Anda di halaman 1dari 241

1

BAB I
KETERKAITAN ANTARA TEORI SOSIOLOGI DENGAN
SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

A. TEORI TINDAKAN SOSIAL
Teori ini sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran sosiolog
sebelumnya, seperti Alferd Marshall, Vilfredo Pareto, Emile Durkheim,
dan Max Weber yang dituangkan dalam karyanya The Structure of Social
Action (1937). Inti argumennya adalah bahwa keempat tokoh teoritis
tersebut akhirnya sampai pada suatu titik temu dengan elemen-elemen
dasar untuk suatu teori tindakan social yang bersifat voluntaristik,
walaupun mereka berbeda dalam titik tolaknya. Dalam analisisnya,
Parsons menggunakan kerangka alat tujuan (means ends framework) yang
intinya (a) tindakan itu diarahkan pada tujuannya atau memiliki suatu
tujuan; (b) tindakan terjadi dalam suatu situasi, dimana beberapa
elemennya sudah pasti, sedangkan elemen-elemen lainnya digunakan oleh
yang bertindak sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut; (c) secara
normative tindakan itu diatur sehubungan dengan penentuan alat dan
tujuan. Dalam arti bahwa tindakan itu dilihat sebagai satuan kenyataan
sosial yang paling kecil dan paling fundamental. Elemen-elemen dasar dari
suatu tindakan adalah tujuan, alat, kondisi, dan norma. Antara alat dan
kondisi itu berbeda, orang yang bertindak mampu menggunakan alat
dalam usahanya untuk mencapai tujuan, sedangkan kondisi merupakan
aspek situasi yang dapat dikontrol oleh orang yang bertindak.
1

Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu bahwa tindakan
individu manusia itu diarahkan pada tujuan. Di samping itu, tindakan itu
terjadi pada suatu kondisi yang unsurnya sudah pasti, sedang unsur-unsur
lainnya digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Selain itu, secara
normative tindakan tersebut diatur berkenaan dengan penentuan alat dan
tujuan. Atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa tindakan itu
dipandang sebagai kenyataan sosial yang terkecil dan mendasar, yang
unsur-unsurnya berupa alat, tujuan, situasi, dan norma. Dengan demikian,
dalam tindakan tersebut dapat digambarkan yaitu individu sebagai pelaku
dengan alat yang ada akan mencapai tujuan dengan berbagai macam cara,
yang juga individu itu dipengaruhi oleh kondisi yang dapat membantu
dalam memilih tujuan yang akan dicapai, dengan bimbingan nilai dan ide
serta norma. Perlu diketahui bahwa selain hal-hal tersebut di atas, tindakan

1
Dadang Supardan, pengantar ilmu sosial, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008 hlm:
153
2

individu manusia itu juga ditentukan oleh orientasi subjektifnya, yaitu
berupa motivasional dan orientasi nilai. Perlu diketahui pula bahwa
tindakan individu tersebut dalam realisasinya dapat berbagai macam
karena adanya unsur-unsur sebagaimana dikemukakan di atas.
Max Weber menyatakan mengenai teori perilaku sosial (Social
Action Theory) atau disebut juga dengan teori tindakan sosial bahwa
adanya suatu pergeseran tekanan ke arah keyakinan, motivasi, dan tujuan
pada diri anggota masyarakat, yang semuanya memberi isi dan bentuk
kepada kelakuannya. konsep perilaku dimaksudkan sebagai perilaku
otomatis yang tidak melibatkan proses pemikiran. Stimulus datang dan
perilaku terjadi, dengan sedikit saja jeda antara stimulus dan respons. Ia
memusatkan perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas campur tangan
proses pemikiran antara terjadinya stimulus dan respons. Salah satu contoh
dari jenis-jenis tindakan social max weber adalah Tindakan Afektif
dimana Tindakan ini sebagian besar dikuasai oleh perasaan atau emosi
tanpa pertimbangan-pertimbangan akal budi. Seringkali tindakan ini
dilakukan tanpa perencanaan matang dan tanpa kesadaran penuh. Jadi
dapat dikatakan sebagai reaksi spontan atas suatu peristiwa. Contohnya
tindakan meloncat-loncat karena kegirangan, menangis karena orang
tuanya meninggal dunia, dan sebagainya.

B. TEORI EVOLUSI SOSIAL
1. Pengertian Teori Evolusi Sosial
Evolusi sosial (social evolution) menurut bahasa evolution yaitu
perkembangan secara perlahan-lahan. Social yaitu berkenaan dengan
masyarakat, suka bergotong royong, senang bergaul.
Sedangkan menurut istilah evolusi sosial yaitu perubahan
masyarakat kebudayaan melalui urutan pentahapan yang sama dan
bermula dari tahap perkembangan awal menuju ke tahap perkembangan
terakhir
2
. Teori-teori evolusi menyatakan bahwa perubahan masyarakat
dan kebudayaan memiliki arah tetap yang dilalui oleh semua masyarakat,
dan mana kala tahap terakhir telah dicapai maka pada saat itu perubahan
evolusi pun berakhir.
3


2. Rasionalitas dan Karya Herbert Spencer dalam Teori Evolusi
Sosial

2
Makalah Teori-Teori Sosial semester IV Jurusan P. IPS. Hlm. 3 .
3
Paul B. Horton & Chester L.Hunt yang diterjemah oleh Aminuddin Ram,
Sosiologi edisi keenam, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1984 hlm:209
3

Herbert Spencer mengatakan bahwa prinsip evolusi yang
menguasai semua makhluk baik alam aslinya, manusia, maupun
masyarakat, mencakup mulai dari homogenitas yang tak beraturan, yang
kacau membingungkan, hingga heteroginitas yang teratur dan masuk akal.
Cara lain untuk menyatakan ini adalah dengan mengatakan evolusi adalah
diferensiasi dan intetegrasi secara beraturan. Herbert Spencer dalam
menyusun teori perubahan sosialnya, yakni bahwa masyarakat adalah
sebuah organisasme, yakni sesuatu yang hidup. Pendapat Spencer tentang
evolusi masyarakat itu dapat disimpulkan bahwa: (1) berbagai fakta
menunjukkan evolusi sosial adalah bentuk bentuk dari suatu bagian
keseluruhan evolusi. Masyarakat memperlihatkan suatu integrasi (2)
perubahan dari homogenitas kepada heterogenitas, dari kelompok kecil
kebangsa beradap adalah penuh dengan ketaksamaan struktural dan
fungsional.
4

Spencer seringkali menganalisis masyarakat sebagai sistem
evolusi, ia juga menjelaskan definisi tentang "hukum rimba" dalam ilmu
sosial. Dia berkontribusi terhadap berbagai macam subyek, termasuk etnis,
metafisika, agama, politik, retorik, biologi dan psikologi. Menurutnya,
objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian
sosial dan industri. Termasuk pula asosiasi, masyarakat setempat,
pembagian kerja, pelapisan sosial, sosiologi pengetahuan dan ilmu
pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan. Pada tahun
1879 ia mengetengahkan sebuah teori tentang Evolusi Sosial yang hingga
kini masih dianut walaupun di sana sini ada perubahan. Ia juga
menerapkan secara analog (kesamaan fungsi) dengan teori evolusi karya
Charles Darwin (yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera)
terhadap masyarakat manusia. Ia yakin bahwa masyarakat mengalami
evolusi dari masyarakat primitif ke masyarakat industri.
5

Teori evolusi Sosial yang merupakan bagian dari teori-teori social
dengan tokoh Herbert Spencer telah memberikan kejelasan mengenai
keterkaitan atau hubungan antara sosiologi pembangunan dengan teori
evolusi, dimana spencer menyatakan bahwa adanya integrasi dan
diferensiasi yang beraturan dalam masyarakat, perubahan homogenitas
yang tak beraturan, yang kacau membingungkan, hingga heteroginitas
yang teratur dan masuk akal, dan dari kelompok kecil kebangsa yang
beradap.


4
Makalah teori sosial hlm: 4-5.
5
Ibid., 14-15.
4

C. TEORI TEKNOLOGI
Menurut Ogburn, teknologi adalah mekanisme yang mendorong
perubahan, manusia selamnaya berupaya memelihara dan meyesuaikan
diri dengan alam yang senantiasa diperbaharui oleh teknologi.
Sumbangan dari William F Ogburn yang paling terkenal terhadap
bidang sosiologi adalah konsepnya tentang ketinggalan budaya (cultural
lag). Konsep itu mengacu kepada kecenderungan dari kebiasaan-kebiasaan
sosial dan pola-pola organisasi sosial yang tertinggal di belakang (lag
behind) perubahan kebudayaan materiil. Pemikiran-pemikiran Ogburn
dapat digolongkan dalam pendekatan perilaku (behaviorisme). Maka,
Ogburn dalam karyanya Social Change with Respect to Culture and
Original Nature, mengemukakan:
a. Perilaku manusia merupakan produk warisan sosial atau budaya, bukan
produk factor faktor biologis yang diturunkan lewat keturunan.
b. Kenyataan sosial pada dasarnya terdiri atas pola-pola perilaku individu
yang nyata dan konsekuensi-konsekuensinya.
c. Perubahan-perubahan kebudayaan materiil terbentang mulai dari
penemuan awal. Sedangkan kebudayaan nonmateriil, yang akhirnya
berkonsekuensi harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan-kebudayaan
materiil.
d. Kebudayaan nonmateriil yang tidak mampu mengejar kecepatan
perubahan dalam kebudayaan materiil yang terus melaju. Hasilnya adalah
suatu ketegangan yang terus meningkat antara budaya materiil dengan
nonmateriil.
6

Kemajuan yang telah dicapai manusia dalam bidang Teknologi
Informasi dan Komunikasi merupakan sesuatu yang patut kita syukuri
karena dengan kemajuan tersebut akan memudahkan manusia dalam
mengerjakan pekerjaan dan tugas yang harus dikerjakannya. Namun, tidak
semua kemajuan yang telah dicapai tersebut membawa dampak positif.
Diantara kemajuan yang telah dicapai tersebut ternyata dapat membawa
dampak negatif bagi manusia. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai
dampak positif dan negative dari penggunaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam bidang sosial, pendidikan, dan ekonomi. Dalam Bidang
Sosial, Keuntungan : Kemajuan teknologi komunikasi yang cepat dapat
mempermudah komunikasi antara suatu tempat dan tempat yang lain.
Kerugian : Seseorang yang terus menerus bergaul dengan komputer akan
cenderung menjadi seseorang yang individualis, Dengan pesatnya

6
Dadang Supardan, pengantar ilmu sosial, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008 hlm:
157
5

teknologi informasi baik di internet maupun media lainnya membuat
peluang masuknya hal-hal yang berbau pornografi, pornoaksi, maupun
kekerasan semakin mudah. Dalam Bidang Pendidikan, Keuntungan :
Informasi yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah di akses untuk
kepentingan pendidikan. Kerugian: Kemajuan TIK juga akan semakin
mempermudah terjadinya pelanggaran terhadap Hak Atas Kekayaan
Intelektual (HAKI) karena semakin mudahnya mengakses data
menyebabkan orang yang bersifat plagiatis akan melakukan kecurangan.
Dalam Bidang Ekonomi, Keuntungan : Semakin maraknya penggunaan
TIK akan semakin membuka lapangan pekerjaan, Dengan fasilitas
pemasangan iklan di internet pada situs-situs tertentu akan mempermudah
kegiatan promosi dan pemasaran suatu produk. Kerugian : Hal yang sering
terjadi adalah pembobolan rekening suatu lembaga atau perorangan yang
mengakibatkan kerugian financial yang besar.

D. TEORI DRAMATURGI
Latar Belakang Teori Dramaturgi
Dramaturgi adalah sandiwara kehidupan yang disajikan oleh
manusia. Kita lihat kembali contoh di atas, bagaimana seorang polisi
memilih perannya, juga seorang warga negara biasa memilih sendiri peran
yang dinginkannya. Goffman menyebutnya sebagai bagian depan (front)
dan bagian belakang (back). Front mencakup, setting, personal front
(penampilan diri), expressive equipment (peralatan untuk
mengekspresikan diri). Sedangkan bagian belakang adalah the self, yaitu
semua kegiatan yang tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan acting
atau penampilan diri yang ada pada Front. Berbicara mengenai Dramaturgi
Erving Goffman, maka kita tidak boleh luput untuk melihat George
Herbert Mead dengan konsep The Self, yang sangat mempengaruhi teori
Goffman.
Erving Goffman lahir di Mannville, Alberta, Canada, 11 Juni
1922. Meraih gelar Bachelor of Arts (B.A) tahun 1945, gelar Master of
Arts tahun 1949 dan gelar Philosophy Doctor (Ph.D) tahun 1953. Tahun
1958 meraih gelar Guru Besar, tahun 1970 diangkat menjadi anggota
Committee for Study of Incarceration. Dan tepat di tahun 1977 ia
memperoleh penghargaan Guggenheim. Meninggal pada tahun 1982,
setelah sempat menjabat sebagai Presiden dari American Sociological
Association dari tahun 1981-1982.
Sebagaimana telah kami sebutkan di atas bahwa, karya-karya
Erving Goffman sangat dipengaruhi oleh George Herbert Mead yang
memfokuskan pandangannya pada The Self. Misalnya, The Presentation of
6

self in everyday life (1955), merupakan pandangan Goffman yang
menjelaskan mengenai proses dan makna dari apa yang disebut sebagai
interaksi (antar manusia). Dengan mengambil konsep mengenai kesadaran
diri dan The Self Mead, Goffman kembali memunculkan teori peran
sebagai dasar teori Dramaturgi. Goffman mengambil pengandaian
kehidupan individu sebagai panggung sandiwara, lengkap dengan setting
panggung dan akting yang dilakukan oleh individu sebagai aktor
kehidupan. Dan, bagaimanakah sebenarnya dengan The Self Mead
tersebut?
Bagi Mead, The Self lebih dari sebuah internalisasi struktur sosial dan
budaya. The Self juga merupakan proses sosial, sebuah proses dimana para
pelakunya memperlihatkan pada dirinya sendiri hal-hal yang dihadapinya,
didalam situasi dimana ia bertindak dan merencanakan tindakannya itu
melalui penafsirannya atas hal-hal tersebut. Dalam hal ini, aktor atau
pelaku yang melakukan interaksi sosial dengan dirinya sendiri, menurut
Mead dilakukan dengan cara mengambil peran orang lain, dan bertindak
berdasarkan peran tersebut, lalu memberikan respon atas tindakan-
tindakan itu. Konsep interaksi pribadi (self interaction) dimana para pelaku
menunjuk diri mereka sendiri berdasarkan pada skema Mead mengenai
psikologi sosial. The Self disini bersifat aktif dan kreatif serta tidak ada
satupun variable-variabel sosial, budaya, maupun psikologis yang dapat
memutuskan tindakan-tindakan The Self. (Wagiyo, 2004: 107)
Dari deskripsi di atas, Mead menegaskan bahwa The Self
merupakan mahluk hidup yang dapat melakukan tindakan, dan bukan
sesuatu yang pasif yang semata-mata hanya menerima dan merespon suatu
stimulus belaka. Secara hakiki, pandangan Mead merupakan isu sentral
bagi interaksionisme simbolik.
Dramaturgi itu sendiri merupakan sumbangan Goffman bagi
perluasan teori interaksi simbolik. Mead menyatakan bahwa konsep diri
pada dasarnya terdiri dari jawaban individu atas pertanyaan mengenai
siapa aku untuk kemudian dikumpulkan dalam bentuk kesadaran diri
individu mengenai keterlibatannya yang khusus dalam seperangkat
hubungan sosial yang sedang berlangsung. Pendapat Mead tentang pikiran
adalah bahwa pikiran mempunyai corak sosial, percakapan dalam batin
adalah percakapan antara aku dengan yang lain pada titik ini, konsepsi
tentang aku itu sendiri merupakan konsepsi orang lain terhadap individu
tersebut. Atau dengan kalimat singkat, individu mengambil pandangan
orang lain mengenai dirinya seolah-olah pandangan tersebut adalah
dirinya yang berasal dari aku.
7

Pada pandangan Goffman, kesadaran diri adalah hasil adopsi dari
ajaran-ajaran Durkheim. Dan bagi Goffman, struktur sosial merupakan
countless minor synthesis (sintesis-sintesis kecil yang tak terbilang),
dimana manusia ini menurut Simmel- merupakan atom-atom atau
partikel-partikel yang sangat kecil dari sebuah masyarakat yang besar. Dan
ide serta konsep Dramaturgi Goffman itu sendiri, menolong kita untuk
mengkaji hal hal yang berada di luar perhitungan kita (hal-hal kecil yang
tak terbilang tersebut), manakala kita menggunakan semua sumber daya
yang ada di bagian depan dan bagian belakang (front and back region)
dalam rangka menarik perhatian orang-orang yang disekeliling kita.
Bentuk-bentuk interaksi, komunikasi tatap muka, dan pengembangan
konsep-konsep sosiologi, merupakan sumbangan Goffman bagi
interaksionis simbolik bahkan Goffman juga mempengaruhi tokoh-tokoh
di luar interaksionis simbolik. Walaupun pada karya terakhirnya, Goffman
terfokus pada gerakan-gerakan yang mengarah pada bentuk-bentuk
strukturalisme masyarakat.
Esensi Teori Dramaturgi
Erving Goffman dalam bukunya yang berjudul The
Presentational of Self in Everyday Life memperkenalkan konsep
dramaturgi yang bersifat penampilan teateris. Banyak ahli mengatakan
bahwa dramaturginya Goffman ini ini berada di antara tradisi interaksi
simbolik dan fenomenologi (Sukidin, 2002: 103).
Maka sebelum menguraikan teori dramaturgis, perlu kita uraikan terlebih
dahulu sekilas tentang inti teori interaksi simbolik. Hal ini didasari bahwa
perspektif interaksi simbolik banyak mengilhami teori dramaturgis, di
samping persektif-perspektif yang lain.
Interaksi simbolik sering dikelompokan ke dalam dua aliran
(school). Pertama, aliran Chicago School yang dimonitori oleh Herbert
Blumer, melanjutkan tradisi humanistis yang dimulai oleh George Herbert
Mead. Blumer menekankan bahwa studi terhadap manusia tidak bisa
dilakukan dengan cara yang sama seperti studi terhadap benda. Blumer
dan pengikut-pengikutnya menghindari pendekatan-pendekatan kuatitatif
dan ilmiah dalam mempelajari tingkah laku manusia. Lebih jauh lagi
tradisi Chicago menganggap orang itu kreatif, inovatif, dan bebas untuk
mendefinisikan segala situasi dengan berbagai cara dengan tidak terduga.
Kedua Iowa School menggunakan pendekatan yang lebih ilmiah dalam
mempelajari interaksi. Manford Kuhn dan Carl Couch percaya bahwa
konsep-konsep interaksionis dapat dioperasikan. Tetapi, walaupun Kuhn
mengakui adanya proses dalam alam tingkah laku, ia menyatakan bahwa
8

pendekatan struktural objektif lebih efektif daripada metode lemah yang
digunakan oleh Blumer.
Interaksionisme simbolik mengandung inti dasar pemikiran umum
tentang komunikasi dan masyarakat. Jerome Manis dan Bernard Meltzer
memisahkan tujuh hal mendasar yang bersifat teoritis dan metodologis
dari interaksionisme simbolik, yaitu:
1. Orang-orang dapat mengerti berbagai hal dengan belajar dari
pengalaman. Persepsi seseorang selalu diterjemahkan dalam siombol-
simbol.
2. Berbagai arti dipelajari melalui interaksi di antara orang-orang. Arti
muncul dari adanya pertukaran simbol-simbol dalam kelompok-kelompok
sosial.
3. Seluruh struktur dan institusi sosial diciptakan dari adanya interaksi di
antara orang-orang.
4. Tingkah laku seseorang tidaklah mutlak ditentukan oleh kejadian-
kejadian pada masa lampa saja, tetapi juga dilakukan secara sengaja.
5. Pikiran terdiri dari percakapan internal, yang merefleksikan interaksi
yang telah terjadi antara seseorang dengan orang lain.
6. Tingkah laku terbentuk atau tercipta di dalam kelompok sosial selama
proses interaksi.
7. Kita tidak dapat memahami pengalaman seorang individu dengan
mengamati tingkah lakunya belaka. Pengalaman dan pengertian seseorang
akan berbagai hal harus diketahui pula secara pasti.
Dari sekian banyak ahli yang punya andil popular sebagai peletak
dasar interaksi simbolik adalah George Herbert Mead yang dikembangkan
pada tahun 1920-1930. Kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Herbert
Blumer (1937) sebagai mahasiswa Mead dengan menggunakan istilah
interaksi simbolik. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang
merupakan ciri khas manusia, yaitu komunikasi atau pertukaran simbol
yang diberi makna.
Pada dasarnya interaksi manusia menggunakan simbol-simbol,
cara manusia menggunakan simbol, merepresentasikan apa yang mereka
maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamannya. Itulah interaksi
simbolik dan itu pulalah yang mengilhami perspektif dramaturgis, dimana
Erving Goffman sebagai salah satu eksponen interaksionisme simbolik,
maka hal tersebut banyak mewarnai pemikiran-pemikiran dramaturgisnya.
Pandangan Goffman agaknya harus dipandang sebagai serangkaian tema
dengan menggunakan berbagai teori. Ia memang seorang dramaturgis,
tetapi juga memanfaatkan pendektan interaksi simbolik, fenomenologis
9

Schutzian, formalisme Simmelian, analisis semiotic, dan bahkan
fungsionalisme Durkhemian.
Salah satu kontribusi interaksionisme simbolik (Jones) adalah
penjabaran berbagai macam pengaruh yang ditimbulkan penafsiran orang
lain terhadap identitas atau citra diri individu yang merupakan objek
interpretasi. Dalam kaitan ini, perhatian Goffman adalah apa yang ia sebut
ketertiban interaksi (interaction order) yang meliputi struktur, proses,
dan produk interaksi sosial. Ketertiban interaksi muncul untuk memenuhi
kebutuhan akan pemeliharaan keutuhan diri. Seperti ini pemikiran kaum
interaksionis umumnya. Inti pemikiran Goffman adalah diri (self), yang
dijabarkan oleh Goffman dengan cara yang unik dan memikat yaitu Teori
Diri Ala Goffman (Mulyana, 2004:106).
Kalau kita perhatikan diri kita itu dihadapkan pada tuntutan untuk
tidak ragu-ragu melakukan apa yang diharapakan diri kita. Untuk
memelihara citra diri yang stabil, orang melakukan pertunjukan
(performance) di hadapan khalayak. Sebagai hasil dari minatnya pada
pertunjukan itu, Goffman memusatkan perhatian pada dramaturgi atau
pandangan atas kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan drama
yang mirip dengan pertunjukan drama di panggung.
Fokus pendekatan dramaturgis adalah bukan apa yang orang
lakukan, bukan apa yang ingin mereka lakukan, atau mengapa mereka
melakukan, melainkan bagaimana mereka melakukannya. Berdasarkan
pandangan Kenneth Burke bahwa pemahaman yang layak atas perilaku
manusia harus bersandar pada tindakan, dramaturgi menekankan dimensi
ekspresif/impresif aktivitas manusia. Burke melihat tindakan sebagai
konsep dasar dalam dramatisme. Burke memberikan pengertian yang
berbeda antara aksi dan gerakan. Aksi terdiri dari tingkah laku yang
disengaja dan mempunyai maksud, gerakan adalah perilaku yang
mengandung makna dan tidak bertujuan. Masih menurut Burke bahwa
seseorang dapat melambangkan simbol-simbol. Seseorang dapat berbicara
tentang ucapan-ucapan atau menulis tentang kat-kata, maka bahasa
berfungsi sebagai kendaraan untuk aksi. Karena adanya kebutuhan sosial
masyarakat untuk bekerja sama dalam aksi-aksi mereka, bahasapun
membentuk perilaku.
Dramaturgi menekankan dimensi ekspresif/impresif aktivitas
manusia, yakni bahwa makna kegiatan manusia terdapat dalam cara
mereka mengekspresikan diri dalam interaksi dengan orang lain yang juga
ekspresif. Oleh karena perilaku manusia bersifat ekspresif inilah maka
perilaku manusia bersifat dramatik.
10

Pendekatan dramaturgis Goffman berintikan pandangan bahwa
ketika manusia berinteraksi dengan sesamannya, ia ingin mengelola pesan
yang ia harapkan tumbuh pada orang lain terhadapnya. Untuk itu, setiap
orang melakukan pertunjukan bagi orang lain. Kaum dramaturgis
memandang manusia sebagai aktor-aktor di atas panggung metaforis yang
sedang memainkan peran-peran mereka. Burce Gronbeck memberikan
sketsa tentang ide dasar dramatisme seperti pada gambar berikut
(Littlejohn, 1996:166):
Pengembangan diri sebagai konsep oleh Goffman tidak terlepas
dari pengaruh gagasan Cooley tentang the looking glass self. Gagasan diri
ala Cooley ini terdiri dari tiga komponen. Pertama, kita mengembangkan
bagaimana kita tampil bagi orang lain; kedua, kita membayangkan
bagimana peniliaian mereka atas penampilan kita; ketiga, kita
mengembangkan sejenis perasaan-diri, seperti kebanggaan atau malu,
sebagai akibat membayangkan penilaian orang lain tersebut. Lewat
imajinasi, kita mempersepsi dalam pikiran orang lain suatu gambaran
tentang penampilan kita, perilaku, tujuan, perbuatan, karakter teman-
teman kita dan sebagainya, dan dengan berbagai cara kita terpangaruh
olehnya.
Konsep yang digunakan Goffman berasal dari gagasan-gagasan
Burke, dengan demikian pendekatan dramaturgis sebagai salah satu varian
interaksionisme simbolik yang sering menggunakan konsep peran sosial
dalam menganalisis interaksi sosial, yang dipinjam dari khasanah teater.
Peran adalah ekspektasi yang didefinisikan secara sosial yang dimainkan
seseorang suatu situasi untuk memberikan citra tertentu kepada khalayak
yang hadir. Bagaimana sang aktor berperilaku bergantung kepada peran
sosialnya dalam situasi tertentu. Focus dramaturgis bukan konsep-diri
yang dibawa sang aktor dari situasi kesituasi lainnya atau keseluruhan
jumlah pengalaman individu, melainkan diri yang tersituasikan secara
sosial yang berkembang dan mengatur interaksi-interaksi spesifik.
Menurut Goffman diri adalah suatu hasil kerjasama (collaborative
manufacture) yang harus diproduksi baru dalam setiap peristiwa interaksi
sosial.
Menurut interaksi simbolik, manusia belajar memainkan berbagai
peran dan mengasumsikan identitas yang relevan dengan peran-peran ini,
terlibat dalam kegiatan menunjukkan kepada satu sama lainnya siapa dan
apa mereka. Dalam konteks demikian, mereka menandai satu sama lain
dan situasi-situasi yang mereka masuki, dan perilaku-perilaku berlangsung
dalam konteks identitas sosial, makna dan definisi situasi. Presentasi-diri
seperti yang ditunjukan Goffman, bertujuan memproduksi definisi situasi
11

dan identitas sosial bagi para aktor, dan definisi situasi tersebut
mempengaruhi ragam interaksi yang layak dan tidak layak bagi para aktor
dalam situasi yang ada.
Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi,
mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang
lain. Ia menyebut upaya itu sebagai pengelolaan pesan (impression
management), yaitu teknik-teknik yang digunakan aktor untuk memupuk
kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam perspektif dramaturgis, kehidupan ini ibarat teater,
interaksi sosial yang mirip dengan pertunjukan di atas penggung, yang
menampilkan peran-peran yang dimainkan para aktor. Untuk memainkan
peran tersebut, biasanya sang aktor menggunakan bahasa verbal dan
menampilkan perilaku noverbal tertentu serta mengenakan atribut-atribut
tertentu, misalnya kendaraan, pakaian dan asesoris lainnya yang sesuai
dengan perannya dalam situasi tertentu. Aktor harus memusatkan pikiran
agar dia tidak keseleo-lidah, menjaga kendali diri, melakukan gerak-gerik,
menjaga nada suara dan mengekspresikan wajah yang sesuai dengan
situasi.
Menurut Goffman kehidupan sosial itu dapat dibagi menjadi
wilayah depan (front region) dan wilayah belakang (back region).
Wilayah depan merujuk kepada peristiwa sosial yang menunjukan bahwa
individu bergaya atau menampilkan peran formalnya. Mereka sedang
memainkan perannya di atas panggung sandiwara di hadapan khalayak
penonton. Sebaliknya wilayah belakang merujuk kepada tempat dan
peristiwa yang yang memungkinkannya mempersiapkan perannya di
wilayah depan. Wilayah depan ibarat panggung sandiwara bagian depan
(front stage) yang ditonton khalayak penonton, sedang wilayah belakang
ibarat panggung sandiwara bagian belakang (back stage) atau kamar rias
tempat pemain sandiwara bersantai, mempersiapkan diri, atau berlatih
untuk memainkan perannya di panggung depan.
Goffman membagi panggung depan ini menjadi dua bagian: front
pribadi (personal front) dan setting front pribadi terdiri dari alat-alat yang
dianggap khalayak sebagai perlengkapan yang dibawa aktor ke dalam
setting, misalnya dokter diharapkan mengenakan jas dokter dengan
stetoskop menggantung dilehernya. Personal front mencakup bahasa
verbal dan bahasa tubuh sang aktor. Misalnya, berbicara sopan,
pengucapan istilah-istilah asing, intonasi, postur tubuh, kespresi wajah,
pakaian, penampakan usia dan sebagainya. Hingga derajat tertentu semua
aspek itu dapat dikendalikan aktor. Ciri yang relatif tetap seperti ciri fisik,
termasuk ras dan usia biasanya sulit disembunyikan atau diubah, namun
12

aktor sering memanipulasinya dengan menekankan atau melembutkannya,
misalnya menghitamkan kembali rambut yang beruban dengan cat rambut.
Sementar itu setting merupakan situasi fisik yang harus ada ketika aktor
melakukan pertunjukan, misalnya seorang dokter bedah memerlukan
ruang operasi, seorang sopir taksi memerlukan kendaraan. (Mulyana,
2004:115)
Goffman mengakui bahwa panggung depan mengandung anasir
struktural dalam arti bahwa panggung depan cenderung terlembagakan
alias mewakili kepentingan kelompok atau organisasi. Sering ketika aktor
melaksanakan perannya, peran tersebut telah ditetapkan lembaga tempat
dia bernaung. Meskipun berbau struktural, daya tarik pendekatan Goffman
terletak pada interaksi. Ia berpendapat bahwa umumnya orang-orang
berusaha menyajikan diri mereka yang diidealisasikan dalam pertunjukan
mereka di pangung depan, meresa merasa bahwa mereka harus
menyembunyikan hal-hal tertentu dalam pertunjukannya. Hal itu
disebabkan oleh (Mulayan, 2004:116):
1. Aktor mungkin ingin menyembunyikan kesenangan-kesenangan
tersembunyi (misalnya meminum minuman keras sebelum pertunjukan).
2. Aktor mungkin ingin menyembunyikan kesalahan yang dibuat saat
persiapan pertunujkan, langkah-langkah yang diambil untuk memperbaiki
kesalahan tersebut (misalnya sopir taksi menyembunyikan fakta bahwa ia
mulai salah arah).
3. Aktor mungkin merasa perlu menunjukan hanya produk akhir dan
menyembunyikan proses memproduksinya (missal dosen menghabisakan
waktu beberapa jam untuk memberi kuliah, namun mereka bertindak
seolah-olah telah lama memahami materi kuliah).
4. Aktor mungkin perlu menyembunyikan kerja kotor yang dilakukan
untuk membuat produk akhir dari khalayak (kerja kotor itu mungkin
meliputi tugas-tugas yang secara fisik kotor, semi-legal, dan
menghinakan)
Dalam melakukan pertunjukan tertentu, aktor mungkin harus mengabaikan
standar lain (missal menyembunyikan hinaan, pelecehan, atau perundingan
yang dibuat sehingga pertunjukan dapat berlangsung) (Ritzer, 2004:298).
Aspek lain dari dramaturgi di panggung depan adalah bahwa aktor
sering berusaha menyampaikan kesan bahwa mereka punya hubungan
khusus atau jarak sosial lebih dekat dengan khalayak daripada jarak sosial
yang sebenarnya. Goffman mengakui bahwa orang tidak selamanya ingin
menunjukan peran formalnya dalam panggung depannya. Orang mungkin
memainkan suatu perasaan, meskipun ia menggan akan peran tersebut,
atau menunjukkan keengganannya untuk memainkannya padahal ia
13

senang bukan kepalang akan peran tersebut. Akan tetapi menurut
Goffman, ketika orang melakukan hal semacam itu, mereka tidak
bermaksud membebaskan diri sama sekali dari peran sosial atau identitas
mereka yang formal itu, namun karena ada perasaan sosial dan identitas
lain yang menguntungkan mereka.
Fokus perhatian Goffman sebenarnya bukan hanya individu, tetapi
juga kelompok atau apa yang ia sebut tim. Selain membawakan peran dan
karakter secara individu, aktor-aktor sosial juga berusaha mengelola kesan
orang lain terhadap kelompoknya, baik itu keluarga, tempat bekerja, parati
politik, atau organisasi lain yang mereka wakili. Semua anggota itu oleh
Goffman disebut tim pertunjukan (performance team) yang
mendramatiasikan suatu aktivitas. Kerjasama tim sering dilakukan oleh
para anggota dalam menciptakan dan menjaga penampilan dalam wilayah
depan. Mereka harus mempersiapkan perlengkapan pertunjukan dengan
matang dan jalannya pertunjukan, memain pemain inti yang layak,
melakukan pertunjukan secermat dan seefisien mungkin , dan kalau perlu
juag memilih khalayak yang sesuai. Setiap anggota saling mendukung dan
bila perlu memberi arahan lewat isyarat nonverbal, seperti isyarat dengan
tangan atau isyarat mata, agar pertunjukan berjalan mulus. (Mulyana,
2004:123)
Goffman menekankan bahwa pertunjukan yang dibawakan suatu
tim sangat bergantung pada kesetiaan setiap anggotanya. Setiap anggota
tim memegang rahasia tersembunyi bagi khalayak yang memungkinkan
kewibawaan tim tetap terjaga. Dalam kerangka yang lebih luas,
sebenarnya khalayak juga dapat dianggap sebagai bagian dari tim
pertunjukan. Artinya agar pertunjukan sukses, khalayak juga harus
berpartisipasi untuk menjaga agar pertunjukan secara keseluruhan berjalan
lancar.
Dalam perspektif Goffman unsur penting lainnya adalah
pandangan bahwa interaksi mirip dengan upacara keagamaan yang sarat
dengan berbagai ritual, aspek-aspek remeh dalam perilaku yang sering
luput dari perhatian orang merupakan bukti-bukti penting, seperti kontak
mata antara orang-orang yang tidak saling mengenal ditempat umum. Bagi
Goffman, perilaku orang-orang yang terlibat dalam interaksi yang sepintas
tampak otomatis itu menunjukan pola-pola tertentu yanbg fungsional.
Perilaku saling melirik satu sama lain untuk kemudian berpaling lagi
kearah lain menunjukan bahwa orang-orang yang tidak saling mengenal
itu menaruh kepercayaan untuk tidak saling mengganggu. (Mulyana, 2004:
126)
14

Bagi Goffman, tampaknya hamper tidak ada isyarat nonverbal
yang kosong dari makna. Isyarat yang tampak sepelepun, seperti
berpaling ke arah lain, atau menjaga jarak dengan orang asing yang
dimaksudkan untuk menjaga privasi orang adalah ritual antarpribadi atau
dalam istilah Goffman menghargai diri yang keramat (sacred self),
bukan sekedar adat kebiasaan. Tindakan-tindakan tersebut menandakan
keterlibatan sang aktor dan hubungan yang terbina dengan orang lain, juga
menunjukan bahwa sang aktor layak atau berharga sebagai manusia. Maka
penghargaan atas diri yang keramat ini dibalas dengan tindakn serupa,
sehingga berlangsunglah upacara kecil tersebut.
Kehidupan manusia tampaknya akan berjalan normal bila kita
mengikuti ritual-ritula kecil dalam interaksi ini, meskipun kita tidak
selamanya menjalankannya. Etiket adalah kata lain untuk ritual itu, yakni
seperangkat penghargaan yang sama yang melandasi apa yang pantas dan
tidak pantas kita lakukan dalam suatu situasi. Goffman menegaskan bahwa
masyarakat memang memobilisasikan anggota-anggotanya untuk menjadi
para peserta yang mengatur diri-sendiri, yang mengajari kita apa yang
harus dan tidak boleh kita lakukan dalam rangka kerjasama untuk
mengkonstruksikan diri yang diterima secara sosial, salah satunya adalah
lewat ritual, Menurut Goffman keterikatan emosional pada diri yang kita
proyeksikan dan wajah kita merupakan mekanisme paling mendasari
kontrol sosial yang saling mendorong kita mengatur perilaku kita sendiri.
Wajah adalah suatu citra-diri yang diterima secara sosial. Menampilkan
wajah yang layak adalah bagian dari tatakrama situasional, yaitu aturan-
aturan mengenai kehadiran diri yang harus dikomunikasikan kepada orang
lain yang juga hadir.
Untuk menunjukkan bahwa kita orang yang beradab, kita begitu
peduli dengan tatakrama sebelum kita melakukan sesuatu, tetapi ada
kalanya kita melanggar etiket tersebut. Misalnya kita datang terlambat
kesuatu pertemuan penting. Ketika kita menyadarinya, kita hamper selalu
apa yang oleh Goffman disebut berbagai tindakan perbaikan (remedial
work of various kind) yang fungsinya mengubah hal yang opensif menjadi
hal yang diterima.

THE PRESENTATION OF SELF IN EVERYDAY LIFE
Goffman bukan nemusatkan perhtiannya pada struktur sosial. Dia
lebih tertarik pada interaksi tatap-muka atau kehadiran bersama (Co-
presence). Interaksi tatap muka itu dibatasinya sebagai individu-individu
yang saling mempengaruhi tindakan-tindakan mereka satu sama lain
ketika masing-masing berhadapan secara fisik. Biasanya terdapat suatu
15

arena kegiatan yang terdiri dari serangkaian tindakan individu itu. Dalam
suatu situasi social, seluruh kegiatan dari partisipan tertentu disebut
sebagai suatu penampilan (performance), sedang orang-orang lain yang
terlibat di dalam situasi itu disebut sebagai pengamat atau partisipan
lainnya. Para actor adalah mereka yang melakukan tindakan-tindakan atau
penampilan rutin (routine). Goffman membatasi routine sebagai pola
tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya, terungkap di saat melakukan
pertunjukan dan yang juga bias dilakukan atau diungkapkan dalam
kesempatan lain.
7

Di dalam membahas pertunjukan itu, Goffman menyaksikan
bahwa individu dapat menyajikan suatu pertunjukan (show) bagi orang
lain, tetapi kesan (impression) si pelaku terhadap pertunjukan ini bias
berbeda-beda. Seseorang bias merasa sangat yakin akan tindakan yang
diperlihatkannya,atau bias pula bersikap sinis terhadap pertunjukan itu.
Menurut Goffman, dua bidang penampilan perlu dibedakan:
panggung depan panggung belakang. Panggung depan adalah bagian
penampilan individu yang secara teratur berfungsi di dalam mode yang
umum dan tetap untuk mendefinisikan situasi bagi mereka yang
menyaksikan penampilan itu. Di dalamnya termasuk setting dan personal
front, yang selanjutnya dapat dibagi menjadi penampilan dan gaya.
Penampilan dibatsi sebagai, stimuli yang berfungsi memberitahu kita
status social para si pelaku. Sedangkan gaya menunjuk pada stimuli
yang berfungsi mengingatkan kita akan peranan interkasi yang diharapkan
si pelaku harus dimainkan pada situasi mendatang.
Seorang pelaku harus berhasil memainkan suatu karakter. Bila
tterjadi krisis atau situasi gawat, demi menyelamatkan pertunjukan dia
harus memiliki atribut-atribut tertentu. Goffman mengidentifikasikan tiga
kategori atribut dan praktek yang dipakai untuk melindungi si pelaku dari
berbagi kesulitan:
1. Langkah bertahan yang diambil oleh si pelaku untuk menjamin
kelangsungan pertunjukannya;
2. Langkah pencegahan yang diambil oleh penonton dan pihak lain untuk
membantu si pelaku menjamin kelangsungan pertunjukannya;
3. Langkah-langkah yang harus diambil si pelaku untuk memungkinkan
para penonton dan pihak lain untuk mengambil langkah-langkah
pencegahan demi kepentingan si pelaku sendiri.

7
Margeret M. Poloma, sosiologi Kontemporer, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007 hlm: 232.
16

Termasuk di dalam langkah-langkah bertahan adalah kesetiaan
dramaturgis semacam kewajiban moral untuk mendiamkan pelaksanaan
mereka, disiplin dramaturgis (termasuk tetap berpegang pada bagiannya
dan tidak terpengaruh oleh pertunjukan sendiri), dan kewaspadaan
dramaturgis (penggunaan metode yang tepat untuk menyajikan
pertunjukan itu telah ditentuka sebelumnya). Menurut Goffman, kesetiaan,
disiplin, dan kewaspadaan adalah merupakan tiga atribut esensial bagi
keberhasilan tim melaksanakan pertunjukannya.

ASYLUMS: DRAMATURGI EMPIRIS ANALISA INSTITUSI
TOTAL
Dramaturgi Goffman berkenaan dengan interaksi yang seolah-olah
merupakan produk suatu sistem tertutup. Oleh sebab itu dia merasa cocok
untuk meneliti suatu tipe ideal sistem tertutup, yang disebutnya sebagai
institusi total. Goffman mendefinisikan institusi total sebagai tempat
tinggal dan kerja di mana sejumlah besar individu, yang untuk waktu
cukup lama terlepas dari masyarakat luas, bersama-sama terlihat dan
berperan dimana kehidupan di atur secara formal. Rumah sakit jiwa
sangat sesuai dengan batasan ini. Goffman mengidentifikasi lima kategori
institusi total yaitu:
1. Institusi yang dibangun untuk merawat orang yang dianggap tidak
mampu dan tidak berbahaya; misalnya wisma tuna netra, rumah
jompo, asrama yatim piatu dan fakir miskin.
2. Tempat yang dibangun untuk orang yang dianggap tidak mampu
merawat dirinya sendiri dan berbahaya bagi masyarakat, sekalipun
mereka tidak bermaksud demikian: sanatorium, rumah sakit jiwa,
rumah sakit kusta.
3. Institusi total yang ketiga diorganisir untuk melindungi masyarakat
dari apa yang dirasakan sebagai bahaya yang mengancam, di mana
kesejahteraan mereka yang diasingkan tersebut tidak dianggap sebagai
suatu masalah penjara, kamp tawanan perang, kamp konsentrasi.
4. Keeempat, ada juga beberapa institusi yang pada dasarnya dibangun
untuk menunaikan beberapa tugas-tugas yang mirip dengan kerja dan
yang mengesahkan diri mereka di atas dasar-dasar instrumental ini:
barak tentara, asrama sekolah, kampong kerja, perkampungan
colonial, dan bangsal-bangsal.
5. Akhirnya terdapat lembaga-lembaga kemasyarakatan yang dirancang
sebagai tempat mengasingkan diri dan kadang-ladang sering berfungsi
sebagai tempat latihan keagamaan; misalnya biara, pendopo dan
tempat menyepi lainnya.
17

Tujuan analisa Goffman ialah menjelaskan penyajian self.
Goffma tidka membatasi analisa sosiologisnya pada dampak struktur
social terhadap perilaku, seperti yang banyak dilakukan oleh
fungsionalisme. Bagi Goffman situasi-situasi sesaat merupakan lapangan
penyeidikan sosiologis yang bermanfaat. Perilaku dalam situasi sesaat itu
bias dianalisa dalam suatu kerangka dramaturgis, seperi halnya denga
perilaku dalam lembaga-lembaga yang juga bias dianalisa lewat perspektif
ini.

