota
JMA = Jasa Modal Anggota

2) SHU Per Anggota dengan model matematika

5. Prinsip-prinsip pembagian SHU koperasi


1) SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.
Pada umumnya SHU yang dibagikan kepada anggota koperasi,
bersumber dari anggota itu sendiri. Sedangkan SHU yang sifatnya
bukan berasal dari transaksi dengan anggota pada dasarnya tidak
dibagi kepada anggota, tetapi dijadikan sebagai cadangan koperasi.
Dalam hal ini sebuah koperasi tertentu, bila SHU yang bersumber
dari non anggota cukup besar, maka rapat anggota dapat
menetapkannya untuk dibagi secara merata selama pembagian
tersebut tidak mengganggu likuiditas koperasi.

12
Pada koperasi yang pengelolaan dan pembukuannya sydah
bai, pada umumnya terdapat pemisahan sumber SHU yang asalnya
dari non-anggota. Oleh karena itu, langkah pertama yang dilakukan
dalam pembagian SHU adalah melakukan pemisahan antara yang
bersumber dari hasil transaksi usaha dengan anggota dan yang
bersumber dari non-anggota.
2) SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang
dilakukan anggota sendiri.
SHU yang diterima oleh setiap anggota pada dasarnya
merupakan insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari
hasil transaksi yang dilakukan anggota koperasi. Oleh karena itu,
dibutuhkan penentuan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa
transaksi usaha yang akan dibagikan kepada para anggota koperasi.
Dari SHU bagian anggota koperasi, harus ditetapkan
beberapa persentase untuk jasa modal, misalkan 30% dan sisanya
sebesar 70% berarti digunakan untuk jasa usaha. Sebenarnya
belum ada formula yang baku mengenai penentuan proporsi jasa
modal dan jasa transaksi usaha, tetapi hal ini dapat dilihat dari
struktur pemodalan koperasi itu sendiri.
Apabila total modal sendiri yang dimiliki koperasi sebagian
besar bersumber dari simpanan-simpanan anggota (bukan dari
donasi ataupun dana cadangan), maka disarankan agar proporsinya
terhadap pembagian SHU bagian anggota diperbesar, tetapi tidak
akan melebihi dari angka 50%. Hal ini harus diperhatikan untuk
tetap menjaga karakter yang dimiliki oleh koperasi itu sendiri,
dimana partisipasi usaha masih lebih diutamakan.
3) Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan.
Proses perhitungan SHU per-anggota dan jumlah SHU yang dibagi
kepada anggota harus diumumkan secara transparan dan terbuka,
sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara
kuantitatif berapa besaran partisipasinya kepada koperasi. Prinsip
ini pada dasarnya juga merupakan salah satu proses pendidikan

13
bagi anggota koperasi dalam membangun suatu kebersamaan,
kepemilikan terhadap suatu badan usaha, dan pendidikan dalam
proses demokrasi. Selain itu juga untuk mencegah kecurigaan yang
dapat timbul antar sesama anggota koperasi.
4) SHU anggota dibayar secara tunai.
SHU yang dibagikan per anggota haruslah diberikan secara tunai,
karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai
badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra
bisnisnya.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setiap organisasi usaha termasuk badan usaha Koperasi berusaha untuk
terus tumbuh dan berkembang. Untuk dapat tumbuh dan berkembang diperlukan
modal yang besar. seperti diketahui, justru Koperasi disinyalir memiliki
kelemahan struktural dalam permodalan yang menjadi penghambat bagi Koperasi
dalam mengembangkan aktivitasnya.
Modal Koperasi dapat berasal dari modal sendiri dan dari pinjaman pihak
ketiga. Kedua jenis modal tersebut memberi peran yang besar dalam pencapaian
tujuan, akan tetapi kedua jenis modal tersebut memiliki resiko yang berbeda.
Modal pinjaman memiliki beban tetap berupa bunga, dan berarti akan mengurangi
laba yang diperoleh. Memilih antara modal sendiri dan modal pinjaman
sebenarnya tidak ditentukan hanya dari tingkat bunga modal pinjaman, karena ada
faktor lain yang harus dipertimbangkan. Salah satunya adalah kesempatan untuk
memperoleh modal tersebut.

3.2 Saran
Melalui pembuatan Makalah ini, maka penulis mengharapkan agar
permodalan koperasi bisa berjalan dengan lancar dan lebih baik lagi, dan melalui
permodalan, koperasi bias menjadi lebih maju dan menjadi prioritas masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sattar. 2017. Buku Ajar Ekonomi Koperasi. Yogyakarta : Deepublish

16

Anda mungkin juga menyukai