EVALUASI KRITIS TERHADAP DRAMATURGI GOFFMAN
Pendekatan Goffman merupakan pergeseran kearah humanisme
dan penghindaran dari model ilmiah. Dia lebih tertarik mempelajari
manusia sebagaimana adanya daripada menyesuaikan abstraksi- abstraksi
perilaku mereka ke dalam proposisi-proposisi dan teori-teori yang sudah
diketahui. Model manusia serta konsepsi teori sosiologis Goffman
merupakan langkah yang meninggalkan berbagai pendekatan yang telah
kita bicarakan. Bagi Goffman manusia dilingkupi oleh berbagai jenis
kesan yang mereka ciptakan untuk orang lain. Menurut para pengkritik hal
ini merupakan suatu pandangan yang sempit.
Seperti yang dinyatakan oleh Goffman self bukan merupakan
keseluruhan perkembanagan yang sangat penting. Bagi kaum interaksionis
simbolis: self sebagai karakter yang dilakukan bukan merupakan organis
yang memiliki lokasi khusus yang nasibnya harus dilahirkan, dipelihara,
dan dilenyapkan; ini merupakan efek yang dramatis. Cara Goffman
membahas self itu banyak sekali meninggalkan masalah yang tidak
terjawab. Gouldner mengemukakan 4 pertanyaan dasar yang tidak
terjawab Goffman, yaitu:
1. Mengapa beberapa self tertentu saja, bukan self lain yang dipilih dan
diketengahkan oleh aktor?
2. Mengapa orang menerima atau menolak self itu?
3. Apakah konsekuensi dari beberapa self itu lebih memuaskan bagi self
dan bagi orang lain?
4. Bagaiman kekuasaan dan kekayaan berhasil menyediakan sumber-
sumber yang mempengaruhi kemampuan rancanagan self?
Analisa Goffman gagal memberikan jawaban yang tepat pada
keempat pertanyaan penting itu. Pandangan dunia sosial yang
diketengahkan dramaturgi benar-benar sebagai suatu sistem tertutup:
suatu establishment social adalah setiap tempat yang dilingkupi oleh
rintangan-rintangan yang kukuh bagi persepsi di mana jenis kegiatan
tertentu terjadi secara teratur. Sebagaimana yang kita lihat, Goffman
18

ternyata kurang memperhatikan struktur social itu sendiri daripada cara-
cara dubyektif dimana para aktor mengorganisir pengalaman mereka. Data
bagi pemikiran teoritis Goffman itu ternyata berasal dari situasi yang
khusus. Seperti yang dinyatakan Gouldner ketika ia melakukan evaluasi
dramaturgi:
Melihat kehidupan hanaya karena ia hidup dalam lingkaran
interpersonal yang sempit, historis dan noninstitusional suatu eksistensi
yang melampaui sejarah dan masyarakat, dan yang hidup hanya dalam
waktu sesaat, sementara dan rapuh. Berbeda dengan Parson yang
melihat masyarakat sebagia suatu bola karet yang padat dan kenyal,
sehingga tetap dapat dipakai walaupun bentuknya sudah tidak semulus
yang semula, gambaran kehidupan sosial dari Goffman bukan sebagai
struktur sosial yang kukuh dan tegar, tetapi sebagi sesuatu yang terlantar,
berselang-seling, seperti cat-walk yang bergoyang keras, di mana manusia
harus berlari dengan cepat. Dalam pandangan ini manusia merupakan
aktor-aktor akrobat dan pemain yang entah bagaimana, terlepas dari
struktur social dan peranan-peranan yang secara kultural telah ditentukan.
Mereka tidak benar-benar dianggap sebagai produk system, individu yang
menggerakkan sistem untuk peningkatan self itu.
Perlu diingat bahwa Goffman tidak pernah menolak eksistensi
kebudayaan, struktur sosial, atau kekuasaan. Dinyatakan bahwa
dramaturgi adalah pendekatan untuk mempelajari fakta-fakta sosial. Suatu
establishment dapat dilihat secara cultural, structural, politis, dan juga
secara dramaturgis.
Dari penjelasan teori Dramaturgi yang sesuai menurut Erving
Goffman, kami kelompok satu dapat mengambil analisis dari teori
Dramaturgi yaitu dramaturgi adalah sandiwara kehidupan yang disajikan
oleh manusia. Goffman disebut sebagai seorang dramaturgist, yang
menggunakan bahasa dan tamsil panggung teater. Teori ini menceritakan
mengenai dasar teori bagaimana individu tampil di dalam dunia sosial.
Sebenarnya inti dari teori ini yaitu adanya proses interaksi sehari-
hari. Goffman mengambil pengandaian kehidupan individu sebagai
panggung sandiwara, lengkap dengan setting panggung dan akting yang
dilakukan oleh individu sebagai aktor kehidupan. Pada dasarnya
interaksi manusia menggunakan simbol-simbol, cara manusia
menggunakan simbol, merepresentasikan apa yang mereka maksudkan
untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Dalam perspektif dramaturgis,
kehidupan ini ibarat teater, interaksi sosial yang mirip dengan pertunjukan
di atas penggung, yang menampilkan peran-peran yang dimainkan para
aktor. Untuk memainkan peran tersebut, biasanya sang aktor
19

menggunakan bahasa verbal dan menampilkan perilaku noverbal tertentu
serta mengenakan atribut-atribut tertentu, misalnya kendaraan, pakaian
dan asesoris lainnya yang sesuai dengan perannya dalam situasi tertentu.
Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan
pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk
menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain
melalui pertunjukan dramanya sendiri. Dalam mencapai tujuannya
tersebut, menurut konsep dramaturgis, manusia akan mengembangkan
perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya
pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus
mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain
memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan
tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan
kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai
tujuan, sehingga dari contoh tersebut bisa di simpulkan bahwa adanya
keterkaitan/hubungan antara perkembangan dan pembangunan dalam
sosiologi dengan teori dramaturgi itu sendiri.

E. TEORI STRUKTURASI
Gagasan Giddens yang cukup terkenal adalah teori strukturasi.
Dalam teori ini, Giddens menyebut individu dengan istilah human agent.
Giddens menjelaskan masyarakat dengan konsep agen dan struktur.
Makna agen hampir sama dengan individu, namun agen lebih menunjuk
pada watak individu aktif. Setiap manusia merupakan agen yang memiliki
tujuan, karena sebagai individu ia memiliki alasan-alasan untuk
tindakannya dan kemudian memperinci alasan-alasan ini secara terus-
menerus. Giddens telah banyak menyurvei teori yang dimulai dari individu
atau agen maupun struktur (masyarakat) dan menolak kedua alternatif
tersebut. Giddens berpendapat bahwa kita harus mengawalinya dari
praktik atau tindakan sosial yang tengah berlangsung. Ranah dasar studi
ilmu-ilmu sosial menurut teori strukturasi bukanlah pengalaman aktor
individu, atau eksistensi bentuk totalitas apapun, namun praktik yang
ditata di sepanjang ruang dan waktu.
Kunci pendekatan Giddens adalah bahwa ia melihat agen dan
struktur sebagai dualitas, artinya keduanya dapat dipisahkan satu sama
lain. Agen terlibat dalam struktur dan struktur melibatkan agen.
Menurutnya, seluruh tindakan sosial memerlukan sturktur dan seluruh
struktur memerlukan tindakan sosial. Giddens menolak untuk melihat
struktur semata sebagai pemaksa terhadap agen (misalnya seperti
20

Durkheim), tetapi melihat struktur baik sebagai pemaksa maupun penyedia
peluang.
8

Giddens dianggap sebagai salah satu kontributor sosiologi
modern. Tiga tahap terpenting dapat diidentifikasi di dalam kehidupan
akademisnya. Hal yang pertama yaitu melibatkan penjabaran sebuah visi
baru tentang apa sosiologi itu, menyajikan pemahaman teoritis dan
metodologis dari bidang itu, berdasarkan reinterpretasi kritis terhadap
klasik. Pada tahap kedua Giddens mengembangkan teori strukturasi,
analisis agen dan struktur, di mana keutamaan diberikan kepada keduanya.
Karya-Nya periode itu, seperti Pusat Permasalahan dalam Teori Sosial
(1979) dan Konstitusi Masyarakat (1.984), membawa dia terkenal di dunia
internasional pada arena sosiologis.
9

Buku The Constitution of Society (Outline Of The Theory Of
Structuration) barangkali dapat dikatakan sebagai buku inti dari pemikiran
Giddens yang menguraikan teori strukturisasi (Theory Of Structuration).
Yang mana teori ini sebenarnya ingin menyelesaikan konflik besar dalam
ilmu social yang terjadi sampai sekarang, yaitu konflik antara struktur
dan agensi.
10


F. TEORI GLOBALISASI
1. Pengertian Teori Globalisasi
Globalisasi adalah penyebaran kebiasaan-kebiasaan mendunia,
ekspansi hubungan yang melintasi benua, organisasi dari kehidupan sosial
pada skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersama.
Globalisasi merupakan proses yang sedang terjadi di dunia dengan
ditandai oleh perdagangan bebas antar negara, transnasional. Berdirinya
lembaga-lembaga seperti World Trade Organization (WTO), International
Monetary Fund (IMF) merupakan lembaga penting yang berperan dalam
arus globalisasi saat ini. Teori Globalisasi juga muncul sebagai akibat
perkembangan di dalam teori sosial.
11

2. Rasionalitas dan karya George Ritzer dalam Teori Globalisasi

8
Raditia Wahyu. 2011. Antony Giddens: The last modernist (Sebuah biografi
singkat) Diakses di http://radhitisme.blogspot.com/2012/01/anthony-giddens-
last-modernist-sebuah.html pada tanggal 14 September 2012 pukul 17.24 WIB.
9
http://id.wikipedia.org/wiki/Anthony_Giddens diakses pada tanggal 14
September 2012 pukul 17.23 WIB.
10
Teori_strukturasi_giddens.pdf. hal. 2.
11
George Ritzer & Douglas J. Goodman, edisi terbaru Teori Sosiologi. Bantul:
Kreasi Wacana, 2012 hlm: 634
21

Dalam bukunya Globalization of Nothing, George Ritzer kembali
melakukan pemaparan secara jelas mengenai globalisasi. Globalisasi
sebagai sebuah proses mendunia telah membawa satu efek besar terkait
dengan pola konsumsi individu dalam masyarakat. Pemaparan Ritzer
terkesan sangat filosofis sekaligus sosiologis dan ingin mengungkap
makna tersembunyi dari apa yang disebut sebagai nothing (ketiadaan /
kehampaan) yang dikonsumsi oleh manusia modern di era globalisasi saat
ini. Ritzer memberikan penjelasan mengenai globalisasi dunia, yang mana
segala sesuatunya dikendalikan secara terpusat dengan standardisasi yang
meliputi tempat, segala benda, pelayanan dan jasa.
Ritzer menyatakan globalisasi sebagai peredaran yang dipercepat
menciptakan suatu masyarakat global, dimana sensitivitas hubungan
personal mulai minimalis (atau bahkan tidak ada) karena jasa pelayanan
yang diberikan sangat bersifat impersonal, bahkan bukan lagi orang yang
menggerakan pelayanan tersebut, karena orang yang melakukan pelayanan
dikendalikan secara terpusat oleh mekanisme mesin dengan teknologi
tinggi. Tempat yang menjadi rujukan dan referensi dalam masyarakat
global adalah supermarket, yang disebut Ritzer sebagai bukan tempat,
lantaran ruang yang dimasuki adalah kehampaan yang tanpa memberikan
makna apapun kecuali setting seragam dengan aneka barang bermerk
global, produk individu semakin lemah dan terdominasi oleh pabrik global
yang memproduksi bukan benda (non things) lantaran benda yang
diproduksi tidak mengandung substansi apapun sebagai sebuah benda
yang dikonsumsi melainkan telah direkayasa sedemikian rupa dengan
merk yang mendunia.
Fenomena ini dicontohkan Ritzer melalui keberadaan supermarket,
shopping mall (yang disebut sebagai non-places, bukan tempat), dan Gucci
Jeans, ATM, Dolce serta pakaian merk Gabbana (yang disebut sebagai
non-things, bukan benda) yang awalnya mendominasi masyarakat AS
hingga sekarang dan kemudian diikuti tempat lain di dunia saat ini.
Ritzer memberikan suatu definisi mengenai apa ia maksudkan
sebagai ketiadaan dan keberadaan (bukan sesuatu dan sesuatu, nothing and
something) pada awal buku ini. Nothing (kehampaan) didefinisikan
sebagai bentuk sosial yang biasanya disusun dan terkontrol terpusat dan
sedikit sekali unsur membedakan (kekhasannya), tanpa isi substantif yang
berbeda. Sedangkan something (keberadaan) didefinisikan sebagai sebuah
bentuk sosial yang biasanya berasal dari yang asli pribumi, disusun dan
terkontrol secara asli dan menguasai banyak di dalamnya unsur pembeda
(kekhasannya), kaya muatan substansi yang berbeda. Dengan kata lain,
22

keberadaan sesuatu adalah salah satu dari suatu jenis, dan kehampaan
adalah ketiadaan keunikan.
12

Karya pertama Ritzer adalah Sociology; A Multiple science (1075),
selain itu Ritzer juga menginginkan kerukunan dalam sosiologi, keinginan
itulah yang mendorongnya menerbitkan buku Toward an integrated
sociological paradigm (1981a). Dalam bukunya Metatheorizing (1992b)
Ritzer telah mengemukan perlunya studi sistematis atas teori sosiologi, dia
percaya bahwa diperlukan lebih banyak melakukan studi itu untuk
memahami teori dengan lebih baik, menghasilkan teori baru, dan
perspektif teoritis yang lebih luas jangkauanya (Metateori) studi
metateoritis juga beroreantasi untuk menjernikan masalah yang di
pertentangkan, menyelesaikan perselisian pendapat dan untuk menemukan
peluang lebih besar.
Pada tahun 1980-an Ritzer menerapkan teori Weber pada
rasionalisasi restoran Fasr-Food (1893) dan profesi medis (Ritzer dan
Walczak,1988) kemudian merevisi esai tersebut pada tahun 1982. Dan
hasilnya adalah sebuah buku The McDonaldization of Society (1993, 1996,
2000a). Capital Global dari McDonald dan McDonaldisasi, kartu kredit,
dan alat-alat konsumsi baru membawanya pada Globalisasi dan
menghasilkan buku Globalization of Nothing (2004), langkah selanjutnya
bagi Ritzer adalah melanjutkan penggunaan teori untuk memikirkan dunia
kontemporer, khususnya konsumsi dan globalisasi.
13

Pendapat kami kelompok satu mengenai adanya
keterkaitan/hubungan sosiologi pembangunan dengan Teori globalisasi
George Ritzer yakni teori globalisasi dapat dinyatakan bahwa globalisasi
sebagai peredaran yang dipercepat menciptakan suatu masyarakat global,
dimana hubungan individu/personak sudah sangat berkurang bahkan tidak
ada karena jasa pelayanannya sangat bersifat impersonal, bahkan bukan
lagi orang yang menggerakan pelayanan tersebut, melainkan dikendalikan
secara terpusat oleh mekanisme mesin dengan teknologi tinggi. Misal
diantaranya masyarakat global yang telah ada di dunia saat ini adalah
supermarket, shopping mall, dan ATM dimana Ritzer menyebutnya
sebagai non-places, bukan tempat_ lantaran ruang yang dimasuki adalah
kehampaan yang tanpa memberikan makna apapun kecuali setting
seragam, bangunan dengan aneka barang bermerk global, selain itu_

12
rohmadsosiawan. 2011. The Globalization of Nothing. Diakses
dihttp://rohmadsosiawan.blog.uns.ac.id/ pada tanggal 14 September 2012 pukul
17.16 WIB.
13
Adi. 2011. George Ritzer. http://petualangan2.blogspot.com/2011/09/george-
ritzer.html tanggal 14 September 2012 pukul 17.21 WIB.
23

produk individu semakin lemah dan terdominasi oleh pabrik global yang
memproduksi bukan benda (non things) karna benda yang diproduksi tidak
mengandung substansi apapun sebagai sebuah benda yang dikonsumsi
melainkan telah direkayasa sedemikian rupa dengan merk yang mendunia.
Sehingga Ritzer memberikan distribusi karyanya mengenai fenomena ini
dengan mengeluarkan buku yang berjudul Globalization of Nothing

BAB II
TOKOH-TOKOH PEMIKIR SOSIOLOGI PEMBANGUNAN
A. Auguste Comte
Tokoh utama dalam sosiologi adalah Auguste Comte (1798-1857)
berasal dari perancis yang merupakan manusia pertama yang
memperkenalkan istilah sosiologi kepada masyarakat luas. Auguste Comte
disebut sebagai Bapak Sosiologi di dunia internasional.
Sosiologi adalah ilmu positif tentang masyarakat. Ia menggunakan
kata positif yang artinya empiris. Jadi sosiologi baginya adalah studi
empiris tentang masyarakat. MenurutAugust Comte, obyek studi dari
sosiologi adalah tentang masyarakat, ada dua unsure yaitu struktur
masyarakat yang disebut statika sosial dan proses-proses sosial di dalam
masyarakat yang disebut dinamika sosial.
Pemandangan Comte rasanya dapat terlihat dalam penjabarannya
mengenai ilmu pengetahuannya, yang mengidamkan adanya tata yang
jelas mengedepankan keteraturan sosial dan kemajuan perkembangan serta
pemikiran masyarakat ke arah positif. Sebagai seorang ilmuwan Comte
mengharapkan sesuatu yang ideal tetapi, dalam hal ini Comte berbenturan
dengan realitas sosial yang menginginkan perubahan sosial secara cepat,
revolusi sosial.
Comte terpaksa memberikan stigma negatif terhadap konflik, letupan-
letupan yang mengembang melalui konflik dalam masyarakat karena akan
menyebabkan tidak tumbuhnya keteraturan sosial yang nantinya
mempersulit perkembangan masyarakat. Ketertiban harus diutamakan
apabila masyarakat menginginkan kemajuan yang merata dan bebas dari
anarkisme sosial, anarkisme intelektual. Keteraturan sosial tiap fase
perkembangan sosial (sejarah manusia) harus sesuai perkembangan
pemikiran manusia dan pada tiap proses fase-fasenya (perkembangan)
bersifat mutlak dan universal, merupakan inti ajaran Comte.
24

Comte memainkan peran ganda pada pementasan teater dalam
hidupnya, pertama-tama Comte yang menggebu dalam menyelematkan
umat manusia dari kebodohan, menginginkan adanya radikalisasi
perkembangan pemikiran dengan wacana positivisme dan progresiv dalam
tata masyarakat. Kedua, Comte menolak keras bentuk anarkisme sosial
yang merusak moral dan intelektual.
Teori yang paling terkenal dari Auguste Comte POSITIVISME
Mulailah dapat disaksikan sekarang bintang keberuntungan Comte
sebagai salah satu manusia yang tercatat dalam narasi besar prosa
kehidupan yang penuh misteri, pemikiran brilian Comte mulai terajut
menjadi suatu aliran pemikiran yang baru dalam karya-karya filsafat yang
tumbuh lebih dulu. Comte dengan kesadaran penuh bahwa akal budi
manusia terbatas, mencoba mengatasi dengan membentuk ilmu
pengetahuan yang berasumsi dasar pada persepsi dan penyelidikan ilmiah
Tiga hal ini dapat menjadi ciri pengetahuan seperti apa yang sedang
Comte bangun, yaitu: 1. Membenarkan dan menerima gejala empiris
sebagai kenyataan, 2. Mengumpulkan dan mengklasifikasikan gejala itu
menurut hukum yang menguasai mereka, dan 3. Memprediksikan
fenomena-fenomena yang akan datang berdasarkan hukum-hukum itu dan
mengambil tindakan yang dirasa bermanfaat.
Keyakinan dalam pengembangan yang dinamakannya positivisme
semakin besar volumenya, positivisme sendiri adalah faham filsafat, yang
cenderung untuk membatasi pengetahuan benar manusia kepada hal-hal
yang dapat diperoleh dengan memakai metoda ilmu pengetahuan. Disini
Comte berusaha pengembangan kehidupan manusia dengan menciptakan
sejarah baru, merubah pemikiran-pemikiran yang sudah membudaya,
tumbuh dan berkembang pada masa sebelum Comte hadir.
Asumsi-asumsi ilmu pengetahuan positiv itu sendiri, antara lain :
Pertama, ilmu pengetahuan harus bersifat obyektif (bebas nilai dan netral)
seorang ilmuwan tidak boleh dipengaruhi oleh emosionalitasnya dalam
melakukan observasi terhadap obyek yang sedang diteliti. Kedua, ilmu
pengetahuan hanya berurusan dengan hal-hal yang berulang kali. Ketiga,
ilmu pengetahuan menyoroti tentang fenomena atau kejadian alam dari
mutualisma simbiosis dan antar relasinya dengan fenomena yang lain.
Dari teori diatas kita bisa menganalisis bahwa positivisme merupakan
progrevitas dari pemerataan pembangunan sumber daya manusia dan
25

sosialnya. Seperti menyelematkan umat manusia dari kebodohan,
menginginkan adanya radikalisasi perkembangan pemikiran dengan
wacana positivisme dan progresiv dalam tata masyarakat. Serta menolak
keras bentuk anarkisme sosial yang merusak moral dan intelektual.
B. Plato
Plato ia adalah murid setia Socrates yang banyak mewarisi tradisi
keilmuan dan filsafat gurunya, malalui Plato pemikiran-pemikiran
Socrates dilestarikan, Socrates mempunyai kelemahan karena buah atau
hasil dari pemikirannya tidak ditulis dalam bentuk tulisan oleh Plato,
adalah kemudian Plato berinisiatif menulis semua pemikiran-pemikiran
gurunya, melalui karya Plato yang fenomenal diantarannya; dialog,
republic, negara dan apologia.
Nilai-nilai atau pandangan Plato pada dasarnya adalah pandangan
tentang kebajikan sebagai dasar negara ideal, ajaran Socrates kebajikan
pengetahuan adalah diterima secara taken for granted, jadi penulis melihat
bahwa pemikiran Plato nilai- nilai orisionalitasnya dipertannyakan, penulis
berani mengatakan bahwa pemikiran Plato tidak ada, tapi yang ada adalah
kelanjutan pemikiran Socrates saja yang ditulis dan dilanjutkan oleh Plato,
artinya Plato hanya melanjutkan pemikiran Socrates yang kemudian
dikembangkannya yang tidak terlalu mendalam, jadi menurut penulis kita
tidak boleh terlalu mengagung-agungkan pemikiran Plato itu sendiri.
Menurut Plato negara ideal menganut prinsip yang mementingkan
kebajikan. Kebajikan menurut Plato adalah pengetahuan. Apapun yang
dilakukan atas nama Negara harus dengan tujuan untuk mencapai
kebajikan, atas dasar itulah kemudian Plato memandang perlunya
kehidupan bernegara. Tidak ada cara lain menurut Plato untuk
membanguan pengetahuan kecuali dengan lembaga-lembaga pendidikan,
inilah yang kemudian memotivasi Plato untuk mendirikan sekolah dan
akademi pengetahuan.
Plato menilai negara yang mengabaikan prinsip kebajikan jauh dari
negara yang di dambakan oleh manusia, sehinga negara yang ideal
menurut Plato adalah negara negara yang menjunjung kebajikan. Plato
mengambarkan seorang filsuf adalah dokter, filsuf meski mengetahui
penyakit-penyakit yang dialami oleh masyarakat, mampu mendiagnosa
dan mendeteksi sejak dini. Plato beranggapan munculnya negara adalah
26

akibat hubungan timbal balik dan rasa saling membutuhkan antar sesama
manusia.
Plato berangapan munculnya negara karena adanya hubungan timbal
balik dan rasa saling membutuhkan antara sesama manusia, manusia juga
dianugerahi bakat dan kemampuan yang tidak sama, pembagian kerja-
kerja sosial muncul akibat adanya perbedaan alami, masing-masing
memiliki bakat alamiah yang berbeda, perbedaan bakat dan kemampuan
justru baik bagi kehidupan masyarakat, karena menciptakan saling
ketergantungan, setiap manusia tentu tidak bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya secara subsistensi, yang untuk memenuhi kebutuhan tersebut
membutuhkan orang lain, negara dalam hal ini berkewajiban
memperhatikan pertukaran timbal balik, dan berusaha agar kebutuhan
masyarakat terpenuhi.
Negara ideal menurut Plato juga didasarkan pada prinsip-prinsip
larangan atas kepemilikan pribadi, baik dalam bentuk uang atau harta,
keluarga, anak dan istri inilah yang disebut nihilism. Dengan adanya hak
atas kepemilikan menurut filsuf ini akan tercipta kecemburuan dan
kesenjangan sosial yang menyebabkan semua orang untuk menumpuk
kekayaannya , yang mengakibatkan kompetisi yang tidak sehat. Anak
yang baru lahir tidak boleh dikasuh oleh ibu yang melahirkan tapi itu
dipelihara oleh Negara, sehinga seorang anak tidak tahu ibu dan bapaknya,
diharapkan akan menjadi manusia yang unggul, yang tidak terikat oleh
ikatan keluarga dan hanya memiliki loyalitas mati terhadap negara.
Di Negara demokrasi setiap orang berhak dan memiliki kebebasan
dalam melakukan apa yang dikehendakinya, tanpa ada kontrol yang ketat
dari negara, karena adanya kebebasan setiap orang berhak dalam
mengkritik orang lain, terlepas apakah yang di kritik tersebut rakyat atau
negara. Bila kekuatan saling mengkritik tanpa adanya control pemerintah,
maka akan menimbulkan kekacauan sosial.
Bagi Plato adalah kehidupan yang senang dan bahagia, manusia harus
mengupayakan kesenangan dan kebahagian itu, menurut plato kesenangan
itu tidak hanya kepuasan hawa nafsu selama hidup di dunia, Plato sepakat
dengan kesenangan dua dunia itu. Dunia ide semua ide dengan ide yang
baik atau kebaikan dengan kebajikan sebagai ide yang tertinggi di dunia,
ide adalah realitas yang sesunguhnya, sementara segala sesuatu yang ada
di indrawi merupakan realitas bayangan .
27

Hanya orang yang baik dan bijaksana yang akan dapat memahami
segala sesuatu yang beraneka ragam yang berubah-ubah yang ada di dunia
indrawi. Dengan demikian jelas bahwa etika Plato adalah etika yang
berdasarkan dengan ilmu pengetahuan yang benar itu, sementara
pengetahuan hanya dapat diperoleh diraih, dimiliki lewat akal budi, maka
itulah kenapa etika Plato disebut dengan etika rasional.
Teori yang terkenal dari Plato yang diwarisi oleh gurunya Socrates
adalah DIALECTICA dari teori tersebut bisa kita menganalisis bahwa
dalam membangun sebuah sumberdaya manusia, Negara, politik, serta
ekonomi perlu adanya sebuah dialektika atau musyawarah. Sehingga
dalam memutuskan sebuah problema atau kesepakatan bisa menghasilkan
solusi yang baik. Demi kesejahteraan masyarakat.
C. Max Weber
Lahir di Erfurt, Thuringia, Jerman, 21 April 1864. Meninggal di
Munich pada 14 Juni 1920 pada umur 56 tahun. Karya karya utama Max
weber diantaranya :
Methodological Essays (1902)
The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1902-4)
Enonomy and Socienty (1910-14)
Sosiology of Religion (1916)
Weber lahir dari keluarga kelas menengah, ayahnya, Max Weber Sr
adalah politikus liberal, pegawai sipil dan seorang birokrat yang
menduduki posisi politik yang relatif penting dan menjadi bagian dari
kekuasaan politik yang mapan. Dan Ibunya, Helene Fallenstein adalah
seorang Calvinis yang taat, wanita yang berupaya menjalani kehidupan
prihatin (asetic) tanpa kesenangan seperti yang sangat menjadi dambaan
suaminya.
Perhatiannya kebanyakan tertuju pada aspek kehidupan akhirat; ia
terganggu oleh ketidaksempurnaan yang dianggapnya menjadi pertanda
bahwa ia terganggu oleh ketidaksempurnaan yang dianggapnya menjadi
pertanda bahwa ia tak ditakdirkan akan mendapat keselamatan di akhirat.
Kontribusi Max Weber denga Birokrasi. Weber seorang ahli sosiologi
menulis dan mengembangkan model struktural yang dikatakan sebagai alat
28

paling efisien bagi organisasi organisasi untuk mencapai tujuannya. Dia
menyebut struktur ideal ini sebagai birokrasi. Struktur birokrasi memiliki
ciri
a) Adanya pembagian kerja
b) Hierarki wewenang yang jelas
c) Prosedur seleksi formal
d) Peraturan yang rinci
e) Hubungan yang tidak di dasarkan atas hubungan pribadi
Dari teori BIROKRASI kita bisa menganilis bahwa dalam pembangunan
haruslah mempunya birokrasi yang jelas, jadi ada yang mengontrol dan
mengawasi dari setiap aktifitas yang dikerjakan.
D. Emile Durkheim
Emile Durkheim lahir di Epinal, Perancis 15 April 1858. Ia keturunan
pendeta Yahudi dan ia sendiri belajar untuk menjadi pendeta (rabbi).
Tetapi, ketika berumur 10 tahun ia menolak menjadi pendeta. Sejak itu
perhatiannya terhadap agama lebih bersifat akademis ketimbang teologis
(Mestrovic, 1988). Ia bukan hanya kecewa terhadap pendidikan agama,
tetapi juga pendidikan masalah kesusastraan dan estetika. Ia juga
mendalami metodologi ilmiah danprinsip moral yang diperlukan untuk
menuntun kehidupan sosial.
Ia menolak karir tradisional dalam filsafat dan berupaya mendapatkan
pendidikan ilmiah yang dapat disumbangkan untuk pedoman moral
masyarakat. Meski kita tertarik pada sosiologi ilmiah tetapi waktu itu
belum ada bidang studi sosiologi sehingga antara 1882-1887 ia mengajar
filsafat di sejumlah sekolah di Paris
Hasratnya terhadap ilmu makin besar ketika dalam perjalanannya ke
Jerman ia berkenalan dengan psikologi ilmiah yang dirintis oleh Wilhelm
Wundt (Durkheim, 1887/1993). Beberapa tahun sesudah kunjungannya ke
Jerman, Durkheim menerbitkan sejumlah buku diantaranya adalah tentang
pengalamannya selama di Jerman (R. Jones, 1994). Penerbitan buku itu
membantu Durkheim mendapatkan jabatan di Jurusan Filsafat Universitas
Bordeaux tahun 1887. DI sinilah Durkheim pertama kali memberikan
kuliah ilmu sosial di Universitas Perancis.
29

Ini adalah sebuah prestasi istimewa karena hanya berjarak satu
dekade sebelumnya kehebohan meledak di Universitas Perancis karena
nama Auguste Comte muncul dalam disertasi seorang mahasiswa.
Tanggung jawab utama Durkheim adalah mengajarkan pedagogik di
sekolah pengajar dan kuliahnya yang terpenting adalah di bidang
pendidikan moral. Tujuan instruksional umum mata kuliahnya adalah akan
diteruskan kepada anak-anak muda dalam rangka membantu
menanggulangi kemerosotan moral yang dilihatnya terjadi di tengah
masyarakat Perancis
Tahun-tahun berikutnya ditandai oleh serentetan kesuksesan pribadi.
Tahun 1893 ia menerbitkan tesis doktornya, The Devision of Labor in
Society dalam bahasa Perancis dan tesisnya tentang Montesquieu dalam
bahasa Latin (W. Miller, 1993). Buku metodologi utamanya, The Rules of
Sociological Method, terbit tahun 1895 diikuti (tahun 1897) oleh hasil
penelitian empiris bukunya itu dalam studi tentang bunuh diri. Sekitar
tahun 1896 ia menjadi profesor penuh di Universitas Bordeaux. Tahun
1902 ia mendapat kehormatan mengajar di Universitas di Perancis yang
terkenal, Sorbonne, dan tahun 1906 ia menjadi profesor ilmu sangat
terkenal lainnya, The Elementary Forins of Religious Life, diterbitkan
pada tahun 1912.
Kini Durkheim sering dianggap menganut pemikiran politik
konservatif dan pengaruhnya dalam kajian sosiologi jelas bersifat
konservatif pula. Tetapi dimasa hidupnya ia dianggap berpikiran liberal
dan ini ditunjukkan oleh peran publik aktif yang dimainkannya dalam
membela Alfred Drewfus, seorang kapten tentara Yahudi yang dijatuhi
hukuman mati karena penghianatan yang oleh banyak orang dirasakan
bermotif anti-yahudi (Farrel, 1997).
Durkheim merasa sangat terluka oleh kasus Dreyfus itu, terutama oleh
pandangan anti-Yahudi yang melatarbelakangi pengadilannya. Namun
Durkheim tidak mengaitkan pandangan anti-Yahudi ini dengan rasialisme
di kalangan rakyat Perancis. Secara luas ia melihatnya sebagai gejala
penyakit moral yang dihadapi masyarakat Perancis sebagai keseluruhan
(Bimbaum dan Todd, 1995). Ia berkata : Bila masyarakat mengalami
penderitaan maka perlu menemukan seorang yang dapat dianggap
bertanggung jawab atas penderitaannya itu. Orang yang dapat dijadikan
sebagai sasaran pembalasan dendam atas kemalangannya itu, dan orang
yang menentang pendapat umum yang diskriminatif, biasanya ditunjuk
sebagai kambing hitam yang akan dijadikan korban.
30

Yang meyakinkan saya dalam penafsiran ini adalah cara-cara
masyarakat menyambut hasil pengadilan Dreyfus 1894. keriangan meluap
di jalan raya. Rakyat merayakan kemenangan atas apa yang telah
dianggap sebagai penyebab penderitaan umum. Sekurang-kurangnya
mereka tahu siapa yang harus disalahkan atas kesulitan ekonomi dan
kebejatan moral yang terjadi dalam masyarakat mereka; kesusahan itu
berasal dari Yahudi. Melalui fakta ini juga segala sesuatu telah dilihat
menjadi bertambah baik dan rakyat merasa terhibur (Lukes, 1972:345).
Perhatian Durkheim terhadap perkara Dreyfus berasal dari
perhatiannya yang mendalam seumur hidupnya terhadap moralitas
modern. Menurut Durkheim, jawaban atas perkara Dreyfus dan krisis
moral seperti itu terletak di akhir kekacauan moral dalam masyarakat.
Karena perbaikan moral itu tak dapat dilakukan secara cepat dan mudah,
Durkheim menyarankan tindakan yang lebih khusus, seperti menindak
tegas orang yang mengorbankan rasa benci terhadap orang lain dan
pemerintah harus berupaya menunjukkan kepada publik bahwa
menyebarkan rasa kebendaan itu adalah perbuatan menyesatkan dan
terkutuk. Ia mendesak rakyat agar mempunyai keberanian untuk secara
lantang menyatakan apa yang mereka pikirkan dan bersatu untuk
mencapai kemenangan dalam perjuangan menentang kegilaan publik
(Lukas, 1972:347)
Tetapi minat Durkheim terhadap sosialisme juga dijadikan bukti
bahwa ia menentang pemikiran yang menganggapnya seorang konservatif,
meski jenis pemikiran sosialismenya sangat berbeda dengan pemikiran
Marx dan pengikutnya.
Durkheim sebenarnya menamakan Marxisme sebagai seperangkat
hipotesis yang dapat dibantah dan ketinggalan zaman (Lukes, 1972:323).
Menurut Durkheim, sosialisme mencerminkan gerakan yang diarahkan
pada pembaharuan moral masyarakat melalui moralitas ilmiah dan ia tak
tertarik pada metode politik jangka pendek atau pada aspek ekonomi dari
sosialisme.
Ia tak melihat proletariat sebagai penyelamat masyarakat dan ia sangat
menentang agitasi atau tindak kekerasan. Menurut Durkheim, sosialisme
mencerminkan sebuah sistem dimana didalamnya prinsip moral ditemukan
melalui studi sosiologi ilmiah di tempat prinsip moral itu diterapkan.
Durkheim berpengaruh besar dalam pembangunan sosiologi, tetapi
pengaruhnya tak hanya terbatas di bidang sosiologi saja. Sebagian besar
pengaruhnya terhadap bidang lain tersalur melalui jurnal Lannee
31

Sociologique yang didirikannya tahun 1898. Sebuah lingkaran intelektual
muncul sekeliling jurnal itu dan Durkheim berada dipusatnya. Melalui
jurnal itu, Durkheim dan gagasannya mempengaruhi berbagai bidang
seperti antropologi, sejarah, bahasa dan psikologi yang agak ironis,
mengingat serangannya terhadap bidang psikologi.
Durkheim meninggal pada 15 November 1917 sebagai seorang tokoh
intelektual Perancis tersohor. Tetapi, karya Durkheim mulai memengaruhi
sosiologi Amerika dua puluh tahun sesudah kematiannya, yakni setelah
terbitnya The Structure of Social Action (1973) karya Talcott Parsons

Dari teori DEVISION OF LABOR kita bisa menganalis bahwa
pembagian kerja dalam pembangunan, baik birokrasi, industri, ekonomi,
politik memang diperlukan. Untuk mengetahui potensi dari individu.
Sehingga dalam penempatan posisi tidak terjadi kerancuan dan tugas
terkordinir dengan baik.
E. Leopold von Wiese
Von Wiese,Lahir pada tanggal 2 Februari 1876, diGlatz, kiniKtodzko.
Jermansosiolog. Leopold von Wiese adalah putra tungga lseorang perwira
Prusia awalakhir dan menerima pendidikan disekolah kadet dimedan
tempur danLichterfelde,dimana dia menghabiskan hampir delapan tahun
sangat bahagia sebelum ia bisa meninggalkan korpskadet.
Dia kemudian belajarekonomi diFriedrich-Wilhelm University
diBerlin danberada di sanapada tahun 1902, Dr phil. doktor.Selanjutnya,
iaadalah sekretarisilmiah dari"Institut untuk kebaikan bersama" di
Frankfurtam Main.Pada tahun 1905iadosenekonomi diUniversitas
Berlin.Diangkatpada tahun 1906sebagai guru besarilmu politikdi Royal
Academydi Poznan,ia bergabungpada tahun 1908sebagai profesorekonomi
danekonomi bisnisdiTechnical University ofHanover.Pada tahun 1912,
direktur studi lapangandi "Academy untuk PemerintahLokal"di
Dsseldorfpada tahun 1915danprofesor diGraduate School ofCologne
seorang Jerman, menganggap sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
empiris yang berdiri sendiri. Objek sosiologi adalah penelitian terhadap
hubungan antarmanusia yang merupakan kenyataan sosial. Jadi,
menurutnya, objek khusus ilmu sosiologi adalah interaksi sosial atau
proses social
32

Penelitiannya yang pertama merupakan suatu penyelidikan terhadap
klasifikasi proses-proses sosial dengan terutama menyoroti proses-proses
sosial yang asosiatif dan disosiatif. Setiap kategori proses sosial dibagi-
baginya ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil atas dasar derajat
asosiatif atau disosiatifnya.
Penelitian selanjutnya dilakukannya terhadap struktur sosial yang
merupakan saluran dari hubungan antara manusia. Hasil-hasil karyanya
adalah antara lain:
a. The Basis of sociology: A critical examination of Herbert
Spencers Synthetic Philosophy (1906);
b. General Sociology, jilid I Social Relations (1924); dan
jilid II
c. Social Forms (1929);
d. Systematic Sociology (bersama-sama dengan Howard
Becker, 1932);
e. Sociology of Social Relation (1941)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial
yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk
kontraversi menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5 :
1. yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan,
perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguang-
gangguan, kekerasan, pengacauan rencana
2. yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka
umum, memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca,
memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada pihak lain, dst.
3. yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang
mengecewakan pihak lain
4. yang rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat.
5. yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan
membingungkan pihak lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan
kekerasan, provokasi, intimidasi, dst.
Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum
kontravensi:
33

1. Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada
zaman yang sudah mengalami perubahan yang sangat cepat
2. Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri
dalam keluarga.
3. Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas
dengan golongan minoritas dalam masyarakat.baik yang
menyangkut hubungan mereka di dalam lembaga legislatif,
keagamaan, pendidikan, dst.
Tipe Kontravensi :
1. Kontravensi antarmasyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :
a. Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan
(intracommunity struggle)
b. Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu
masyarakat setempat (intercommunity struggle)
2. Antagonisme keagamaan
3. Kontravensi Intelektual : sikap meninggikan diri dari mereka yang
mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi atau sebaliknya
4. Oposisi moral : erat hubungannya dengan kebudayaan.
5. Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
6. Pribadi maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan
misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur
kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain.
Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga
menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.
Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai
keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya
pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya
telah tercapai.
Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:
1. Pertentangan pribadi
2. Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari
betapa adanya perbedaan antara mereka yang menimbulkan
pertentangan
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya
perbedaan kepentingan
34

4. Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan
dalam satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang
berdaulat
5. Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-
perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan
negara
Akibat-akibat bentuk pertentangan
1. Tambahnya solidaritas in-group
2. Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu
kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan
retaknya persatuan kelompok tersebut.
3. Perubahan kepribadian para individu
4. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
5. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak
Baik persaingan maupun pertentangan merupakan bentuk-bentuk
proses sosial disosiatif yang terdapat pada setiap masyarakat.
BAB III
PEMIKIRAN PEMBANGUNAN MENURUT SOSIOLOG ISLAM
Pembangunan merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah
dan terencana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Bangsa Indonesia seperti
termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah
mencantumkan tujuan pembangunan nasionalnya. Kesejahteraan
masyarakat adalah suatu keadaan yang selalu menjadi cita-cita seluruh
bangsa di dunia ini. Berbagai teori tentang pembangunan telah banyak
dikeluarkan oleh ahli-ahli sosial barat, salah satunya yang juga dianut oleh
Bangsa Indonesia dalam program pembangunannya adalah teori
modernisasi. Modernisasi merupakan tanggapan ilmuan sosial barat
terhadap tantangan yang dihadapi oleh negara dunia kedua setelah
berakhirnya Perang Dunia II.


35

A. IBNU KHALDUN
Ibnu khaldun (1333-1406), merupakan sarjana arab yang lahir
ditunis adalah tokoh politik praktis yang ternama dan salah seorang bapak
sosiologi abad XIV serta dikenal sebagai pemikir besar di dunia.
Bukunya mukaddimah merupakan karyanya yang monumental
mengenai sejarah umat manusia dalam bahasan sosiologi.mukaddimah
mengemukakan pengaruh lingkungan fisik terhadap manusia, bentuk
organisasi primitive dan modern, hubungan antarkelompok, dan berbagai
fenomena cultural.
Ibnu kaldun memperkenalkan 6 prinsip landasan sosiologis sebagai
berikut:
1. Fenomina sosial mengikuti pola pola yang sah menurut
hukum, walaupun teratur tetapi sifatnya tidak kaku dan
dapat dikenali dan dilukiskan.
2. Hukum hukum perubahan berlaku pada tingkat kehidupan
masyarakat, bukan pada tingkat individual
3. Hukum hukum proses sosial harus ditemukan melalui
pengumpulan banyak data dan dengan mengamati
hubungan antar berbagai variable.
4. Hukum hukum sosial yang serupa, berlaku dalam
masyarakat yang satu.
5. Masyarakat ditandai oleh perubahan
6. Hukum hukum yang berlaku terhadap perubahan bersifat
sosiologis, bukan biologis ataupun ilmiah.

Sebagai seorang muslim yang sadar, Ibnu Khaldun tekun mengamati
bagaimana caranya membalik atau mereversi gelombang penurunan
peradaban Islam. Sebagai ilmuwan sosial, Ibnu Khaldun sangat menyadari
bahwa reversi tersebut tidak akan dapat tergambarkan tanpa
menggambarkan pelajaran-pelajaran dari sejarah terlebih dahulu untuk
menentukan faktor-faktor yang membawa sebuah peradaban besar
melemah dan menurun drastis.
Ibnu khaldun berangkat dari asumsi dasar bahwa manusia adalah
mahluk sosial yang sangat penting. Dari ini manusia dapat berkembang
sebagai mahluk sosial dan politik. Semua ini menunjukan bahwa manusia
36

dalam kehidupan bermasyarakat hanya dapat dipenuhi melalui kerjasama
antar sesamanya.
Konsep ibnu khaldun:
kekuatan kedaulatan tidak dapat dipertahankan kecuali dengan
mengimplementasikan syariah.
syariah tidak akan dimplementasikan kecuali oleh sebuah
kedaulatan
kedaulatan tidak akan memperoleh kekuatan kecuali didukung
oleh sumber daya manuasia
pembangunan tidak dapat dicapai kecuali dengan keadilan
keadilan merupakan tolak ukur yang digunakan Allah untuk
mengevaluasi manusia dan
kedaulatan mengandung muatan tanggung jawab untuk
menegakkan keadilan
Dari delapan konsep tersebut, kebijakan-kebijakan yang masing-
masing dihubungkan dengan yang lain untuk memperolah
kekuatan.termasuk keyakinan dan aturan perilaku atau syariah,manusia,
harta benda dan cadangan sumber daya ,pembangunan dan keadilan.
Hasil dari Ibnu Khaldun berpusat pada aspek manusia karena
perkembangan perdaban berhubungan erat dengan aspek kesejahteraan
dan penderitaan manusia. Pada gilirannya hal ini tidak saja bergantung
pada variabel-variabel ekonomi namun terkait erat dengan peran
faktor moral, kelembagaan, psikologi, politik, sosial, dan kondisi
demografi melalui sebuah proses daur sebab akibat yang membentang
sepanjang perjalanan sejarah. Penekanan pada aspek manusia ini
disandarkan pada ayat-ayat al-Quran yang telah disinggung dalam
pendahuluan Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S Ar-
Rad 13:11), ayat ini menekankan pentingnya peran manusia bagi
perkembangan kehidupan.
pemikiran Ibnu Khaldun tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan
mengenai pembangunan dan politik kenegaraan. Ibnu khaldun telah
memaparkan konsep-konsep pembangunan itu dibangun. Mulai dari
sumber daya manusia yang baik, sebagai faktor yang menjalankan
pembangunan itu sendiri.
Kemudian ada keadilan, yang mana hal ini harus bisa menjaga kondisi
dalam masyarakat. Bagaimana menjalankan keadilan dan bijaksana
37

sehingga bisa menjadi pondasi yang kuat dalam pembangunan dalam
masyarakat.
Ada beberapa catatan penting dari sini yang dapat kita ambil bahan
pelajaran. Bahwa Ibnu Khaldun menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan
tidak meremehkan akan sebuah sejarah. Ia adalah seorang peneliti yang
tak kenal lelah dengan dasar ilmu dan pengetahuan yang luas. Ia selalu
memperhatikan akan komunitas-komunitas masyarakat. Selain seorang
pejabat penting, ia pun seorang penulis yang produktif. Ia menghargai
akan tulisan-tulisannya yang telah ia buat. Bahkan ketidaksempurnaan
dalam tulisannya ia lengkapi dan perbaharui dengan memerlukan waktu
dan kesabaran. Sehingga karyanya benar-benar berkualitas, yang di
adaptasi oleh situasi dan kondisi.
Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun
dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar
pendidikan Alquran yang diterapkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu
Khaldun mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu
keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Alquran, ia menjunjung tinggi akan
kehebatan Alquran. Sebagaimana dikatakan olehnya, "Ketahuilah bahwa
pendidikan Alquran termasuk syiar agama yang diterima oleh umat Islam
di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran dapat meresap
ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun patut
diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain."
Jadi, nilai-nilai spiritual sangat di utamakan sekali dalam kajiannya,
disamping mengkaji ilmu-ilmu lainnya. Kehancuran suatu negara,
masyarakat, atau pun secara individu dapat disebabkan oleh lemahnya
nilai-nilai spritual. Pendidikan agama sangatlah penting sekali sebagai
dasar untuk menjadikan insan yang beriman dan bertakwa untuk
kemaslahatan umat. Itulah kunci keberhasilan Ibnu Khaldun, ia wafat di
Kairo Mesir pada saat bulan suci Ramadan tepatnya pada tanggal 25
Ramadan 808 H./19 Maret 1406 M.
B. Ibnu Batutah
Ibnu Batutah (24 Februari 1304 - 1368 atau 1377) adalah seorang
pengembara Berber Maroko. Dalam literatur Barat, tokoh ini hanya
dikutip sebagai catatan kaki dalam beragam buku ilmiah, meski
sebenarnya apa yang dia wariskan kepada dunia ilmu pengetahuan sangat
38

besar.
Yang mengesankan, semua pengalamannya dalam pengembaraan dia catat
dengan kecermatan luar biasa, dimulai sejak Ibnu Batutah berusia 21 tahun
meninggalkan Tangier, Maroko.
Atas dorongan Sultan Maroko, Ibnu Batutah menekankan
beberapa perjalanan pentingnya kepada seorang sarjana bernama Ibnu
Juzay, yang ditemuinya ketika sedang berada di Iberia. Catatan tersebut
dinamai Rihlah, merupakan catatan perjalanan dunia terlengkap yang
berasal dari abad ke-14.
Nama Abu Abdullah Muhammad Ibn Abdullah Al Lawati Al
Tanj, atau lebih dikenal dengan Ibn Batutah. Ia lahir di Tangiers (Afrika
Utara), keturunan suku Barbar di Lawata. Ia mendapat pendidikan agama
dan sastra. Ketika usianya belum genap 21 tahun ia melakukan perjalanan
dan pengembaraan dengan meninggalkan tangier pada 14 Juni 1325 dan
kembali pada tahun 1354 M. Ia mendapat sambutan hangat dari penguasa
dinegerinya (Sultan Abu Enan dari Maroko), dan kemudian diangkat
menjadi kadi (hakim).
Atas permintaan sultan Abu Enan, Ibn Batutah mentekan cerita
perjalanannya kepada juru tulis sultan, Ibn Juzay (seorang teolog
Andalusia), yang kemudian dibukukan dengan judul Tuhfat al Nuzzarfi
Gharaib Al amsar Wa Ajaib Al asfar (Hadiah buat para pengamat yang
meneliti keajaiban-keajaiban kota dan keanehan-keanehan perjalanan).
Buku ini kemudian dikenal umum dengan nama Rihlat Ibn Batuta, atau
Rihla (perjalanan). Karya ini diselesaikan oleh Ibn Juzay pada 13
Desember 1355 M, dengan tulisan tangan, yang kemudian disalin pada
bulan Februari 1356 M.
Pada usia sekitar dua puluh tahun Ibnu Batutah berangkat haji ke
Mekah. Setelah selesai, dia melanjutkan perjalanannya hingga melintasi
120.000 kilometer sepanjang dunia Muslim (sekitar 44 negara modern).

Ibnu batutah, sosok musafir Muslim dan ahli hukum abad ke 14 tersohor
sebagai petualang terbesar zaman pra-modern. Kisah perjalanannya adalah
suatu petualangan mencekam dan luar biasa, yang membuat dunia Barat
menghargainya sebagai Marco Polo dunia Muslim. Sebuah karya literatur
yang paling ambisius dan informatif tentang abad pertengahan, kaya akan
39

lukisan mengenai lembaga-lembaga keagamaan, bangunan-bangunan
monumental serta tokoh-tokoh alim di kota-kota Islam yang besar

C. Alfarabi


Al Farabi, seorang Filsuf Islam
Ab Nasir Muhammad bin al-Farakh
al-Frbi (870-950, Bahasa Persia:
) singkat Al-Farabi adalah ilmuwan
dan filsuf Islam yang berasal dari Farab,
Kazakhstan.
Ia juga dikenal dengan nama lain Ab Nasir al-Frbi (dalam
beberapa sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn
Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi , juga dikenal di dunia
barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir.
Kemungkinan lain Farabi adalah seorang Syiah Imamiyah (Syiah
Imamiyah adalah salah satu aliran dalam islam dimana yang menjadi dasar
aqidah mereka adalah soal Imam) yang berasal dari Turki.
Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang ulung
di dunia Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa
Yunani, ia mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus
dengan baik.Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika,
filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku
tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-
Musiqa.Selain itu, ia juga dapat memainkan dan telah menciptakan
bebagai alat musik.
Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena
kemampuannya dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru
pertama dalam ilmu filsafat. Dia adalah filusuf Islam pertama yang
berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin
menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam serta berupaya
membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu.
40

Al-Farabi hidup pada daerah otonomi di bawah pemerintahan Sayf
al Dawla dan di zaman pemerintahan dinasti Abbasiyyah, yang berbentuk
Monarki yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Ia lahir dimasa
kepemimpinan Khalifah Mutamid (869-892 M) dan meninggal pada masa
pemerintahan Khalifah Al-Muthi (946-974 M) dimana periode tersebut
dianggap sebagai periode yang paling kacau karena ketiadaan kestabilan
politik. Dalam kondisi demikian, al-Farabi berkenalan dengan pemikiran-
pemikiran dari para ahli Filsafat Yunani seperti Plato dan Aristoteles dan
mencoba mengkombinasikan ide atau pemikiran-pemikiran Yunani Kuno
dengan pemikiran Islam untuk menciptakan sebuah negara pemerintahan
yang ideal (Negara Utama).
Buah Pemikiran
Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu
Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian
.

1. Logika
2. Ilmu-ilmu Matematika
3. Ilmu Alam
4. Teologi
5. Ilmu Politik dan kenegaraan
6. Bunga rampai (Kutub Munawwaah).
Sebagian besar riwayat menyebutkan bahwa buku-buku al-Farabi
berjumlah lebih dari 70 buah judul buku. Semuanya ditulis sewaktu ia
berpindah tempat dari Baghdad ke Damaskus, yaitu masa yang dianggap
sebagai masa kematangan dalam kehidupan al-Farabi. Namun buku-
bukunya tidak banyak beredar secara luas, karena sebagian besar ditulis
diatas potongan kertas kecil dan kertas-kertas yang terpisah. Artinya, al-
Farabi sedikit sekali menulis buku dalam bentuk berjilid-jilid ataupun
artikel panjang.
Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah
(Kota atau Negara Utama) yang membahas tetang pencapaian kebahagian
melalui kehidupan politik dan hubungan antara rejim yang paling baik
menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah islam. Filsafat politik
Al-Farabi, khususnya gagasannya mengenai penguasa kota utama
mencerminkan rasionalisasi ajaran Imamah dalam Syi'ah.
41

Pemikiran tentang Asal-usul Negara dan Warga Negara
Menurut Al-Farabi manusia merupakan warga negara yang
merupakan salah satu syarat terbentuknya Negara. Oleh karena manusia
tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan orang lain,
maka manusia menjalin hubungan-hubungan (asosiasi). Kemudian, dalam
proses yang panjang, pada akhirnya terbentuklah suatu Negara. Menurut
Al-Farabi, negara atau kota merupakan suatu kesatuan masyarakat yang
paling mandiri dan paling mampu memenuhi kebutuhan hidup antara lain:
sandang, pangan, papan, dan keamanan, serta mampu mengatur ketertiban
masyarakat, sehingga pencapaian kesempurnaan bagi masyarakat menjadi
mudah. Negara yang warganya sudah mandiri dan bertujuan untuk
mencapai kebahagiaan yang nyata , menurut al-Farabi, adalah Negara
Utama.
Menurutnya, warga negara merupakan unsur yang paling pokok
dalam suatu negara.yang diikuti dengan segala prinsip-prinsipnya
(mabadi) yang berarti dasar, titik awal, prinsip, ideologi, dan konsep dasar.
Keberadaan warga negara sangat penting karena warga negaralah
yang menentukan sifat, corak serta jenis negara.Menurut Al-Farabi
perkembangan dan/atau kualitas negara ditentukan oleh warga
negaranya.Mereka juga berhak memilih seorang pemimpin negara, yaitu
seorang yang paling unggul dan paling sempurna di antara mereka.
Negara Utama dianalogikan seperti tubuh manusia yang sehat dan
utama, karena secara alami, pengaturan organ-organ dalam tubuh manusia
bersifat hierarkis dan sempurna. Ada tiga klasifikasi utama:
Pertama, jantung. Jantung merupakan organ pokok karena jantung
adalah organ pengatur yang tidak diatur oleh organ lainnya.
Kedua, otak. Bagian peringkat kedua ini, selain bertugas melayani
bagian peringkat pertama, juga mengatur organ-ogan bagian di
bawahnya, yakni organ peringkat ketiga, seperti : hati, limpa, dan
organ-organ reproduksi.
Organ bagian ketiga. Organ terbawah ini hanya bertugas
mendukung dan melayani organ dari bagian atasnya.
42

Al-Farabi membagi negara ke dalam lima bentuk, yaitu:
1. Negara Utama (Al-Madinah Al-Fadilah): negara yang dipimpin
oleh para nabi dan dilanjutkan oleh para filsuf; penduduknya
merasakan kebahagiaan.
2. Negara Orang-orang Bodoh (Al-Madinah Al-Jahilah): negara yang
penduduknya tidak mengenal kebahagiaan.
3. Negara Orang-orang Fasik: negara yang penduduknya mengenal
kebahagiaan, tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk
negara orang-orang bodoh.
4. Negara yang Berubah-ubah (Al-Madinah Al-Mutabaddilah): pada
awalnya penduduk negara ini memiliki pemikiran dan pendapat
seperti penduduk negara utama, namun kemudian mengalami
kerusakan.
5. Negara Sesat (Al-Madinah Ad-dallah): negara yang dipimpin oleh
orang yang menganggap dirinya mendapat wahyu dan kemudian
ia menipu orang banyak dengan ucapan dan perbuatannya.
Pemikirannya Tentang Pemimpin
Dengan prinsip yang sama, seorang pemimpin negara merupakan
bagian yang paling penting dan paling sempurna di dalam suatu
negara.Menurut Al Farabi, pemimpin adalah seorang yang disebutnya
sebagai filsuf yang berkarakter Nabi yakni orang yang mempunyai
kemampuan fisik dan jiwa (rasionalitas dan spiritualitas).
Disebutkan adanya pemimpin generasi pertama (the first one
dengan segala kesempurnaannya (Imam) dan karena sangat sulit untuk
ditemukan (keberadaannya) maka generasi kedua atau generasi
selanjutnya sudah cukup, yang disebut sebagai (Rais) atau pemimpin
golongan kedua. Selanjutnya al-Farabi mengingatkan bahwa walaupun
kualitas lainnya sudah terpenuhi , namun kalau kualitas seorang filsufnya
tidak terpenuhi atau tidak ambil bagian dalam suatu pemerintahan, maka
Negara Utama tersebut bagai kerajaan tanpa seorang Raja. Oleh karena
itu, Negara dapat berada diambang kehancuran.
D. Ibnu Taimiyah
Riwayat Singkat Hidup Ibn Taimiyah
Nama lengkap Ibn Taimiyah adalah Taqiyyuddin Ahmad bin Abi
Al-Halim binTaimiyah. Dilahirkan di Harran pada hari senin tanggal 10
43

rabiul awwal tahun 661 H dan meninggal di penjara pada malam senin
tanggal 20 Dzul Qaidah tahun 729 H. Kewafatannya telah menggetarkan
dada seluruh penduduk Damaskus, Syam, dan Mesir, serta kaum muslimin
pada umumnya. Ayahnya bernama Syihabuddin Abu Ahmad Abdul Halim
bin Abdussalam Ibn Abdullah bin Taimiyah, seorang syekh, khatib dan
hakim di kotanya.
Dikatakan oleh Ibrahim Madkur bahwa ibn Taimiyah merupakan
seorang tokoh salaf yang ekstrim karena kurang memberikan ruang gerak
leluasa kepada akal. Ia adalah murid yang muttaqi, wara, dan zuhud, serta
seorang panglima dan penentang bangsa tartas yang berani. Selain itu ia
dikenal sebagai seorang muhaddits mufassir, faqih, teolog, bahkan
memiliki pengetahuan luas tentang filsafat. Ia telah mengkritik khalifah
Umar dan khalifah Ali bin Abi Thalib. Ia juga menyerang Al-Ghazali dan
Ibn Arabi. Kritikannya ditujukan pula pada kelompok-kelompok agama
sehingga membangkitkan para ulama sezamannya. Berulangkali Ibn
Taimiyah masuk kepenjara hanya karena bersengketa dengan para ulama
sezamannya.

Pemikiran Teori Ibn Taimiyah
Pikiran-pikiran Ibnu Taimiyah adalah sebagai berikut :
Sangat berpegang teguh pada Al-Quran dan Hadist
Tidak memberikan ruang gerak yang bebas kepada akal
Berpendapat bahwa Al-Quran mengandung semua ilmu agama
Di dalam islam yang diteladani hanya 3 generasi saja (sahabat,
tabiin, dan tabii-tabiin)
Allah memili sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan
tetap mentanzihkan-Nya.
Jabatan-jabatan dalam pemerintahan sendiri menurut Ibnu Taimiyah
terdiri atas empat fasal, yakni:
1. Memakai tenaga yang lebih patut.
1. Memilih yang lebih utama (Afdhal)
2. Amanah dan kekuatan yang jarang ditemui pada diri seorang
manusia
3. Mengenal yang lebih maslahat dan cara kesempurnaanya

Ibn Taimiyah mengkritik Imam Hanbali dengan mengatakan bahwa
kalaulah kalamullah itu qadim, kalamnya pasti qadim pula. Ibn Taimiyah
adalah seorang tekstualis. Oleh sebab itu pandangannya dianggap oleh
ulama mazhab Hanbal, Al-kitab Ibn Al-Jauzi sebagai pandangan tajsim
(antropomorpisme) Allah, yakni menyerupakan Allah dengan makhluk-
44

Nya. Oleh karena itu, Al-Jauzi berpendapat bahwa pengakuan Ibn
Taimiyah sebagai salaf perlu ditinjau kembali.
Berikut ini adalah pandangan ibnu Taimiyah tentang sifat-sifat Allah.
a) Percaya Sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang Ia sendiri atau
Rasul-Nya menyifati. Sifat-sifat yang dimaksud adalah:
Sifat salbiyah, yaitu qidam, baqa, muhalafatu lil hawaditsi,
qiyamuhu binafsihi, dan wahdanniyah.
Sifat manawi, yaitu qudrah, iradah, samea, bashar, hayat, ilmu,
dan kalam.
Sifat khabariah (sifat-sifat yang diterangkan Al-Quran dan Hadis
walaupun akal bertanya tentang maknanya). Seperti keterangan yang
menyatakan bahwa Allah dilangit; Allah diatas Arasy; Allah turun
kelangit dunia; Allah dilihat oleh orang beriman diakhirat kelak;
wajah, tangan dan mata Allah
Sifat dhafiah, meng-idhafat-kan atau menyandarkan nama-nama
Allah pada alam makhluk, rabb al-amin, khaliq al-kaum. Dan falik
al-habb wa al-nawa.
b) Percaya sepenuhnya terhadap nama-nama-Nya, yang Allah dan
Rasul-Nya sebutkan, seperti al-awwal, al-akhir, azh-zhahir, al-bathin, al-
alim, al-qadir, al-hayy, al-qayyum, as-sami, dan al-bashir.
c) Menerima sepenuhnya nama-nama Allah tersebut dengan tidak
mengubah makna yang tidak dikehendaki lafadz, tidak menghilangkan
pengertian lafazd, tidak mengingkarinya, tidak menggambarkan bentu-
bentuk Tuhan, dan tidak menyerupai sifat-sifat-Nya dengan sifat-sifat
makhluknya.
Ibn Taimiyah tidak menyetujui penafsiran ayat-ayat mutsyabihat.
Menurutnya, ayat atau Hadist yang menyangkut sifat-sifat Allah harus
diterima dan diartikan sebagaimana adanya, dengan cacatan tidak men-
tajsim-kan, tidak menyerupakanNya dengan makhluk, dan tidak bertanya-
tanya tentangNya.

Kegunaan Sosiologi Pembangunan
Sosiologi merupakan ilmu terapan dan ilmu murni.Dalam hal ini
tentunya peran ilmu sosiologi amat dibutuhkan terutama di bidang
pembangunan dan kepentingan masyarakat.
Kegunaan sosiologi dalam masyarakat antara lain:
Untuk pembangunan. Sosiologi berguna untuk memberikan data
sosialyang diperlukan dalam tahap perencanaan pembangunan maupun
45

pelaksanaan pembangunan.Pada tahap perencanaan,yang harus
diperhatikan yaitu apa yang menjadi kebutuhan sosial.Pada tahap
pelaksanaan yang harus diperhatikan yaitu kekuatan sosialdalam
masyarakat serta proses perubahan social.Sementara itu pada tahap
penilaian pembangunan,yang harus dilakukan adalah analisis terhadap
efek atau dampak dari social pembangunan itu.
Kegunaan sosiologi dalam penelitian:
Untuk penelitian,Sosiologi berguna untuk memberikan suatu
perencanaan atau pemecahan masalah social yang baik.di Negara yang
sedang membangun,peran ilmu sosiologi sangat penting.Dari data yang
dihasilkan oleh para sosiolog,para pengambil keputusan dapat menyusun
rencana dan tahap penyelsaiannya. Contohnya,cara pencegahan kenakalan
remaja dan cara meningkatakan kembali raa solidaritas antarwarga yang
semakin pudar

E. Ibnu Maskawaih
Ibn Maskawaih atau nama sebenarnya Abu Ali bin Ahmad bin
Muhammad bin Yaakub bin Maskawaih merupakan ilmuwan Islam yang
terpenting. Walaupun pemikiran falsafahnya tidak banyak dibicarakan
tetapi beliau telah mengemukakan berbagai-bagai teori falsafah penting
yang menjadi asas kepada pemikiran falsafah tokoh-tokoh selepasnya.
Pandangannya mengenai manusia dan perkembangan masyarakat
bukan saja menjadi asas pemikiran kepada ilmuwan Islam yang lain
seperti Ibnu Khaldun dan Jamaluddin Al Rini tetapi juga para sarjana
Barat. Teori evolusi yang dikemukakannya telah dijadikan sebagai bahan
kajian oleh Charles Darwin yang kemudiannya menerbitkan buku Origin
of Species mengenai kejadian dan asal-usul mansia. Dalam buku
tersebut, Charles Darwin telah menyatakan bahawa manusia berkembang
secara evolusi dari pada spesies hidupan yang paling ringkas kepada yang
kompleks. Perkembangan itu berlaku secara perlahan-lahan dan
mengambil masa yang lama. Hasil daripada kajian dan pemerhatiannya
terhadap berbagai spesies kehidupan dan fosil di beberapa buah benua,
beliau akhirnya membuat keputusan bahawa manusia sebenarnya berasal
dari pada beruk melalui proses evolusi. Teori evolusinya telah menjadi
kontroversi dan mendapat tantangan dari pada pihak gereja kerana dia
menafikan peranan Tuhan dalam
46

menjadikan kehidupan di muka bumi ini. Namun begitu, teori berkenaan
telah menjadikan Darwin terkenal dan dianggap sebagai pelopor teori evo-
lusi yang digunakan oleh para sarjana dalam bidang antropologi dan
sosiologi dalam menghuraikan sejarah serta perjalanan manusia serta
perkembangan masyarakat.Padahal teori evolusi telah lama digunakan oleh
Ibn Maskawaih dalam kajiannya mengenai perabadan manusia.
Menurutnya, kecerdikan manusia tidaklah mengatasi kepintaran yang
dimiliki oleh beruk. Tetapi manusia menjadi lebih cerdik karena
pengalaman yang mereka peroleh dalam kehidupan bermasyarakat. Bagi
Ibn Maskawaih, manusia itu ialah sebuah dunia yang kecil dan padanya
terdapat gambaran mengenai segala yang ada di dunia ini. Setiap manusia
mempunyai peranannya yang tersendiri sama ada sebagai individu ataupun
anggota masyarakat. Pendapat beliau ini menepati "Teori Fungsi" yang
dikemukakan oleh seorang ahli sosiologi Perancis yang bernama Auguste
Comte. Sekiranya setiap anggota masyarakat melaksanakan peranan dan
fungsinya maka masyarakat itu akan berada dalam keadaan yang stabil dan
bersatu padu serta membolehkannya berkembang dengan teratur.
ManakalaBerbagai gangguan terhadap fungsi itu akan mengakibatkan
berlakunya konflik dan pergolakan dalam masyarakat. Secara tidak
langsung akan membawa keruntuhan kepada masyarakat tersebut. Jadi,
tidak keterlaluan kalau di katakan bahawa Ibn Maskawaih juga merupakan
pengasas kepada Teori Fungsi yang digunakan oleh para penganalisis sosial
yang menjalankan kajian tentang masyarakat kuno dan moden. Walaupun
beliau terdidik dalam bidang perubahan, tetapi minatnya yang mendalam
terhadap ilmu, telah mendorongnya mempelajari kesusasteraan, falsafah,
kimia, bahasa, dan ilmu klasik yang lain. Beliau menguasai dan
mempunyai kepakaran setiap bidang yang dipelajarinya. Ibnu Maskawaih
juga ahli sejarah dan ilmuwan akhlak yang handal. Semua ilmu
pengetahuan itu tidak dipelajari sekaligus seperti yang sering dilakukan
oleh sarjana Islam yang lain. Beliau mempelajarinya secara berperingkat-
peringkat dan akhirnya mendapati bidang falsafah sesuai dengan dirinya
sebagai seorang pemikir. Memulaikan kerjanya sebagai doktor sebelum
dilantik menjadi setia usaha kepada beberapa orang menteri seperti Mueiz
al Daulah. Pengalaman tersebut memberikan beliau peluang yang luas
untuk mendampingi masyarakat dan orang ramai. Selepas kematian Mueiz,
beliau dilantik oleh Menteri Ibnu Amid menjadi ketua perpustakaan.
Kesempatan ini telah digunakan untuk menelaah berbagai-bagai buku yang
ditulis oleh para ilmuwan Islam dan Yunani. Selepas itu, beliau dilantik
pula sebagai Ketua Pemegang Amanah Khazanah yang bertanggungjawab
menjaga Perpustakaan Malik Adhdud Daulah yang memerintah dari tahun
47

367-372H. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang ada padanya, Ibn
Muskawaih telah berjaya membina ketokohannya sebagai seorang ilmuwan
yang mempunyai pengetahuan yang
luas dalam berbagai bidang.
Banyak teori telah dihasilkan oleh beliau dan tidak terbatas kepada
bidang falsafah semata-mata. Beliau menulis berbagai-bagai kitab yang
membicarakan pelbagai persoalan.
Antaranya:
Kitab al-Fauz al-Saghir yang menumpukan pembicaraan kepada persoalan
yang berkaitan dengan metafizik yaitu tentang Allah, kerasulan dan
jiwa.Kebanyakan pandangannya mengenai perkara ini disesuaikan daripada
pandangan ahli falsafah Yunani. Kesan pemikiran falsafah Yunani terhadap
Ibn Muskawaih dapat dilihat pada pandangannya mengenai jiwa. Semasa
mengungkap persoalan ini, beliau menyatakan bahawa jiwa merupakan roh
yang berlainan dari pada tubuh dan tidak mungkin dapat dilihat dan
disentuh oleh pancaindera. Baginya jiwa sesuatu yang dapat menerima dua
perkara pada satu masa yang sama seperti keadaan hitam dan putih pada
satu waktu.
Beliau juga telah mengemukakan teori akhlak dalam kitabnya yang
berjudul kitab Tahzib al-Akhlaq. Dalam kitab itu, beliau menyebut
kemuncak akhlak ialah apabila lahirnya perbuatan-perbuatan baik yang
dilakukan secara teratur. Oleh itu, akhlak yang baik hanya akan lahir
daripada jiwa yang bersih dan begitu juga sebaliknya. Untuk mendapat jiwa
yang bersih maka anak-anak sejak kecil lagi harus didedahkan dengan
nilai-nilai yang baik. Nilai-nilai buruk pula hanya akan mengganggu proses
pembesaran dan menyebabkan mereka membesar tanpa menghiraukan
tatasusila. Anak-anak perlu dilatih pada peringkat awal tumbesaran supaya
bersikap dan bertindak mengikut nilai-nilai ini agar sebati dengan diri serta
sanubari mereka. Ibn Maskawaih turut menulis beberapa buah kitab yang
lain seperti al'Adwiah al-Mufra-dah tentang ubat-ubatan, Uns al'Farid
sebuah antologi cerpen, Tajarub al'Umarn sebuah catatan mengenai
sejarah, al-Tabikh mengenai kaedah memasak, al'Asyribah yang
membicarakan tentang minuman, al'Fauz al-Kabir, dan Tajrib al'Um.
Berdasarkan banyak kitab yang ditulisnya maka ketokohannya sebagai ahli
falsafah dan pengarang tidak dapat dinafikan. Idea dan pandangannya jelas
mendahului zaman menjadikannya sebagai salah seorang ilmuwan serta
sarjana Islam yang tiada tolok bandingan pada zamannya. Sesungguhnya
Ibn Maskawaih yang dilahirkan pada 330H (941M) di Kota Rhages itu
akan terus dikenang sebagai seorang ahli falsafah yang kaya dengan teori-
teorinya.
48


ibnu maskawih juga mempunyai teori dengan ajaran "jalan tengah",
karena ia mendasarkan teori keutamaan moralnya pada bagian
"pertengahan" (al-wasath).
14

Pendapat Ibnu Miskawaih Tentang Jalan Tengah
Ajaran tentang jalan tengah (a1-wasath) yang dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah The Doctrine of the Mean atau The Golden Mean
ternyata sudah dikenal para filsuf sebelum Ibnu Miskawaih. Mencius (551-
479 SM), seorang filsuf Cina, misalnya, telah menulis buku tentang ajaran
jalan tengah. Filsuf Yunani seperti Plato, Aristoteles, dan Filsuf Muslim
seperti al-Kindi dari Ibn Sina juga didapati memiliki ajaran tentang jalan
tengah.
Ibnu Miskawaih secara umum memberikan pengertian jalan
tengah tersebut antara lain dengan keseimbangan, moderat,harmoni,
utama, mulia, atau posisi tengah antar dua ekstrem. Akan tetapi ia tampak
cenderung berpendapat bahwa keutamaan moral secara umum diartikan
sebagai posisi tengah antara ekstrem kelebihan dan ektrem kekurangan
masing-masing jiwa manusia. Jiwa manusia mempunyai tiga fakultas,
yaitu: jiwa al-bahimiyyat, jiwa al-ghadabiyat, dan jiwa al-nathiqat.
15

Menurut Ibnu Miskawaih, posisi tengah jiwa al-bahimiyyat adalah
menjaga kesucian diri (al-iffat/ temperance). Posisi tengah jiwa al-
ghadabiyyat adalah keberanian (al-syaja'at / courage). Posisi tengah jiwa
al-nathiqat adalah kebijaksanaan (al-hikmat/wisdom). Adapun gabungan
dari posisi tengah atau keutamaan semua jiwa tersebut adalah keadilan (al-
adalat/justice). Rincian masing-masing jalan tengah ini akan kami
tempatkan sesudah pembahasan ini.
Keempat keutamaan moral (akhlakul al-Karimah) tersebut
merupakan pokok, sedangkan keutamaan lainnya adalah sebagai cabang.
Cabang dari keempat pokok keutamaan itu sangat banyak jumlahnya, tidak

14
http://kajianislamnugraha.blogspot.com/2009/10/pandangan-etika-
menurut-ibn-maskawaih.html Oleh DR.H.Ridjaluddin.FN.,M.Ag. waktu
akses tgl 17 September 19.30 pm
15
http://thkhusus.wordpress.com/2010/01/03/ibnu-maskawaih-dan-
filsafatnya/

49

terhitung jumlah banyaknya. Jenis dan pemahamannyapun dapat
disesuaikan dengan perkembangan jaman.
Menurut Ibnu Miskawaih, setiap keutamaan mempunyai dua
ekstrem. Yang tengah adalah terpuji dan yang ekstrem adalah tercela.
Posisi tengah yang dimaksudkan di sini adalah suatu standar atau prinsip
umum yang berlaku bagi manusia. Posisi tengah yang sebenarnya (al-
wasath al-haqiqi) adalah satu, yaitu keutamaan (al-fadilat) . Yang satu ini
disebut juga garis lurus (al-khathth al-mustaqim).
Karena pokok keutamaan ada empat yaitu menahan diri,
keberanian, kebijaksanaan, dan keadilan, maka yang tercela intinya ada
delapan. Kedelapan sifat tercela tersebut antara lain:
Nekad
Pengecut
Rakus
Dingin hati
Kelancangan
Kebodohan
Aniaya
Teraniaya
Dalam menguraikan sikap tengah dalam moral (al-Wasath fi al-
akhlaq) ini, Ibn Miskawaih tidak membawa satu ayat al-Quranpun atau
Hadits. Namun demikian, spirit ajaran jalan tengah ini adalah Islami
karena memang banyak dijumpai ayat-ayat al-Qur'an yang memberi
isyarat untuk itu, seperti tidak boleh kikir tetapi juga tidak boleh boros,
makan dan minumlah tetapi jangan berlebihan.
Manfaat
Sosiologi merupakan ilmu terapan dan ilmu murni. Dalam hal ini
tentunya peran ilmu sosiologi amat dibutuhkan terutama di bidang
pembangunan dan kepentingan masyarakat. Manfaat sosiologi dalam
masyarakat antara lain:

Pembangunan
Sosiologi berguna untuk memberikan data sosial yang diperlukan
dalam tahap perencanaan pembangunan maupun pelaksanaan
50

pembangunan. Pada tahap perencanaan,yang harus diperhatikan yaitu apa
yang menjadi kebutuhan sosial. Pada tahap pelaksanaan yang harus
diperhatikan yaitu kekuatan sosial dalam masyarakat serta proses
perubahan social.Sementara itu pada tahap penilaian pembangunan,yang
harus dilakukan adalah analisis terhadap efek atau dampak dari sosial
pembangunan itu. Berikut adalah program yang harus dilakukan :
Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Pembangunan ekonomi kerakyatan pada intinya adalah mengelola
seluruh potensi ekonomi yang menguasai hajat hidup orang
banyak dengan menerapkan asas ekonomi kerakyatan.
Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam proses
pembangunan. Semakin tinggi sumber daya manusia maka
semakin mendorong kemajuan suatu negara. Saat ini, peranan
SDM lebih menonjol dibandingkan dengan modal fisik dalam
proses pembangunan ekonomi.
Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan ifrastruktur mampu mendukung prioritas
pembangunan lainnya, khususnya pengembangan ekonomi
kerakyatan dan peningkatan kualitas SDM.
Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata daerah diarahkan pada upaya
pelestarian nilai-nilai luhur warisan budaya lokal sebagai
pendukung obyek wisata daerah.

BAB IV
PEMBANGUANAN MENURUT PARA TOKOH ISLAM

A. Pembangunan Dalam Pandangan Islam
Pemmangunan dalam pengertian islam adalah kemampuan untuk
mewujudkan cita-cita islam melalui pribadi,keluarga,masyarakat, dan
kehidupan ummat termasuk mengurus negara. Dalam rangka
merusmuskan dan merespon tantangan barat dan modern ,para membaharu
islam menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda-beda. Azyumardi
Azra dalam hal ini menyebutkan ada tiga pebdekatan yang secara implisit
digunakan para pembaru. Tiga terebut adalah pendekatan
Apologetik,Indetifikatif dan Affirmatif.
a. Pendekatan apologetik adalah bahwa seorang pemikir Muslim
mengmukakan berbagai kelebihan islam untuk menjawab
tantangan islam.
51

b. Pendekatan identifikatif adalah bermaksud mengidentifikasi
masalah-masalah yang di hadapi guna memberikan respons
sekaligus sebagai identitas islam di masa modern. Pendekatan ini
lebih membuka peluang bagi munculnya pemikir yang kreatif dan
pro aktif ,karenanya lebih bersifat problem solving.
c. Pendekatan affirmatif adalah cara yang di lakukan untuk
menegaskan kembali kepercayaan kepada islam dan segaligus
mengingatkan kembali eksistensi masyarakat muslim
Ketiga pendekatan di atas ,walaupun sering tumpang tindih dan
sulit di pisahkan, dapat di jadikan landasan tipologis untuk
menentukan berbagai orientasi idiologis bagi gerakan pembaharuan
islam. Paling tidak ada empat tipe orientasi idiologis yang muncul dari
tiga pendekatan di atas yaitu:
a. Konservatif-Tradisionalis
Merupakan pendekatan yang digunakan gerakan pembaruan dalam
membangun dan mempertahankan islam yang berorientasi idiologi
konservatif-tradisionalis adalah apologetik. Tipe ini biasanya berusaha
untuk mempertahankan tradisi lama tanpa ada perubahan yang menolak
segala bentuk revolusi pemikiran sehingga pemikiran ini nampak untuk
menciptakan kemurnian islam ,dalam pengetahuan manusia,pemahaman
dan pembangunan dalam segala aspek kehidupan. Dalam kajiannya
konservatif tradisionalis mengambil dari tema :taqlid.muhafazhab,dan
ruju.
b. Modernitas Reformis
Dalam konsep ini menggunakan metode identifikatif dalam
menghadapi tantangan yang datang dari barat dan tuntutan dunia moderen.
Dengan sikap adoptif rasionalnya mereka berusaha mengaplikasikan islam
dalam kehidupan realitas yang penuh dengan dinamika perubahan.
,mereka berusaha mencipatakan ikatan positif antara pemikiran Qurani
dengan pemikiran modern. Perpaduan kedua pemikiran menghasilkan
berbagai lembaga sosial dan moral modern dengan berorientasi pada Al
Quran. Dan untuk pembaruan memiliki tiga tema yakni menggunakan Al
Quran dan Al Hadis ,perlunya jtihad untuk memecahkan persoalan.di
samping itu juga menggunakan proses reinterpretasi dan reformulasi
warisan tradisi islam dalam konteks dunia kontemporer.
c. Modernis- Sekuler
Dalam konsep ini adalah bertujuan menjadikan sekulerisasi
sebagai upaya pembaruan islam , dengan idiologisnya modernis-sekuler
telah menggunakan pendekatan identifikatif,di mana islam hanya dapat
dilakukan dengan hanya dengan cara identifikasi hal-hal yang datang dari
52

barat apa adanya. Oleh karena itu dalam rangka pembaruan islam muslim
hendaknya menoleh dan meniru ke barat dalam memperbarui soial politik
dalam kehidupan mereka.dengan prinsip ini ,kaum modernis-sekuler
menyimpulkan barat bisa menjadi guru. Demikian kaum modernis
menganggap pembaruan ( modernisasi) sebagai weternisasi ( proses
pembaratan).
Akibat dari proses pembaratan ini ,memunculkan lembaga-lembaga
pendidikan yang di rubah seperti birokrasi,maupun militer. Dan ini
mengakibatkan pematian islam yakni penggatian syariat secara perlahan
yang di pisakan lewat lembaga kenegaraan.
d. Puritan-Fundamentalis
Dengan menggunakan pendekatan affirmatif , yaitu dengan
menguatkan keotentikan dan keorisinilan Islam,pembaruan islam yang
orientasi idiologisnya puritan-fundamentalis berusaha memberikan respon
terhadap tantangan terhadap medernisasi yang dilakukan barat. Pokok
pemikiran kaum gerakan ini adalah segala aspek kehidupan orang muslim
harus di islamisasikan kembali.
Ideologi Pembagunan
Sumber- sumber hukum yang di gunakan adalah Alquran
merupakan sumber hukum ilahi, adalah inti dari islam berisikan hukum
yang umum yang bersifat universal mencakup publik ataupun privat dan
berlalu untuk seluruh ummat islam dan semua golongan non islam.
As-Sunnah merupakan sumber hukum pelengkap dari Alquran atau
penjelasan dari Al Quran, Sunnah ada, Qouliayah,Filiah dan Taqririyah.
dari kedua sumber hukum ini memuat masing-masing hukum mengatur
berbagai kegiatan ummat islam secara terinci dan analitis.
Prinsip dasar Islam
Prinsip- prinsip Utama Syariah ( Mabdaal Syariah ) perlu di di
ketahui bahwa prinsip-prinsip utama Syariah (Mabdaal Syariah)
terdapat tiga komponen prinsip utama Syariah, yakni: Keadilan ( al
adalah), Persamaan( al Musawa), dan Musyawara ( al Musyawarah),
ketiga prisip tersebut merupakan asas dalam syariah yang berlandaskan
Al Quran dan Sunnah ,sehingga secara umum ini adalah analisis prinsip-
prinsip umum nomokrasi islam yang bertujuahan membangun sendi-sendi
kehidupan ummat islam. Aplikasi dari prinsip prinsip Syariah ini adalah
mengatur hukum- hukum negara, seperti pemerintahan, ekonomi, politik,
dan pemecahan masalah.



53

B. Pemikiran Pembangunan menurut Imam Al Ghazali
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Tusi Al-Ghazali
dilahirkan pada tahun 450 Hijriah di desa Ghazalah, dipinggir kota Tus,
sebuah kota kecil di Khurasan, Iran. Abu Hamid Al-Ghazali terkenal di
Barat sebagai Al-Ghazel, merupakan salah satu pemikir besar Islam. Dan
meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir 505 H (19 Desember 1111 M).
Dalam karyanya Imam Ghazali dapat menulis berbgai buku sebanyak 70
buah. Diantara yang paling terkenal adalah
a. Al-Munqizh Penyelamat Kesesatan
b. Tahaful-ul falasifa Penghancuran Filsafat
c. Mizan-ul Amal- Timbangan amal.sebuah buku logika di salin ke
bahasa inggris oleh M.Goldenthal. artinya Timbangan Usaha
d. Ihya-ul-ulum penghidup pengetahuan
e. Al-Wajiz. Memuat ilmu fiqih
f. Mahkun Nazar,sebuah buku tentang logika
g. Miyar-ul-ilmi, buku tentang logika
h. Masaqat-ul-falasifa, tujuan filsafat, mengandung logika, ilmu
alam, metaphysika dan lain-lain.Buku ini telah disalin ke dalam
bahasa jerman.

Bidang kenegaraan
Dalam karya imam al Ghazali yang sangat berkenaan dengan
pembangunan adalah tentang masalah administratif dan berkenaan dengan
politik yakni tertera dalam Nasihat al Mulk (Nasihat bagi Raja ),yang telah
di terjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh F.R.C. Bagley pada tahun
1964. Buku ini menerangkan dua bagian , pertama berisi tentang
keimanan,bagian kedua Cermin bagi Para Pangeran yang isinya terdiri
atas tujuh bab.1)kualifikasi raja dan iman, 2) dan 3) kualifikasi wuzara dan
sekretaris. 4) kebajikan raja. 5)kebijaksanaan 6)intelejen dan orang-
orangnya 7) hal baik dan buruk dari wanita.
Seperti halnya para cendekiawan muslim terdahulu, perhatian al-
Ghazali terhadap kehidupan masyarakat tidak terfokus pada satu bidang
tertentu, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Ia melakukan
studi Islam secara luas untuk mempertahankan ajaran agama Islam.disiplin
ilmunya mengara pada semua ummat muslim dan non-muslim.
Oleh karena itu, kita tidak akan menemuka karya tulisnya yang khusus
membahas tentang ekonomi Islam. Perhatiannya dibidang ekonomi itu
terkandung dalam berbadai studi fiqihnya, karena pada hakikatnya
ekonomi Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari fiqih Islam.
Namun demikian, pemikiran-pemikiran ekonomi al- Ghazali didasarkan
54

pada pendekatan tasawwuf, karena pada masa hidupnya, orang-orang
kaya, berkuasa, dan sarat prestise sulit menerima pendekatan fiqih dan
filosofis.
Bidang pendidikan
Al-Ghazali adalah orang yang banyak mencurahkan perhatiannya
terhadap bidang pengajaran dan pendidikan. Oleh karena itu ia melihat
bahwa ilmu itu sendiri adalah keutamaan dan melebihi segala-galanya.
Oleh sebab itu menguasai ilmu baginya termasuk tujuan pendidikan
dengan melihat nilai-nilai yang dikandungnya dan karena ilmu itu
merupakan jalan yang akan mengantarkan anda kepada kebahagiaan di
akhirat serta sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Oleh karena itu ia menyimpulkan bahwa pendidikan adalah proses
memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampi akhir hayatnya
melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk
pengajaran secara bertahap di mana proses pengajaran itu menjadi
tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Maka sistem pendidikan itu
haruslah mempunyai filsafat yang mengarahkan kepada tujuan yang
jelas.Beliau menjelaskan juga tentang tujuan pendidikan, yaitu :
1) Mendekatkan diri kepada Allah, yang wujudnya adalah kemampuan
dan kesadaran diri melaksanakan ibadah wajib dan sunah.
2) Menggali dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia.
3) Mewujudkan profesionalitas manusia untuk mengemban tugas
keduniaan dengan sebaik-baiknya.
4) Membentuk manusia yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari
kerendahan budi dan sifat-sifat tercela.
5) Mengembangkan sifat-sifat manusia yang utama, sehingga menjadi
manusia yang manusiawi.
Bertolak dari pengertian pendidikan menurut al-Ghazali, dapat di
mengerti bahwa pendidikan merupakan alat bagi tercapainya suatu tujuan.
Pendidikan dalam prosesnya memerlukan alat, yaitu pengajaran atau
talim. Sejak awal kelahiran manusia sampai akhir hayatnya kita selalu
bergantung pada orang lain. Dalam hal pendidikan ini, orang (manusia)
yang bergantung disebut murid sedangkan yang menjadi tempat
bergantung disebut guru. Murid dan guru inilah yang disebut sebagai
subyek pendidikan.
Konsep pendidikan yang di tawarkan oleh Al-Ghozali meliputi
tujuan penidikan, kurikulum, metode, etika guru dan murid. Berikut
uraianya :

1) Tujuan Pendidikan
55

a) Tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri
kepada Allah.
b) Tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan
dunia akhirat.
2) Kurikulum
Menurut Al-Ghozali, konsep mata pelajaran yang seharusnya diajarkan
dan masuk kedalam kurikulum didasarkan pada dua kecenderungan
sebagai berikut : Kecenderungan agama dan tasawuf, Kecenderungan
pragmatis.
3) Metode Pengajaran.
Perhatian Al-Ghozali dalam bidang metode ini lebih ditujukan pada
metode khusus bagi pengajaran agama anak-anak. Untuk itu ia
mencotohkan sebuah metode keteladanan bagi mental anak-anak,
pembinaan budi pekerti dan penanaman sifat-sifat keutamaan diri mereka.
Pada metode pengajaran Al-Ghozali lebih di tekankan pada pembentukan
moral yang baik dan sesuai dengan aturan-aturan agama.

C. Pembangunan menurut Ibnu Qoyyim
Dia dilahirkan pada tanggal 7 Shafar tahun 691 H. Dia tumbuh
dewasa dalam suasana ilmiah yang kondusif. Ayahnya adalah kepala
sekolah al-Jauziyah di Dimasyq (Damaskus) selama beberapa tahun.
Karena itulah, sang ayah digelari Qayyim al-Jauziyah. Sebab itu pula sang
anak dikenal di kalangan ulama dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyah.
Dan meninggal pada tanggal 13 Rajab tahun 751.
Disiplin ilmu yang didalami dan dikuasainya hampir meliputi semua
ilmu syariat dan ilmu alat. Ibnu Rajab, muridnya, mengatakan, Dia pakar
dalam tafsir dan tak tertandingi, ahli dalam bidang ushuluddin dan ilmu ini
mencapai puncak di tangannya, ahli dalam fikih dan ushul fikih, ahli
dalam bidang bahasa Arab dan memiliki kontribusi besar di dalamnya, ahli
dalam bidang ilmu kalam, dan juga ahli dalam bidang tasawuf.

Dia
berkata juga, Saya tidak melihat ada orang yang lebih luas ilmunya dan
yang lebih mengetahui makna Al-Quran, Sunnah dan hakekat iman
daripada Ibnu Qayyim. Dia tidak makshum tapi memang saya tidak
melihat ada orang yang menyamainya.
Ibnu Katsir berkata, Dia mempelajari hadits dan sibuk dengan ilmu. Dia
menguasai berbagai cabang ilmu, utamanya ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu
ushuluddin, dan ushul fikih.
Adz-Dzahabi berkata, Dia mendalami hadits, matan dan perawinya. Dia
menggeluti dan menganalisa ilmu fikih. Dia juga menggeluti dan
memperkaya khasanah ilmu nahwu, ilmu ushuluddin, dan ushul fikih.
56

Ibnu Hajar berkata, Dia berhati teguh dan berilmu luas. Dia menguasai
perbedaan pendapat para ulama dan mazhab-mazhab salaf.
As-Suyuthi berkata, Dia telah mengarang, berdebat, berijtihad dan
menjadi salah satu ulama besar dalam bidang tafsir, hadits, fikih,
ushuluddin, ushul fikih, dan bahasa Arab.

D.Muhammad Abduh
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Syamsuddin Muhammad
Abu Bakr bin Ayyub bin Sad bin Huraiz bin Makk Zainuddin az-Zuri
ad-Dimasyqi dan dikenal dengan nama Ibnu Qayyim al Jauziyah. Dia
dilahirkan pada tanggal 7 Shafar tahun 691 H. Dia tumbuh dewasa dalam
suasana ilmiah yang kondusif. Ayahnya adalah kepala sekolah al-
Jauziyah di Dimasyq (Damaskus) selama beberapa tahun. Karena itulah,
sang ayah digelari Qayyim al-Jauziyah. Sebab itu pula sang anak dikenal
di kalangan ulama dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyah
Dalam ketiga pendekatan pembaruan islam dan beberapa orientasi
idiologis gerakan pembaruan islam tersebut ,bagaimanakalah pendekatan
dan corak pemikiran yang di lakukan oleh Muhammad Abduh ,dalam
hal ini Muhammad Abduh menggunakan pendekatan indentifikatif,
selain juga menggunakan pendekatan apologetik. Pendekatan yang di
lakukan Muhammad Abduh nampak dari esensi pemikirannya yang
merumuskan kembali pemikiran dan revitalitasasi masyarakat muslim
melalui identifikasi gagasan dan intitusi-intitusi modern. Adapun
pendekatan apologetiknya dari upaya untuk mempertahankan eksistensi
doktrin islam sebagai landasannya.
Di samping itu,Marcel A. Boisard menyatakan bahwa pendekatan
pembaruan Muhammad Abduh di dasarkan pada dua postulat. Pertama
menkankan peran bagi kehidupan manusia yang secara mutlak merupakan
wahyu yang bersumber dari Alquran dan Al Hadis. Kedua menekankan
perlunya penggunaan bagian terbaik dari peradapan Barat yang telah
demikian rupa mencapai kemajuan.islam adalah agama yang sesuai
dengan akal dan tidak akan menolak kemajuan. Dari kedua postulat ini.
Muhammada Abduh tampakanya adalah dalam rangka membela islam
sebagai doktrin dan sekaligus memadukannya dengan kemajuan modern
sebagai hasil rekayasa akal. Sikap kreatif yang dilakukan oleh
Muhammad abduh dalam rangka mengahdapi peradapan barat merupakan
bukti bagi pendekatan indentifikatif apologetik yang digunakannya.
Muhammad abduh menegaskan bahwa agama islam adalah agama yang
rasional yang dapat menjadi dasar untuk mengadapi kehidupan modern.
57

Dalam agenda Muhammad Abduh dalam membangun islam terdapat
empat agenda yaitu.
a. Moderenisasi
Abduh berusaha mengadakan penyesuaian ajaran Islam dengan
tuntutan zaman, seperti penyesuaian dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi.Sumber dari gagasan moderenisasi Abduh
tersebut bersumber dari penentangannya terhadap taqlid. Abduh
menetapkan tiga hal yang menjadi kritrea perbuatan taqlid ini, ketiga
kriteria tersebut adalah:
1) Sangat mengagung-agungkan para leluhur dan para guru mereka secara
berlebihan.
2) Mengiktikadkan agungnya pemuka-pemuka agama yang silam, seolah-
olah telah mencapai kesempurnaan.
3) Takut dibenci orang dan dikritik bila ia melepaskan fikirannya serta
melatih dirinya untuk berpegang kepada apa yang dianggap benar
secara mutlak. Berdasarkan pada pandangan tersebut, Abduh
memahami Alquran, terutama yang berkaitan dengan kecaman
terhadap sikap dan perbuatan taqlid tersebut, walaupun menyangkut
sikap kaum musrikin. Selanjutnya ia mengecam kaum muslimin,
khususnya yang berpengetahuan yang mengikuti pendapat ulama-
ulama terdahulu tanpa memperhatikan hujahnya.
b. Reformis
Muhammad Abduh Adalah seorang pembaharu yang corak
pembaharuannya bersifat reformistik-rekonsturktif. Karena, Muhammad
Abduh senantiasa melihat tradisi dengan perpektif membangun kembali.
Agar tradisi suatu masyarakat dapat survive dan terus diterima, ia harus
dibangun kembali. Pembangunan kembali ini tentunya dengan kerangka
modern dan prasyarat rasional. Pemikiran pembaharuan yang bercorak
reformistik dalam bentuknya yang pertama secara filosofis.
c. Konservatif
Gerakan pembaharuan yang diinagurasikan Muhammad Abduh
bersifat konservatif, hal ini terlihat dari sikap Muhammad Abduh yang
tidak bermaksud mengubah potret diri Islam. Risalah Tauhid merupakan
bukti dari pemikiran ini. Muhammad Abduh dalam karya ini berupaya
menegaskan kembali potret diri Islam yang telah mencapai finalitas dan
keunggulan.
Menurut Muhammad Abduh terpecahnya ummat Islam menjadi
beberapa golongan disebabkan oleh kelemahan mereka sebagai satu
ummat yang kuat, dan itu terjadi karena adanya fanatisme terhadap suatu
madzhab. Banyaknya aliran madzhab pemikiran atau keyakinan,
58

sebenarnya, bukanlah bahaya yang menghancurkan satu ummat, tapi yang
bahaya adalah berhukum dan tunduk kepada aliran tersebut, sehingga
pengikutnya tidak berani mengemukakan kritik atau pendapat lain. Ketika
itu satu jamaah akan menjadi beberapa jamaah, suku dan golongan yang
terpisah-pisah yang tidak memiliki satu arah dan tujuan, pemisah itulah
fanatisme buta. Inti dari pemikiran Muhammad Abduh yaitu :
1) Membebaskan pikiran dari ikatan taqlid dan memahami agama seperti
kaum salaf sebelum timbulnya pertentangan-pertentangan dan kembali
dalam mencari pengetahuan agama kepada sumbernya yang pertama
dan mempertimbangkan dalam lingkungan timbangan akal yang
diberikan Allah SWT untuk mencari keseimbangan dan mengurangi
kecampuradukan dan kesalahan. Dengan cara ini orang dianggap
sebagai sahabat ilmu yang bergerak untuk meneliti rahasia-rahasia
alam, mengajak menghormati kebenaran dan untuk berpegang kepada
pendidikan jiwa dan perbaikan amal.
2) Memperbaiki bahasa arab dan susunan kata, baik dalam percakapan
resmi atau dalam surat menyurat antar manusia.
3) Pembaharuan di bidang politik, ini dilakukannya di Majlis Syura sejak
ia dipilih menjadi anggota majelis itu.
Dengan demikian identifikatif-apologetik yang telah di pilihnya
sebagai corak pemikiran pembaruan dalam pembangunan untuk
mencakup semua aspek kehidupan manusia. Dalam mengkaji pemikiran
Muhammad Abduh terbagi menjadi tiga bagian untuk menjawab tipolgi
yang menjadi dasar Muhammad abduh. Pertama Muhammad abduh
adalah seorang medernis. Seorang modernis memiliki beberapa ciri, di
antaranya adalah selalu berusaha mengadapi segalasituasi dengan penu
keyakinan gerakannya bersifat kerakyatan, dan senantiasa melibatkan
pemikiran pribadi. Dalam menghadapi peradapan barat Muhammad Abdu
mengambil sikap selektif dan kritis dengan senantiasa menggunakan
ijtihad sebagai pembuka jalan dalam pembekuan pemikiran kaum
muslim. Untuk menentang peradapan Barat dalam bentuk kolonialisme
Muhammad Abduh dengan berbagai strategi , yakni dengan strategi
apresiasi terhadap filsafat agar pola pikir kaum muslim lebih rasional
dan terbebas dari kebekuan. Kedua Muhammad abduh adalah seorang
pembaru yang bercorak sifat reformistik rekontruktif. Muhammad abduh
selalu melihat tradisi dengan perspektif pembangunan kembali. Agar
tradisi suatu masyarakat dapat tetap survive dan terus di terima ,ia harus
di bangun kembali. Ketiga muhammad Abduh adalah seorang pembaru
yang konservatif . menurut pandangan Watt hal ini di lihat dari sikap
Muhammad abduh yang tidak ingin menguba potret diri islam. Terbukti
59

dari apa yang di katakan dalam risalah Al Tauhid merupakan bukti
pemikiran ini.
Fokus Pemikiran Muhammad Abduh di Bidang Pendidikan adalah :
1) Perlawanan terhadap taqlid dan kemadzahaban perlawanan terhadap
buku-buku yang tendensius, untuk diperbaiki dan disesuaikan dengan
pemikiran rasional dan historis.
2) Reformasi Al-Azhar yang merupakan jantung umat Islam, jika ia rusak
maka rusaklah umat dan jika baik maka baiklah umat.
3) Menghidupkan kembali buku-buku lama untuk mengenal
intelektualisme Islam yang ada dalam sejarah ummatnya, serta
mengikuti pendapat-pendapat yang benar disesuaikan dengan
rasionalitas.
Demikianlah tiga tipologi yang berkaitan dengan pemikiran
Muhammad Abduh yang merupakan refleksi dalam mebaca pemikiran
Muhammad Abduh yakni reformis, menekankan pada selektifitas dan
sikap kritis, modernis, menekankan pada pembangunan islam kembali
dengan tradisi islam secara rekontruktif, dan konservatif,menekankan
pembelaan islam dengan melalui finalitas dan keunggulan islam.

E. Sayyit Hossein Nasr
Seyyed Hossein Nasr dilahirkan pada tanggal 17 April 1933 di kota
Teheran, Iran. Sayyid Hussein Nasr adalah seorang ilmuan kontenporer
muslim dari iran, menyatakan bahwa manusia akan sampai pada
pengakuan bahwa masalah-masalah sosial dan teknis yang di hadapi
ummat islam dewasa ini , bukan kurangnya pembangunan tetapi boleh
jadi berlebihnya pembangunan. Dalam pemikirannya..., menekankan
perdamaian dengan tatanan rohaniah. Dan untuk damai dengan
bumi.langit, manusia dan alam dalam bukunya The Encounter of ,Man
Nasr ( 1968: 14) menawarkan tesis baru , ia menyatakan sains
mengabsahkan dirinya sendiri ,namun peranan dan fungsi sains modern
beserta penerapannya justru menjadi tidak sah,bahkan berbahaya sekaligus
merusak. Sementara itu ,islam bahkan menawarkan hubungan yang
harmonis antara manusia dengan alam (Nasr:94-95)
Dalam pemikiran Seyyed Hossein Nasr lebih menggunakan idiologi
konservatif-tradisionalis nampak pada pemikirannya yakni tentang tradisi
Islam atau Islam tradisional di tengah modernitas merupakan kritik
terhadap pola pikir modernitas yang mengagungkan rasionalitas dalam
segala hal. Menurut Islam tradisional menurut pemikiran Seyyed Hossein
Nasr bahwa pola pikir yang demikian akan membawa manusia kepada
60

keterambangan dan tidak punya tujuan hingga menjadikan hidup manusia
jauh dari kebahagiaan.
Islam tradisional ditawarkan sebagai alternatif untuk
menggantikan modernitas yang tidak mampu memandang realitas
kehidupan secara keseluruhan. Visi Islam tradisional lebih utuh untuk bisa
memandang realitas karena Islam tradisional memandang realitas dalam
bingkai yang lebih besar yang terhubungan dengan keilahian.
Tradisi ibarat pohon yang akarnya terbenam dalam hakekat ilahi dan dari
pohon itulah tumbuh batang dan rantingnya yang tumbuh sepanjang masa.
Tradisi yang ditawarkan oleh Seyyed Hossein Nasr ini merupakan versus
paham modern yang melepaskan diri dari ilahi dan dari prinsip-prinsip
abadi yang dalam realitasnya mengatur segala sesuatu. Inilah yang
menjadi titik landasan dan dasar pemikiran yang ia bangun.
Dari pemikiran yang Seyyed Hossein Nasr jelas menekankan,
pertama tradisionalis sebagai cara membangun islam tetap pada
kemurnian dan kesucian kedua adalah kesimbangan manusia dengan alam
dan tentang batasan penggunaan segala apapun.

F. Ikhwanussofah
Karakteristik dasar pemikiran mereka, terefleksi dalam pandangan
pendidikannya. Menurutnya, aktivitas pendidikan dimulai sejak
sebelum kelahiran, sebab kondisi diri bayi dan perkembangannya sudah
dipengaruhi oleh keadaan kehamilan dan kesehatan sang ibu hamil.
Dengan demikian, perhatian pendidikan harus sudah diberikan sejak
masa janin dalam rahim (embrio). Karena janin berada dalam rahim
selama sembilan bulan itu adalah agar sempurna bentuk dan
kejadiannya. (Muhammad Jawwad Ridla, 2002)
Dalam perkembangan pemikiran pendidikan, Ikhwan al-Shafa
memiliki beberapa keistimewaan. Di antaranya, pertama, aplikasi
keilmuan atas problema sosial melalui sistem pendidikan yang efektif
dan berorientasi pada rekonstruksi keseimbangan ranah intelektual dan
moral, dan pembebasan potensi nalar masyarakat luas. Mereka
berpendapat bahwa fenomena kelaliman, otoritanisme dan tiranisme
politik tidak akan berlangsung kontinu kecuali akibat merebaknya
kebodohan dan kelalaian mayoritas masyarakat. Dengan diubahnya
pola pikir dan disadarkannya mayoritas masyarakat dari kebodohan
dan kelalaian mereka, maka akan sulit terjadi kelaliman, otoritanisme
dan tiranisme.
Kedua, paradigma talimiy (pengajaran). Ini tampak dalam
praktik politiknya, yaitu dalam pola relasi dan organisasi antar mereka
61

berada pada penjenjangan dawah. Ketiga, difersifikasi sumber-
sumber pengetahuan, yang merupakan refleksi dari sabda Nabi
Hikmah itu barang hilang orang mukmin, ia akan mengambilnya di
manapun ditemukan.
Keempat, penolakan fanatisme buta, peneguhan paham
kebebasan dan apresiasi pluralitas pemikiran sebagai hal produktif
bagi dinamika intelektual dan sosial.(Muhammad Jawwad Ridla,
2002)
Menurut Ikhwan al-Shafa, aktivitas pendidikan bukan sekedar
mentransfer pengetahuan atau pengalaman dari seseorang pada orang
lain. Tapi jauh lebih luas dari itu. Oleh karena itu, aktivitas pendidikan
tidak dimulai sedari kecil, tetapi sejak seorang anak masih dalam
kandungan. Saran para dokter agar ibu yang hamil berhati-hati dalam
segala aktivitasnya, menurutnya, adalah karena kehati-hatian sang ibu
sangat berpengaruh pada kesehatan bayi dalam rahimnya, yang
selanjutnya berpengaruh pada intelektual dan kejiwaan sang bayi.
(Ahmad Tafsir, 2001). Keberadaan janin dalam rahim selama sembilan
bulan, menurutnya, hanyalah demi kesempurnaan bentuk dan kejadian
sang bayi. (Muhammad Jawwad Ridla, 2002).
Kemudian berkenaan dengan pemikiran para tokoh islam mengenai
pembangunan terdapat Firman Allah yang mendukung atau mempunyai
kesamaan dengan pemikiran para tokoh islam tersebut, seperti :
QS. An-Nisa: 59
!!., _ `.., `-,L < `-,L _.l _|` . `>.. | ,.s... _
,`_: ::` _|| < _.l | ,.. `... <!, ,,l > ,l: ,> _.>
,!. __

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.

62

QS. Ar-Rad: 11
.l .,1-`. _. _,, ,., _. .l> ..L> _. . < _| < ,-`, !.
,1, _.> ,-`, !. ..!, :| : < ,1, ,. :. .l !. l _.
..: _. _
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah.Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.
BAB V
STRUKTURAL FUNGSIONAL DALAM KAJIAN SOSIOLOGI
PEMBANGUNAN ERA MODERNISASI
(Tokoh-tokoh Islam)
A. Pengertian Teori Struktural Fungsional
Struktur ditinjau dari segi etimologi adalah susunan atau bagian-
bagian. Sedangkan menurut terminologi adalah pengaturan unsur atau
bagian suatu benda.
16
Functionalism-fungsionalisme secara etimologi
berasal dari bahasa Latin funger = saya laksanakan., sedangkan menurut
terminologi adalah suatu metode untuk meneliti kegunaan lembaga-
lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam suatu tataran
masyarakat.
17

Robert Nisbet menyatakan: Jelas bahwa fungsionalisme
structural adalah satu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya
dalam ilmu social di abad sekarang. Kingsley Davis (1959) berpendapat,
fungsionalisme structural adalah sinonim dengan sosiologi. Alvin
Goulduer (1970) secara tersirat berpendapat serupa ketika ia menyerang

16
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
17
http://www.teori-struktur-fungsional-dalam-kajian.html, terakhir diakses Senin,
17 September 2012, jam 14.15 WIB
63

sosiologi Barat melalui analisis kritis terhadap teori fungsionalisme
structural Talcott Parsons.
Meski hegemoninya tak diragukan dalam dua decade sesudah
Perang Dunia II, fungsionalisme structural sebagai teori sosiologi telah
merosot arti pentingnya. Bahkan Wilbert Moore, yang sangat memahami
teori ini, menyatakan bahwa teori ini telah menjadi suatu yang
memalukan dalam perkembangan teori sosiologi masa kini (1978:321).
Dua pengamat lain menyatakan: Jadi, fungsionalisme sebagai sebuah
teori yang bersifat menjelaskan, kami kira sudah mati, dan upaya untuk
menggunakan fungsionalisme sebagai penjelasan teoritis harus
ditinggalkan dan mencari perspektif teoritis lain yang lebih member
harapan. (Turner dan Maryanski, 1979:141).
Demerath dan Peterson (1967) berpandangan lebih positif,
menyatakan bahwa fungsionalisme struktural belum mati. Tetapi mereka
menambahkan teori ini mungkin dapat dikembangkan menjadi teori lain
sebagaimana teori ini dikembangkan dari pemikiran organisme lebih awal.
Dalam fungsionalisme struktural, istilah struktural dan fungsional
tidak selalu perlu dihubungkan, meski keduanya biasanya dihunbungkan.
Kita dapat mempelajari struktur masyarakat tanpa memperhatikan
fungsinya (atau akibatnya) terhadap struktur lain. Begitu pula, kita dapat
meneliti fungsi berbagai proses sosial yang mungkin telah mempunyai
struktural memperhatikan kedua unsur itu. Meski fungsionalisme
struktural mempunyai bentuk (Abrahamson, 1978), fungsionalisme
kemasyarakatan (societal functionalism) adalah pendekatan dominan yang
digunakan di kalangan fungsionalis struktural sosiologi (Sztompka, 1974)
dan karena itu akan menjadi sarana perhatian pada pembahasan ini.
18

Lahirnya fungsionalisme struktual sebagai suatu perspektif yang
berbeda dalam sosiologi memperoleh dorongan yang sangat besar lewat
karya-karya klasik seorang ahli sosiolog Perancis, yaitu Emile Durkheim.
Masyarakat modern dilihat oleh Durkheim sebagai keseluruhan organis
yang memilki realitas tersendiri. Keseluruhan tersebut memiliki
seperangkat kebutuhan atau fungsi-ungsi tertentu yang harus dipenuhi oleh
bagian-bagian yang menjadi anggotanya dalam keadaan normal, tetap
langgeng. Bilamana kebutuhan tertentu tadi tidak dipenuhi maka akan
berkembang suatu keadaan yang bersifat patologis. Sebagai contoh
dalam masyarakat modern fungsi ekonomi merupakan kebutuhan yang
harus dipenuhi. Bilamana kebutuhab ekonomi mengalami suatu fluktuasi

18
George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Edisi Ke-6
(Jakarta: Kencana, 2007), 117-118
64

yang keras, maka bagian ini akan mempengaruhi bagian lain dari sistem
itu dan akhirnya sistem sebagai keseluruhan.
Suatu depresi yang parah dapat menghancurkan sistem politik,
mengubah sistem keluarga dan menyebabkan perubahan dalam struktur
keagamaan. Pukulan yang demikian terhadap sistem dilihat sebagai suatu
keadaan patologis, yang pada akhirnya akan teratasi dengan sendiri nya
sehingga keadaan normal kembali dapat dipertahankan.
19

Talcott Parsons menyatakan bahwa masyarakat manusia tidak
ubahnya seperti organ tubuh manusia sehingga, masyarakat manusia dapat
juga dipelajari seperti mempelajari tubuh manusia. Dalam melakukan
pengamatan teori fungsionalisme, Parsons memiliki beberapa konsep
yaitu:
a. Konsep Keseimbangan dinamis-stasioner (Homeostatic
Equilibrium).
Jika satu bagian tubuh manusia berubah maka, bagian lain akan
mengikutinya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi ketegangan
intern dan mencapai keseimbangan baru. Sama halnya denga
masyarakat yang selalu mengalami perubahan, namun teratur.
Perubahan sosial yang terjadi pada satu lembaga akan berakibat pada
perubahan di lembaga lainnya untuk mencapai keseimbangan baru.
Jadi, masyarakat bukan sesuatu yang statis, tetapi dinamis. Sekalipun
perubahan itu amat teratur dan selalu menuju pada keseimbangan baru.
b. Konsep Faktor kebakuan dan pengukur (Pattern variables)
Konsep ini merumuskan bagaimana menjelaskan perbedaan
masyarakat tradisional dengan masyarakat modern, dengan mengacu
pada faktor kebakuan dan pengukur sebagai alat utama untuk
memahami hubungan sosial yang langgeng, berulang, dan mewujud
dalam sistem kebudayaan, yang merupakan sistm yang tertinggi dan
terpenting.
c. Hubungan Kecintaan dan Kenetralan (Affective and Effective-
neutral)
Masyarakat tradisional cenderung memiliki hubungan kecintaan, yakni
hubungan yang mempribadi dan emosional. Masyarakat modern
memiliki hubungan kenetralan, yakni hubungan kerja yang tidak
langsung, tidak mempribadi dan berjarak.
d. Hubungan Kekhususan dan Universal(Particularistic and
Universalistic)

19
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2007), 25-26
65

Mayarakat tradisional cenderung untuk berhubungan dengan anggota
masyarakat dari satu kelompok tertentu, sehingga ada rasa untuk
memikul beban tanggung jawab bersama. Sedangkan masyarakat
modern berhubungan satu sama lain dengan batas-batas norma
universal, yang lebih tidak terikat dengan tanggung jawab kelompok
dan kekhususan. Namun, Teori Fungsionalisme Parsons sering disebut
konservatif karena, menganggap bahwa masyarakat akan selalu berada
pada situasi harmoni, stabil, simbang, dan mapan.
Teori fungsionalisme juga merupakan salah satu pola pikir dari teori
modernisasi. Teori fungsionalisme memberikan tekann pada keterkaitan
dan ketergantungan lembaga social, pentingnya varabel kebakuan dan
pengukur dalam system budaya, dan adanya kepastian keseimangan
dinamis-stasioner dari perubahan sosial. Ciri modernisasi dalam teori
fungsional yaitu sebagai berikut:
a. Modernisasi merupakan proses sistematik
b. Modernisasi diartikan sebagai proses transformasi
c. Modernisasi melibatkan proses yang terus-menerus
(immanent).
20


B. Pengertian Sosiologi Pembangunan
Istilah pembangunan telah banyak digunakan oleh banyak orang.
Bagi sebagian orang pembangunan berkonotasi pada sebuah proses
perubahan ekonomi yang dibawa oleh proses Industrialisasi. Istilah ini
juga dapat diartikan sebagia proses perubahan sosial yang dihasilkan dari
urbanisasi, adopsi gaya hidup modern, dan perilaku masa kini. Jadi istilah
istilah ini juga memiliki konotasi kesejahteraan yang menawarkan bahwa
pembangunan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan
level pendidikan mereka, memperbaiki kondisi pemukiman dan kesehatan
mereka. (James Madgley).
Menurut Easton (Miriam Budiardjo,1985) proses sistematik paling
tidak terdiri atas tiga unsur. Pertama adanya input yaitu bahan masukkan
konversi, kedua adanya proses konversi yaitu wahana untuk mengolah,
ketiga adanya output yaitu sebagai hasil dari proses konversi yang
dilaksanakan. Proses pembangunan sebagai proses sistematik pada
akhirnya akan menghasilkan keluaran (output) pembangunan, kualitas
pembangunan tergantung pada kualitas input kualitas dari pembangunan
yang dilaksanakan, serta seberapa besar pengaruh terhadap lingkungan dan

20
http://cassiouvheyaa.wordpress.com/2011/07/10/teori-pembangunan/. Unduh
pada tanggal 17, 14.16 WIB
66

faktor-faktor alam lainnya. Bahan masukkan pembangunan, salah satunya
adalah sumber daya manusia, yang dalam konkrtinya adalah manusia.
Manusia dalam proses ini mengandung beberapa pengertian yaitu
manusia sebagai pelaksaan pembangunan, manusia sebagi perencana
pembangunan dan manusia sebagai sasaran pembangunan.
Pembangunan juga dapat diartikan sebagai suatu upaya
terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah
kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya
yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004).
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan
sebagai Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan
yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building). Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan
pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan ke
arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Pengertian pembangunan dalam sosiologi adalah cara
menggerakkan masyarakat untuk mendukung pembangunan dan
masyarakat adalah sebagai tenaga pembangunan, dan dampak
pembangunan.[1] Menurut Soerjono Soekanto, pengetahuan sosiologi
dapat diterapkan dan berguna untuk kehidupan sehari-hari, misalnya untuk
memberikan data-data sosial yang diperlukan pada tahapan perencanaan,
pencaharian, penerapan dan penilaian proses pembangunan.
Pada tahap perencanaan hasil penelitian sosiologi dapat digunakan
sebagai bahan pada tahap evaluasi. Pada tahap penerapan, perlu diadakan
identifikasi terhadap kekuatan sosial yang ada di dalam masyarakat.
Dengan mengetahui kekuatan sosial tersebut dapat diketahui unsur-unsur
yang dapat melancarkan pembangunan dan yang menghalangi
pembangunan. Pembangunan merupakan bentuk perubahan sosial yang
terarah dan terncana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan
untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.
Pada masa sekarang ini, konsep pembangunan sudah merupakan
suatu ideologi yang menggambarkan kegiatan-kegiatan dalam upaya
mengejar pertumbuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam pembangunan sangat berhubungan dengan soiologi pembangunan.
Dalam suatu proses pembangunan perlu adanya kemauan keras serta
kemampuan untuk memanfaatkan potensi-potensi yang tersedia dalam


67

masyarakat untuk keperluan pembangunan. Berbagai perencanaan perlu
disusun dan digelar dalam rangka menghimpun kekuatan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam usaha mencapai tingkat kesejahteraan lebih
tinggi.
21


C. Tokoh-Tokoh Islam

a. Ibnu Kholdun
Dalam bahasa Ibnu Khaldun, ada sikap taashud di antara umat
Islam yang ia sebut dengan Ashabiyah karena adanya upaya pelestarian
perilaku dari berbagai generasi atau karena generasi dahulu mewariskan
secara struktural ataupun kultural pada generasi berikutnya. Pewarisan
perilaku ini lebih sempurna karena dilengkapi oleh sistem nilai dan sistem
sosial yang sesuai. Kesesuaian itu terjadi karena sbaik dalam aling
membutuhkan atau sama kepentingannya dalam orientasi nilai ataupun
motivasionalnya. Ibnu Kholdun (Yatim, 1997: 139) menyebutnya
sebagai jasad yang satu yang saling membutuhkan satu dengan yang lain.
Sesungguhnya, pewarisan perilaku ini bersifat menyerupai simbol-simbol
karena simbol merupakan representasi dari khas komunitas yang ditirunya.
Rasulullah Saw, dalam hadistnya bersabda man tashabaha biqaumin
fahuwa minhum, barang siapa yang berperilaku sama dengan salah satu
kaum, maka ia tergolong kaum yang ditirunya. Hadist tersebut
memberikan pelajaran berharga pada teori perilaku mukallaf, bahwa ide
dasar enkulturasi dan transgeneration berasal dari Nabi Muhammad Saw.
yang lahir sejak 14 abad yang lalu. Tentu, saat itu Ibnu Kholdun belum
ada demikian pula teori perilaku lainnya yang datang dari barat.
Teori perilaku mukallaf berkaitan pula dengan tiga potensi manusia
yang secara fungsional saling berhubungan, sebagaimana Talcot Parsons
mengatakan bahwa perilaku yang terinstitusikan adalah integrasi antara
orientasi integral, baik dalam dimensi kognitif, katektik, evaluative,
apresiatif, maupun dimensi moral.dalam teori perilaku mukallaf,
sebagaimana ditegaskan bahwa manusia adalah human relation, makhluk
yang saling berhubungan dan berinteraksi. Dengan demikian, manusia
sebagai makhluk social tidak dapat hidup sendirian. Maka membentuk
komunitas merupakan fitrah manusia itu sendiri. Dalam hal ini, Juhaya S.
Pradja (2000:59) memahami dimensi-dimensi tersebut dengan istilah

21
http://siismile.blogspot.com/2011/12/sosiologi-modernisasi-dalam-
pembangunan.html 19-09-2012 20:45 WIB
68

teori fitrah (nadzariyyah al-Fitrah). Teori ini dibangun atas pandangan
Juhaya terhadap pemikiran Imam Ghozali dalam Ihya Ulumuddin dan
Ibnu Taimiyyah dalam DarTaarud al-Aql wa al-Naql. Potensi manusia
ada tiga macam, yaitu:
1) Potensi akal (quwwah al-aql) berfungsi untuk mengenal,
mengesahkan, dan mencintai Tuhan;
2) Potensi Syahwat (quwwah al-syahwat) berfungsi untuk
menginduksi segala hal yang menyenangkan; dan
3) Potensi Ghadab (quwwah al-ghadab) berfungsi untuk
mempertahankan diri.
Tiga potensi tersebut jika dikaitkan dengan teori perilaku mukallaf
dapat dipahami, bahwa ketiganya harus integral dan secara fungsional
berjalan harmoni, tidak saling bertentangan. Sebagaimana dalam
fungsional structural bahwa dimensi kognitif dalam orientasi motivasional
berhubungan dengan kognitivitas dalam orientasi nilai, sedangkan dimensi
katektik berhubungan dengan dimensi apresiasi, sebagaimana dimensi
evaluative berkaitan dengan dimensi moral. Potensi akal berfungsi
mengenal Tuhan, membedakan baik dan buruk, dan mencintai kebenaran
berhubungan secara harmonis dengan potensi syahwat dan ghadab yang
berfungsi untuk mengenal segala hal yang bermanfaat dan menghindari
segala yang mencelakakan dengan membentuk system pertahanan diri dan
pertahanan komunitasnya.
22

Panjang sekali jika kita berbicara tentang biografi Ibnu Khaldun,
namun ada tiga periode yang bisa kita ingat kembali dalam perjalan hidup
beliau. Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai
bidang ilmu pengetahuan. Yakni, ia belajar Alquran, tafsir, hadist, usul
fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu
balaghah, fisika dan matematika.
Dalam semua bidang studinya mendapatkan nilai yang sangat
memuaskan dari para gurunya. Namun studinya terhenti karena penyakit
pes telah melanda selatan Afrika pada tahun 749 H. yang merenggut
ribuan nyawa. Ayahnya dan sebagian besar gurunya meninggal dunia. Ia
pun berhijrah ke Maroko selanjutnya ke Mesir; Periode kedua, ia terjun
dalam dunia politik dan sempat menjabat berbagai posisi penting
kenegaraan seperti qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akibat
fitnah dari lawan-lawan politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan
ke dalam penjara.

22
Beni Ahmad Saebani, Sosoilogi Agama, (Bandung: Refika Aditama, 2007), 47-
49
69

Setelah keluar dari penjara, dimulailah periode ketiga kehidupan
Ibnu Khaldun, yaitu berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan,
ia pun melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama
dibuatnya. Seperti kitab al-ibar (tujuh jilid) yang telah ia revisi dan
ditambahnya bab-bab baru di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab
al-Ibar wa Diwanul Mubtada awil Khabar fi Ayyamil Arab wal Ajam
wal Barbar wa Man Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.
Kitab al-ibar ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De
Slane pada tahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes dIbn Khaldoun.
Namun pengaruhnya baru terlihat setelah 27 tahun kemudian. Tepatnya
pada tahun 1890, yakni saat pendapat-pendapat Ibnu Khaldun dikaji dan
diadaptasi oleh sosiolog-sosiolog German dan Austria yang memberikan
pencerahan bagi para sosiolog modern.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi
diantaranya, at-Tariif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan
dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-ibar
yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi
Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat
teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-
Mutaqaddimiin wa al-Mutaakh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).
DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of
Aberdeen, Scotland dalam artikelnya The Islamic Review & Arabic
Affairs di tahun 1970-an mengomentari tentang karya-karya Ibnu
Khaldun. Ia menyatakan, Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu
Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan
diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli sosiologi dalam bahasa Inggris
(yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris). Salah satu tulisan
yang sangat menonjol dan populer adalah muqaddimah (pendahuluan)
yang merupakan buku terpenting tentang ilmu sosial dan masih terus dikaji
hingga saat ini.
Bahkan buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di sini
Ibnu Khaldun menganalisis apa yang disebut dengan gejala-gejala sosial
dengan metoda-metodanya yang masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia
menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial tersebut. Pada bab ke
dua dan ke tiga, ia berbicara tentang gejala-gejala yang membedakan
antara masyarakat primitif dengan masyarakat moderen dan bagaimana
sistem pemerintahan dan urusan politik di masyarakat.
Bab ke dua dan ke empat berbicara tentang gejala-gejala yang
berkaitan dengan cara berkumpulnya manusia serta menerangkan
pengaruh faktor-faktor dan lingkungan geografis terhadap gejala-gejala
70

ini. Bab ke empat dan kelima, menerangkan tentang ekonomi dalam
individu, bermasyarakat maupun negara. Sedangkan bab ke enam
berbicara tentang paedagogik, ilmu dan pengetahuan serta alat-alatnya.
Sungguh mengagumkan sekali sebuah karya di abad ke-14 dengan lengkap
menerangkan hal ihwal sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu dan
pengetahuan. Ia telah menjelaskan terbentuk dan lenyapnya negara-negara
dengan teori sejarah.
Ibnu Khaldun sangat meyakini sekali, bahwa pada dasarnya negera-
negara berdiri bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang
memiliki tekad dan kekuatan untuk mendirikan negara. Lalu, disusul oleh
generasi ke dua yang menikmati kestabilan dan kemakmuran yang
ditinggalkan generasi pertama. Kemudian, akan datang generasi ke tiga
yang tumbuh menuju ketenangan, kesenangan, dan terbujuk oleh materi
sehingga sedikit demi sedikit bangunan-bangunan spiritual melemah dan
negara itu pun hancur, baik akibat kelemahan internal maupun karena
serangan musuh-musuh yang kuat dari luar yang selalu mengawasi
kelemahannya.
Ada beberapa catatan penting dari sini yang dapat kita ambil bahan
pelajaran. Bahwa Ibnu Khaldun menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan
tidak meremehkan akan sebuah sejarah. Ia adalah seorang peneliti yang
tak kenal lelah dengan dasar ilmu dan pengetahuan yang luas. Ia selalu
memperhatikan akan komunitas-komunitas masyarakat. Selain seorang
pejabat penting, ia pun seorang penulis yang produktif. Ia menghargai
akan tulisan-tulisannya yang telah ia buat. Bahkan ketidaksempurnaan
dalam tulisannya ia lengkapi dan perbaharui dengan memerlukan waktu
dan kesabaran. Sehingga karyanya benar-benar berkualitas, yang di
adaptasi oleh situasi dan kondisi.
Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun
dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar
pendidikan Alquran yang diterapkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu
Khaldun mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu
keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Alquran, ia menjunjung tinggi akan
kehebatan Alquran. Sebagaimana dikatakan olehnya, Ketahuilah bahwa
pendidikan Alquran termasuk syiar agama yang diterima oleh umat Islam
di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran dapat meresap
ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun patut
diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.
Jadi, nilai-nilai spiritual sangat di utamakan sekali dalam kajiannya,
disamping mengkaji ilmu-ilmu lainnya. Kehancuran suatu negara,
masyarakat, atau pun secara individu dapat disebabkan oleh lemahnya
71

nilai-nilai spritual. Pendidikan agama sangatlah penting sekali sebagai
dasar untuk menjadikan insan yang beriman dan bertakwa untuk
kemaslahatan umat. Itulah kunci keberhasilan Ibnu Khaldun, ia wafat di
Kairo Mesir pada saat bulan suci Ramadan tepatnya pada tanggal 25
Ramadan 808 H./19 Maret 1406 M.
23



b. Abdul Qadir Djaelani
Bagi membincangkan pendekatan struktural-fungsional: dalam
menjelaskan teori timbulnya negara, Abdul Qadir Djaelani (2001) ada
perinciannya. Kerana pendekatan ini dijelaskan adalah relatif sifatnya
dalam soal bernegara. Menurut beliau, Al-Ghazali juga sependapat
dengan Aristotles dan Al-Farabi dalam menjelaskan hal ini. Al-Ghazali
telah menyatakan bahawa sesungguhnya manusia dijadikan tidaklah hidup
sendirian, tetapi sangat perlu bergaul dan berkumpul bersama manusia
lainnya. Hal ini disebabkan oleh dua perkara, iaitu: pertama, seseorang itu
memerlukan keturunan untuk kelangsungan kehidupannya di dunia ini.
Oleh yang demikian, antara lelaki dan perempuan perlu melakukan ikatan
perkahwinan; dan kedua, seseorang itu perlu saling tolong-menolong
untuk menyediakan makanan, pakaian, dan pendidikan anak-anaknya.
Selain itu, Al-Ghazali selanjutnya mengatakan, sudah menjadi sifat
istimewa manusia, selain suka bergaul dan bekerjasama, juga suka
berlawanan dan bermusuhan di antara satu sama lainnyaantara suami
dan isteri, ayah dan anak, antara anggota masyarakat, dan sebagainya.
Semuanya mempunyai keperluan dan saling bantu-membantu, dan
semuanya juga saling berlumba-lumba untuk bersaing bagi memenuhi
keperluan masing-masing. Maka dengan itu, jelas Al-Ghazali, sesudah
berkumpul hingga membentuk negeri, mereka lalu berebut dan berkelahi
untuk mendapatkan keperluan masing-masing dan memuaskan nafsunya
sendiri. Hal ini pastinya mewujudkan permusuhan, perkelahian,
perompakan, pencurian, dan pelbagai tindakan jahat yang membahayakan
keselamatan masyarakat dan anggota individu tersebut.
Di samping itu, Djaelani menjelaskan, Ibnu Khaldun telah
mengajukan teorinya, iaitu dengan menyatakan, kemampuan setiap orang

23
http://hafez.wordpress.com/2008/03/14/seri-biografi-tokoh-islam-ibnu-
khaldun/ 19-09-12 19:38
72

adalah sangat terbatas. Untuk memenuhi keperluan hidupnya sehari-hari
seperti makanan, ia memerlukan pekerjaan yang banyak; yang perlu
dilakukan seseorang itu, mulai menumbuk tepung gandum, meremasnya
dalam air dan kemudian memasaknya menjadi roti. Ia memerlukan
bantuan dari pelbagai pihak, seperti tukang besi, tukang kayu, dan penjual
tembikar. Bahkan, sejak menanam, mengetam, mengirik, semuanya
memerlukan bantuan orang lain, terutamanya dalam menyediakan alat-
alatnya. Kerana itu tambah beliau, mustahil bagi setiap individu untuk
memenuhi keperluannya sendiri, hanya dengan seorang diri. Ia
memerlukan bantuan orang lain, dengan jalan bekerjasama dan bergotong-
royong. Masing-masing pihak (struktur) bekerja menurut keahliannya
(fungsi).
Seorang lagi tokoh yang mengutarakan pendapat yang sama dalam
soal struktural-fungsional ini sehingga membentuk negara; yang
disebutkan Djaelani adalah Ibnu Taimiyah. Beliau mengajukan teorinya
dengan menyatakan kesejahteraan umat manusia tidak dapat diwujudkan
di dunia mahu pun di akhirat, kecuali mereka bergabung menjadi sebuah
masyarakat, bekerja sama dan saling menolong. Kerja sama dan tolong-
menolong tersebut perlu menciptakan kesejahteraan dan mencegah
kesengsaraan. Kerana alasan inilah, dikatakan bahawa manusiai pada
dasarnya adalah makhluk sosial. Apabila umat manusia telah
diorganisasikan, sudah pasti banyak hal-hal yang harus mereka lakukan
untuk mewujudkan kesejahteraan mereka dan banyak pula hal-hal yang
tidak boleh mereka lakukan kerana akibatnya sangat buruk. Mereka harus
mematuhi pemimpin yang menjunjung tinggi cita-cita tersebut. Jadi,
seluruh umat manusia harus tunduk kepada para pemimpin atau orang-
orang yang mencegah kejahatan. Masyarakat dengan pimpinan seorang
penguasa yang ditaati itulah, yang disebut negara.
Berdasarkan beberapa teori yang dikemukan oleh tokoh-tokoh
ilmuan tersohor di atas, maka jelas menunjukkan bahawa terkaitan
diantara struktur dan fungsi dalam masyarakat untuk menjelaskan
maksud bernegara. Suatu elemen penting bagi menjelaskan peranan atau
fungsi setiap individu yang perlu dimainkan dalam setiap lapisan
masyarakat atau struktur untuk keseimbangan dan kelangsungan hidup.
Manusia tidak dapat (mustahil) secara bersendirian untuk memenuhi
tingkat keperluan dirinya, malah perlu berhubungan dengan manusia yang
lainnya bagi tujuan tersebut. Maka dengan sebab itu juga, Nidzam
Sulaiman (2008) menjelaskan bahawa, pendekatan fungsionalisme yang
73

menjadi pendekatan utama di dalam peringkat awal kajian sosial kerap kali
digunakan di dalam mengkaji integrasi sosial. Hubungan integrasi dengan
pendekatan ini menjadi begitu rapat seolah-olah pendekatan ini sekali gus
membayangkan keadaan yang imbang, harmoni, dan stabil.
Melalui Djaelani, Plato telah menjelaskan dengan mengemukakan
adanya analogi antara jiwa dan negara. Hakikat jiwa sebagaimana hakikat
negara. Unsur yang ada pada jiwa itu antara lain adalah keinginan, seperti
lapar, dahaga, dan cinta. Ada pula unsur logis (akal), iaitu jalan yang
menghantarkan manusia agar dapat belajar mengetahui sesuatu. Kerana
mengetahui itu, manusia mencintainya. Di antara unsur keinginan dan
unsur logis, dalam jiwa manusia, juga ada unsur semangat, yang
menyangkut soal kehormatan. Unsur ini memberikan inspiras kepada
manusia untuk bertempur. Hal itu tidak didorong oleh ambisi atau
keinginan, tetapi kerana didorong oleh rasa berontak terhadap
ketidakadilan, dan rasa tunduk pada keadilan.
Abdul Qadir Djaelani (2001), manusia itu sendiri sejak permulaan
kejadiannya mempunyai ciri kontradiksi dialektis, suatu pertarungan
konstan antara dua anasir yang berlawanan. Dan, pertarungan itu
berlangsung di segenap tempat dan waktu.
24

D. Hubungan Struktural Fungsional dengan pembangunan
Sosiologi pembangunan membawa dampak pada lahirnya
dimensi-dimensi baru dalam konsep pembangunan. Menurut Webster,
terdapat lima dimensi yang perlu diungkap antara lain :
Posisi Negara miskin dalam hubungan sosial dan ekonominya
dengan negar-negara lain.
Ciri khas atau karakter dari suatu masyarakat yang mempengaruhi
pembangunan.
Hubungan antara proses budaya dan ekonomi yang mempengaruhi
pembangunan.
Aspek sejarah dalam proses pembangunan atau perubahan social
yang terjadi.

24
http://alfilsuf.wordpress.com/2011/07/13/pendekatan-struktural-
%E2%80%93-fungsional-dalam-menjelaskan-teori-dan-konsep-bernegara/ 20-09-
2012, 10:15
74

Penerapan berbagai teori perubahan sosial yang mempengaruhi
kebijakan pembangunan nasional pada negara-negara berkembang.
Pada masa sekarang ini , konsep pembangunan sudah merupakan
suatu ideologi yang menggambarkan kegiatan-kegiatan dalam upaya
mengejar pertumbuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam pembangunan sangat berhubungan dengan soiologi pembangunan.
Dalam suatu proses pembangunan perlu adanya kemauan keras serta
kemampuan untuk memanfaatkan potensi-potensi yang tersedia dalam
masyarakat untuk keperluan pembangunan. Berbagai perencanaan perlu
disusun dan digelar dalam rangka menghimpun kekuatan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam usaha mencapai tingkat kesejahteraan lebih
tinggi.
Selain itu sosiologi pembanguan juga menimbulkan hubungan
interaksi pada masyarakat. Interaksi tersebut menimbulkan adanya gotong
royong. Aktivitas gotong royong dalam berbagai dimensi memberikan
implikasi semangat dan value untuk saling memberikan jaminan atas hak
dan kelangsungan hidup antar sesama warga masyarakat yang masih
melekat cukup kuat.
a. Tahap-Tahap
Dalam setiap pembangunan terdapat berbagai tahapan. Dalam
sosiologi pembangunan terdapat beberapa tahapan antara lain :
1) Perencanan
Pada tahap ini faktor yang harus diperhatikan adalah apa yang menjadi
kebutuhan sosial. Seperti :
Pusat perhatian sosial
Stratifikasi sosial
Pusat kekuasaan
Sistem dan saluran komunikasi sosial
2) Pelaksanaan
Dalam proses pelaksanaan yang harus dilihat adalah kekuatan sosial dalam
masyarakat serta proses perubahannya.
3) Evaluasi
Dalam tahap evaluasi yang harus dilakukan adalah analisis atau penilaian
terhadap dampak sosial dari pembangunan tersebut.
Dalam setiap pembangunan dilakukan prosedur yang sedemikian
rupa agar setiap pembangunan berjalan sesuai dengan perkembangan
sosial yang terjadi di dalam masyarakat.
b. Manfaat
Sosiologi merupakan ilmu terapan dan ilmu murni.Dalam hal ini
tentunya peran ilmu sosiologi amat dibutuhkan terutama di bidang
75

pembangunan dan kepentingan masyarakat. Manfaat sosiologi dalam
masyarakat antara lain:
1) Pembangunan
Sosiologi berguna untuk memberikan data sosial yang diperlukan
dalam tahap perencanaan pembangunan maupun pelaksanaan
pembangunan.Pada tahap perencanaan,yang harus diperhatikan yaitu apa
yang menjadi kebutuhan sosial.Pada tahap pelaksanaan yang harus
diperhatikan yaitu kekuatan sosial dalam masyarakat serta proses
perubahan social.Sementara itu pada tahap penilaian pembangunan,yang
harus dilakukan adalah analisis terhadap efek atau dampak dari sosial
pembangunan itu. Berikut adalah program yang harus dilakukan :
a) Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Pembangunan ekonomi kerakyatan pada intinya adalah mengelola
seluruh potensi ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak
dengan menerapkan asas ekonomi kerakyatan.
b) Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam proses
pembangunan. Semakin tinggi sumber daya manusia maka semakin
mendorong kemajuan suatu negara. Saat ini, peranan SDM lebih menonjol
dibandingkan dengan modal fisik dalam proses pembangunan ekonomi.
c) Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan ifrastruktur mampu mendukung prioritas
pembangunan lainnya, khususnya pengembangan ekonomi kerakyatan dan
peningkatan kualitas SDM.
d) Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata daerah diarahkan pada upaya
pelestarian nilai-nilai luhur warisan budaya lokal sebagai pendukung
obyek wisata daerah.
Selain dibidang pembangunan dan kepentingan masyarakat,
sosiologi juga berguna dalam bidang penelitian. Manfaat sosiologi dalam
bidang penelitian antara lain :
Perencanaan
Sosiologi berguna untuk memberikan suatu perencanaan atau
pemecahan masalah sosial yang baik.Di Negara yang sedang
membangun,peran ilmu sosiologi sangat penting.Dari data yang dihasilkan
oleh para sosiolog,para pengambil keputusan dapat menyusun rencana dan
tahap penyelsaiannya. Contohnya,cara pencegahan kenakalan remaja dan
cara meningkatakan kembali rasa solidaritas antarwarga yang semakin
pudar.
76

Bicara masalah pembangunan jelas akan berhubungan dengan
hubungan sosial, diantaranya adalah Perubahan sosial dalam pembanguna.
Perubahan sosial ditengah pembangunan yang dilakukan oleh manusia
baik oleh negara, masyarakat, dan sektor swasta yang dibagi kedalam
beberapa bidang pembahasan sebagai berikut ini: tipe- tipe perubahan,
faktor pendorong perubahan, dan faktor penghambat perubahan.
Perubahan sosial mencakup ilmu sosial politik, budaya, ekonomi, bahkan
pada persoalan tehnik sipil, industri, dan informasi. Perubahan sosial dapat
terjadi disegala bidang, dan pendorong perubahan sosial dapat disebabkan
oleh segala bidang utamanya bidang ilmu yang disebutkan di atas.
Meskipun perubahan sosial terjadi disegala bidang seperti yang disebutkan
tadi, perubahan sosial memiliki satu arti yang sama, yaitu pergeseran
sesuatu menuju yang baru. Namun menjadi arti yang berbeda ketika
didefinisikan berdasarkan bidang/spesifikasi ilmu. Dalam mengulas
masalah perubahan sosial dalam pembangunan harus mengerti titik
pendekatan teori perubahan sosial. Karena pendekatan adalah kacamata
awal untuk melihat, menganalisa, bahkan menjadi paradigma pemikiran
dalam memahami realitas sosial termasuk perubahan sosial dalam
pembangunan. Perbedaan pendekatan akan menghasilkan perbedaan
pendefinisian realitas sosial (perubahan sosial).
Prof. Dr. M. Tahir Kasnawi membagi tiga pendekatan teori
perubahan sosial, yaitu: Pendekatan teori klasik, Pendekatan teori
equilibrium, Pendekatan teori modernisasi, dan Pendekatan teori konflik.
Berikut diuraikan pendekatan-pendekatan tersebut.
a. Pendekatan Teori Klasik.
b. Pendekatan Teori Eqiulibrium
c. Pendekatan Teori Modernisasi
d. Pendekatan Teori Konflik
Berdasarkan pendekatan pendekatan perubahasan sosial yang
dijelaskan di atas perubahan sosial dapat dibagi dua, yaitu tipe evolusi
(perubahan bertahap), dan tipe revolusi (perubahan cepat). Ditinjau dari
perencanaan, tipe perubahan sosial terdiri dari, perubahan terencana dan
tidak terencana. Diukur dari pengaruh, maka perubahan sosial dibagi dua
tipe, yaitu perubahan sosial yang pengaruhnya kecil dan perubahasan
sosial yang pengaruhnya besar.
Jadi disimpulkan perubahan sosial ada enam tipe: Perubahan
sosial evolusi, Perubaan sosial revolusi, perubahan sosial terencana,
perubahan sosial tidak terencana, perubahan sosial berpengaruh kecil, dan
perubahasan sosial berpengaruh besar. Berikut penjelasan definisi serta
contoh tipe- tipe perubahan sosial tersebut.
77

1) Perubahan Sosial Evolusi
Perubahasan sosial evolusi adalah perubahan- perubahan
yang memerlukan waktu yang lama, dimana terdapat suatu rentetan
perubahan- perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat.
Pada evalusi, perubahan- perubahan terjadi dengan sendirinya, tanpa
suatu rencana ataupun suatu kehendak tertentu. Perubahan- perubahan
terjadi oleh karena usaha- usaha masyarakat untuk menyusaikan diri
dengan keperluan- keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi
baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Rentetan
perubahan-perubahan tersebut, tidak perlu sejalan dengan rentetan
peristiwa peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersakutan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka ciri-ciri perubahan
evolusi adalah:
a. Perubahan terjadi dengan sendirinya (perubahan alami)
b. Perubahan membutuhkan rentan waktu yang lama
c. Perubahan terjadi karena usaha manusia untuk mendapatkan
kebutuhan sesuai dengan kondisi yang ada disekitar kehidupan
manusia (kondisi-kondisi baru).
d. Penggerak perubahan bukan tergantung institusi/struktur sosial
namun kebutuhan dan kondisi riil yang ada.
Perubahan sosial evolusi biasanya terjadi pada masyarakat
tradisional, yaitu masyarakat yang memiliki struktur sosial tertutup
(tidak memiliki akses informasi dari lingkungan eksternal). Dan
biasanya persoalan yang terkait dengan immaterial tidak dapat
dilakukan perubahan. Contoh, masyarakat di bali yang memiliki
strata sosial ksatria, brahmana, waisyak, dan sudra. Masyarakat
digolongkan pada kelas tertentu atas dasar keturunan bukan
keterampilan seperti di masyarakat modern (open society). Oleh
karena itu masyarakat sulit merubah status sosial yang dimiliki.
Teori perubahan sosial evolusi seperti yang dijelaskan di atas
menenuai banyak kritikan dan pertanyaan. Misalnya Soerjono
Soekanto dalam buku pengantar sosiologi (buku rujukan sosiologi
sekolah dasar hingga perguruan tinggi) mempertanyakan seperti
berikut ini apakah suatu masyarakat berkembang melalui tahap-
tahap tertentu. Lagipula adalah sangat sukar untuk memastikan
bahwa tahap yang telah dicapai dewasa ini, merupakan tahap terakhir
dan sebaliknya telah berkembang secara pasti, apakah pasti menuju
ke bentuk kehidupan sosial yang lebih sempurna apabila
dibandingkan dengan keadaan dewasa ini, atau bahkan sebaliknya?.
78

Atas pertanyaannya itu Soerjono Soekanto mengatakan para sosilog
telah banyak meninggalkan teori-teori evolusi tentang masyarakat.
2) Perubahan Sosial Revolusi
Secara sederhana arti perubahan sosial revolusi adalah
perubahan yang terjadi dengan cara cepat mengenai dasar-dasar atau
sendi-sendi pokok daripada kehidupan manusia. Di dalam revolusi,
perubahan sosial dapat terjadi dengan terencana dan tidak terencana
(spontan). Dan perubahan revolusi yang terencana membutuhkan
waktu yang agak lama namun secara psikologis dirasakan cepat,
seperti misalnya revolusi industri yang dimulai di Inggris, dimana
terjadi perubahan perubahan dari tahap produksi tanpa mesin
menuju ke tahap produksi dengan menggunakan mesin. Perubahan
tersebut dianggap cepat, karena merubah sendi-sendi pokok daripada
kehidupan masyarakat, seperti misalnya sistem kekeluargaan ,
hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya (contoh
dikutip dari Soerjono Soekanto).
Revolusi yang tidak terencana (direncanakan dalam waktu
yang singkat), yaitu perubahan sosial yang terjadi pada struktur
politik dan pemerintahan yang disebabkan oleh adanya gerakan sosial
melawan ketidakadilan Negara dalam distribusi kekuasaan,
kewenangan, dan distribusi ekonomi kepada masyarakat umum,
seperti misalnya gerakan reformasi 1998 di Indonesia, gerakan sosial
2011 di Tunisia dan Mesir. Perubahan struktur politik dan
pemerintahan di ketiga negara tersebut terjadi dalam waktu yang
sangat cepat (hitungan bulan). Untuk menuju revolusi yang demikian
dibutuhkan hal- hal berikut ini, memiliki pimpinan revolusi (gerakan
sosial), memiliki kesadaran bersama, memiliki kondisi yang sama,
memiliki solidaritas sosial yang tinggi, momentum yang tepat, dan
memiliki kekuatan finansial dan fisik.
Secara teoritis perubahan sosial revolusi terjadi pada
masyarakat terbuka (open society), yaitu masyarakat yang sadar akan
informasi dan teknologi. Kekuatan revolusi di Mesir dan Tunisia
digalang melalui teknologi internet program Twiter dan Facebook.
Ini menjadi buktinyata pengaruh teknoligi terhadap perubahan sosial
revolusi.
3) Perubahan Sosial Terencana
Perubahan sosial terencana merupakan perubahan yang diatur
oleh aktor-aktor tertentu dalam mewujudkan tujuan yang sama.
Aktor-aktor tersebut menyusun strategi, ide, dan program dengan
sistimatis bahkan dijadikan sebagai acuan normatif seperti misalnya
79

Negara melalui birokrasi untuk mewujudkan tujuan kesejahteraan
masyarakat (merubah Negara miskin menjadi Negara berkembang,
Negara berkembang menjadi Negara maju) direncanakan dan
ditetapkan program-program bersama jadwal untuk mewujudkan
tujuan tersebut.
4) Perubahan Sosial Tidak Terencana
Perubahan sosial tidak terencana adalah perubahan sikap dan
perilaku manusia disebakan oleh lingkungan dan kondisi yang ada
seperti misalnya perubahan perilaku komunikasi manusia, sebelum
memasuki abad teknologi manusia tidak pernah membayangkan
diabad sekarang ini (abad modern) manusia tidak lagi hanya
komunikasi tatap muka namun bisa dilakukan dengan cara jarak jauh
melalui Handpon (HP), Internet (Email, Twiter, Feecbook, dll).
5) Perubahan Sosial Pengaruhnya Kecil
Perubahan sosial pengaruhnya kecil adalah perubahan yang
dampaknya tidak langsung pada perubahan struktur sosial politik dan
pemerintahan. Pengaruhnya hanya pada wilayah perilaku manusia
secara individu misalnya seperti mode/tren pakaian.
6) Perubahan Sosial Pengaruhnya Besar
Perubahan sosial yang dirasakan oleh orang banyak (institusi
sosial) seperti misalnya perubahan dari agraris menuju industri.
Perubahan tersebut membawa dampak pada perubahan struktur sosial
yang ada. Dari struktur sosial yang orientasi agraris menjadi industri.
Contoh lain, perubahan struktur politik pemerintahan otoriter menuju
politik pemerintahan demokratis mebawa dampak besar bagi
perubahan sikpa dan budaya politik masyarakat.
7) Perubahan Materiil dan Immateriil
Selain tipe-tipe perubahan sosial yang didiskusikan di atas
masih ada beberapa tipe perubahan sosial yang ditinjau dari
perspektif struktur sosial sebagaimana yang didiskusikan oleh Drs.
Wawan Ruswanto, M.Si dalam buku modul/bahan ajar (reviuwer Juli
Astutik, belum dipublikasikan dalam bentuk buku). Berdasarkan
teori-teori perubahan sosial strukturasi Ruswanto menguraikan tipe
perubahan sosial berdasarkan perspektif struktur sosial sebagai
berikut.
1. Perubahan dalam personel (changes in personnel), yang
berhubungan dengan perubahan peran dan individu-individu baru
dalam sejarah kehidupan manusia yang berkaitan dengan
keberadaan struktur.
80

2. Perubahan dalam cara bagian-bagian dari struktur berhubungan
(changes in the way parts of structures relate). Perubahan pada
tipe ini menyangkut hubungan-hubungan peran (role
relationships).
3. Perubahan dalam fungsi-fungsi struktur (changes in the functions
of structures). Perubahan dalam tipe ini berkaitan dengan apa
yang dilakukan masyarakat dan bagaimana masyarakat tersebut
melakukannya.
4. Perubahan dalam hubungan antara struktur yang berbeda
(changes in the relationships between different structures).
5. Kemunculan struktur baru (the emergence of new structures).
Perubahan yang terjadi merupakan peristiwa munculnya struktur
baru untuk menggantikan struktur sebelumnya.
Dari tipe-tipe perubahan sosial diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa hubungan sosial masyarakat sangat mempengaruhi pembangunan.
Dijelaskan diperubahan sosial masyarakat yang terjadi. Masyarakat
memang menjadi subjek yang sangat penting dalam pengaruh
pembangunan. Karenanya hal yang pertama harus disoroti untuk
menganalisis pembangunan adalah perubahan masyarakatnya terlebih
dahulu.

E. Hubungan sosial dalam pembangunan di Era Modernisasi
Modernisasi menjadi sebuah model pembangunan yang
berkembang dengan pesat seiring keberhasilan negara dunia kedua.
Negara dunia ketiga juga tidak luput oleh sentuhan modernisasi ala barat
tersebut. Berbagai program bantuan dari negara maju untuk negara dunia
berkembang dengan mengatasnamakan sosial dan kemanusiaan semakin
meningkat jumlahnya. Namun demikian kegagalan pembangunan ala
modernisasi di negara dunia ketiga menjadi sebuah pertanyaan serius
untuk dijawab. Beberapa ilmuan sosial dengan gencar menyerang
modernisasi atas kegagalannya ini. Modernisasi dianggap tidak ubahnya
sebagai bentuk kolonialisme gaya baru, bahkan Dube (1988) menyebutnya
seolah musang berbulu domba.







81

BAB VI
PARADIGMA TEORI INTERAKSI SIMBOLIK DAN
STRUKTURAL KONFLIK TERHADAP PEMBANGUNAN
MASYARAKAT
A. Pengertian Teori Interaksi simbolis dan struktural konflik
Interaksionisme simbolik (IS) adalah nama yang diberikan kepada
salah satu teori tindakan yang paling terkenal. Melalui interaksionisme
simboliklah pernyataan-pernyataan seperti definisi situasi, realitas
dimata pemiliknya, dan jika orang mendefinisikan situasi itu nyata,
maka nyatalah situasi itu dalam konsekuensinya, menjadi paling relevan.
Meski agak berlebihan, nama IS itu jelas menunjukkan jenis-jenis aktifitas
manusia yang unsur-unsurnya memandang penting untuk memusatkan
perhatian dalam rangka memahami kehidupan sosial.
25

Teori interaksionisme simbolik dikonstruksikan atas sejumlah ide-
ide dasar.Ide dasar ini mengacu pada masalah-masalah kelompok manusia
atau masyarakat, interaksi sosial, obyek, manusia sebagai pelaku, tindakan
manusia dan interkoneksi dari saluran-saluran tindakan. Secara bersama-
sama, ide-ide mendasar ini mepresentasikan cara dimana teori
interaksonalisme simbolik ini memandang masyarakat mereka
memberikan perangkat kerja pada ilmu sekaligus menganalisisnya. Secara
singkat kita akan mempelajari kerangka-kerangka itu:
1. Sifat masyarakat
Secara mendasar, masyarakat atau kelompok-kolompok manusia
berada dalam tindakan dan harus dilihat dari segi tindakan
pula.Prinsip utama dari teori interaksionisme simbolis adalah
apapun yang berorientasi secara empiris atas masyarakat manusia,
dan dari mana pun asalnya, haruslah memperhatikan kenyataan
bahwa masyarakat manusia tersebut terdiri dari orang-orang yang
sedang bersama-sama dalam sebuah aksi sosial manusia.
26

2. Sifat interaksi social
Menurut Tri Dayakisni Hudaniah yang mengutip dalam buku
Bimo Walgito Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara

25
Pip Jones, pengantar teori-teori sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1979
hlm:142
26
Riyadi Soeprapto, interaksionisme simbolik (perspektif sosiologi
modern),(Malang: Averroes Press,2001) hlm.145
82

individu satu dengan individu lainnya dimana individu yang satu
dapat mempengaruhi individu lainnya sehingga terdapat hubungan
yang saling timbal balik.
Sementara dalam buku Soekanto yang dikutip oleh Tri
Dayakisnimendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan antar
orang per orang atau dengan kelompok manusia.
27

Masyarakat merupakan bentukan dari interaksi antar
individu.Teori interaksionisme melihat pentingnya interaksi sosial sebagai
sebuah sarana ataupun sebagai sebuah penyebab ekspresi tingkah laku
manusia.
1. Ciri-ciri Obyek
Posisi teori interaksionisme simbolik adalah bahwa dunia-dunia
yang ada untuk manusia dan kelompok-kelompok mereka adalah
terdiri dari obyek-obyek sebagai hasil dari interksi simbolis.
Sebuah obyek adalah sesuatu yang dapat diindikasikan atau di
tunjukkan. Obyek yang sama mempunyai arti yang berbeda-beda
untuk individu yang berbeda pula. Dari proses indikasi timbal
balik, obyek-obyek umum bermunculan. Obyek-obyek yang
memiliki arti yang sama bagi sekelompok manusia, akan
dipandang dengan cara yang sama pula oleh mereka.
2. Manusia sebagai makhluk bertindak
Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial sejak ia
dilahirkan, ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya, yaitu makanan,
minuman dan lain-lain.
Teori interaksionisme simbolis memandang manusia sebagai
makhluk sosial dalam suatu pengertian yang mendalam, yakni suatu
makhluk yang ikut serta dalam berinteraksi sosial dengan dirinya sendiri
dengan membuat indikasi sendiri, dan memberikan respon pada sejumlah
indikasi. Dalam pengertian ini, manusia sebagai makhluk yang ikut serta
dalam berinteraksi sosial dengan dirinya sendiri, bukanlah makhluk yang
hanya merespon saja, akan tetapi makhluk yang bertindak atau beraksi,
sebuah makhluk yang harus mencetak sederetan aksi berdasarkan pada
perhitungan, tidak hanya berfungsi melepaskan respon pada interaksi
sosial yang ada.

27
Tri Dayakisni Hudaniah, psikologi sosial,(Malang: UMM Press,2009) hlm.119
83


3. Sifat aksi manusia
Manusia individual adalah manusia yang mengartikan dirinya
dalam dunia ini agar bertindak. Tindakan atau aksi bagi manusia
terdiri dari perhitungan berdasarkan berbagai hal yang ia
perhatikan dan penampakan sejumlah tindakan berdasarkan pada
bagaimana dia menginterpretasikannya. Dalam berbagai hal
tersebut, seseorang harus masuk ke dalam proses pengenalan dari
pelakunya agar mengerti tindakan atau aksinya pandagan ini
berlaku juga untuk aksi bersama atau kolektif dimana sejumlah
individu ikut di perhitungkan. Aksi bersama adalah hasil dari
sebuah proses interaksi yang interpretatif.
4. Pertalian aksi
Aksi bersama dari situasi-situasi baru, muncul dalam sebuah
masyarakat yang bermasalah, dimana peraturan-peraturan yang
ada tidak mencukupi. Proses sosial dalam kehidupan kelompoklah
yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. Aksi
bersama mengacu pada aksi-aksi yang merubah sangat banyak
kehidupan kelompok manusia.aksi bersama tidak hanya
menyajikan pertalian horisontal tetapi juga pertalian vertikal
denan aksi bersama sebelumnya.
Herbert Blumer
Herbert Blumer lahir 7 Maret 1900, di St. Louis, Missouri. Ia
bekarier di Fakultas Sosiologi pada Universitas Chicago tahun 1927-1952.
Blumer adalah murid dari George H. Mead, yang juga mengajar di
Universitas Chicago. Setelah Mead meninggal di tahun 1931, Blumer
banyak mengganti posisi gurunya tersebut. Tidak heran jika gagasan
Blumer banyak mengacu pada tradisi keilmuan yang telah dirintis oleh
gurunya itu. Tidak main-main, waktu Blumer untuk mengembangkan
gagasan Mead sampai 25 tahun.
Menariknya, selam era Chicago, selain aktif menekuni keilmuan,
ia juga sempat melakukan kegiatan-kegiatan lain, seperti bermain sepak
bola profesional, sebagai mediator dalam perselisihan perburuhan, dan
mewawancarai tokoh-tokoh jahat pada sebuah gang. Penghargaan tertinggi
sesuai dengan profesi saat Blumer menjadi redaktur dari American jurnal
of sociology dari tahun 1941-1952. Juga, sebagai Presiden American
sociological Association (ASA) pada tahun 1956.
84

Menurut Rachmad K. Dwi Susilo yang mengutip dalam buku
Gordon Marshall Bisa dicatat bahwa sumbangan penting Blumer adalah
kegetolannya dalam mengembangkan pendekatan/perspektif
interaksionisme simbolik dalam sosiologi Amerika. Beberapa penulis
mengatakan bahwa yang menciptakan istilah interaksionisme simbolik
(symbolic interactionism) adalah Blumer. Menurut Rachmad yang
mengutip dalam bukunya Ruth. A. Wallace dan Alison Wolf, Dengan
mengembangkan beberapa konsep penting, seperti penafsiran
(interpretation), struktur dan proses, dan metodologi, kajian tentang
interaksi yang diantarai penafsiran dan simbol terasa menjadi lebih
hidup.
28

Seperti dikatakan di muka, bahwa Blumer lebih banyak
dipengaruhi oleh Mead dalam berbagai gagasan psikologi sosial-nya
mengenai teori interaksionisme simbolik. Kendatipun demikian, seorang
blumer tetap memiliki kekhasan-kekhasan dalam pemikirannya, dan
terutama ia mampu membangun suatu teori dalam sosiologi yang berbeda
dengan gurunya, Mead. Pemikiran blumer pada akhirnya memiliki
pengaruh yang cukup luas dalam berbagai riset sosiologi.Bahkan blumer
pun berhasil mengembangkan teori ini sampai pada tingkat metode yang
cukup rinci. Teori interaksionisme simbolis yang dimaksud blumer
bertumpu pada tiga premis utama:
Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-
makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.
Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan
dengan orang lain.
Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi
sosial sedang berlangsung.
Teori interaksionisme simbolis merujuk pada karakter interaksi
khusus yang berlangsung antar manusia. Aktor tidak semata-mata beraksi
terhadap tindakan yang lain, tetapi dia menafsirkan dan mendefinisikan
setiap tindakan orang lain. Respon aktor secara langsung maupun tidak,
selalu didasarkan atas penilaian makna tersebut. Oleh karena itu, interaksi
manusia di jembatani oleh penggunaan simbol-simbol penafsiran atau
dengan menamukan makna tindakan orang lain.

28
Rachmad K. Dwi Susilo, 20 tokoh sosiologi modern,(Jogjakarta:Ar-ruz
Media,2008) hlm:163
85

Dalam konteks itu, menurut Blumer, aktor akan memilih,
memeriksa, berpikir, mengelompokkan dan mentransformasikan makna
dalam kaitannya dengan situasi dimana dan kemana arah tindakannya.
Sebenarnya, interpretasi harus tidak di anggap hanya sebagai penerapan
makna-makna yang dipakai dan disempurnakan sebagai instrumen bagi
pengarahan dan pembentukan tindakan.Blumer mengatakan bahwa
individu bukan di kelilingi oleh lingkungan obyek-obyek potensial yang
mempermainkannya dan membentuk perilakunya. Gambaran yang benar
ialah ia membentuk obyek-obyek itu.
Dalam pada itu, maka individu sebenarnya sedang merancang
obyek-obyek yang berbeda, memberinya arti, menilai kesesuaiannya
dengan tindakan dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian
tersebut.Inilah yang dimaksud dengan penafsiran atau bertindak
berdasarkan simbol-simbol.
Dengan begitu, manusia merupakan aktor yang sadar dan reflektif,
yang menyatukan obyek-obyek yang di ketahuinya melalui apa yang
disebut Blumer sebagi self indication. Self indication adalah proses
komunikasi yang sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu,
menilainya, memberinya makna dan memutuskan untuk bertindak
berdasarkan makna itu. Proses self indication ini terjadi dalam konteks
sosial dimana individu mencoba mengantisipasi tindakan-tindakan orang
lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana dia menafsirkan
tindakan itu.
Menurut kami interaksi simbolik adalah teori yang menyatakan
bahwa hubungan antar manusia dapat diketahui melalui simbol yang di
bangun oleh setiap individu. Dan pengaruh dari penilaian kita melalui
simbol yang diberikan kepada orang lain bisa berpengaruh positif dan
negatif tergantung dari interpretasi individu masing-masing.
Kami sependapat dengan John Dewey yang menyatakan bahwa
manusia tidak secara pasif menerima begitu saja pengetahuannya dari luar,
karena pengetahuan individu di dapatkan dari pengalaman yang di alami
oleh individu tersebut. Menurut Cooley individu dan masyarakat
merupakan dua sisi dari realitas yang sama. Keduannya ibarat dua sisi dari
satu mata uang. Cooley mengacu pada gagasan wiliam james tentang
konsep diri sosial. Konsep diri seseorang dipahami sebagai bayangan
yang menurut dirinya dimiliki oleh orang lain (tentang dirinya tersebut).
Sehingga bisa dikatakan bahwa seseorang melihat dirinya melalui mata
86

orang lain. Sedangkan Mead memperkenalkan dialektika hubungan antara
manusia dengan manusia dan manusia dengan alam. Bagi Mead, individu
merupaka makhluk yang sensitif dan aktif. Keberadaan sosialnya sangat
mempengaruhi bentuk lingkungannya (secara sosial maupun dirinya
sendiri). Secara efektif, sebagaimana lingkungan mempengaruhi kondisi
sensivitas dan aktifitasnya. Mead menekankan bahwa individu itu
bukanlah merupakan budak masyarakat. Dia membentuk masyarakat
sebagaimana masyarakat membentuknya. Bagi Mead tertib masyarakat
akan terjadi manakala ada komunikasi yang dipraktikan melalui simbol-
simbol.
Begitu juga dengan Blumer yang banyak mengembangkan
pemikiran-pemikiran Mead. Bahwasanya teori interaksionisme simbolis
bertumpu pada tiga premis:
a. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan
makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.
b. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang
dilakukan dengan orang lain.
c. Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses
interaksi sosial sedang berlangsung.
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi
terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin
dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya
dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat
mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)
Teori structural konflik muncul dalam sosiologi Amerika Serikat
pada tahun 1960-an yang merupakan kebangkitan kembali berbagai
gagasan yang diungkapkan sebelumnya oleh Karl Marx dan Max Weber.
Kedua tokoh ini merupakan teoritis konflik meski satu sama lain mereka
berbeda.
Kedua teoritisi konflik ini, Marx dan Weber menolak tegas
terhadap gagasan bahwa masyarakat cenderung kepada beberapa
consensus dasar atau harmoni, dimana struktur masyarakat bekerja untuk
kebaikan setiap orang. Kedua teoritisi ini memandang konflik dan
pertentangan kepentingan serta concern dari berbagai individu dan
87

kelompok yang saling bertentangan adalah determinan utama dalam
pengorganisasian kehidupan social.
29

Pada saat itu Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang
masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas
secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada
abad ke-19 di Eropa di mana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal
(borjuis) dan kelas pekerjamiskin sebagai kelas proletar.
30

Pikiran awal Marx amat dipengaruhi oleh munculnya
industrialisasi abad ke-19, yang telah melahirkan fenomena yang bertolak
belakang antara buruh yang hidup menderita dan sengsara di satu pihak
dan pemilik alat-alat produksi yang menikmati surplus yang
disumbangkan oleh keringat dan tenaga yang dikeluarkan oleh kaum
buruh di lain pihak. Dari latar belakang sejarah kemudian dapat ditelusuri
benang merah yang menggambarkan munculnya kondisi yang
mempengaruhi aliran Marxis awal, yaitu pertama munculnya tekanan
structural yang kuat terhadapindividu dan kedua, kondisi industry yang
memperburuk hubungan sosial yang membawa ke dalam alienasi, bukan
saja alienasi indicidual melainkan alienasi missal sejalan dengan
persebaran mode of production yang dikendalikan oleh indutri.
Sejumlah ilmuwan sosial berusaha menjelaskan bahwa, perspektif
konflik yang berakar pada pemikiran Karl Marx, betapapun radikalsme
diakui sebagai salah satu jalan keluar sehingga sangat erat dengan
revolusi, hal ini tidak dimaksudkan menumpahkan darah. George Ritzer
misalnya mengatakan bahwa tidak benar kalau Marxisme dikatakan
sebagai ideology radikal yang haus darah (a bloodthirsty radical
ideology). Marx adalah seorang humanis. Hatinya terluka melihat
penderitaankaum buruh akibat eksploitasi di bawah sistem yang
kapitalistik. Rasa kemanusiaan itu mendorongnya untuk mencetuskan
keinginan merubah tatanan kapitalistik dalam sistem yang mapan tetapi
dalam praktek mengeksplotasi masyarakat. Oleh karena itu, sistem
tersebut harus diubah agar menjadi lebih manusiawi. Tetapi hal itu hanya
harus mungkinterjadi dalam sistem sosialis.
31

Teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial.
Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat tidak akan selamanya

29
Nasrullah Nazsir, M.S., Teori-Teori Sosiologi, Bandung: Widya Padjajaran. Hlm 17
30
Umm_blog_article_184.pdf. (diakses pada 21 Maret 2012, pukul 14:45)
31
Zulfi Mubaraq, Sosiologi Pendidikan. Malang: UIN Press. Hal 147-148
88

berada pada keteraturan. masyarakat. Teori konflik juga membicarakan
mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini
menghasilkan superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara
superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya
perbedaan kepentingan. Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu
perlu agar terciptanya perubahan sosial.
32

Setelah untuk waktu yang lama perspektif konflik diabaikan oleh
para sosiolog, baru-baru ini perspektif tersebut telah dibangkitkan kembali
oleh C. Wright Mills [1956-1959], Lewis Coser: [1956] dan yang lain
[Aron, 1957; Dahrendorf, 1959, 1964; Chambliss, 1973; Collins, 1975].
Bilamana, para fungsionalis melihat keadaan normal masryarakat sebagai
suatu keseimbangan yang mantap, maka para teoritisi konflik melihat
masyarakat sebagai berada dalam konflik yang terus-menerus di antara
kelompok dan kelas.sekalipun Marx memusatkan perhatiannya pada
pertentangan antar kelas untuk pemilikan atas kekayaan yang produktif,
para teoritisi konflik modern berpandangan sedikit lebih sempit. Mereka
melihat perjuangan meraih kekuasaan dan penghasilan sebagai suatu
proses yang berkesinambungan terkecuali satu hal, di mana orang-orang
muncul sebagai penentang kelas, bangsa, kewarganegaraan dan bahkan
jenis kelamin.
Menurut para teoritisi konflik, para fungsionalis gagal mengajukan
pertanyaan secara fungsional bermanfaat untuk siapa. Para teoritisi
konflik menuduh para fungsionalis berasumsi bahwa keseimbangan yang
serasi bermanfaat bagi setiap orang sedangkan hal itu menguntungkan
beberapa orang dan merugikan sebagian lainnya. Para teoritisi konflik
memandang keseimbangan suatu masyarakat yang serasi sebagai suatu
khayalan dari mereka yang tidak berhasil mengetahui bagaimana
kelompok yang dominan telah membungkam mereka yang dieksploitasi.
Marx dan Weber menerapkan gagasan umum dalam teori
sosiologi mereka dengan cara masing-masing yang mereka pandang
menguntungkan. Karl Marx (Stephen K. Sanderson, 1993: 12-13)
berpendapat bahwa bentuk-bentuk konflik yang terstruktur antara berbagai
individu dan kelompok muncul terutama melalui terbentuknya hubungan-
hubungan pribadi dalam produksi. Sampai pada titik tertentu dalam
evolusi kehidupan social manusia, hubungan pribadi dalam produksi mulai
menggantikan pemilihan komunal atas kekuatan-kekuatan produks.

32
Ibid.,umm_blog_article_184.pdf
89

Dengan demikian masyarakat terpecah menjadi kelas-kelas social
berdasarkan kelompok-kelompok yang memiliki dan mereka yang tidak
memiliki kekuatan-kekuatan produksi. Jadilah kelas dominan menjalin
hubungan dengan kelas-kelas yang tersub-ordinasi dalam sebuah proses
eksploitasi ekonomi. Secara alamiah saja, kelas-kelas yang memberontak
dari kelasnya. Dalam situasi ini, hanya negara yang mampu menekan
pemberontakan tersebut dengan kekuatan.
Dengan demikian, teori Marx di atas memandang eksistensi
hubungan pribadi dalam produksi dan kelas-kelas social sebagai elemen
kunci dalam banyak masyarakat. Ia juga berpendapat bahwa pertentangan
antara kleas dominan dan kelas yang tersubordinasi memainkan peranan
sentral dalam menciptakan bentuk-bentuk penting perubahan social.
Sebenarnya sebagaimana yang ia kumandangkan, sejarah dari semua
masyarakat yang ada hingga kini adalah sejarah pertentangan-pertentangan
kelas. Dalam Hal ini Stephen K Sanderson (1993: 12) menyebutkan
bahwa, beberapa strategi konflik marsian-modern adalah sebagai berikut:
33

1) Kehidupan social pada dasarnya merupakan arena
konflik atau pertentangan di antara dan didalam
kelompok-kelompok yang bertentangan.
2) Sumber-sumber daya ekonomi dan kekuasaan-
kekuasaan politik merupakan hal penting, sehingga
berbagai kelompok berusaha merebutnya.
3) Akibat tipikal dari pertentangan ini adalah pembagian
masyarakat menjadi kelompok yang determinan
secara ekonomi dan kelompok yang tersubordinasi.
4) Pola-pola social dasar suatu masyarakat sangat
ditentukan oleh pengaruh social dari kelompok yang
secara ekonomi merupakan kelompok yang
determinan.
5) Konflik dan pertentangan social didalam dan di antara
berbagai masyarakat melahirkan kekuatan-kekuatan
yang menggerakkan perubahan social.
6) Karena konflik dan pertentangan merupakan cirri
dasar kehidupan social, maka perubahan social
menjadi hal yang umum dan sering terjadi.

33
Ibid.,Nasrullah Nazsir, M.Si. hal 17-18
90

Berikutnya Stephen K Sanderson menjelaskan bahwa strategi
konflik Marxian secara esensial lebih merupakan strategi materialis
ketimbang idelais. Tentu saja tidak mengherankan, karena kenyatan
menunjukkan bahwa Marx mengusulkan gagasan bersifat materialistis
dan konflik. Para teoritisi konflik Marxian memandang konflik social
muncul terutama karena adanya upaya untuk memperoleh akses kepada
kondisi-kondisi material yang menopang kehidupan soisal. Para teoritis ini
melihat kedua fenomena ini sebagai determinan krusial bagi pola-pola
social dasar suatu masyarakat.
Sementara itu menurut R. Collins (Stephen K. Sanderson, 1993:
13), Weber meyakini bahwa konflik terjadi dengan cara yang jauh lebih
dari sekedar kondisi-kondisi material. Weber mengakui bahwa konflik
dalam memperebutkan sumber daya ekonomi merupakan cirri dasar
kehidupan social. Tetapi jangan dilupakan bahwa banyak tipe-tipe konflik
lain yang juga terjadi. Di antara berbagai tipe konflik tersebut, Weber
menekankan yang sangat penting.
34

Pertama, yaitu bahwa konflik dalam arena politik sebagai sesuatu
yang sangat fundamental. Baginya kehidupan social dalam kadar tertentu
merupakan pertentangan untuk memperoleh kekuasaan dan dominasi oleh
sebagai individu dan kelompok tertentu yang lain dan dia tidak
menganggap pertentangan untuk memperoleh keuntungan ekonomi.
Sebaliknya Weber melihat dalam kadar tertentu sebagai tujuan
pertentangan untuk memeperoleh keuntungan ekonomi. Lebih jelasnya
Weber melihat dalam kadar tertentu sebagai tujuan pertentangan itu
sendiri; ia berpendapat bahwa pertentangan untuk memperoleh kekuasaan
tidaklah terbatas hanya pada organisasi-organisasi politik formal, tetapi
juga terjadi di dalam setiap tipe kelompok seperti organisasi keagamaan
dan pendidikan.
Kedua, adalah tipe konflik dalam hal gagasan dan cita-cita. Ia
berpendapat bahwa orang seringkali tertantang untuk memperoleh
dominasi dalam hal pandangan dunia mereka, baik itu berupa doktrin
keagamaan, filsafat sosial ataupun konsepsi tentang bentuk gaya hidup
cultural yang terbaik. Lebih dari itu, gagasan cita-cita tersebut bukan
hanya dipertentangkan, tetapi dijadikan senjata atau alat dalam
pertentangan lainnya, misalnya pertentangan politik. Jadi orang dapat
berkelahi untuk memperoleh kekuasaan dan pada saat yang sama,

34
Op.,cit..hal 19
91

berusaha saling meyakinkan satu sama lain bahwa kekuasaan itu yang
mereka tuju tetapi kemenangan prinsip-prinsip yang secara etis dan
filosofis benar.
Dengan demikian jelaslah bahwa Weber bukan seorang materialis
ataupun idealis. Ia biasa disebut para sosiolog modern sebagai contoh
seseorang pemikir yang mengkombinasikan pola penjelasan materialis dan
idealis dalam pendekatan sosiologis yang bersifat menyeluruh. Lebih jauh,
Weber berpendapat bahwa gagasan bukanlah semata-mata hasil dari
kondisi-kondisi material yang ada, tetapi keduanya seringkali signifikan
kausalnya sendiri-sendiri.
35

Perbedaan Pendapat antara Marx dan Weber:
1) Marx berpendapat bahwa karena konflik pada dasarnya muncul
dalam upaya memperoleh akses terhadap kekuatan-kekuatan
produksi. Karenanya begitu begitu kekuatan-kekuatan ini
dikembalikan kepada seluruh masyarakat, maka konflik dasar
tersebut dapat dihapuskan. Jadi begitu kapitalis digantikan dengan
sosialisme, maka kelas-kelas akan terhapuskan dan pertentangan
kelas akan berhenti.
2) Weber memiliki pandangan yang jauh pesimistik. Ia percaya
bahwa pertentangan merupakan salah satu prinsip kehidupan
sosial yang sangat kukuh dan tak dapat dihilangkan. Dalam suatu
tipe masyarakat masa depan, baik kapitalis, sosialis atau tipe
lainnya orang-orang akan tetap selalu bertarung memperebutkan
berbagai sumber daya. Karena itu Weber menduga bahwa
pembagian atau pembelaan sosial adalah ciri pemanen dari semua
masyarakat yang sudah kompleks, walaupun tentu saja akan
mengambl bentuk-bentuk dan juga tingkat kekerasan yang secara
subtansial sangat bervarisai.
Dalam membahas berbagai situasi konflik Coser membedakan
konflik yang realistis dari yang tidak realistis. Konflik yang realistis
berasal dari kekecewaan terhadap tuntunan-tuntunan khusus yang terjadi
dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para
partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan.
Para karyawan yang mengadakan pemogokan melawan manajemen
meerupakan contoh dan dari konflik realistis, sejauh manajemen memang

35
Log.,cit hal 19-20
92

berkuasa dalam hal kenaikan gaji serta berbagai keuntungan buruh
lainnya.
Di pihak lain, konflik yang tidak realistis adalah konflik yang
bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari
kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu
pihak (Coser 1959: 49). Dalam masyarakat yang buta huruf pembalasan
dendan lewat ilmu gaib sering merupakan bentuk konflik non-realistis,
sebagaimana halnya dengan perkambinghitaman yang sering terjadi dalam
masyarakat yang telah maju. Dalam hubungan-hubungan antar kelompok,
perkambinghitaman digunakan untuk menggambarkan keadaan di mana
seseorang tidak melepaskan prasangkan (prejudice) mereka melawan
kelompok yang benar-benar merupakan lawan, dan dengan demikian
menggunakan kelompok pengganti sebagai obyek prasangka.
Dalam hal lain, Lewis A. Coser (Margaret. M. Poloma, 1992:113-
117)
36
mengemukakan teori konflik dengan membahas tentang
permusuhan dalam hubungan-hubungan social yang intim, fungsionalitas
konflik dan kondisi-kondisi yang mempengaruhi konflik dengan kelompok
luar dan struktur kelompok social, sebagai berikut:
1. Permusuhan dalam hubungan social yang inti. Bial konflik
berkembang dalam hubungan-hubungan social yang intim,
maka pemisahan antara konflik realistis dan non realistis
lebih sulit untuk dipertahankan. Karena semakin dekat
suatu hubungan, semakin besar rasa kasih saying yang
tertanam, sehingga makin besar juga kecenderungan untuk
menelan ketimbang mengungkapkan permusuhan.
2. Fungsionalitas konflik
Coser mengutip hasil pemgamatan George Simmel yang
menunjukkan bahwa konflik mungkin positif sebab
merupakan ketegangan yang terjadi dalam suatu
kelompok dengan memantapkan keutuhan dan
keseimbangan. Sebagai contoh hasil pengamatan Simmel
terhadap masyarakat Yahudi, bahwa peningkatan konflik
dalam kelompok dapat dihubungkan dengan peningkatan
interaksi dengan dan ke dalam masyarakat secara
keseluruhan. Karena homogenitas mungkin penting bagi

36
Margaret Poloma, Sosiologi Kontemporer, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Hal 113-117
93

kelangsungan suatu kelompok terisolir yang berarti
konflik internal tidak ada, meski hal ini dapat juga berarti
kelemahan integrasi kelompok tersebut dengan
masyarakat secara keseluruhan.
3. Coser berpendapat bahwa kondisi-kondisi yang
mempengaruhi konflik dengan kelompok luar dan struktur
kelompok akan membantu memantapkan batas-batas
structural. Dan sebaliknya konflik dengan kelompok luar
juga dapat mempertinggi integrasi di dalam kelompok.
Tingkat consensus kelompok sebelum konflik terjadi
merupakan hubungan timbale balik paling penting dalam
konteks apakah konflik dapat mengurangi persatuan
kelompok. Namun bilamana consensus dasar suatu
kelompok lemah, maka ancaman dari luar dapat
mengancam perpecahan.
Bila ditilik teori konflik dari Coser di atas, maka terlihat bahwa
teori yang ia kemukakan berbeda dengan analisis banyak kaum
fungsionalis. Teoritis fungsionalis memandang bahwa konflik itu
merupakan disfunsional bagi suatu kelompok. Sementara Coser
memandang positif yaitu bahwa konflik membantu memepertahankan
struktur social.konflik sebagai proses social dapat merupakan mekanisme
atau filter untuk bentuk kelompok dan batas-batasnya dipertahankan.
Coser juga menyebutkan konflik itu merupakan sumber kohesi
atau perpecahan kelompok tergantung atas asal mula ketegangan, isu
tentang konflik, cara bagaimana ketegangan itu ditangani dan yang
terpenting adalah tipe stuktur di mana konflik itu berkembang. Berikutnya
Coser juga menyebutkan bahwa terdapat perbedaan antara konflik in
group dan konflik dengan out group, antara nilai inti dengan masalah yang
lebih bersifat pinggiran, antara konflik yang menghasilkan perubahan
structural lawan konflik yang disalurkan lewat lembaga-lembaga savety
value yaitu salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk
mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik social.
B. Tinjauan mengenai straegi pembangunan
Pembangunan bertujuan untuk mendapatkan kondisi kehidupan
manusia yanglebih baik dan lebih adil.Pembangunan dilakukan dalam
level makro, misalnya pembangunan nasional.level menengah tengah; dan
level mikro, seperti pembagunan pada komunitas lokal. Tujuan untuk
94

memperoleh kehidupan yang lebih baik sebagaimana tersebut di atas
dilakukan melalui berbagai cara, yaitumempengaruhi proses politik lokal
dan nasional, mengatasi pelanggaran hak asasimanusia, memelihara
lingkungan, meningkatkan perhatian pada pendidikan dan kesehatan, dan
penguatan sector perempuan.
Pembangunan dan konflik merupakan dua hal pandangan dalam
satu jalan.Pembangunan dapat menyebabkan atau memicu konflik dan
konlik dapat menghambat pembanguan. Pembangunan sering hanya
mempunyai target lokal dan untuk jangka pendek. Hal inilah yang
menyebabkan pembangunan tidak memperngaruhi perubahan lintas dan
seluruh struktur di masyarakat.Artinya pembangunan tersebut tidak efektif
sebagaimana seharusnya.
Beberapa hal juga sering diabaikan dalam masyarakat, seperti
politik lokal, realitas sosial, dan sistem kepercayaan.Faktor yang
sebenarnya penting dalam masyarakat tersebut tidak benar-benar dipahami
selama menetapkan tujuan-tujuan pembangunan.Sehingga pembangunan
yang semestinya memperbaiki kehidupan masyarakat justru menjadi
sumber konflik di masyarakat. Konflik yang muncul tersebut tak jarang
menjadi sumber masalah ketika penguatan institusi dan transfer
kekuasaan. Penting untuk mengintegrasikan dimensi-dimensi sosial,
budaya, ekonomi, biologi, dan politik dalam pembangunan. Pembanguna
dengan menyatukan beragam teori multidisiplin ini akan membuat
pembangunan lebih efektif. Dan itulah sebenarnya maksud dari
pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan ekonomi mula-mula menggunakan tahap strategi
pertumbuhan dengan berusaha mengejar kenaikan produksi nasional
setinggi mungkin.Strategi tersebut mula-mula juga dikenal dengan istilah
Growth Strategy on GNP Oriented.Dalam pertunbuhan ini, kurang
diperhatikan siapa yang berdominasi dalam kegiatan investasi modal
maupun perdagangan.Untuk memungkinkan Growth Strategy ini
berkembang prasyarat stabilitas moneter justru sangat menentukan. Pada
mulanya pengejaran terhadap target GNP yang semata-mata dapat naik
memang menakjubkan. Tetapi sejarah membuktikan, bahwa pada Negara-
negara sedang berkembang dengan penduduk yang sangat besar, ternyata
keadaan ini belum memberikan kesempatan yang cukup untuk golongan
kecil terbesar dari penduduk dalam menikmati hasil pembangunan
ini.Karena kenaikan GNP sesungguhnya lebih banyak oleh faktor semu,
95

karenakeberhasilan golongan besar yang kecil yang telah mendominir
segala-galanya di Negara itu.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan
distribusi pendapatan yang adil dan merata, karena pertumbuhan ekonomi
yang tinggi ini hanya dinikmati oleh sekelompok kecil masyarakat, seperti
masyarakat perkotaan, sedangkan masyarakat pedesaan atau pinggiran
mendapat porsi yang kecil dan tertinggal. Kesenjangan di daerah ini
semakin diperburuk karena adanya kesenjangan dalam pembangunan antar
sektor, terutama antara sektor pertanian (basis ekonomi pedesaan) dan
non-pertanian (ekonomi perkotaan).
Dalam menanggapi berbagai masalah yang di hadapi dalam
pelaksanaan pembangunan ada beberapa hal dan poin mendasar yang bisa
digunakan untuk melaksanakan pembangunan di antaranya
1. Partisipasi
Menurut Adams Charles (1993), partisipasi masyarakat dalam
pembangunan mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi masyarakat
pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek semata.
Salah satu kritik adalah masyarakat merasa tidak memiliki dan acuh tak
acuh terhadap program pembangunan yang ada. Penempatan masyarakat
sebagai subjek pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan
dapat berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan
hingga monitoring dan evaluasi pembangunan. Terlebih apabila kita akan
melakukan pendekatan pembangunan dengan semangat lokalitas.
Masyarakat lokal menjadi bagian yang paling memahami keadaan
daerahnya tentu akan mampu memberikan masukan yang sangat berharga.
Midgley (1986) menyatakan bahwa partisipasi bukan hanya
sekedar salah satu tujuan dari pembangunan sosial tetapi merupakan
bagian yang integral dalam proses pembangunan sosial. Partisipasi
masyarakat berarti eksistensi manusia seutuhnya. Tuntutan akan partisipasi
masyarakat semakin menggejala seiring kesadaran akan hak dan
kewajiban warga negara. Kegagalan pembangunan berperspektif
modernisasi yang mengabaikan partisipasi negara miskin (pemerintah dan
masyarakat) menjadi momentum yang berharga dalam tuntutan
peningkatan partisipasi negara miskin, tentu saja termasuk di dalamnya
adalah masyarakat. Menurut Adams Charles (1993), tuntutan ini semakin
96

kuat seiring semakin kuatnya negara menekan kebebasan masyarakat.
Post-modernisme dapat dikatakan sebagai bentuk perlawanan terhadap
modernisme yang dianggap telah banyak memberikan dampak negatif
daripada positif bagi pembangunan di banyak negara berkembang.Post-
modernisme bukan hanya bentuk perlawanan melainkan memberikan
jawaban atau alternatif model yang dirasa lebih tepat.Pembangunan
dengan basis pertumbuhan ekonomi yang diusung oleh paradigma
modernisme memiliki banyak kekurangan dan dampak
negatif.Kesenjangan antar penduduk mungkin saja terjadi sehingga
indikator pertumbuhan ekonomi hanya mencerminkan keberhasilan semu
saja.Akumulasi modal yang berhasil dihimpun sebagian besar merupakan
investasi asing yang semakin memuluskan jalannya kapitalisme global.
2. Pemberdayaan
Sunyoto Usman (2003) mengungkapkan bahwa pembangunan
yang dilakukan oleh suatu negara pada saat ini tidak akan dapat lepas dari
pengaruh globalisasi yang melanda dunia. Persolan politik dan ekonomi
tidak dapat lagi hanya dipandang sebagai persoalan nasional.Keterkaitan
antar negara menjadi persoalan yang patut untuk diperhitungkan. Masalah
ekonomi atau politik yang dihadapi oleh satu negara membawa imbas bagi
negara lainnya dan permasalahan tersebut akan berkembang menjadi
masalah internasional.
Menurut Soejadi (2001), kemiskinan merupakan salah satu
masalah yang selalu dihadapi oleh manusia. Kemiskinan dapat
didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu
adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan
orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan.Standar kehidupan yang rendah ini secara
langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan,
kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai
orang miskin.Di negara-negara sedang berkembang, wacana
pemberdayaan muncul ketika pembangunan menimbulkan disinteraksi
sosial, kesenjangan ekonomi, degradasi sumber daya alam, dan alienasi
masyarakat dari faktor produksi oleh penguasa (Prijono, 1996).
Menurut Maria Fraskho, (2000), konsep pemberdayaan lahir
sebagai antitesis terhadap model pembangunan dan model industralisasi
yang kurang memihak pada rakyat mayoritas. Konsep ini dibangun
97

sebagai kerangka logik sebagai berikut; (1). Proses pemusatan kekuasaan
terbangunan dari pemusatan penguasaan faktor produksi; (2). Pemusatan
kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan
masyarakat pengusaha pinggiran; (3). Keuasaan akan membangun
bangunan atas atau sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan
ideologi yang manipulatif, untuk memperkuat legitimasi; (4). Kooptasi
sistem pengetahuan, sistem hukum sistem politik dan ideologi, secara
sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat
berdaya dan masyarakat tunadaya. Akhirnya yang terjadi adalah dikotomi,
yaitu masyarakat yang berkuasa dan disisi lain manusia dikuasai. Untuk
membebaskan situasi menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan
pembebesan melalui proses pemberdayaan bagi yang dikuasai
(empowerment of the powerless).
Menurut John Friedman (1991), Pemberdayaan dapat diartikan
sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya untuk
mencari nafkah. Bahkan dalam perspektif ilmu politik, kekuatan
menyangkut pada kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Istilah
pemberdayaan sering dipakai untuk menggambarkan keadaan seperti yang
diinginkan oleh individu, dalam keadaan tersebut masing-masing individu
mempunyai pilihan dan kontrol pada semua aspek kehidupannya. Menurut
Sastroputo Santoso, (1998), konsep ini merupakan bentuk penghargaan
terhada manusia atau dengan kata lain memanusiakan manusia. Melalui
pemberdayaan akan timbul pergeseran peran dari semula korban
pembangunan menjadi pelaku pembangunan. Perpektif pembangunan
memandang pemberdayaan sebagai sebuah konsep yang sangat luas.Pearse
dan Stiefel dalam Prijono (1996) menjelaskan bahwa pemberdayaan
partisipatif meliputi menghormati perbedaan, kearifan lokal, dekonsentrasi
kekuatan dan peningkatan kemandirian.

98

3. Partisipasi dan Pemberdayaan
Menurut Hadiwinata dan Bob S (2003), Partisipasi dan
pemberdayaan merupakan dua buah konsep yang saling berkaitan.Untuk
menumbuhkan partisipasi masyarakat diperlukan upaya berupa
pemberdayaan.Masyarakat yang dikenal tidak berdaya perlu untuk
dibuat berdaya dengan menggunakan berbagai model pemberdayaan.
Dengan proses pemberdayaan ini diharapkan partisipasi masyarakat akan
meningkat. Partisipasi yang lemah dapat disebabkan oleh kekurangan
kapasitas dalam masyarakat tersebut, sehingga peningkatan kapasitas perlu
dilakukan.
Sedangkan menurut Evers Hans-Dieter (1993), pemberdayaan
yang memiliki arti sangat luas tersebut memberikan keleluasaan dalam
pemahaman dan juga pemilihan model pelaksanannya sehingga variasi di
tingkat lokalitas sangat mungkin terjadi. Menurut Moeljarto (1997),
konsep partisipasi dalam pembangunan di Indonesia mempunyai tantangan
yang sangat besar. Model pembangunan yang telah kita jalani selama ini
tidak memberikan kesempatan pada lahirnya partisipasi
masyarakat.Menurut Purnaweni Hartuti oleh karenanya diperlukan upaya
membangkitkan partisipasi masyarakat tersebut. Solusi yang bisa
dilakukan adalah dengan memberdayakan masyarakat sehingga
masyarakat akan berpartisipasi secara langsung terhadap pembangunan.
Pembangunan di bidang ekonomi seharusnya lebih difokuskan
pada penguatan ekonomi berbasis kerakyatan dengan menumbuhkan
semangat wirausaha , menciptakan iklim usaha yang kondusif, pembinaan
koperasi dan unit-unit ekonomi kerakyatan lainnya, hingga upaya-upaya
untuk mempermudah akses modal dan akses pasar bagi produk-produk
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Upaya menekan angka pengangguran dan penyaluran angkatan
kerja perlu dilakukan dengan menggalang kerjasama yang baik dengan
sektor swasta dan masyarakat, diantaranya dengan pembukaan Balai
Latihan Kerja (BLK) dan pengembangan sekolah-sekolah kejuruan dengan
konsep link and match denganpasar tenaga kerja, serta melakukan
kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan dan ketrampilan lokal
untuk menghasilkan tenaga kerja yang trampil dan atau memiliki motivasi
kuat untuk berwirausaha dan membuka lapangan kerja bagi orang lain.
99

BAB VII
SEJARAH 7 TEORI PENDEKATAN PEMBANGUNAN EKONOMI
MAKRO SEJAK 1960

Teori-teori pembangunan
Di era globalisasi ini semua negara di dunia tengah berkerja keras
untuk melaksanakan pembangunan. Kemajuan ekonomi merupakan
komponen utama pembangunan, akan tetapi bukan satu-satu komponen.
Pada dasarnya, pembangunan itu bukan hanya fenomena ekonomi, karena
pada akhirnya proses pembangunan harus mampu membawa umat
manusia melampaui pengutamaan materi dan aspek-aspek keuangan dari
kehidupannya sehara-hari. Dengan demikian pembangunan harus
dipahami sebagai suatu proses yang multidimensional, yang melibatkan
segenap pengorganisasian dan peninjauan kembali atas sistem-sistem
ekonomi dan sosial secara keseluruhan.
Selain peningkatan pendapatan dan output, proses pembangunan itu
juga berkenaan dengan serangkaian perubahan yang bersifat mendasar atas
struktur-struktur kelembagaan, sosial, dan administrasi, sikap-sikap
masyarakat dan bahkan sering kali juga merambah adat istiadat, kebiasaan,
dan sistem kepercayaan yang hidup dalam masyarakat yang bersangkutan.
Akhirnya meskipun konsep pembanguna itu bisa diartikan dalam konteks
nasional, akan tetapi jangkauannya yang sedemikian luas telah memaksa
dilakukannya serangkaian modifikasi atau penyesuaian yang bersifat
mendasar atas sistem-sistem ekonomi dan sosial internasional.
A. Teori-teori utama pembangunan ekonomi
pasca perang dunia kedua didominasi oleh empat aliran pemikiran
yang bersaing satu sama lain. Keempat pendekatan itu adalah: (1) model-
model pertumbuhan-bertahap-linier (linear-stages-of-growth models); (2)
kelompok teori dan pola-pola perubahan struktural (the structural change
theories and patterns); (3) revolusi ketergantungan internasional
(international dependence revolution); serta (4) kontrarevolusi pasar bebas
neoklasik (neoclassical free-market counterrevolution). Selain itu, selama
beberapa tahun terakhir ini, nampaknya telah muncul bibit-bibit pemikiran
baru yang kemudian berkembang menjadi pendekatan kelima. Pendekatan
inilah yang kini mulai populer dengan sebutan teori pertumbuhan ekonomi
baru atau endogen (new or endogenous theory of economic growth).
Para teorisi pada dekade 1950-an dan 1960-an cenderung memandang
proses pembangunan sebagai serangkaian tahapan pertumbuhan ekonomi
yang berurutan, yang pasti akan dialami oleh setiap negara yang
100

menjalankan pembangunan. Pada dasarnya, pandangan ini merupakan
suatu bentuk teori ekonomi yang menyoroti pembangunan sebagai
panduan dan kualitas tabungan nasional, penanaman modal, dan bantuan
asing dalam jumlah yang tepat.
Pada dekade 1970-an, pendekatan tahapan linier ini tergusur oleh dua
aliran pemikiran ekonomi (yang sesunggguhnya lebih berbau ideologis
daripada akademis). Aliran pemikiran yang pertama menitikberatkan
pada teori dan perubahan struktural. Nyaris sepanjang dekade 1980-an,
yang paling menonjol adalah pendekatan yang keempat. Kontrarevolusi
neoklasik (seringkali disebut neoliberal) dalam pemikiran ekonomi ini
menekankan pada peranan menguntungkan yang dimainkan oleh pasar-
pasar bebas, perekonomian terbuka, dan swastanisasi perusahaan-
perusahaan milik pemerintah atau negara yang kebanyakan memang tidak
efisien dan boros.
Menurut teori ini, kegagalan pembangunan diakibatkan oleh terlalu
banyaknya campur tangan dan regulasi pemerintah dalam kehidupan
perekonomian nasional. Akhirnya, pada penghujung dekade 1980-an dan
awal dekade 1990-an, sejimlah kecil ekonom neoklasik dan institusional
mulai mengembangkan apa yang kemudian menjadi pendekatan kelima,

B. Teori tahapan Linier
1. Tahapan-tahapan pertumbuhan Rostow
Bertolak dari lingkungan intelektual yang masih steril pada waktu itu,
dan dipacu oleh politik perang dunia yang berkobar pada dekade 1950-an
dan 1960-an yang memicu suatu persaingan sengit dikalangan negara-
negara besar untuk mencari pengikut setia dari kalangan negara-negara
yang baru saja merdeka, maka muncullah model-model pertumbuhan
ekonomi bertahap (stages-of-growth model of development). Adapun
tokoh penganjur tahapan-tahapan pertumbuhan ekonomi yang paling
terkenal adalah Walt W. Rostow, seorang ahli sejarah ekonomi dari
amerika serikat. Menurut ajaran Rostow, perubahan dari keterbelakangan
menuju kemajuan ekonomi dapat dijelaskan dalam suatu seri tahapan yang
harus dilalui oleh semua negara.
Menurut teori ini, negara-negara maju seluruhnya telah melampaui
tahapan tinggal landas menuju pertumbuhan ekonomi berkesinambungan
yang berlangsung secara otomatis (kemajuan ekonomi mereka sudah
sedemikian mapan, sehingga roda ekonomi, tanpa diatur secara khusus,
sudah dapat berputar dengan sendirinya untuk menggerakkan
perekonomian dan membawa seluruh penduduk ke taraf hidup yang serba
lebih baik). Sedangkan negara-negara yang sedang berkembang atau
101

apalagi yang masih terbelakang, pada umumnya masih berada dalam
tahapan masyarakat tradisional atau tahapan kedua, yakni tahapan
penyusunan kerangka dasar tinggal landas.
Salah satu dari sekian banyak taktik pokok pembangunan untuk
tinggal landas adalah penggerahan atau mobilisasi dana tabungan (dalam
mata uang domestik maupun valuta asing) guna menciptakan bekal
investasi dalam jumlah yang memadai untuk mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi.
2. Model pertumbuhan Harrod-Domar
Setiap perekonomian pada dasarnya memang harus senantiasa
mencadangkan atau menabung sebagian tertentu dari pendapatan
nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-barang modal
(gedung, alat-alat, dan bahan baku) yang telah susut atau rusak. Namun,
untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang
merupakan tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (capital
stock). Bila kita asumsikan bahwa ada hubungan ekonomi langsung antara
besarnya stok modal secara keseluruhan, atau K, dengan total GNP, dan
Y-katakanlah jika dibutuhkan modal sebesar US$3 untuk menghasilkan
US$1 dari GNP-maka hal itu berarti bahwa setiap tambahan neto terhadap
stok modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan kenaikan arus
output nasional atau GNP.
3. Kendala dan batasan
Hambatan utama atau kendala terhadap kemajuan pembangunan
ekonomi, menurut kelompok teori ini adalah relatif terbatasnya peluang
pembentukan modal-modal baru, apalagi di negara-negara miskin.
Meskipun demikian, kalaupun ada negara yang mengiginkan pertumbuhan
ekonomi pada tingkat 7 persen per tahun dan ternyata negara tersebut tidak
dapat menciptakan tabungan dan investasi pada tingkat 21 persen dari
pendapatan nasional (dengan asumsi bahwa k, atau rasio modal-output
agregatnya adalah 3), akan tetapi tabungan nasionalnya hanya 15 persen,
maka tersebut masih dapat mencari pengisi kesenjangan tabungan
(savings gap) sebesar 6 persen melalui pencarianbantuan/pinjaman luar
negeri atau penarikan dana-dana investasi perusahaan-perusahaan swasta
dari luar negeri.
Dengan demikian, menurut pemikiran ini, dalam rangka menciptakan
kemajuan ekonomi bersama, maka program pemberian bantuan teknis dan
finansial secara besar-besaran seperti Marshall Plan harus diadakan lagi,
kali ini khusus untuk negara-negara terbelakang di dunia ketiga.
Syarat-syarat yang diperlukan terhadap model pertumbuhan
bertahap
102

Model-model pembangunan Rostow dan Harrod-Domar secara
implisit ternyata mengasumsikan adanya sikap-sikap dan pengaturan yang
sama di negara-negara terbelakang. Akan tetapi, asumsi itu tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada di negara-negara dunia ketiga. Negara-negara
tersebut masih sangat kekurangan faktor-faktor komplementer yang paling
penting seperti halnya kecakapan manajerial, tenaga kerja yang terlatih,
kemampuan perencanaan dan pengelolaan berbagai proyek pembangunan,
dan sebagainya.
Sebagaimana yang dilakukan oleh banyak ekonom pada dekade 1950-
an dan 1960-an, bahwa pembangunan itu pada dasarnya merupakan soal
penanggulangan aneka hambatan dan penyediaan berbagai komponen
penting yang belum ada atau belum memadai seperti modal, pengetahuan
mengenai kurs dan valuta asing, serta kecakapan manajemen. Semua itu,
secara teoritis dapat dilakukan oleh negara-negara maju.

C. Model perubahan struktural
Model perubahan struktural tersebut dalam analisisnya mengunakan
perangkat-perangkat neoklasik berupa konsep-konsep harga dan alokasi
sumber daya, serta metode-metode ekonometri untuk menjelaskan
terjadinya proses transformasi. Aliran pendekatan perubahan struktural ini
didukung oleh ekonom-ekonom yang sangat terkemuka seperti W. Arthur
Lewis yang termasyur dengan model teoritisnya tentang surplus tenaga
kerja dua sektor (two sector surplus labor) dan Hollis B.
1. Teori pembangunan Lewis
a. Model dasar
Menurut model pembangunan yang diajukan oleh Lewis,
perekonomian yang terbelakang terdiri dari dua sektor, yakni: (1) sektor
tradisional, yaitu sektor pedesaan subsisten yang kelebihan penduduk yang
dan ditandai dengan produktivitas marjinal tenaga kkerja sama dengan
nol-ini merupakan situasi yang memungkinkan Lewis untuk
mendifinisikan kondisi surplus tenaga kerja (surplus labor) sebagai sustu
fakta bahwa sebagain tenaga kerja tersebut ditarik dari sebuah sektor
pertanian dan sektor itu tidak akan kehilangan outputnya sedikit pun-dan.
(2) sektor industri perkotaan modern yang tingkat produktivitasnya tinggi
dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang ditransfer sedikit
demi sedikit dari sektor subsisten
Lewis berasumsi bahwasannya tingkat upah di daerah perkotaan
sekurang-kurangnya harus 30 persen lebih tinggi dari pada rata-rata
pendapatan didaerah-daerah pedesaan untuk memaksa para pekerja pindah
dari desa-desa asalnya kekota-kota. Pada tingkat upah didaerah perkotaan
103

yang konstan, maka kurva penawaran tenaga kerja pedesaan dianggap
elastis sempurna.
Lewis mengemukakan dua asumsi perihal sektor tradisional. Yang
pertama adalah adanya surplus tenaga kerja atau MP la, sama dengan
nol, kedua, bahwasannya semua pekerja didaerah pedesaan menghasilkan
output yang sama sehingga tingkat upah rill didaerah pedesaan ditentukan
oleh produktivitas tenaga kerja rata-rata, bukannya produktifitas tenaga
kerja marjinal (seperti pada sektor modern).
b. Kritik terhadap model Lewis
Meskipun model dua sektor lewis ini cukup lugas dan jelas, serta
secara umum sudah sesuai dengan pengalaman sejarah pertumbuhan
ekonomi modern negara-negara barat, namun tiga dari asumsi-asumsi
utamanya ternyata sama sekali tidak cocok dengan kenyataan institusional
dan ekonomis disebagian besar negara-negara dunia ketika sekarang ini.
Pertama, model ini secara implisit mengasumsikan bahwa tingkat
pengalihan tenaga kerja dan penciptaan kesempatan kerja disektor modern
pasti sebanding dengan tingkat akumulasi modalnya, maka akan semakin
tinggi tingkat pertumbuhan sektor modern dan semakin cepat pula
penciptaan lapangan kerja baru. Kedua, yang sering dan patut dipersoalkan
dari model tersebut adalah adanya dugaan bahwa dipedesaan terjadi
kelebihan tenaga kerja, sedangkan di daerah perkotaan terjadi penyerapan
faktor-faktor produksi secara optimal (full employment). Ketiga, dugaan
tentang pasar tenaga kerja yang kompetitif di sektor modern akan
menjamin keberadaan upah riil diperkotaan yang konstan sampai pada
suatu titik dimana surplus penawaran tenaga kerja habis terpakai, tidak
dapat diterima.
2. Perubahan struktural dan pola-pola pembangunan
Pada umumnya, para analis perubahan struktural yang berhaluan
empiris selalu menekankan adanya kendala-kendala pembangunan, baik
itu yang berasal dari dalam negeri maupun yang bersumber dari
lingkungan internasional. Kendala pembangunan dari dalam negeri antara
lain adalah keterbatasan kepemilikan ekonomi seperti sumber daya alam
dan besarnya penduduk, serta keterbatasan kelembagaan (institusional)
seperti masih lemahnya mekanisme perumusan kebijakan dan kurang
jelasnya sasaran pemerintah. Adapun kendala-kendala yang bersumber
dari lingkungan internasional terhadap jalannya proses pembangunan
antara lain adalah kelangkaan akses atau saluran bagi negara yang
bersangkutan untuk mendapatkan modal dan tehnologi modern dari luar
negeri, serta tuntutan untuk menghadapi persaingan yang begitu ketat
dalam perdagangan internasional.
104

Model perubahan struktural yang paling terkenal adalah model yang
disusun oleh Hollis B. Chenery, seorang ekonom terkemuka dari
universitas Harvard. Chenery sendiri mendasarkan perumusan model
perubahan strukturalnya pada serangkaian penelitian empiris; Hollis B.
Chenery secara khusus mengadakan penelitian untuk menyelidiki pola-
pola pembangunan di sejumlah negara-negara dunia ketiga selama kurun
waktu selama masa perang dunia kedua.
3. Kesimpulan-kesimpulan dan implikasinya
Perubahan-perubahan struktural yang telah dijelaskan di atas
merupakan pola-pola pembangunan rata-rata diberbagai negara, yang
dihasilkan oleh suatu kajian dengan menggunakan analisis time series
dan cross section seperti yang telah dilakukan oleh Hollis B. Chenery
dan rekan-rekannya. Hipotesis utama dari model perubahan struktural
adalah bahwa pembangunan merupakan suatu proses pertumbuhan dan
perubahan yang dapat diamati, yang ciri-ciri pokoknya sama di semua
negara.
Jadi singkatnya, telah empiris tentang proses perubahan struktural
mengarah kepada kesimpulan bahwa langkah dan pola pembangunan
dapat berbeda karena faktor-faktor domestik maupun internasional, dan
banyak diantaranya yang berada di luar jangkauan kendali negara-negara
berkembang.
D. Revolusi ketergantungan neokolonial
Sepanjang kurun waktu 1970-an, model-model ketergantungan
internasional mendapat dukungan yang cukup besar dan pengaruh
akademiknya sempat meluas dikalangan intelektual negara-negara dunia
ketiga. Pada intinya, model-model ketergantungan internasional itu
memandang negara-negara dunia ketiga sebagai korban kekakuan aneka
faktor kelembagaan,politik,dan ekonomi, baik itu yang berskala domestik
maupun internasional.
1. Model ketergantungan neokolonial
Aliran pemikiran ketergantungan pertama, yang kita sebut sebagai
model ketergantungan neokolonial (neocolonial dependence model),
secara tidak langsung adalah suatu pengembangan pemikiran kaum
Marxis. Model ini menghubungkan keberadaan dan kelanggengan negara-
negara dunia ketiga kepada evolusi sejarah hubungan internasional yang
sama sekali tidajk seimbang antara negara-negara kaya dan negara-negara
miskin dalam suatu sistem kapitalis internasional.
Dengan demikian, keterbelakangan, oleh penganut aliran
ketergantungan dipandang sebagai suatu fenomena yang diakibatkan atau
diciptakan secara sengaja oleh kondisi-kondisi eksternal. Anggapan ini
105

jelas bertentangan dengan teori pertumbuhan-bertahap-linear maupun
model perubahan struktural yang menekankan bahwa kondisi
keterbelakangan itu juga diakibatkan oleh berbagai keterbatasan internal
seperti tingkat tabungan nasional dan investasi yang tidak memadai, serta
kurangnya pendidikan dan keahlian.
2. Model paradigma palsu
Cabang atau aliran yang kedua dari teori ketergantungan internasional
terhadap topik pembangunan ini relatif tidak begitu radikal. Aliran ini
biasa disebut sebagai model paradigma palsu (false paradigm model). Ia
mencoba menghubungkan keterbelakangan negara-negara dunia ketiga
dengan kesalahan dan ketidaktepatan saran yang diberikan oleh para
pengamat atau pakar internasional yang bernaung di bawah lembaga-
lembaga bantuan negara-negara maju dan organisasi-organisasi donor
multinasional.
Seringkali tannpa disadari, mereka terlalu banyak menelan konsep-
konsep asing dan model-model teoritis yang serba hebat tetapi sebenarnya
tidak cocok dan tidak dapat diterapkan didaerah mereka sendiri. Akibat
ketiadaan atau terbatasnya pengetahuan yang tepat guna untuk mengatasi
masalah-masalah pembangunan, maka kalangan elit tersebut justru
cenderung menjadi pembela keyakinan asing yang melupakan atau
mengabaikan adanya sistem kebijakan elitis serta struktur kelembagaan
yang khas negara-negara berkembang.
3. Tesis pembangunan dualistik
Unsur pemikiran pokok yang secara implisit terkandung didalam teori-
teori perubahan struktural dan secara eksplisit telah dinyatakan dalam teori
ketergantungan internasional adalah gagasan akan adanya sebuah dunia
bermasyarakat ganda (a world of dual society). Secara garis besar,
pandangan ini melihat dunia terbagi ke dalam dua kelompok besar, yakni
negara-negara kaya dan miskin. Dualisme (dualism) adalah sebuah konsep
yang dibahas secara luas dalam ilmu ekonomi pembangunan.Konsep ini
menunjukkan adanya jurang pemisah yang kian lama terus melebar antara
negara-negara kaya dan miskin, serta di antara orang-orang kaya dan
miskin pada berbagai tingkatan di setiap negara.

4. Beberapa kesimpulan dan implikasinya
Terlepas dari soal perubahan ideologi di antara mereka, para
pendukung teori ketergantungan neokolonial, model paradikma palsu, dan
model dualisme, sama-sama secara tegas menolak penekanan-penekanan
khusus dalam model-model ekonomi barat tradisional yang dirancang
untuk mempercepat pertumbuhan GNP sebagai tujuan utama
106

pembangunan. Teori ketergantungan memiliki dua kelemahan yang pokok.
pertama, walaupun mereka menawarkan suatu penjelasan yang sangat
menarik mengapa banyak negara-negara dunia ketiga yang terbelakang,
juga menawarkan sedikit penjelasan formal maupun informal mengenai
apa yang harus dilakukan oleh negara-negara berkembang secara aktual
diikitu dengan pengkampanyean revolusi penasionalisasian industrinya di
mana keadaan telah kita bahas pada bab-bab sebelumnya, pemerintah juga
akan mengalami kegagalan yang sama seperti pasar; kunci kesuksesan dari
kinerja pembangunan adalah tercapainya keseimbangan yang berhasil
disempurnakan oleh pemerintah secara hati-hati diantaranya, sistem pasar
individual/perseorangan dan seluruh kegiatan yang paling baik yang dapat
dilakukan bersama-sama.

E. Kontrarevolusi neoklasik
1. Tantangan bagi pendekatan statis: pasar bebas,pilihan rasional,dan
ramalan terhadap pasar
Memasuki dekade 1980-an, orientasi politik konservatif yang dianut
dan dijalankan oleh pemerintah di amerika serikat, kanada, inggris, dan
jerman (barat) menghadirkan kembali apa yang disebut sebagai
kontrarevolusi neoklasik (neoclassical counterrevolution) dalam teori dan
kebijakan ekonomi. Kontrarevolusi ini antara lain terwujud berupa aliran
pemikiran makroekonomi yang lebih mementingkan sisi penawaran
(suuply-side macroeconomics), teori rasional ekspektasi, gelombang
swastanisasi perubahan-perubahan milik negara di negara-negara maju,
serta munculnya himbauan yang sangat gencar bagi ditanggalkannya,
paling tidak sebagian, campur tangan pemerintah dalam perekonomian
yang terwujud dalam berbagai bentuk seperti kepemilikan perusahaan-
perusahaan oleh pihak pemerintah, perencanaan secara ekstensif atas
perekonomian nasional, dan regulasi terhadap aneka kegiatan ekonomi di
negara-negara sedang berkembang.
Argumen inti kontrarevolusi neoklasik menegaskan bahwa kondisi
keterbelakangan negara-negara berkembang bersumber dari buruknya
keseluruhan alokasi sumber daya yang selama ini bertumpu pada
kebijakan-kebijakan pengaturan harga yang tidak tepat dan adanya campur
tangan pemerintah yang berlebihan. Para tokoh kontrarevolusi neoklasik,
seperti Lord Peter Bauer, Deepak Lal, lan Littele, almarhum Harry
Johnson, Bela Balassa, Julian Simon, Jagdish Bhagwati, Anne Krueger,
dan lain-lain, menyatakan bahwa campur tangan pemerintah yang
berlebihan dalam kegiatan ekonomi tidak diragukan lagi, merupakan
107

sumber utama atas terjadinya penurunan laju pertumbuhan di banyak
negara berkembang.
Tantangan neoklasik terhadap pembangunan yang ortodoks dapat
dipilih menjadi tiga komponen, yakni: pendekatan pasar bebas;
pendekatan pilihan rasional (atau ekonomi politk baru), serta
pendekatan ramah terhadap pasar. Analisis pasar bebas (free-market
analysis) menyatakan bahwa pasar-pasar itu sendiri sudah dan selalu
efisien-pasar produk dapat memberikan sinyal terbaik untuk investasi apa
yang harus digarap dan kegiatan-kegiatan apa saja yang layak dikerjakkan
(demi menciptakan keuntungan); pasar tenaga kerja juga mampu memberi
respon terhadap berbagai perkembangan di sektor-sektor industri penyerap
tenaga kerja; para produsen adalah mereka yang paling tahu tentang apa
yang harus dibuat dan bagaimana produksinyan harus dilakukan agar
seefisien mungkin; sedangkan harga-harga produk dan faktor (input) dapat
secara akurat mencerminkan nilai kelangkaan atas suatu barang, jasa atau
sumber daya untuk masa sekarang maupun dimasa mendatang.
Sementara itu, teori pilihan rasional/public (public-choise theory), atau
yang juga dikenal sebagai pendekatan ekonomi politik baru (new political
economy approach) beranjak lebih jauh dengan menyatakan bahwa apa
yang dilakukan pemerintah dalam urusan-urusan ekonomi selalu salah,
sehingga setiap bentuk intervensi pemerintah harus dijauhi. Padangan
pedas ini bertolak bertolak dari asumsi dasarnya yang meyakini bahwa
sikap, tindakan, dan keputusan para politisi, birokrat, warga negara biasa,
apalagi pejabat pemerintah, senantiasa bertolak dari kepentingan-
kepentingan mereka sendiri, tidak peduli apa konsekwensinya terhadap
pihak lain.
Pendekatan ramah terhadap pasar (market friendly approach)
merupakan varians terbaru dari kontrarevolusi neoklasik, yang terrutama
dikembangkan oleh bank dunia itu menganut pendekatan pasar-bebas dan
pendekatan pilihan rasional. Pendekatan ini mengakui adanya berbagai
kelemahan atau ketidaksempurnaan pasar, baik itu pasar produk maupun
pasar faktor, di negara-negara dunia ketiga, dan bahwa pemerintah
memang perlu menjalankan peran aktif dalam perekonomian, khususnya
untuk mengoreksi berbagai ketidaksempurnaan pasar itu. Yang ditekankan
oleh pendekatan ini adalah, intervensi pemerintah itu haruslah bersifat
nonselektif atau ramah terhadap mekanisme pasar. Bahkan pengakuan
atas adanya tiga kelemahan utama pasar itu kemudian menumbuhkan
aliran pemikiran baru, yakni yang dikenal sebagai pendekatan
pertumbuhan baru/endogen (new or endogenous growth).

108

2. Teori pertumbuhan neoklasik tradisional (lama)
Argumen pasar bebas neoklasik adalah keyakinan bahwasannya
liberalisasi (pembukaan) pasar-pasar nasional akan merangsang investasi,
baik itu investasi domestik maupun dari luar negeri, sehingga dengan
sendirinya hal itu akan memacu tingkat akumulasi modal. Bila diukur
berdasarkan satuan tingkat pertumbuhan GNP, hal tersebut setara dengan
penambahan tingkat tabungan domestik, yang pada gilirannya akan
meningkatkan rasio modal-tenaga kerja (capital labor ratio) dan
pendapatan perkapita negara-negara berkembang yang pada umumnya
miskin modal.
Model pertumbuhan neoklasik solow (solow neoclassical growth
model) merupakan pilar yang sangat mewarnai teori pertumbuhan
neoklasik sehingga pengagasnya, Robert Solow, dianugerahi hadiah Nobel
bidang ekonomi, pada intinya, model ini merupakan pengembangan dari
formulasi Harrod-Domar, dengan menambahkan faktor kedua, yakni
tenaga kerja, serta memperkenalkan variabel independen ketiga, yakni
tehnologi, kedalam persamaan pertumbuhan (growth equation). Namun,
berbeda dengan model Harrod-Domar yang mengasumsikan skala hasil
tetap (constant return to scale) dengan koefisien baku, model pertumbuhan
neoklasik solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang
(diminishing returns) dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya
dianalisis secara terpisah; jika keduanya dianalisis secara bersamaan atau
sekaligus, solow juga memakai asumsi skala hasil tetap tersebut.
Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional (lama) (traditional
old neoclasiccal growth theory), pertumbuhan output itu selau bersumber
dari satu atau lebih dari tiga faktor: kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga
kerja (mulai pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan),
penambahan modal melalui tabungan dan dan investasi, serta
penyempurnaan tehnologi. Dan lebih lanjut lagi dikemukakan bahwa
perekonomian tertutup (closed economy), yakni yang tidak menjalani
hubungan dengan pihak-pihak luar, yang tingkat tabungannya rendah,
maka cateris paribus perekonomian itu dalam jangka pendek pasti
mengalami laju pertumbuhan yang lebih lambat apabila dibandingkan
dengan perekonomian lainnya yang memiliki tingkat tabungan lebih
tinggi. Pada akhirnya hal ini akan mengakibatkan konvergensi penurunan
pendapatan perkapita. Sedangkan perekonomian terbuka (open economy),
yakni yang mengadakan hubungan perdagangan, investasi, dan sebagainya
dengan negara atau pihak-pihak luar, pasti akan mengalami suatu
konvergensi peningkatan pendapatan perkapita, karena arus pemodalan
akan mengalir deras dari negara-negara kaya kenegara-negara miskin
109

dimana rasio modal tenaga kerjanya masih rendah sehingga menjajikan
imbalan atau tingkat keuntungan investasi (returns on investments) yang
lebih tinggi.
3. Beberapa kesimpulan dan implikasinya
Sama halnya denga revolusi ketergantungan pada dekade 1970-an,
aliran kontra-revolusi neoklasik pada dekade 1980-an juga memiliki akar
ideologi ekonomi tertentu dalam memandang negara-negara dunia ketiga
dan segenap permasalahannya. Bila pada teoritisi ketergantungan
(beberapa diantaranya,tentu saja tidak semuanya, adalah para ekonom
negara-negara dunia ketiga) memandang kondisi keterbelakangan sebagai
fenomena yang diakibatkan oleh faktor eksternal, maka para revisionis
neoklasik (sebagian besar,lagi-lagi tidak semuanya,adalah para ekonom
dari negara-negara barat). Melihat masalah tersebut sebagai sesuatu yang
lebih diakibatkan oleh faktor-faktor internal, yakni, antara lain terlalu
besarnya campur tangan pemerintah dan diterapkannya kebijakan-
kebijakan ekonomi yang kurang tepat.
Atas dasar latar belakang historis, serta faktor-faktor kelembagaan dan
kultural dari negara-negara berkembang itu, maka pasar kompetitif
bukanlah sesuatu yang dibutuhkan maupun diinginkan dalam perspektif
sosial dan ekonomi jangka panjang, mereka konsumen dinegara-negara
berkembang praktis tidak memiliki kedaulatan apapun. Banyak sekali
komponen dari teori neoklasik yang harus dipelajari dan direvisi agar
dapat diterapkan kenegara-negara berkembang. Tuntutan tersebut semakin
terasa denga semakin pentingnya penonjolan analisis penawaran dan
permintaan guna menciptakan atau menentukan produk, faktor produksi,
dan kurs valuta asing yang setepat-tepatnya demi melangsungkan suatu
rangkaian kegiatan produksi dan alokasi sumber-sumber daya yang benar-
benar efisien.

F. Teori pertumbuhan yang baru
1. Motivasi untuk memunculkan teori pertumbuhan yang baru
Lemahnya kinerja teori-teori neoklasik dalam usahanya melacak
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi jangka panjang menimbulkan rasa
tidak puas terhadap teori-teori tradisional itu. Menurut teori tradisional,
tidak ada karakteristik intrinsik dalam suatu perekonomian yang
menyebabkannya tumbuh dan berkembang selama periode yang cukup
panjang. Oleh karena itu peningkatan GNP perkapita dipandang sebagai
suatu fenomena yang bersifat sementara yang bersumber dari kemajuan
tehnoligi atau peroses jangka pendek dalam menuju kondisi ekuilibrium
yang secara bertahap membawa suatu perekonomian ke ekuilibrium
110

jangka panjang. Setiap kenaikan GNP yang tidak bersumber dari
penyesuaian jangka pendek atas stok modal atau tenaga kerja dimasukkan
kedalam kategori ketiga yang lazim disebut sebagai residu solow (solow
residual).Pendekatan baru ini adalah konsep pertumbuhan endogen
(endogenous growth) atau, secara lebih sederhana, disebut teori
pertumbuhan baru (new growth theory)
2. Pertumbuhan endogen
Model-model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa pertumbuhan
GNP itu sebenarnya merupakan suatu konsekuensi alamiah atas adanya
ekuilibirium jangka panjang. Motifasi pokok tumbuhnya teori baru ini
adalah untuk menjelaskan ketimpangan pertumbuhan ekonomi
antaranegara dan mengapa konsep pertumbuhan itu sendiri sedemikian
penting. Secara spesifik para teoritisi pertumbuhan endogen itu berusaha
menjelaskan berbagai faktor yang menentukan besar-kecilnya tingkat
pertumbuhan GNP yang sebelumnya memang belum ditelaah, dalam
persamaan pertumbuhan GDP yang sebelumnya memang belum ditelaah,
dalam persamaan pertumbuhan neoklasik solow, hal itu hanya dinyatakan
sebagai sesuatu yang bersifat eksogen.
Sebenarnya, model-model pertumbuhan endogen, secara struktural,
memiliki sejumlah kesamaan dengan model-model neoklasik tradisional,
hanya saja, asumsi dasar yang dianutnya sama sekali berbeda. Oleh karena
itu, kesimpulan-kesimpulan yang didaptnya juga, tentu saja sangat
berlainan. Model-medel pertumbuhan endogen menolak asumsi
penyusutan imbalan marjinal atas investasi modal (diminishing marginal
returns to capital investments) yang dipegang teguh oleh model-model
neoklasik; model pertumbuhan endogen menyatakan hal sebaliknya, yakni
bahwa hasil investasi justru akan semakin tinggi bila produksi agregat di
suatu negara semakin besar (itu berarti negara-negara maju menawarkan
hasil atau keuntungan investasi justru akan semakin tinggi bila produksi
agregat di suatu negara semakin besar), itu berarti negara-negara maju
menawarkan hasil atau keuntungan investasi yang lebih tinggi; lebih lanjut
model ini juga, memberikan perhatian yang besar kepada peranan
eksternalitas dalam penentuan tingkat hasil investasi permodalan.
3. Kritik terhadap teori pertumbuhan yang baru
Ada satu kelemahaan mencolok pada teori pertumbuhan yang baru
tersebut, yakni ketergantungannya kepada sejumlah asumsi neoklasik
tradisional yang sebenarnya sudah jelas terbukti tidak cocok untuk
diterapkan kepada negara-negara berkembang. Faktor-faktor yang sangat
berpengaruh ini ternyata juga kurang diperhatikan oleh teori-teori
pertumbuhan endogen. Itulah sebabnya aplikasi teori tersebut dalam studi
111

pembangunan ekonomi juga sangat terbatas, apalagi jika studi tersebut
melibatkan perbandingan antarnegara.

G. Teori-teori pembangunan: usaha mempertemukan berbagai
perbedaan
Ilmu ekonomi pembanguan tidak memiliki doktrin-doktrin atau
paradigma baku yang telah diterima secara universal. apa yang ada adalah
pola-pola pemikiran dan pemahaman yang berkembang dan berubah
secara terus menerus. Kesemuanya itulah yang merupakan landasan utama
bagi segenap kegiatan pengkajian terhadap berbagai kemungkinan
pembangunan yang tengah ditempuh oleh negara-negara berkembang
dikawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin.
Sementara itu dari model-model perubahan struktural dua sektor
rumusan Lewis, kita bisa mengetahui betapa pentingnya upaya-upaya
untuk menganalisis keterkaitan-keterkaitan tertentu yang terdapat di antara
sektor pertanian tradisional denga sektor industri modern. Pemikiran para
teoretisi ketergantungan internasional juga bermanfaat karena telah
berhasil menonjolkan pentingnya struktur dan fungsi perekonomian dunia,
dan bahwasannya keputusan yang diambil oleh negara maju ternyata
sedemikian rupa sehingga selalu memberi pengaruh terhadap kehidupan
jutaan penduduk di negara-negara berkembang.

BAB VIII
MODERNISASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
PEMBANGUNAN
A. Teori Ketergantungan
Terbentuknya teori dependensia dilatarbelakangi oleh situasi
kemacetan ekonomi Negara-negara Amerika Latin serta keragu-raguan
mereka terhadap teori pembangunan. Para intelektual membuat kelompok
baru untuk mencari model interaktif. ECLA sendiri mempunyai
keterbatasan dalam hal ini. Pertama, karena ECLA memfokuskan
perhatian pada persoalan ekonomi murni, masalah sosial dan politik
dikesampingkan dalam analisis mereka. Kedua, ECLA bergantung pada
pemerintah Negara Amerika Latin yang konservatif dan sangat sensitif
terhadap analisis yang mereka nilai radikal, seperti land reform, misalnya.
Sekelompok ekonom muda yang bergabung dalam ECLA memulai babak
baru dalam analisis mereka.
112

ECLA dan pelopor Dependensia:
1. Furtado dan Sunkel
Penganut teori dependensia yang teorinya dianggap paling radikal
adalah ekonom Brazil yang bernama Celco Furtado. Mulanya ia adalah
seorang ekonom penganut paham modernisasi yang percaya bahwa
masalah utama Negara berkembang adalah karena kurangnya modal.
Asumsi itu mulanya merupakan anggapan dan asumsi umum bagi semua
ekonom yang bergabung dalam ECLA. Atas dasar itu, umumnya untuk
memecahkan masalah Negara berkembang adalah dengan satu usulan
pemecahan yang biasanya disebutkan sebagai substitusi impor. Setelah
pertumbuhan industri yang cepat di Brazil pada tahun 1950-an Furtado
menjadi sangat optimis. Akan tetapi sesaat kemudian pandangannya
berubah. Ternyata pembangunan telah membawa pada kudeta militer
tahun 1964. Menurut Fortado pada waktu itu definisi pembangunan terlalu
menitik beratkan pada pertumbuhan industri.
Dalam perkambangan selanjutnya Fortado mulai meneliti dan
mencoba menjelaskan perbedaan antara Center dan Periphery yang
menjadi ciri mazhab dependensia itu. Negara maju ditandai dengan adanya
saling tergantung antara negara yang berkuasa dalam membeli dan
investasi yang mengakibatkan naiknya standart hidup Negara tersebut.
Dalam hal ini akan tercipta dasar demokrasi industri, yakni berbagai
kekuatan politik akan mampu membatasi kekuasaan para pemilik modal.
Mulanya Furtado juga percaya bahwa proses itu juga akan terjadi di
Negara berkembang yang modal pembangunannya dari kapitalis berasal
akan menjadi sarana impor substitusi. Namun dalam perjalanan hidupnya,
akhirnya ia berubah pikiran, bahwa terdapat struktur interen yang
diwariskan kolonialisme dan telah menjadikan Negara tersebut sangat
kaku. Furtado berubah menjadi pesimis. Strategi industrialisasi ECLA
semakin menciptakan ketergantungan pihak asing. Impor barang konsumsi
diganti dengan barang impor dan prodik intermediate untuk strukur
industry tercipta di Brazil. Ketergantungan akan produk primer semakin
meningkat. Furtado menyimpulkan terdapat interestyang besar bagi
industri asing dan ologarki domestic untuk menjaga sebagian besar
penduduk yang tersingkirkan. Dengan cara itu upah buruh akan tetap
rendah dan keuntungan akan naik (Furtado, 1975: 148).
Sejak itu Furtado meninggalkan analisis ekonomi lama dan pindah
ke pendekatan yang lebih luas karena dalam pendekatan ini struktur sosial
113

mempunyai peran besar. Dia mencoba menggabungkan analisis Marxisme
dengan teori Keynesian. Menurutnya keduanya ada kelemahan dan
kelebihan. Marxisme mengisolasi struktur, sementara Keneys tak pernah
menitikberatkan pada perubahan struktural. Sumbangannya yang
bermanfaat adalah pandangannya tentang pemerintah dan perannya dalam
ekonomi. Menarik untuk dilihat bagaimana Furtado menyentuh soal
struktur sosial. Mesikipun Furtado tidak menggunakan analisis mode of
production, analisisnya adalah bahwa pembangunan di pirephery
merupakan refleksi atas apa yang terjadi di center- sesuatu yang biasanya
menjadi pusat analisis mazhab dependensia.
Furtado meninggalkan Brazil setelah kudeta 1964, dan pindah ke
Paris, melanjutkan analisisnya. Watak pesimisnya membawa usulan
bahwa Negara berkembang harus mengambil sikap berdikari, seperti
diuraikan dalam bukunya Economic Development of Latin America
(1969). Secara khusus dia menekankan perlunya peningkatan komitmen
umum. Pemerintah harus berjuang untuk merestrukturisasi seluruh
ekonomi sehingga teknologi modern harus disebarluaskan ke seluruh
lapisan sector produksi. Hal itulah yang akan menjamin pemerataan
distribusi pendapatan dan akhirnya akan mengakhiri proses marginalisasi
rakyat. Penting pula bagi Negara Amerika Latin untuk mendapat
kemandirian teknologi dan meningkatkan perdagangan inter-regional.
Bersama Andre Gundre Frank, Furtado menjadi tokoh utama madzab ini,
dan karyanya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Selain itu Oswaldo
Sunkel dari Chile juga punya andil dalam meradikalkan ECLA. Mulanya
sebagai ekonom tahun 1950-an, bersama Furtado menyumbang gagasan
dan paradigma dependensia pada tahun 1960-an.
2. Pengaruh Marxis: Cordoso dan Faletto
Beberapa gagasan mazhab dependensia memang tidak hanya
berasal dari ECLA, tetapi juga bersumber pada tradisi Marxisme Amerika
Latin. Pengaruh Marxis di ECLA mulanya hanya sebagai sociological
annaex yakni di Latin American Institute for Social and Economic
Planning (ILPES). Setelah kudeta militer Brazil 1964. Fernando Cordoso
pindah ke Chile dan bergabung di ILPES. Di sini Cordoso dan sejarawan
Chile Enzo Faletto melakukan studi sosiologis dan historis tentang
berbagai kasus ketergantungan, suatu gagasan yang segera mendapat
dukungan dari ilmuan sosial di ECLA dan universitas Santiago. Buku
berjudul Dependency and Development in Latin America oleh Cordoso
dan Faletto yang terbit tahun 1967 dianggap sebagai salah satu buku klasik
114

teori dependensia. Berbeda dengan analisis ECLA, Cordoso dan Faletto
memfokuskan pada aspek sosiopolitik. Mereka melihat pembangunan
ekonomi sebagai campuran berbagai interes kelas dari waktu ke waktu.
Keadaan ketergantungan ekonomi terhadap pasar dunia sangatlah krusial;
kaitan dan respon lokal bisa bermacam-macam. Oleh sebab itu, situasi
ketergantungan terjadi dalam pola yang secara historis berubah.
Akan tetapi, sangatlah mungkin untuk mengidentifikasikan
langkah perkembangan pembangunan dalam suatu Negara yang memiliki
sejarah yang sama seperti Negara Amerika Latin. Setelah merdeka (dari
Spanyol dan Portugal) kekuasaan politik modern telah dibiasakan oleh
aliansi antara kekuasaan politik modern, sektor agraris komersial, dan
ekonomi Old Hacienda. Komersial elite baru didominasi oleh aliansi ini,
dengan politik ekonomi yang dikenal dengan export oriented development,
yang bersumber pada produksi bahan mentah. Fase ini berakhir sampai
tahun depresi 1930, yang dianggap sebagai tahun dimulainya
pembangunan yang lebih luas. Menurut Cordoso dan Faletto,
sesungguhnya pembangunan ini sudah mulai lebih awal dengan
munculnya kelas menengah yang secara perlahan-lahan terserap oleh
struktur kekuasaan nasional. Oleh karena itu, titik beratnya lebih pada
dasar kekuasaan politik dari pada faktor lain.
Cordoso dan Faletto mewakili suatu pendekatan yakni studi
konkret terhadap ketergantungan. Cordoso secara tegas menolak dianggap
sebagai pembuat teori baru, dan teori dependensia harus dianggap sebagai
bagian dari teori Marxis tentang imperialisme. Bagi Cordoso, teori
kapitalis imperialism mendapat perhatian besar dalam karya Lenin. Bagi
Cordoso analisis Paul Baran dan Sweezy tentang monopoly capitalism
merupakan pengembangan lebih jauh dari teori Marxis. Hal yang sama
juga diperlukan untuk melihat konsekuensi dari monopoli kapitalisme
dalam ekonomi yang tergantung.
Development dan underdevelopment (dalam karya G. Frank)
merupakan suatu miskonsepsi. Nyatanya asumsi struktural kurangnya
dinamika dalam ekonomi ketergantungan (akibat imperialisme)
merupakan kesalahan dalam melihat watakpandangan ekonomi.
Development dan underdevelopment adalah dua sisi dari satu mata uang,
dan development merupakan penyebab underdevelopment.

115

3. Pengaruh Neo-Marxis: Dos Santos dan Marini
Orang Brazil lainnya, Theotonio Dos Santos, juga pindah ke
Santiago, Chile setelah kudeta militer 1964. Dos Santos mengenalkan
istilah baru the new dependence dalam rangka menguraikan kesalahan
kebijakan import substitution.
The new dependence ditandai oleh kenyataan naiknya investasi
Amerika Utara di Amerika Latin. Titik beratnya berubah dari raw material
menuju produksi industri barang terkemuka seperti barang elektronika.
Menurutnya hal ini merupakan tanda mulainya devisi buruh internasional
dengan perekonomian Negara periphery tidak lagi berasal dari bahan
mentah. Sector modern di Negara periphery kini menjadi bagian dari
sistem imperialist, dan pembangunan masih tetap parsial karena adanya
ketergantungan itu. Dalam tulisannya, Dos Santos tidak saja mengkritik
teori pembangunan yang ada, tetapi juga memberikan alternatif
pendekatan ketergantungan. Konsep ketergantungan Cordoso sering jadi
pijakan konsep teori ini. Dalam hal ini makna ketergantungan di artikan
sebagai suatu situasi ketika ekonomi dari Negara tertentu yang diekspansi
dikondisikan oleh perkembangan dan ekspansi ekonomi lain. Hubungan
saling ketergantungan antara satu atau banyak ekonomi, dan hubungan
antara mereka dengan perdagangan dunia berada dalam suatu
ketergantungan.
Bagi Dos Santos, rakyat Amerika Latin pada dasarnya menjadi
bagian dari sistem kapitalis dunia. Dari segi sejarah perkembangan, Dos
Santos menganalisis tiga macam bentuk dependensia. Pertama,
ketergantungan colonial yang ditandai oleh monopoli perdagangan yang
dilengkapi dengan monopoli tanah, tambang dan tenaga kerja di Negara
jajahan. Kedua, adalah ketergantungan financial-industry, dimulai sejak
era kemerdekaan dan ditandai oleh konsentrasi capital di Negara centers,
dan dengan penanaman investasi modal dalam bidang produksi bahan
mentah dan produk pertanian di Negara periphery. Sedang yang ketiga,
adalah ketergantungan industri teknologi (technological-industrial),
muncul setelah perang dunia kedua dan ditandai munculnya perusahaan
multinasional yang mendirikan pabrik yang berkaitan dengan dengan pasar
domestik Negara yang bergantung. Menurut Dos Santos, konsep
ketergantungan (dependensia) tak dapat dibahas di luar atau terpisah dari
teori imperialisme, atau bahkan merupakan pelengkap dari teori
imperialisme. Pada dasarnya teori dependensia adalah relasi imperealisme
internal dari Negara-negara Amerika Latin. Dengan demikian dapat
116

disimpulkan bahwa bagi Dos Santos teori dependensia adalah pelengkap
dan implementasi dari teori imperialisme yang lama.
4. Pengaruh Teori Dependensia: Gundre Frank
Andre Gundre Frank bergabung dengan lingkaran penganut teori
dependensia pada tahun 1960-an, dan menjadi motor perkembangan awal
teori tersebut. Dia menjadi terkenal secara internasional, karena berhasil
menyebarluaskan teori tersebut di kalangan akademisi Negara-negara yang
berbahasa Inggris. Itulah makanya di luar Amerika Latin nama Gundre
Frank menjadi identik dengan teori dependensia.
Dengan mengikuti Baran, Frank menekankan pada penggunaan
surplus ekonomi yang menjadi sebab dari underdevelopment. Analisis
Frank ditekankan pada struktur monopoli kapitalisme dan berakibat pada
surplus real dan potensial. Sistem kapitalis dunia ditandai oleh struktur
monopolis-satelite di mana metropolis mengeksploitasi satelite. Hal ini
memungkinkan eksploitasi surplus nyata dari Negara berkembang dan
menghindarkan Negara berkembang untuk mendapatkan surplus mereka.
Struktur monopoli terdapat di berbagai tingkatan: internasional, nasional
maupun lokal; menciptakan situasi eksploitasi dan sebaliknya, menjadi
sebab mata rantai arus surplus dari suatu desa terpencil di Amerika Latin
sampai ke Wall Street New York.
Satelite cenderung semakin didominasi oleh metropolis dan
semakin tergantung. Namun, ada pula kontradiksi dan kapitalisme ini,
yakni perubahan yang berkesinambungan. Di sini dia berpendapat bahwa
dasar struktur kapitalisme tetap tak berubah sejak abad ke-16.
Development of underdevelopment telah terjadi di Negara periphery dan
menciptakan kontradiksi. Itulah makanya konsep development yang
diformulasikan ECLA tak ada arti.
Esensi Perspectif Dependensia
Terjadinya kebingungan tentang apa sebenarnya mazhab
dependensia, sebenarnya menyangkut tentang apa akibat konkret secara
eksternal dan internal yang ditimbulkan oleh mahzab ini, sehingga semua
kritik terhadap mahzab ini selalu menjadi tidak fair. Posisi teori yang
dikembangkan teori dependensia tidaklah homogeny, sehingga agak sulit
untuk membuat posisi teoretik umum mahzab ini.
117

Richard Bath dan Dilmus mencoba membuat klasifikasi dengan
berdasarkan peran teori tersebut, baik internal ataupun eksternal. Mereka
membaginya dalam: conservatives, moderat dan radicals. Klasifikasi lain
dibuat oleh Sanjaya Lall. Ia membuat klasifikasi berdasar pendapat:
1. Mereka yang percaya bahwa dependensia selalu akan membawa
kemiskinan
2. Mereka yang percaya bahwa pertumbuhan dibatasi oleh
terbatasnya pasar, dan karenanya, cepat atau lambat akan
mengakibatkan stagnasi
3. Mereka yang percaya bahwa yang pertumbuhan adalah mungkin.
Tetapi selalu menjadi subordinat dari center (Lall, 1975).
Klasifikasi yang ketiga adalah yang diajukan oleh Gabriel Palma (1978).
Ia membedakan teori itu dalam:
1. Dependensia sebagai teori ketergantungan Amerika Latin
2. Dependensia adalah reformulasi dan analisis ECLA terhadap
pembangunan dari Amerika Latin
3. Dependensia sebagai metode untuk menganalisis secara konkret
kasus underdevelopment di Dunia ketiga.
Palma membuat analisis yang menarik, suatu analisis seperti yang
dilakukan oleh Narodinks terhadap Rusia pada awal abad ini, bahwa
pembangunan kapitalisme di Rusia adalah mustahil karena berbagai
hambatan struktural. Dia membandingkan antara kritik Lenin dari
Narodink, seperti kritik Marxis terhadap mahzab dependensia (yang
disimpatikinya). Dengan demikian, Palma memilih kategori ketiga, yang
tidak memiliki ambisi teoritis untuk kepentingan diri mereka sendiri, tetapi
teori itu justru diakui sebagai pelengkap dari teori Marxis mengenai
imperealisme. Tentu menjadi perdebatan, apakah dependensia merupaka
teori yang berdiri sendiri, atau menjadi cabang dari Marxism.
Meskipun setiap upaya membuat klasifikasi akan relevan terhadap
kebutuhan yang pembuatannya, pengklasifikasian dapat mengakibatkan
timbulnya kesimpulan yang berbeda tentang peran tori dependensia. Oleh
karena itu, kami mencoba membuat skema multi-dimensional yang
mengeksplisitkan semua criteria. Kami menggunakan enam dimensi untuk
menyimpulkan berbagai pandangan penganut teori dependensia agar lebih
bernuansa, yakni sebagai berikut:

118

a. Holism versus Partikularisme
Dalam kritiknya terhadap modernisasi, Frank menggunakan
konsep holism sebagai kriteria ilmiah, yang dengan kriteria itu ia menolak
teori pembangunan borjuis. Frank menekankan bahwa keterbelakangan
suatu bangsa di suatu Negara hanya dapat dipahami, jika hal itu dilihat
sebagai akibat dari posisi Negara tersebut dari system yang lebih luas
(karena hal itu merupakan bagian yang integral). Ambisi untuk memahami
secara holistic inilah yang membawanya pada analisis global
accumulation of capital, suatu analisis yang dipakai oleh Frank dan Amin.
Model kapitalisme transnasional yang dikembangkan oleh Sunkel juga
ditandai dengan ambisi melihat masalah secara holistik.
Tokoh dependensia lain telah mempersempit analisis mereka pada
masyarakat yang tergantung jika dilihat secara global. Kita lihat misalnya
Dos Santos dan Marini, keduanya mencoba mengembangkan teori
kapitalisme periphery, demikian halnya Cordoso dan Faletto, melihat
pendekatan dependensia sebagai metode analisis yang konkret terhadap
periphery. Itulah makanya nantinya teori ini berkembang menjadi world
system theorist. Pendeknya, kita bisa menyatakan perhatian menuju
holism, yakni menekankan secara menyeluruh yang menjadi karakter
penganut mahzab dependensia, meskipun analisis utama mereka tertuju
pada masalah periphery.
b. Eksternal versus Internal
Disini masalahnya adalah apa yang sesungguhnya mempengaruhi
pembangunan periphery, apakah faktor internal ataukah faktor eksternal.
Faktor eksternal yang dimaksud adalah analisis terhadap hal-hal di luar
area ekonomi nasional, sedangkan faktor internal adalah hubungan kausal
tingkat domestik.
Ada kesalahpahaman terhadap mahzab dependensia, bahwa
penganut mazhab ini dianggap hanya melihat masalah dari faktor eksternal
saja, yakni penetrasi kapitalis-imperialis belaka. Sesungguhnya bagaimana
kaitan faktor internal dan faktor eksternal menjadi masalah mahzab ini,
dan diantara mereka berhasil menemukan jalan keluarnya. Adanya pikiran
bahwa kondisi eksternal secara mekanik menentukan kondisi internal
terdapat dalam tulisan awal Frank. Di atas segalanya, yang menjadi
perhatian mazhab ini adalah model kontroversi antara satelit, yakni Wall
Steet di New York sampai ke desa terpencil di India.
119

Seringkali Frank meningkatkan untuk menolak model interpretasi
mechanical-externalistic, tetapi model itu sendiri menjebak kearah sana.
Akan tetapi harus diingat bahwa dalam tahun 1960-an dependensia terlibat
dalam polemik dengan teori evolusionist pembangunan yang umumnya
mengabaikan hubungan internasional dan mengklaim bahwa
pembangunan nasional pada dasarnya ditentukan secara internal. Dos
Santos membedakan antara konsep conditioning (faktor eksternal) dan
determining (faktor internal). Dengan pembagian ini kelihatan ada
tendensi bahwa titik tekan berubah dari faktor eksternal ke internal. Dalam
masalah ini Sunkel lebih melihatnya sebagai dialektika antara internal dan
eksternal, sedangkan Cordoso lebih cenderung melihat faktor internal.
c. Ekonomi versus Analisis Sosio-Politik
Sejumlah tokoh mazhab ini secara jelas mengacu jelas mengacu
pada analisis ekonomi. Hal ini karena latar belakang disiplin ilmu mereka.
Analisis dependensia awal pada umumnya sangat ekonomis, sedangkan
analisis aspek lain hanya sedikit. Hampir semua tokoh, dari Prebisch
sampai Sunkel, hanya menitikberatkan pada analisis ekonomi. Furtado
yang tadinya sangat ekonomistik berubah analisisnya menjadi sosio-
politik.
Formulasi Frank dan Santos melihat masalah ketergantungan
berdasar interaksi antara berbagai ekonomi yang berbeda. Mereka agak
sulit memasukkan analisis struktur kelas dan kondisi politik. Dengan spirit
neo-Marxis, mereka melihat bahwa pembangunan dan keterbelakangan
adalah konsekuensi dari arus surplus ekonomi dalam model metropolis-
satelite. Mazhab dependensia sering dituduh mengabaikan analisis kelas
karena bias ekonom mereka. Penggunaan istilah kelas, kesadaran kelas
dan perjuangan kelas memang tidak masuk dalam analisis mereka.
Meskipun Cordoso dan Faletto menekankan struktur sosial maupun
kondisi politik, pendekatan mereka terbatas pada pemerintah dan proses
politik pengambilan keputusan., serta tidak banyak melihat massa rakyat
Amerika Latin sebagai korban underdevelopment.
d. Kontradiksi Regional/Sektoral versus Kontradiksi kelas
Sementara sebagian tokoh menekankan pada polarisasi system
total, baik level internasional maupun nasional, namun sebagian
menekankan analisis pada konflik fundamental dalam kontradiksi kelas
atau perjuangan kelas. Kaum Marxis seringkali mengkritik mazhab
120

dependensia karena lemahnya analisis kelas. Konradiksi satellite-
metropolit Frank pada dasarnya adalah regional. Menurut Frank, kaum
borjuis Amerika Latin tak mampu memulai proses akumulasi dan tak sadar
akan kebutuhan dan interes mereka sendiri.
Analisis martini tertuju pada kontaradiksi regional. Dia
mengklaim bahwa kapitalis dan buruh di Negara center bersama-sama
mengekploitasi periphery. Sementara itu, Cordoso mencoba melakukan
analisis kelas, tetapi agak rumit, yakni menggunakan kontradiksi antara
buruh dan capital. Cordoso berpendapat bahwa struktur kelas Negara Barat
pada dasarnya berbeda dengan struktur yang berkembang di Brazil.
Komponen analisisnya bukanlah kelas, tetapi hubungan struktural antara
berbagai kelompok.
e. Keterbelakangan versus pembangunan
Teori dependensia (ketergantungan) sering disebut juga teori
keterbelakangan (underdevelopment). Menurut teori ini, pembangunan
tidak cocok dengan ketergantungan. Frank dalam hal ini mempunyai
pandangan yang ekstrem., sedangkan lawan pandangan ini adalah mereka
yang dekat dengan Marxisme klasik. Harus di jelaskan bahwa yang
dimaksud development adalah kapitalis development. Pertanyaan yang
muncul adalah mungkinkah kapitalisme terjadi di periphery? Bagi Marx
dan Engels ini adalah hal yang lumrah, seperti hukum alam. Bagi Cordoso,
kapitalisme di periphery adalah mungkin, tetapi terbatas pada apa yang
disebutnya sebagai dependent capitalist development. Sunkel sangat
pesimis ketika dia melihat underdevelopment sebagai proses panjang yang
akan memarjinalkan dan mengstagnasikan periphery. Akan tetapi, harus
diakui bahwa dalam lapisan struktur tertentu di periphery menjadi
terbelakang, bukan semata-mata negaranya. Berbeda dengan center,
lapisan struktur peripheral ini mempengaruhi keseluruhan ekonomi
nasional.
f. Voluntarisme versus Determinisme
Penganut mazhab dependensi umumnya mencoba membuat
analisis yang relevan secara politik, dan mendefinisikan dengan agak luas
konsep revolusi sosialis. Popularitas mereka di dorong oleh tumbuhnya
ketidaksabaran dan kekalahan partai komunis Amerika Latin. Menurut
pandangan resmi Marxis, Negara Amerika Latin harus bergerak dari
feodalisme ke kapitalisme. Akibatnya, kaum komunis Amerika Latin
121

mendukung partai borjuis untuk mengembangkan pembangunan industi-
kapitalis dan melawan aliansi antara feudal dan kekuatan imperialis.
Oleh karena kaum neo-Marxist menilai bahwa Amerik Latin telah
menjadi Negara kapitalis, tetapi dalam situasi terbelakang sehingga
strategi mereka berbeda. revolusi sekarang adalah sikap tipikal mereka ,
dan revolusi kuba membuka jalan itu. Para tokoh dependensia awal,
khususnya Frank, adalah penganut voluntarisme dan bertentangan
dengan pendekatan kaum komunis yang deterministik itu. Cordoso dalam
hal ini berada di antara dua ekstrem, dia menuduh kaum komunis Amerika
Latin sebagai sangat deterministic, dan juga menuduh Debray dan Guevara
sebagai voluntarisme. Sunkel berbeda lagi, pendekatannya lebih kea rah
reformisme yang dekat dengan demokrasi sosial.
Yang paling menghambat pembangunan bukanlah kurangnya
modal ataupun keterampilan wiraswasta, tetapi adanya devisi
buruh internasional.
Devisi buruh internasional dianalisis dalam hubungan antar region
dalam dua hal: center dan periphery diasumsikan sangat penting
karena transfer surplus terjadi dari Negara periphery ke center.
Kenyataaan bahwa periphery telah diperas surplusnya, dan center
menggunakan hasil surplus itu bukan untuk tujuan pembangunan.
Namun, pembangunan di center mengakibatkan
underdevelopment (terbelakangnya) periphery. Development dan
underdevelopment adalah dua aspek dari proses global yang
tunggal. Semua region yang terlibat dalam proses ini disebut
kapitalis, bedanya ada yang central dan ada kapitalis periphery
(pinggiran).
Periphery menjadi terbelakang karena hubungannya dengan
center. Maka perlu bagi mereka untuk memutuskan hubungan
(disasociate) dengan pasar dunia dan menekankan pada sikap
berdikari. Untuk memungkinkan hal ini, ttransformasi politik
secara revolusi diperlukan. Begitu hambatan eksternal bisa
disingkirkan, secara otomatis pembangunan akan berjalan.
Saya setuju dengan pendapat Furtado yang mengatak bahwa
Pemerintah harus berjuang untuk merestrukturisasi seluruh ekonomi
sehingga teknologi modern harus disebarluaskan ke seluruh lapisan sector
produksi. Hal itulah yang akan menjamin pemerataan distribusi
pendapatan dan akhirnya akan mengakhiri proses marginalisasi rakyat.
Penting pula bagi Negara Amerika Latin untuk mendapat kemandirian
122

teknologi dan meningkatkan perdagangan inter-regional. Dengan begitu
proses marginalisasi rakyat akan selesai dan akan menjadi lebih maju.
Saya juga setuju denga pendapat Cordoso Mereka melihat
pembangunan ekonomi sebagai campuran berbagai interes kelas dari
waktu ke waktu. Keadaan ketergantungan ekonomi terhadap pasar dunia
sangatlah krusial; kaitan dan respon lokal bisa bermacam-macam. Oleh
sebab itu, situasi ketergantungan terjadi dalam pola yang secara historis
berubah. Jadi kita dapat mengetahui bagaimana keterbelakangan dinegara
pingir dan deskripsi tentang keterbelakangan yang terjadi tersebut setelah
bersentuhan dengan negara maju.
Saya kurang sependapat dengan Dos Santos yang menyatakan
bahwa Dos santos menyatakan bahwa negara pinggiran atau satelit juga
bisa berkembang, meskipun perkembangan ini merupakan perkembangan
yang tergantung, perkembangan ikutan. Untuk melakukan perkembangan,
Negara berkembang masih tergantung pada Negara maju. Menurut saya itu
kurang baik, karena dengan mengikuti perkembangan yang di alami oleh
Negara maju, itu akan menyebabkan a).Kehidupan ekonomi negara
pinggir tergantung ke negara pusat, b).Terjadinya kerjasama modal asing
dengan kelas borjuasi dan kelas penguasa, c).Terjadi ketimpangan yang
kaya dan yang miskin terjadi ekploitasi rakyat kecil.
Saya sependapat dengan Gundre Frank yang menyatakan aliran
ketergantungan berpandangan bahwa aliran modernisasi tidak akan dapat
mensejahterakan masysarakat Dunia Ketiga karena aliran ini
mempertahankan statusquo kelompok yang berkuasa (yaitu Negara maju
yang kapitalistik dan imperialis). Karena selain itu, pembangunan di
Negara satelite dipengaruhi 3 komponen utama: modal asing, pemerintah
lokal di Negara satelite, dan kaum borjuis lokal. Itu dapat mempengaruhi
Kehidupan ekonomi negara pinggir tergantung ke negara pusat.
Terjadinya kerjasama modal asing dengan kelas borjuasi dan kelas
penguasa. Terjadi ketimpangan yang kaya dan yang miskin terjadi
ekploitasi rakyat kecil.
Jadi menurut pemakalah Teori dependensi baru memberikan
perhatian pada kemungkinan munculnya ciri ketergantungan yang unik
dan khas secara historis seperti yang terjadi di Korea, taiwan dan
Indonesia. Dengan perspektif dependensi baru negara dunia ketiga tidak
lagi dipandang sebagai negara yang bergantung pada asing, tetapi sebagai
aktor yang aktif yang secara cerdik berusaha untuk bekerjasana dengan
modal domestik dan modal internasional. Jika negara dunia ketiga mampu
123

secara selektif, hati-hati dan terencana membangun hubungan dengan tata
ekonomi kapitalis dunia, maka akan bisa membebaskan dari
keterbelakangan dan ketergantungan.

B. Kapitalisme
Pemikiran Kapitalisme adl sebuah sistem ekonomi yg filsafat sosial dan
politiknya didasarkan kepada azas pengembangan hak milik pribadi dan
pemeliharaannya serta perluasan faham kebebasan. Sistem ini telah
banyak melahirkan malapetaka terhadap dunia. Tetapi ia terus melakukan
tekanan-tekanannya dan campur tangan politis sosial dan kultural terhadap
bangsa-bangsa di dunia.
1. Sejarah berdiri dan Tokoh-tokohnya
Eropa pernah diperintah kerajaan Romawi yg telah mewariskan
sistem feodalistik.
Dalam rentang waktu antara abad ke-14 sampai abad ke-16 muncul apa yg
disebut kelas bourgeois mengiring tahap feodal dimana keduanya saling
mengisi. Kemudian sejak awal abad ke-16 secara bertahap fase borjuis
disusul dgn fase kapitalisme. Maka yg pertama kali muncul ialah seruan
kebebasan menyusul seruan-seruan nasionalisme sekuler dan penciutan
dominasi spiritual Paus. Di Perancis kemudian muncul aliran bebas pada
pertengahan abad ke-18 yg melahirkan kaum naturalis.
2. Prinsip-prinsip Kapitalisme
Mencari keuntungan dgn berbagai cara dan sarana kecuali yg
terang-terangan dilarang negara krn merusak masyarakat seperti
heroin dan semacamnya.
Mendewakan hak milik pribadi dgn membuka jalan selebar-
lebarnya agar tiap orang mengerahkan kemampuan dan potensi yg
ada utk meningkatkan kekayaan dan memeliharanya serta tidak
ada yg menjahatinya. Karena itu dibuatlah peraturan-peraturan yg
cocok utk meningkatkan dan melancarkan usaha dan tidak ada
campur tangan negara dalam kehidupan ekonomi kecuali dalam
batas-batas yg yg sangat diperlukan oleh peraturan umum dalam
rangka mengokohkan keamanan.
Perfect Competition .
Price system sesuai dgn tuntutan permintaan dan kebutuhan dan
bersandar pada peraturan harga yg diturunkan dalam rangka
mengendalikan komoditas dan penjualannya.
124

3. Bentuk Kapitalisme
Kapitalisme perdagangan yg muncul pada abad ke-16 setelah
dihapusnya sistem feodal. Dalam sistem ini seorang pengusaha
mengangkat hasil produksinya dari satu tempat ke tempat lain
sesuai dgn kebutuhan pasar. Dengan demikian ia berfungsi sebagai
perantara antara produsen dan konsumen
Kapitalisme industri yg lahir krn ditopang oleh kemajuan
industri dgn penemuan mesin uap oleh James Watt tahun 1765 dan
mesin tenun tahun 1733. Semua itu telah membangkitkan revolusi
industri di Inggris dan Eropa menjelang abad ke-19. Kapitalisme
industri ini tegak di atas dasar pemisahan antara modal dan buruh
yakni antara manusia dan mesin.
Sistem Kartel yaitu kesepakatan perusahaan-perusahaan besar
dalam membagi pasaran internasional. Sistem ini memberi
kesempatan utk memonopoli pasar dan pemerasan seluas-luasnya.
Aliran ini tersebvar di Jerman dan Jepang.
Sistem Trust yaitu sebuah sistem yg membentuk satu perusahaan
dari berbagai perusahaan yg bersaing agar perusahaan tersebut lbh
mampu berproduksi dan lbh kuat utk mengontrol dan menguasai
pasar.
Pendapat Adam Smith yg paling penting ialah tentang
ketergantungan peningkatan perekonomian kemajuan dan kemakmuran
kepada kebebasan ekonomi yg tercermin pada Kebebasan individu yg
memberikan seseorang bebas memilih pekerjaannya sesuai dgn
kemampuannya yg dapat mewujudkan penghasilan yg dapat memenuhi
kebutuhan dirinya. Kebebasan berdagang di mana produktivitas peredaran
produksi dan distribusinya berlangsung dalam iklim persaingan bebas.
Kaum kapitalis memandang kebebasan adl suatu kebutuhan bagi individu
utk menciptakan keserasian antara dirinya dan masyarakat. Sebab
kebebasan itu adl suatu kekuatan pendorong bagi produksi krn ia benar-
benar menjadi hak manusia yg menggambarkan kehormatan kemanusiaan.
Perbaikan-perbikan Kapitalisme Inggris sampai tahun 1875
merupakan negara kapitalis terbesar dan termaju. Tetapi pada perempat
akhir abad ke-19 muncul Amerika Serikat dan Jerman. Menyusul Jepang
setelah perang dunia ke-2.
Pada tahun 1932 di Inggris negara mulai langsung melakukan campur
tangan secara basar-besaran. Di Amerika campur tangan negara mulai
ditingkatkan sejak tahun 1933. Di Jerman campur tangan negara dimulai
125

sejak Hitler. Tujuannya tidak lain hanyalah memelihara kesinmbungan
kapitalisme.
Campur tangan negara ini terutama dalam bidang perhubungan pengajaran
dan perlindungan terhadap hak-hak warga negara dan masa peraturan yg
bersifat sosial seperti asuransi sosial dan orang-orang jompo pengangguran
orang lemah pemeliharaan kesehatan perbaikan pelayanan dan
peningkatan taraf hidup. Kapitalisme mulai berorientasi kepada perbikan
sektoral disebabkan munculnya kaum buruh sebagai kekuatan produktif di
negara-negara demokrasi tekanan dari komite hak-hak azasi manusia dan
utk membendung ekspansi komunisme yg berpura-pura menolong kaum
buruh dan mengklaim sebagai pembelanya.
Menurut pemakalah Kapitalisme atau kapital adalah suatu paham yang
meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah
tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi
intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untung kepentingan-
kepentingan pribadi. Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak
memiliki definisi universal yang bisa diterima secara luas. Beberapa ahli
mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang mulai berlaku di
Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa perkembangan
perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun
kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat
memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama
barang modal, seperti tanah dan manusia guna proses perubahan dari
barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan modal-modal tersebut,
para kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin dahulu, baru
buruh sebagai operator mesin dan juga untuk mendapatkan nilai lebih dari
bahan baku tersebut.
Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukannya
sistem perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini
dikenal dengan sebutan guild sebagai cikal bakal kapitalisme. Saat ini,
kapitalisme tidak hanya dipandang sebagai suatu pandangan hidup yang
menginginkan keuntungan belaka. Peleburan kapitalisme dengan
sosialisme tanpa adanya pengubahan menjadikan kapitalisme lebih lunak
daripada dua atau tiga abad yang lalu.
Pemerintah mendominasi bidang perdagangan selama berabad-
abad namun kemudian malah memunculkan ketimpangan ekonomi.Para
pemikir ini mulai beranggapan bahwa para borjuis, yang pada era
126

sebelumnya mulai memegang peranan penting dalam ekonomi
perdagangan yang didominasi negara atau lebih dikenal dengan
merkantilisme, seharusnya mulai melakukan perdagangan dan produksi
guna menunjang pola kehidupan masyarakat.
Adam Smith adalah seorang tokoh ekonomi kapitalis klasik yang
menyerang merkantilisme yang dianggapnya kurang mendukung ekonomi
masyarakat.Ia menyerang para psiokrat yang menganggap tanah adalah
sesuatu yang paling penting dalam pola produksi. Gerakan produksi
haruslah bergerak sesuai konsep MCM (Modal-Comodity-Money, modal-
komoditas-uang), yang menjadi suatu hal yang tidak akan berhenti karena
uang akan beralih menjadi modal lagi dan akan berputar lagi bila
diinvestasikan. Adam Smith memandang bahwa ada sebuah kekuatan
tersembunyi yang akan mengatur pasar (invisible hand), maka pasar harus
memiliki laissez-faire atau kebebasan dari intervensi pemerintah.
Pemerintah hanya bertugas sebagai pengawas dari semua pekerjaan yang
dilakukan oleh rakyatnya.
C. Teori Pasca Ketergantungan
Teori pasca-ketergantungan ini muncul sebagai alternative dari
teori sebelumnya, teori ketergantungan dan memberi perspektif baru pada
teori-teori pembangunan pada umumnya.
Salah satu persfektif penting yang diberikan adalah bahwa aspek
eksternal dari pembangunan menjadi penting. Sebelumnya aspek
tersebut kurang dianggap berperan. Negara-negara lain hanya dianggap
sebagai mitra dagang, yang sering kali sangat membantu proses
pembangunan yang terjadi di suatu Negara. Ataupun dianggap
menghambat, paling-paling karena Negara itu sangat besar kekuatan
ekonominya, sehingga Negara yang sedang membangun tidak bisa
bersaing dengan mereka.
1. Teori-Teori Pasca Ketergantungan
a. Teori Liberal
Teori liberal pada dasarnya tidak banyak dipengaruhi oleh teori
ketergantungan, teori liberal tetap berjalan seperti sebelumnya yakni
mengukuti asumsi-asumsi bahwa modal dan investasi adalah masalah
utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
127

Teori yang dianut oleh para ahli ekonomi ini lebih mengembangkan
diri pada keterampilan teknisnya, yakni bagaimana membuat table input-
output yang baik, bagaimana mengukur keterkaitan diantara berbagai
sector ekonomi dan sebagainya. Tentu saja bukan tidak berguna. Tetapi,
yang kurang dipersoalkan adalah bagaimana faktor politik bisa
dimasukkan ke dalam model mereka.
Kritik terhadap teori liberal pada umumnya berkisar pada
ketajaman definisi dari teori ketergantungan. Definisi yang ada dianggap
terlalu kabur, sulit dijadikan sesuatu yang operasional. Tanpa kejelasan
dan ketajaman konsep konsep dasarnya, teori ketergantungan lebih
merupakan sebuah retorika belaka.
Agar konsep ketergantungan dapat di pakai untuk menyusun teori,
maka ada dua kriteria yang harus dipenuhinya, yaitu:
a. Gejala ketergantungan ini harus hanya ada di negara negara
yang ekonominya mengalami ketergantungan dan tidak di negara
yang tidak tergantung dengan negara lain.
b. Gejala ini mempengaruhi perkembangan dan pola pembangunan
di negara negara yang tergantung.
Dari penelitiannya terhadap aspek ekonomi dan sosiopolitik dari
gejala ketergantungan , Lall melihat bahwa gejala ini juga terdapat di
Negara-negara yang dianggap tidak tergantung. Misalnya tentang
dominasi modal asing.
b. Teori Artikulasi
Mula-mula dikembangkan oleh Claude, Meillassoux dan Pierre
Philippe Rey Berititik tolak dari konsep formasi social. Dalam Marxisme
dikenal konsep cara produksi (mode of production) , misalnya cara
produksi kapitalis, cara produksi sosialis, dsb. Masing-masing cara
produksi tersebut mempunyai ciri sendiri dibandingkan dengan cara
produksi lainnya.
Ada peralihan dari satu cara produksi ke produksi lain. Peralihan
itu memakan waktu berabad-abad. Pada waktu peralihan inilah
dimungkinan ada beberapa cara produksi sekaligus. Pada tataran nyata
dimungkinkan cara produksi kapitalis bersamaan dengan cara produksi
feodal. Kondisi diatas dinamakan formasi sosial, yaitu ada cara produksi
yg lebih dari satu ada bersama.
128

Menurut Marx: Di satu formasi sosial, ada 1 jenis cara produksi
yang menguasai cara produksi lainnya. Cara produksi yg dominan ini
berfungsi seperti memberi pengaruh dan mengubah sifat-sifat utama dari
cara produksi lainnya. Bila cara produksi feodal dominan maka disebut
formasi sosial feodal. Perbedaan dominasi itu yg memunculkan konsep
artikulasi.
Pendapat Teori Artikulasi: Kapitalisme di negara Pinggiran tidak
bisa berkembang karena artikulasinya atau kombinasi unsur-unsurnya
tidak efisien. Kegagalan kapitalisme di negara pinggiran karena cara
produksi yang ada di negara tersebut saling bertentangan dan
menghambat. Teori Artikulasi disebut juga sebagai teori yang memakai
pendekatan cara produksi. Pada teori ini, persoalan keterbelakangan dilihat
dalam lingkungan proses produksi. Bagi teori artikulasi, keterbelakangan
di Negara-negara duniaketiga harus di dilihat sebagai kegagalan dari
kapitalisme untuk berfungsi secara murni. Sebagai akibat dari adanya cara
produksi lain di Negara-negara tersebut.
2. Bill Waren
Warren membantah inti teori ketergantungan, yakni bahwa
perkembangan kapitalisme di Negara-negara pusat dan pinggiran berbeda.
Menurutnya, kapitalisme di Negara manapun sama. Inti dari kritik
Warren adalah :
Bahwa dalam kenyataannya, negara-negara yang tergantung
menunjukkan kemajuan dalam pertumbuhan ekonomi dan
proses industrialisasinya. Bahkan kemajuan ini menunjukkan
bahwa negara-negara yang tergantung ini sedang mengarah
pada pembangunan yang mandiri. (Hal ini berbeda dengan
pandangan kaum Marxis) Oleh karena itu, dia menyimpulkan :
Jadi, berlawanan dengan pendapat umum yang ada, dunia
ketiga tidak mengalami kemandekan secara relative maupun
absolut setelah perang dunia ke dua, sebaliknya, kemajuan
yang berarti dalam hal kemakmuran material dan
pembangunan kekuatan produksi telah tercapai, dengan
kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan
sebelum perang. Kenyataan ini juga berlawanan dengan
pandangan kaum marxis yang menyatakan bahwa
pembangunan nasional yang mengikuti jalan kapitalis bisa
terjadi di dunia ketiga.
129


3. Immanuel Wallerstein (Teori SistemDunia)
Mengemukakan Teori sistem dunia Ia mengkritik bahwa teori
ketergantungan tidak bisa menjelaskan pembangunan di dunia ketiga, yang
bisa dijelaskan hanya gejala terjadinya keterbelakangan.
Dunia dikuasai oleh sistem-sistem kecil atau sistem mini dalam
bentuk kerajaan-kerajaan atau bentuk pemerintahan lainnya karena waktu
itu belum ada sistem dunia. Dan masing-masing sistem mini tidak saling
berhubungan atau dunia waktu itu terdiri dari banyak sistem mini yang
terpisah.
Kemudian terjadi penaklukan-penaklukan secara militer maupun
bergabung dengan sukarela, lalu muncul apa yang disebut kerajaan
dunia (world empire). Kerajaan dunia ini mengendalikan kawasannya
melalui sebuah sistem politik yang dipusatkan.
Perkembangan teknologi perhubungan dan perkembangan di
bidang lain kemudian memunculkan sistem perekonomian dunia yang
menyatu. Dengan kata lain, sistem perekonomian dunia adalah satu-
satunya sistem dunia yang ada. Sistem dunia inilah yang sekarang ada
sebagai kekuatan yang menggerakkan negara-negara di dunia. (Sistem
dunia saat ini hanya satu yakni kapitalisme global pasar internasional)
Sistem dunia = kekuatan yang menngerakkan Negara-negara di dunia
(termasuk sistem ekonomi, misalya kapitalisme global, ekonomi pasar,
dsb.).
Menurutnya, sebuah sistem dunia tidaklah harus berarti
menguasai seluruh dunia, atau harus ada satu kekuasaan pusat, Negara-
negara dapat berdiri sendiri dengan pembagian kerja tertentu satu dengan
yang lain dan dapat bekerjasama.
Dalam mengadopsi teori ketergantungan, Ia mengklasifikasikan
negara-negara menjadi 3 kelompok kelas:
1. Negara pusat (Negara maju)
2. Negara setengah pinggiran (Negara semi-periphery)
3. Negara pinggiran (Negara terbelakang/ periphery)
Dengan komposisi:
130

v 1 mengeksploitir 2
v 2 mengeksploitir 3
v 3 yang paling dieksploitir .
Perbedaan pokok diantaranya adalah pada pada kekuatan
ekonomi, dan yang paling kuat adalah negara pusat. Ketiganya saling
berinteraksi, sehingga untuk menganalisis suatu negara harus dilihat
sebagai keseluruhan dunia.
Setiap kelompok negara bisa naik atau turun kelas. Setelah negara-
negara Eropa hancur (inggris, belanda dan perancis) kini amerika yang
terkuat. Munculnya negara-negara industri baru (korsel,taiwan, singapura
hongkong, cina) merupakan contoh naiknya kelas negara pinggiran ke
setengah pinggiran dan mungkin merebut menjadi pusat .
Strategi proses kenaikan kelas (pandangan teori sistem dunia)
1. Dengan merebut kesempatan yang datang
Hanya bisa dilakukan dengan cara merebut kesempatan yang
datang.
Pada suatu kondisi tertentu karena tidak seimbangnya
perdagangan negara pusat dan pinggir, akan terjadi harga
barang mentah sangat murah dan harga barang industri/ olahan
sangat mahal negara pingiran tidak tidak bisa impor barang
industri olahan.
Karena itu, harus berani melakukan tidakan radikal, antara
lain: Melakukan industrialisasi di negeri sendiri sebagai
substitusi barang-barang impor tsb. Dengan resiko ada
ketergantungan lain yaitu barang-barang seperti impor mesin
produkasi. Mengoptimalkan potensi dalam negeri dan
kencangkan ikat pinggang barang produksi
2. Melalui undangan (keikutsertaan dalam saham multi national
coorporation)
Biasanya karena keterbatasan tenaga kerja dan wilayah di
negara pusat, maka mereka berusaha mengekspansi
perusahaan multinasional ke negara lain.
Mereka butuh mitra usaha di negara lain, termasuk
mendirikan perusahaan-perusahaan/pabrik sebagai
cabangnya. Bagi negara pinggirian yang menerima tawaran
131

seperti ini, maka akan banyak berdiri perusahaan/pabruk,
tetetapi milik negara luar.
Kegiatan industrialisasi seakan cepat berkembang, penduduk
tertampung sebagai pekerja, dan sebagaian keuntungan akan
dinikmati oleh negara pingiran tersebut.
Dalam hal ini tergantung bargaining yang dibuat antara
negara pinggirian dan pusat kapan negara pinggirian dapat
naik kelas/ kapan paerusahaan dapat dialihkan
kepemilikannya ke negara pinggir. Dengan cara demikian
negara pinggir akan menjadi negara setengah pinggiran
3. Memandirikan negara sendiri
Berusaha melepas ketergantungan dengan negara pusat.
Tergantung ada tidak kesempatan untuk ini. Punyakah
kemampuan untuk lepas dari kungkungan negara pusat.
Contohnya adalah negara kenya dengan konsep ujamaa untuk
melepaskan dari eksploitasi negara maju.
Menurut pemakalah Teori liberal pada dasarnya tidak
banyak dipengaruhi oleh teori ketergantungan, teori liberal teteap
berjalan seperti sebelumnya yakni mengukuti asumsi-asumsi
bahwa modal dan investasi adalah masalah utama dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi. Kritik terhadap teori liberal
pada umumnya berkisar pada ketajaman definisi dari teori
ketergantungan. Definisi yang ada dianggap terlalu kabur, sulit
dijadikan sesuatu yang operasional. Tanpa kejelasan dan
ketajaman konsep konsep dasarnya, teori ketergantungan lebih
merupakan sebuah retorika belaka.
Teori liberal pada dasarnya tidak banyak dipengaruhi oleh
teori ketergantungan. Teori liberal tetap berjalan seperti
sebelumnya, yakni mengikuti asumsi-asumsi bahwa modal dan
investasi adalah masalah utama dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi. Teori yang dianut oleh para ahli ekonomi ini lebih
mengembangkan diri pada keterampilan teknisnya, yakni
bagaimana membuat table input-output yang baik, bagaimana
mengukur keterkaitan diantara berbagai sector ekonomi dan
sebagainya. Tentu saja bukan tidak berguna. Tetapi, yang kurang
dipersoalkan adalah bagaimana faktor politik bisa dimasukkan ke
dalam model mereka. Teori Artikulasi bertitik tolak dari konsep
132

Formasi Sosial. Dalam marxisme dikenal konsep cara produksi
(mode of production), misalnya cara produksi feodal, cara
produksi kapitalis, dan cara produksi sosialsi, yang ketiganya
memiliki perbedaan. Misal dalam kapitalisme terdapat pasar
bebas, akumulasi modal yang cepat dan sebagainya. Namun,
kenyataan yang sesungguhnya dalam masyarakat tidak hitam putih
seperti itu. Adanya cara peralihan seperti dari cara produksi feodal
ke kapitalis bukan terjadi pada hitungan hari, tetapi memakan
waktu yang lama dan pada waktu peralihan yang lama inilah
terjadi percampuran dari dua atau lebih cara produksi. Oleh karena
itu, gejala di mana beberapa cara produksi ada bersama disebut
dengan formasi sosial. Teori Artikulasi disebut juga sebagai teori
yang memakai pendekatan cara produksi. Pada teori ini, persoalan
keterbelakangan dilihat dalam lingkungan proses produksi. Bagi
teori artikulasi, keterbelakangan di Negara-negara duniaketiga
harus di dilihat sebagai kegagalan dari kapitalisme untuk berfungsi
secara murni. Sebagai akibat dari adanya cara produksi lain di
Negara-negara tersebut.
Warren membantah inti teori ketergantungan, yakni
bahwa perkembangan kapitalisme di Negara-negara pusat dan
pinggiran berbeda. Kapitalisme di negara manapun sama. Oleh
karena itu, tesis warren cenderung menjadi a-historis dan dekat
dengan teori para ahli ilmu social liberal. Inti dari kritik Warren
adalah bahwa dalam kenyataannya, negara-negara yang
tergantung menunjukkan kemajuan dalam pertumbuhan ekonomi
dan proses industrialisasinya. Bahkan kemajuan ini menunjukkan
bahwa negara-negara yang tergantung ini sedang mengarah pada
pembangunan yang mandiri.
D. Teori Globalisasi
Globalisasi adalah kecenderungan umum terintegrasinya
kehidupan masyarakat domestik/lokal ke dalam komunitas global di
berbagai bidang. Pertukaran barang dan jasa, pertukaran dan
perkembangan ide-ide mengenai demokratisasi, hak asasi manusia (HAM)
dan lingkungan hidup, migrasi dan berbagai fenomena human trafficking
lainnya yang melintas batas-batas lokalitas dan nasional kini merupakan
fenomena umum yang berlangsung hingga ke tingkat komunitas paling
lokal sekalipun. Pendek kata, komunitas domestik atau lokal kini adalah
bagian dari rantai perdagangan, pertukaran ide dan perusahaan
133

transnasional. Yang perlu diperhatikan adalah implikasi dari
kecenderungan-kecenderungan itu. Kita perlu memperhatikan munculnya
global governance yang mengatur berbagai kecenderungan tadi. Dalam
bidang perdagangan, pemerintah nasional kita adalah anggota dari WTO
(World Trade Organization) yang terikat dengan aturan-aturan yang
diratifikasi di dalamnya.
Dalam hal perburuhan kita juga adalah anggota ILO (International
LaborOrganization) yang semakin memperhatikan prinsip-prinsip
penerapan HAM dalam kehidupan kaum buruh. Demikian pula dalam isu-
isu yang berhubungan dengan prinsipprinsip pelestarian lingkungan hidup,
kita termasuk salah satu negara yang menandatangani Protokol Kyoto
yang mengatur pengurangan emisi karbon dan sejumlah gas lainnya yang
mengancam keberadaan ozon dan menimbulkan efek pemanasan global.
Melihat implikasi yang isunya begitu beragam tetapi begitu mendalam dan
spesifik konteks persoalannya, globalisasi bukanlah fenomena hitam putih
yang bisa secara mudah dan cepat dikelola. Fenomena ini berada di sekitar
dan bahkan embedded dengan berbagai kepentingan kita. Global
governance di berbagai area -yang sebagian sudah disebut tadi- tidak saja
menggambarkan kompleksitas persoalannya, tetapi juga sekaligus
menawarkan ide atau bahkan aturan main alternatif untuk mengelola dan
menyelesaikan persoalanpersoalan di seputar isu-isu itu.
Eksplorasi berbagai ide, inisiatif dan tindakan yang berasal dari
kalangan domestic atau lokal (local genuines) oleh karenanya perlu secara
serius dilakukan agar pertentangan global versus lokal tidak menemukan
jalan keluar yang ekstrim, yaitu either simply join the club or go to hell
with globalization. Proses 'glokalisasi' yang menggabungkan arus
globalisasi dari atas dengan berbagai tradisi, nilai atau ide lokal adalah
salah satu tema yang perlu mendapat kajian mendalam. Dalam sejumlah
studi, proses ini tidak hanya mengidentifikasi
kecenderungankecenderungan yang berorientasi ke politik dan pasar
global, tetapi juga kecenderungan fragmentasi kultural dan sosial yang
bermuara pada penemuan kembali (reinvention) tradisitradisi dan identitas
lokal. Eropa adalah salah satu contoh di mana pusaran pasar dan politik
global tidak serta merta menghilangkan identitas lokal. Ketika Belgia
mendesentralisasi proses dan kegiatan politiknya, Catalonia pada saat yang
sama mendapatkan otonomi yang lebih besar. Proses globalization from
below dengan demikian perlu dikembangkan untuk menandingi dan
sekaligus mendampingi proses hiper-globalisasi yang selama ini
digambarkan secara amat menakutkan. Pertanyaannya: bagaimana
melakukan itu? Pada level negara/pemerintah, proses itu bisa dilakukan
134

dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang dituntun oleh strategi
penyesuaian yang cocok untuk merespon perubahan-perubahan di tingkat
global. Penelitian oleh Nanang Pamuji Mugasejati dkk. (Jurusan llmu
Hubungan Intemasional FISIPOL UGM & Balitbang Deplu, 2000)
merekomendasikan 5 (lima) strategi penyesuaian yang secara teoretik bisa
diadopsi. Rekomendasi ini ditawarkan setelah terlebih dahulu
mengidentifikasi 2 (dua) macam rute yang selama ini dilalui ketika
perubahan-perubahan di tingkat global mempengaruhi tingkah laku negara
dan masyarakat di tingkat domestik. Rute pertama menggambarkan
proses perubahan di tingkat global yang menyebabkan munculnya institusi
internasional. Institusi ini kemudian memiliki peluang untuk
mempengaruhi negara dan masyarakat domestik. Di rute yang pertama ini
peran lembaga-lembaga formal antar-negara di tingkat internasional
adalah sentral. Rute kedua menggambarkan proses perubahan di tingkat
global yang menyebabkan munculnya institusi trans-nasional. Institusi ini
kemudian mempengaruhi terutama masyarakat domestik tetapi juga
negara. Di rute yang kedua inilah kita melihat peran komunitas
internasional, seperti komunitas epistemik, dalam mempengaruhi
masyarakat domestik. Berikut ini 5 (lima) strategi penyesuaian yang
diajukan.
Pertama, strategi otonomi nasional. Dalam strategi ini
mengurangi dalam jumlah besar atau bahkan menghentikan sama sekali
kontak dengan dunia internasional yang dianggap akan membahayakan
kedaulatan dan otonomi dalam pengambilan kebijakannya. Dalam bidang
ekonomi, kasus Kuba dan Korea Utara adalah contoh ekstrim ketika
mereka mengambil jalan isolasi. Dalam isu non-ekonomi, seperti hak asasi
manusia (HAM) dan demokratisasi, sejumlah negara membuat kebijakan
yang membatasi warganya terhadap akses informasi atau partisipasi politik
guna mencegah intervensi nilai-nilai global.
Strategi kedua adalah pengakuan timbal balik (mutual
recognition). Strategi ini masih
menyisakan keputusan atau kebijakan politik sebagai otoritas negara, akan
tetapi menyerahkan proses integrasi ekonomi domestik ke dalam pasar
internasional ditentukan oleh kekuatan pasar. Negara berusaha
menciptakan kebijakan yang sesuai dengan keinginan pasar dan
bekerjasama dengan negara lain dalam bentuk konsultasi yang tidak
mengikat.
Strategi ketiga adalah koordinasi. Strategi ini menekankan pada
pentingnya kerjasama antar-negara agar kebijakan nasional masing-masing
bisa saling bersesuaian. Tujuannya menghindarkan pay-off yang tidak
135

diinginkan bersama. Strategi ini mendorong negara untuk aktif dalam
berbagai perundingan internasional yang berupaya membentuk institusi-
institusi internasional dalam isu-isu tertentu.
Strategi keempat: adalah harmonisasi eksplisit (explicit
harmonization) atau Dalam strategi ini negara rnenerima adanya joint-
adjustment dalam kebijakan nasionalnya. Di sini berlaku juga proses
monitoring yang dilakukan oleh institusi internasional untuk menjamin
adanya kepatuhan terhadap setiap kesepakatan yang berlaku. Ini berlaku
secara substantif maupun prosedural. Kebijakan Negara yang
menyesuaikan berbagai kesepakatan dalam bidang investasi internasional
di Negara-negara OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development) seperti termuat dalam MAI (Multilateral Agreement on
Investment) adalah contoh penerapan kebijakan ini.
Strategi kelima adalah federalist mutual governance. Strategi ini
mendorong Negara untuk menyerahkan sebagian kedaulatannya kepada
institusi internasional dengan membentuk suatu organ supra-negara. Uni
Eropa dalam batas-batas tertentu adalah contoh sebuah istitusi
internasional yang memiliki organ-organ supra-negara untuk mengatur
bidang-bidang tertentu. Salah satunya adalah rejim moneter yang
menerbitkan dan mengatur peredaran mata uang Euro di negara-negara
anggotanya.
Terakhir, pada level individual atau masyarakat, kita bisa
mengadopsi strategi yang ditawarkan oleh Brechen & Costello (1994)
yang mereka sebut sebagai Strategi Liliput. Strategi ini menekankan
pada aksi non-negara atau non-pemerintah yang bisa dilakukan oleh para
aktivis masyarakat, buruh, akademisi, pengusaha, partai politik, atau
bahkan aparat negara yang concern terhadap proses globalisasi yang
merugikan banyak kalangan masyarakat. Inilah guidelines-nya :
1. Linking self-interest with common interest
2. Linking the global to the local
3. Linking North and South
4. Linking constituences across borders
5. Linking particular interest with wider Commonalities
6. Linking issues and constituencies
7. linking the threatened with the marginalized
8. Linking different power sources
9. Linking struggle against targeted institutions
10. Linking resistance with institutional change
11. Linking economic issues and democratization

136



BAB IX
PENGEMBANGAN KOMUNITAS DALAM DIMENSI-DIMENSI
PEMBANGUNAN
A. Pengembangan Komunitas
Salah satu cara memahami pengertian suatu konsep adalah melalui
definisinya. Sehubungan dengan hal tersebut, community development
ternyata mempunyai banyak definisi, bahkan dapat dikatakan sangat
banyak. Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan tulisan hayden (1979: 175 )
yang menyajikan sejumlah definisi yang berbeda yang berlaku dalam
berbagai Negara. Ia menyajikan definisi community development yang
berlaku di inggris, amerika serikat, kanada, india, Rhodesia dan juga
definisi yang digunakan perserikatan bangsa-bangsa. Community
development adalah suatu proses yang merupakan usaha masyarakat
sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki
kondisi social ekonomi dan cultural komunitas, mengintegrasikan
komunitas kedalam kehidupan nasional dan mendorong kontribusi
komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional.
Definisi tersebut juga definisi lain yang senada, pada umumnya
mendapat kritik paling tidak dalam hal adanya unsure patronase yang
terkandung di dalamnya. Penilaian semacam itu muncul karena dalam
definisi tersebut terkesan adanya orientasi yang lebih mengarah pada
kepentingan masyarakat makro dibandingkan kehidupan komunitas. Di
samping itu juga dirasakan hubungan antara komunitas dengan otoritas
pemerintah bersifat vertical. Seolah- olah otoritas di luar komunitas yang
lebih memiliki sumber daya, penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan
skill, sehingga berprofesi sebagai pihak pemberi dan komunitas sebagai
pihak penerima.
Kesan akan adanya hubungan vertical antara badan-badan
pembangunan pemerintah dan non pemerintahdengan komunitas yang
akan dibangun juga semakin menguat dari anggapan adanya beberapa
waktu yang lalu bahwa strategi community development diperuntukkan
bagi usaha membantu pengembangan masyarakat yang masih terbelakang
bahkan primitive.
Melalui pemikiran seperti itu, kemudian dianggap bahwa jarak
dalam tingkat peradaban antara komunitas yang hendak di bantu dengan
137

badan-badan pembangunann dari luar komunitas. Dalam hal ini, pihak dari
luar komunitas yang lebih maju peradabannya akan membantu masyarakat
untuk mempercepat proses perubahan dan pembaruan guna mengejar
ketinggalan.
Dalam tinjauan ilmu politik penertian community development
seperti itu juga mudah menimbulkan kehawatiran sebagai sarana
memperkuat penetrasi Negara terhadap masyarakat. Dalam konteks
hubungan antara Negara dengan masyarakat, community development
mengandung dua proses yang berjalan serentak namun kontradiktif, yaitu
proses memasukkan desa kepada Negara dan proses memasukkan Negara
dalam desa (Masoed, dalam soemarjono,1994:24). Penetrasi Negara ke
desa akan lebih menguat apabila proses kedua yang lebih dominan.
Kekhawatiran akan tinjauan politik tersebut akan memperoleh dasarnya
apabila digunakan untuk memahami pelaksanaan community development
yang dilancarkan oleh pemerintah colonial di daerah jajahannya. Barang
kali pertanyaan yang akan muncul dari fenomena tersebut apakah
pemerintah colonial demikian murah hatiterhadap masyarakat jajahannya,
ataukah apa maksud dan kepentingan politik di balik usaha tersebut.
Sebagai bahan perbandingan dapat ditampilkan definisi yanh di
rumuskan Christenson dan Robinson (1989:14). Dengan terlebih dahulu
memaparkan sejumlah definisi yang sudah ada, mereka kemudian
mendefinisikan community development sebagai suatu proses dimana
masyarakat yang di tinggal pada lokasi tertentu mengembangkan prakarsa
untuk melaksanakan suatu tindakan social untuk mengubah situasi
ekonomi, social, cultural dan atau lingkungan mereka. Dari rumusan
tersebut terlihat kesan bahwa definisi Christenson dan robinson hendak
menyatakan bahwa dalam community development intervensi bukanlah
hal yang mutlak, justru yang lebih penting adalah prakarsa dan partisipasi
masyarakat dalam proses yang berlangsung walaupun terkesan adanya
variasi dalam definisi yang ada dengan masing-masing memberikan
penekanan pada aspek yang berbeda, tetapi dapat di tarik beberapa prinsip
umum yang selalu muncul.
Prinsip-prinsip tersebut adalah (1)focus perhatian di tujukan pada
komunitas sebagai suatu kebulatan (2) berorientasi pada kebutuhan dan
permasalahan komunitas (3) mengutamakan prakarsa, partisipasi dan
swadaya masyarakat.
138

Di tempatkannya komunitas sebagai focus perhatian dan di lihat
sebagai focus kebulatan lebih memungkinkan mengingap berbagai cirri
dan karakteristik yang terkandung dalam komunitas tersebut. Conyers
(1994:190) mengemukakan adanya tiga kreteria dalam pengertian
komunitas. Pertama, konsep komunitas memiliki komponen-komponen
fisik yang menggambarkan adanya kelompok manusia yang hidup di
daerah tertentu dan saling mengadakan interaksi. Kedua, anggota
komunitas pada umumnya memiliki beberapa cirri khas yang sama yang
menyebabkan timbulnya identifikasi mereka sebagai sebuah kelompok.
Ketiga, suatu komunitas pada umumnya memiliki keserasian dalam hal
perhatian dan aspirasi. Sementara itu davies (1991:108) menyatakan
bahwa elemen yang ada dalam suatu komunitas adalah lokalitas, hubungan
emosional, keterlibatan social, kohesi social dan kepentingan bersama.
Dalam kehidupan bersama, elemen tersebut mendorong tumbuhnya
jaringan social dan komunitas yang lebih baik melalui interaksi dan relasi
social yang bersifat formal maupun informal. Jaringan social ini
mempunyai kapasitas untuk mendorong tindakan individual maupun
tindakan kolektif dalam menghadapi berbagai persoalan.
Hal itu di sebabkan karena berbagai karakteristik yang melekat
pada konsep komunitas tersebut memungkinkan dalam kehidupan yang
berada dalam suatu lokalitas tertentu terkandung adanya kesadaran
kolektif dan solidaritas social di antara para warganya. Kesadaran kolektif
dan solodaritas social tadi akan merupakan modal social dan energy social
yang cukup besar dalam mendasari tindakan social social bersama bagi
peningkatan kehidupan social bersama, ekonomi maupun cultural. Ukuran
komunitas sebagai satuian kehidupan bersama yang tidak terlalu besar
mengakibatkan antar anggota saling mengenal secara pribadi sehingga
menumbuhkan saling percaya, tetapi juga tidak terlalu kecil sehingga
dapat dilakukan usaha dan aktifitas bersama secara efisien. Selanjutnya
agar tindakan bersama tersebut lebih bersandar pada prakasa dan
partisipasi masyarakat sendiri dibutuhkan adanya kompetensi masyarakat
terhadap proses pembangunan di lingkungan kehidupannya.
Pada tingkat warga masyarakat kompetensi terhadap proses
pembangunan di wujudkan dalam dua hal: tanggung jawab social dan
kapasitas. Setiap warga masyarakat merasa bahwa proses pembangunan di
lingkungan komunitas untuk meningkatkan taraf hidup, merupakan
tanggung jawab mereka sendiri, di samping itu untuk mengaktualisasikan
tanggung jawab social tersebut warga masyarakat perlu mempunyai
139

kapasitas untuk melakukannya, baik dalam merencakan maupun
melaksanakan pembangunan secara mandiri. Pada tingkat komunitas
kompetensi tersebut dilakukan dengan adanya komunitas yang kompoten.
Komunitas yang kompoten merupakan kehidupan bersama yang memiliki
empat komponen berikut: (1) mampu mengidentifikasi masalah dan
kebutuhan komunitas, (2) mampu mencapai kesepakatan sasaran yang
hendak di capai dan skala prioritasnya, (3) mampu menemukan dan
menyepakati cara dan alat sebagai sasaran yang telah di sepakati bersama,
(4) mampu bekerja sama secara rasional dalam bertindak mencapai
sasaran ( Ndraha, 1987:58).
Dipandang dari terminology yang digunakan, konsep community
development juga sering dikatakan mengandung potensi kontradiksi. Hal
ini disebabkan karena dalam konsep community terkandung tiga elemen
penting yaitu lokalitas, kehidupan social yang terorganisasi dan solidaritas
social. Di lain pihak, dalam konsep development terkandung unsure
perubahan kondisi social ekonomi. Unsure-unsur yang terkandung dalam
kedua konsep dapat berjalan seiring dengan saling mendukung, tetapi
dapat juga sebaliknya. Sebagai contoh hubungan yang tidak saling
mendukung adalah, perubahan kehidupan ekonomi dalam suatu
masyarakat dapat mengakibatkan lemahnya solidaritas masyarakat.
Menanggapi permasalahan tersebut, para pengembangnya mengatakan
bahwa strategi community development justru ingin mengintegrasikan dan
mensinergikan unsure-unsur dari kedua konsep tersebut, yang sekaligus
merupakan cirri khasnya. Dengan kata lain dapat dijelaskan, bahwa dalam
community development terkandung pembangunan ekonomi sekaligus
pembangunan manusia dan relasi sosialnya dalam posisi saling
mendukung.
Pembangunan ekonomi tanpa pembangunan aspek manusianya
tidak dapat di sebut sebagai community development (Christenson dan
Robinson, 1989:4). Penjelasan yang senada juga dapat dijumpai dalam
uraian sanders (1958) dalam rangka menjelaskan hubungan sekaligus
perbedaan antara community development dan community organization. Ia
mengurai konsep community development dengan menggunakan analogi
nama orang barat tang pada umumnya mengandung first name dan
surname. Dalam hal ini community sebagai first name dan development
sebagai surname. Community sebagai first name sebetulnya yang
dimaksud adalah community organization yang didalamnya memiliki
penekanan dan partisipasi masyarakat dan perencanaan social, sedangkan
140

development srbagai surname yang di maksudkan adalah economic
development yang mengandung unsure peningkatan produktifitas dan
efisiensi, distribusi sumber daya dan perbaikan kondisi ekonomi. Dengan
demikian, community development adalah community organization yang
mengandung unsure pembangunan ekonomi yang juga mempunyai watak
social atau watak sebagai pembangunan manusia.
Dengan demikian melalui community development sebagai proses
untuk meningkatkan kondisi kehidupan yang memberikan focus perhatian
pada komunitas sebagai kesatuan kehidupan bermasyarakat, guna
merealisasikan tujuan tersebut cenderung lebih mengandalkan pada
pemanfaatan dan pemberdayaan energy yang ada dalam komunitas
kehidupan itu sendiri. Sebagaimana sudah di singgungkan sebelumnya,
dalam kehidupan komunitas terdapat beberapa karakteristik yang penting
di antaranya adalah asas resiprositas dan ikatan lokalitas adanya kehidupan
social yang terorganisasi.
Modal social secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
serangkaian nilai dan norma informal yang dimiliki bersama di antara para
anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerja
sama di antara mereka (Fukuyama, 2002a:22). Jika para anggota
kelompok itu masing-masing mengharapkan bahwa anggota-anggota yang
lain akan berperilaku jujur dan terpercaya, maka mereka akan saling
mempercayai.
Kepercayaan adalah by product yang sangat penting dari norma-
norma social kooperatif yang memunculkan modal social. Jika masyarakat
bisa diandalkan untuk tetap menjaga komitmen, mengembangkan norma-
norma saling menolong yang terhormat, dan menghindari perilaku
oportunistik, maka berbagai kelompok akan terbentuk secara lebih cepat,
dan kelompok yang terbentuk itu mampu mencapai tujuan bersama yang
lebih efisien (fukuyama,2002a:ix)
Hilangnya ikatan komunitas dapat menghambat masyarakat dalam
menggali kesempatan ekonomi yang sebenarnya bisa mereka dapatkan.
Penyebabnya adalah karena dalam masyarakat yang bersangkutan
kukarangan sesuatu yang oleh james coleman disebut sebagai modal social
(fukuyama, 2002:12). Menurut coleman, modal social adalah kemampuan
masyarakat untuk bekerja bersama demi mencapai tujuan bersama dalam
berbagai kelompok dan organisasi. Selain pengetahuan dan keterampilan,
porsi lain dari human capital adalah kemampuan masyarakat untuk
141

melakukan asosiasi satu sama lain. Kemampuan berasosiasi ini menjadi
modal penting bukan hanya dalam kehidupan ekonomi, tetapi juga bagi
aspek social yang lain. Kemampuan ini sangat tergantung dari kondisi
dimana komunitas mau berbagi untuk mencari titik temu norma-norma
dan nilai bersama.
Melihat pengalaman beberapa Negara industry tertentu, kehadiran
modal social ini terbukti dapat meringankan beban Negara dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi keluar dari krisis ekonomi. Di jepang,
jerman dan AS, organisasi yang kuat, kohesif dan berskala besar
berkembang secara spontan terutama di sector swasta. Meskipun Negara
kadang campur tangan untung menopang industry yang merosot, tetapi
tingkat intervensinya kecil (fukuyama, 2002:220).memerhatikan beberapa
realitas dan pemikiran tersebut, dewasa ini orang tidak lagi melihat modal
hanya dari segi modal financial dan modal fisik saja, tetapi melainkan juga
human capital. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, berdasarkan
pendapat coleman, human capital tidak terbatas dari pengetahuan dan
keterampilan, melainkan juga berasal dari kemampuan untuk bekerja sama
guna mencapai tujuan bersama yang kemudian di sebut sebagai modal
sosial.
Dengan demikian tindakan bersama yang saling menguntungkan
yang terwujud dari keberadaan modal social tidak selalu dapat
diinterpretasikan sebagai tindakan ekonomi, melainkan juga tindakan
saling menguntungkan dari sudut social termasuk di dalamnya dalam
mewujudkan tindakan bersama untuk kesejahtraan social. Dengan
memanfaatkan modal social seseorang dapat memperoleh rasa aman,
merasa terlindungi, memperoleh jaminan social untuk mewujudkan
kesejahtraannya. Lebih dengan adanya anggapan bahwa modal social
dapat ditransmisikan melalui mekanisme cultural seperti agama, tradisi
atau kebiasaan sejarah (fukuyama. 2002:37).
Bentuk akulturasi modal social baik dalam fenonema structural
maupun kognitif itulah yang perlu di gali dalam kehidupan masyarakat,
untuk selanjutnya dikembangkan dalam usaha peningkatan taraf hidup dan
kesejahraan. Dalam kenyataannya, unsure seperti itu banyak dijumpai
dalam berbagai dimensi kehidupan. Beberapa diantaranya adalah
kehidupan keagamaan, kehidupan masyarakat local-tradisional dan bentuk
nilai serta pranata yang mempunyai ruang lingkup yang sanagat luas
dalam bentuk solidaritas, toleransi, empati dan filantropi.
142

Dalam banyak kasus dijumpai kenyataan bahwa modal social
dalam kebutuhan tersebut dengan difasilitasi oleh instusi local dapat
mendorong tindakan bersama guna membangun fasilitas umum, bahkan
juga sekaligus pengolahannya untuk memberikan pelayanan social.
Sebagai contoh instusi yang berbasis modal social yang menjadi sarana
tindakan bersama untuk membangun prasarana irigasi dan sekaligus
pengolahannya.
Dalam penggunaannya di Indonesia, konsep community
development juga di terjemahkan kedalam beberapa istilah yang berbeda.
Sementara beberapa pihak menerjemahkan sebagai pembangunan
masyarakat. Di lihat dari terjemahan unsure kata-katanya barangkali tidak
salah, walaupun demikian dalam penggunaannya sebagai konsep yang
bulat mungkin dapat mendatangkan dualism pengertian. Sebagimana di
ketahui, pengertian pembangunan masyarakat dapat dipandang dari sudut
arti luas dan dapat pula dari sudut arti sempit.
Dalam arti luas pembangunan masyarakat berarti perubahan
social berencana baik dalam bidang ekonomi, teknologi, social maupun
pilitik. Pembangunan masyarakat dalam arti luas dapat juga berarti proses
pembangunan yang lebih memberikan focus perhatian pada aspek manusia
dan masyarakatnya. Dalam arti sempit, pembangunan masyarakat berarti
pembangunan berencana pada suatu lokalitas tertentu. Dilihat dari
pelaksanaannya sampai saat ini, community development lebih condong
merupakan pengertian yang kedua. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa community development merupakan salah satu pelaksanaan dari
pembangunan masyarakat dalam pengertian luas. Oleh karena itu untuk
menghindari kekacauan dengan pengertian pembangunan masyarakat
dalam arti luas, community development oleh sementara pihak tidak di
terjemahkan sebagai pembangunan masyarakat, tetapi dengan istilah
pembangunan komunitas atau pengembangan komunitas.
Dalam perkembangannya kemudian, konsep community
development dalam dilihat dalam beberapa penampakan. Paling tidak,
sebagaimana dekatakan sanders (dalam Christenson dan Robinson, 1989:
13), community development dapat dilihat sebagai suatu proses, karena
aktifitas community development tersebut bergerak dari suatu tahap ke
tahap berikutnya. Dalam pandangan biddle (1965:78), proses community
development bergerak kea rah suatu tahap dimana masyarakat menjadi
semakin kompeten terhadap permasalahan dan kondisi komunitas terhadap
lingkungannya. Kompetensi masyarakat yang semakin semingkat ini di
143

harapkan dapat menimbulkan aktifitas pembangunan atas prakarsa
masyarakat sendiri. Sebagai suatu metode, karena community
development merupakan suatu cara dan strategi untuk mencapai tujuan
tertentu, dalam hal ini peningkatan kondisi kehidupan social, ekonomi dan
cultural masyarakat. Dalam pembahasan pada bagian lain akan tampak
bahwa cara dan strategi community development mempunyai berbagai
spesifikasi dibandingkan strategi pembangunan masyarakat yang lai,
sebagai suatu program, karena metode community development tersebut
kemudian di jabarkan dalam seperangakat prosedur dan berisi sejumlah
kegiatan yang merupakan bentuk aktualisasi dan operasionalisasinya.
Sebagai suatu gerakan, Karena melalui community development
diharapkan masyarakat lebih mempunyai komitmen terhadap kondisi
kehidupannya, sehingga kemudian bergerak untuk melakukan upaya
perubahan dan perbaikan. Sebagai suatu gerakan yang tidak bersifat netral
melainkan berusaha melakukan reformasi terhadap kondisi yang dianggap
kurang menguntungkan.
Analisis
Pengembangan masyarakat dapat didefinisikan sebagai metoda
yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya
serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses
yang mempengaruhi kehidupannya.
Pengembangan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya
menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat
untuk bekerja sama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan
kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.

B. KESADARAN SEJARAH DAN PEMBANGUNAN
Sebagai warga Negara Indonesia dan sebagai manusia, mau tak
mau setiap orang Indonesia terlibat dan turut bertanggung jawab, baik
didalam pembuatan sejarah maupun didalam penulisan sejarah bangsanya.
Bagaimanapun juga kita tidak bisa melepaskan diri dari keterlibatan itu
dan dari tanggung jawab terhadap sejarah. Sebabnya ialah oleh karena cara
suatu bangsa menghadapkan diri dengan kenyataan, dengan realitas social,
dalam perspektif hari depan, juga mempengaruhi tingkah laku bangsa itu
dibidang politik.
144

Ilmu sejarah adalah suatu ilmu yang paling terbuka bagi para
amatir bagi para pecinta sejarah. Gedung ilmu sejarah yang berupa yang
telah dibina dan dimiliki oleh umat manusia untuk sebagian penting
diwujudkan oleh orang-orang yang bukan ahli sejarah, melainkan hanya
untuk pecinta sejarah.
Pada kesempatan ini saya tidk akan membahasan sejarah sebagai;
saya tidak akan membicarakan arti sejarah sebagai suatu kekuatan
emansipasi didalam pertumbuhan suatu bangsa. Saya hanya ingin
memngemukakan beberapa manfaat yang dapat diambil dari ilmu sejarah,
mengenai bebrapa penggunaan ilmu sejarah yaitu suatu bidang yang lebih
praktis daripada suatu pembicaraan yang filosofis cultural. Khususnya
saya ingin bicara mengenai suatu sikap jiwa tertentu pada suatu bangsa ,
suatu oientasi tertentu dalam menghadapi pengungkapan sejarah,
khususnya sejarah suatu bangsa yang sedang membangun. Dalam pada itu
saya ingin memfokuskan pembicaraan saya pada dua pokok, yaitu soal
identitas nasional dan soal kessdaran mengenai sejarah sebagai proses.
Keunikan ( uinquences ) realitas social, realitas masyarakatbaik
masyarakat dalam bentuk hari kinimaupun dalam penjelmaan di hari yang
sudah ialah bahwa dia selalu mempunyai dua sifat yaitu faktisitas objektif
kenyataan social dan sekaligus makna subjektif dari masyarakat itu. Setiap
kenyataan social diwujudkan, dijelmakan oleh suatu aktivitas yang
mempunyai arti subjektif. Maka kalau kita bicara mengenai sejarah, tidak
cukup kalau kita hanya mengatakan bahwa semuanya yang ada di
masyarakat berakar pada masa lampau. Kita harus mengatakan bahwa
kenyataan hari kini itu hanya dapat diartikan, kalau kita mampu
menangkap arti keaktifan yang menjelmakan kenyataan social itu, dan kita
hanya dapat menangkap arti jikalau kita juga melihat sekaligus pandangan
dan harapan mengenai hari depan yang menggerakkan keaktifan itu.
Maka dalam menghadapi realitas sosialnya, suatu bangsa selalu
hidup dalam ketegangan. Ketegangan yang timbul karena jarak antara
perspektif pengertian sejarah yang menjelmakan kenyataan hari kini
dengan realitas hari kini itu, dan ketegangan yang timbul antara kenyataan
realitas social yang dihadapkan dengan cita-citanya yang akhirnya
memungkinkan manusia untuk mengatasi kenyataan itu. Maka dengan
demikianlah berubahlah kenyataan itu. Segi penglihatan realitas social ini
bagi suatu bangsa ialah subjektifitasnya, dalam mencari arti hari kini
sebagai buah daripada yang sudah dan sebagai pangkal dari yang
mndatang. Maka suatu bangsa yang sedang membangun, suatu bangsa
145

yang sedang berjuang, tidak bisa lain daripada melahkangkan kakinya
pada jalan yang dissinari oleh cita-citanya, dengan penuh kesadaran
tentang yang sudah, yaitu sejarahnya.
Fokus subjektifitas suatu bangsa adalah sumber dari rasa
sendirinya, dari harga diri bangsa itu. Dia juga merupakan sumber vitalitas
dan kreatifitas sesuatu bangsa. Tanpa harga diri kreativitas tidak dapat
berakar. Yang kita namakan kepribadian nasional itu tak lain daripada
endapan refleksi diri terus-menerus, dari sikap mawas diri, dari usaha
merenungkan hakikat dirinya sebagai bangsa, sebagai suatu keaktifan yang
tidak ada hentinya. Maka tidak tepatlah kalau kita bicara mengenai
kepribadian nasional seolah-olah kepribadian itu merupakan suatu benda
yang mempunyai bentuk, struktur dan sifat-sifat yang pasti dan yang tidk
berubah. Kita perlu menyadari khususnya dimasa peralihan ini, bahwa
kepribadian nasional itu merupakan suatu realitas yang mengungkap diri
hanya didalam relasi. Ia mempunyai relation objectivity yang hanya
mengungkapkan diri [pada interaksi-interaksi sesuatu bangsa dengan
realitas social , dan dengan pilihan-pilhan dan keputusan-keputusan yang
harus diambilnya.
Oleh sebab itu kepribadian nasional itu tidak pernah akan selesai
perwujudannya dan tidak akan final dan tetap dalam bentuknya. Dia
senantiasa berubah, atau lebih tepat konfigurasi unsure-unsurnya
senantiasa berubah menurut keperluan vital bangsa itu. Vitalitas suatu
bangsa itu sangat erat hubungannya dengan harga diri bangsa itu dengan
keyakinannya bahwa kehidupan bangsanya itu ada makna dan arti . maka
demikianlah kepribadian nasional itu mencerminkan dan merupakan
penjelmaan rasa kontuitas sesuatu bangsa, sesuatu syarat yang mutlak bagi
suatu bangsa.
Kita dapat melihat berbagai contoh betapa pentingnya didalam
sejarah Indonesia merdeka yang demikian pendek itu, dirasakan keperluan
akan suatu kontinuitas yang merupakan legitimasi bagi suatu susunan
kekuasaan tertentu. Berkali-kali kita telah melihat bahwa diantara orang-
orang yang berkuasa di Indonesia selalu ada yang merasa perlu mencari
legitimasi kekuasaanya dalam kelangsungan hubungannya dengan
mataram,majapahit,sriwijaya,dan kadang-kadang dengan para wali.
Kenyataan bahwa kepribadian nasional itu merupakan suatu
kenyataan relasional, dan bukan merupakan benda juga berarti bahwa
sesuatu dengan keperluan sejarah, setiap generasi mau tak mau harus
146

menyelami kembali dan mencari bagi dirinya arti khas kepribadian
nasionalnya, dalam penghadapan generasi baru itu dengan tantangan baru.
Maka kepribadian nasional, seperti juga sejarah Indonesia yang tidak dapat
dilepaskan dari padanya, keduanya memerlukan re-interpretasi yang
kontinu pula oleh setiap generasi ahli dan pecinta sejarah. Memang
kepribadian nasional diwujudkan oleh sejarah ; oleh kesadaran sejarah
kita, oleh arti yang kita sarikan dari fakta-fakta sejarah yang kita kenal dan
dari pengalaman sejarah yang tidak tertuang dalam bentuk fakta-fakta.
Namun dia juga diwujudkan oleh bayangan kita, harapan kita
mengenai hari depan; oleh cita-cita kita, aspirasi-aspirasi bangsa kita. Bagi
suatu bangsa yang pluralistis, yang beraneka ragam suku-sukunya, sifat-
sifat kebudayaannya, harapan-harapan dan aspirasi-aspirasinya, itu bukan
hanya bersifat universal dan nasional, melainkan juga local. Aspirasi-
aspirasi local itu sama dayanya dalam mewujudkan kesadaran diri suatu
bangsa. Aspirasi local itu bersama aspirasi-aspirasi nasional juga ikut
menciptakan gambaran tentang sifat hakiki manusia, mensbeeld manusia
Indonesia yang menghayati harapan-harapan mengenai hari depan.
Demikianpun dia menghayati maatschappij beeld, gambaran masyarakat,
gambaran yang menjadi tujuan perjuangan bangsa.
Bagi seorang sejarawan sangat pentinglah untuk menyadari bahwa
wujud dan isi cita-cita serta nilai-nilai bangsanya tidak bisa dimengerti
tanpa referensi kepada sejarah dan pengalaman bangsa itu. Maka usaha
untuk mengungkapkan serta sejarah bagaimana sejarah serta pandangan
mengenai hari depan kait mengait dalam usaha manusia mengartikan
kenyataan hari kini, merupakan hari intisari tanggung jawab para ahli
sejarah. Kepribadian nasional juga merupakan endapan kesadaran yang
dihasilkan oleh ahli-ahli sejarah itu. Konsepsi ini, konsepsi mengenai
manusia yang menghadapi kenyataan hari kini dengan rasa tegang yang
ditimbulkan karena bayangan mengenai hari depannya berlainan dengan
realitas sekarang., merupakan suatu suatu konsepsi yang sangat penting
lagi oleh karena pemikiran dan kesadaran kita mengenai intisari
pembangunan sekarang sudah berubah. Sampai kurang lebih lima tahun
yang lalu kita umumnya berpikir mengenai pembangunan sebagai suatu
dikotomi antara modernitas dan tradisi.
Sekarang mulai kita sadari bahwa pembangunan itu tidk lepas
dari tradisi. Sekarang mulai kita bahwa pembangunan itu tidak bisa lepas
dari tradisi, dan bahwa modernitas dan tradisi terpaut satu sama lain dalam
suatu hubungan dialektis. Kita sekarang mengerti bahwa gerak maju suatu
147

bangsa menuju pembangunan merupakan suatu kontinum antara tradisi
dan modernitas, tanpa dikotomi. Modernitas ternyata juga meliputi unsure-
unsur tradisional. Maka jikalau kita mau mengerti dan menyelami arti
proses pembangunan, kita harus dapat melihat misalnya pentingnya pranan
aliran-aliran dan bentuk-bentuk nonkonformistis didalam struktur social
sebagai sumber kreativitas bangsa. Aliran-aliran ini merupakan sumber
dari fleksibilitas struktur social tradisi dan merupakan sumber
berkemampuan untuk memperbaharuhi diri dari suatu angsa. Maka sekali
lagi kesadaran sejarahlah yang dapat memberikan kepada kita kepekaan
terhadap konsepsi pembangunan semacam itu.
Maka ternyata sekarang bahwa lebih penting lagi daripada yang
kita sangka beberapa tahun yang lalu keperluan bagi suatu bangsa untuk
memperdalam dan mepertegas pengertian sejarahnya yang dapat
menyinari, dan yang dapat menghayati kepribadian nasional itu. Refleksi
diri yang kontinu yang berdasarkan kesadaran sejarah juga akan
membebaskan manusia Indonesia dari rasa diri yang serba mitologis
sifatnya. Cerita yang kita dengar tentang para pandhawa dan semar
merupakan suatu contoh yang menarik sekali tentang kesadaran diri
sebagai bangsa yang mitologis wujud dan akarnya, dan ykan historis.
Kemampuan kreatif Indonesia tidak bisa dipertahankan momentumnya,
tanpa kita memperdalam kesadaran mengenai diri kita sevcara historis dan
bukan hanya secara mitologis. Perlu sekali kita menyadarai bahwa kalau
kita bicara mengenai pembangunan dan proses pembangunan, kita pada
hakekatnya bicara suatu konsepsi sejarah, yag terbuka, yang open ended.
Kita bicara mengenai suatu pandangan sejarah yang bukan cyclis
dan yang bukan a-historis, yaitu yang memandang kehidupan manusia
dalam suatu kekinian yang kontinu. Kita hanya bisa bicara mengenai suatu
pembangunan kalau kita menerima bahwa sejarah bukan tidak mempunyai
arti, bahkan mempunyai arti yang dapat dan harus diwujudkan oleh
keaktifan kreatif manusia. Maka dalam menggunakan pengertian
kepribadian nasional, kita harus sangat menyadari kemungkinan-
kemungkinan penyalahgunaan konsepsi kepribadian nasional. Seperti
sudah dikatakan tadi, konsepsi kepribadian nasional sering dipakai dalam
arti mitologis, dan ini tidak tepat. Usaha pembangunan akan memakan
beberapa dasawarsa, dan kita tidak akan dapat menjaga momentum dari
usaha itu jikalau setiap frustasi, setiap kekecewaan mendorong kita
kembali ke dalam jurang pemikiran a-historis.
148

Konsepsi kepribadian nasional juga dapat disalahgunakan secara
lain. Kita juga harus waspada misalnya terhadap penggunaan kepribadian
nasional sebagai alas an untuk menghalangi atau menghentikan
eksperimentasi dan inovasi. Dalam hal demikian itu kepribadian nasional
Indonesia dipakai sebagai kedok untuk menutupi suatu konservatisme
yang steril. Ada baiknya barangkali untuk menyadari bahwa jikalau kita
menggunakan tahun 1910 misalnya sebagai cut off date, sebagai titik
selesai terciptanya kepribadian nasional Indonesia, maka yang kita kenal
sebagai kesenian lukisan bali modern tidak termasuk kepribadian nasional,
peranan pesinden didalam gamelan merupakan suatu penyelewengan dari
kepribadian nasional; dan berbagai tarian sunda yang sekarang ini sangat
popular tidak pula termasuk kepribadian nasional.
Maka kita sebagai ahli sejarah dan pecinta sejarah, senantiasa
harus sadar dan waspada agar supaya kepribadian nasional itu tidak
dilepaskan orang dari jangkar kesadaran sejarah. Sebab tanpa jangkar
sejarah itu, istilah kepribadian nasional sangat mudah digunakan untuk
mematikan unsure-unsur kreatif di Indonesia. Maka kesadaran sejarah,
merupakan suatu orientasi intelektual, suatu sikap jiwa yang perlu untuk
memahami secara tepat paham kepribadian nasional. Kesadaran sejarah ini
membimbing manusia kepada pengertian mengenai diri sendiri sebagai
bangsa, kepada self understanding of a nation, kepada sangkanparan suatu
bangsa, kepada persoalan what we are, why we are what we are.
Pemangunan dan tujuan-tujuan yang terkanung didalamnya tak lain
merupakan proyeksi dari kemampuan bangsa untuk, dengan keaktifan
kreatifnya, mengatasi batas-batas dirinya. Didalam jangkauan itu,
kemantapan membangun dan kreativitas dalam membangun tidak akan
mengalami kesulitan-kesulitan besar dalam mencoba memelihara
momentum pembangunan dan kemampuan kreatif bangsanya.
Sampai kita sekarang pada masalah kedua yang ingin saya
utarakan dari sudut kesdaran sejarah. Sebab selain untuk self
understanding, kesadaran sejarah juga harus kita tunjukkan kepada sejarah
itu sendiri; yaitu kepada sejarah sebagai proses. Bukan sejarah sebagai
urutan fakta-fakta sejarah belaka, melainkan sebagai proses interaksi terus
menerus antara realitas social dan manusia pada setiap titik pada garis
waktu. Disini kesadaran sejarah perlu mencerminkan komplektisitas
perubahan-perubahan social yang ditimbulkan oleh interaksi dialektis
antara masyarakat dan manusia yang ingin melepaskan diri dari
genggaman realitas yang ada.
149

Saya bicarakan kesadaran sejarah sebagai suatu kesadaran atas
kontinuitas namun kita juga harus mengartikannya sebagai kesadaran akan
kemungkinan diskontinuitas didalam usaha-usaha pembangunan. Sebab
sudah nyata sekali, bahwa usaha pembangunan itu bukan semata-mata
suatu usaha ekonomis. Dia meliputi semua aspek kehidupan bangsa.
Namun juga diliputi, disertai oleh rasa tidak aman, oleh ketakutan, oleh
kegelisahan, daissamping harapan-harapan dan aspirasi-aspirasi karena
perubahan-perubahan yang sangat endalam didalam keadaan social. Kita
harus menyadari bahwa proses pembangunan itu mungkin sekali untuk
sebagian besar Negara-negara yang sedang membangun, merupakan suatu
proses yang menimbulkan dan disertai olehmacam-macam bahaya
mengancam stabilitas dan kontinuitas.
Diskontinuitas itu dapat meliputi system politik atau landasan
kekuasaannya. Dia juga bisa meliputi misalnya bidang struktur ekonomi,
social atau kebudayaan. Maka kita harus dapat mendudukkan usaha
pembangunan kita didalam rangka diskontinuitas itu, agar kita tidak putus
asa menghadapi kesulitan. Dan untuk itulah kita perlukan kesadran
sejarah supaya kita peka terhadap dimensi waktu didalam proses
perwujudan suatu masyarakat dan kebudayaan baru. Perlu kita menyadari
bahwa untuk kelahiran bayi dipeerlukan Sembilan bulan. Demikianpun
kreativitas yang menggerakkan proses perwujudan suatu masyarakat dan
kebudayaan Indonesia modern akan memerlukan waktu tersendiri, sesuai
ritmenya sendiri ditentukan oleh kompleksitas dan masa yang secara
inherent diperlukan dalam proses integrasi bangsa.
C. DIMENSI-DIMENSI PEMBANGUNAN LAIN
1. PEMBANGUNAN YANG MEMIHAK RAKYAT
Menurut Korten (1984), masa pasca industri akan menghadapi
kondisi-kondisi baru yang sama sekali berbeda dengan kondisi di masa
industri, di mana potensi-potensi baru penting dewasa ini memperkokoh
kesejahteraan, keadilan, dan kelestarian umat manusia. Titik pusat
perhatian adalah pada pendekatan ke arah pembangunan yang lebih
berpihak kepada rakyat. Tetapi, untuk mewujudkan potensi, tindakan-
tindakan pembangunan yang membentuk masa pancaindustri itu harus
dituntun oleh suatu paradigma baru yang didasarkan pada gagasan dan
nilai-nilai, teknik sosial, dan teknologi alternatif. Ada alasan untuk yakin
bahwa paradigm seperti itu dewasa ini sedang muncul dari proses
penemuan sosial kolektif sedunia.
150

Logika paradigma ini yang menonjol adalah logika lingkungan
hidup manusia yang berimbang; sumberdayanya yang dominan adalah
sumberdaya informasi, dan prakarsa yang kreatif yang tak kunjung habis;
dan sasarannya yang dominan adalah pertumbuhan umat manusia yang
dirumuskan dalam rangka lebih terealisasinya potensi umat manusia.
Individu bukanlah sebagai objek, melainkan berperan sebagai pelaku, yang
menentukan tujuan, mengontrol sumberdaya, dan mengarahkan proses
yang mempengaruhi hidupnya sendiri. Pembangunan yang memihak
rakyat, menekankan nilai pentingnya prakarsa dan perbedaan lokal.
Karenanya, pembangunan sepert itu mementingkan sistem swaorganisasi
yang dikembangkan di sekitar satuan-satuan organisasi berskala manusia
dan masyarakat yang berswadaya.
Kesejahteraan dan realisasi diri manusia merupakan jantung
konsep pembangunan yang memihak rakyat. Perasaan diri berharga yang
diturunkan dari keikutsertaan dalam kegiatan produksi adalah sama
pentingnya bagi pencapaian mutu hidup yang tinggi dengan keikutsertaan
dalam konsumsi produk-produknya. Keefisienan sistem produksi,
karenanya, haruslah tidak sematamata dinilai berdasar produk-produknya,
melainkan juga berdasar mutu kerja sebagai sumber penghidupan yang
disediakan bagi para pesertanya, dan berdasar kemampuannya
menyertakan segenap anggota masyarakat.
Salah satu perbedaan penting antara pembangunan yang memihak
rakyat dan pembangunan yang mementingkan produksi ialah bahwa yang
kedua itu secara terus-menerus menundukkan kebutuhan rakyat di bawah
kebutuhan sistem agar system produkasi tunduk kepada kebutuhan rakyat
(Korten, 1984). Perbedaan paradigma pembangunan yang mementingkan
produksi yang dewasa ini unggul dan pembangunan yang lebih berpihak
kepada rakyat sebagai tandingnya mengandung arti penting bagi
penciptaan masa depan yang lebih manusiawi khususnya pemaham akan
perbedaan itu penting artinya bagi pemilihan teknik social termasuk
bagaimana penyuluhan dilakukan yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan
yang mementingkan rakyat.
Penyadaran diri (conscienzacione) satu di antara argumen-
argumen paling telak dan tajam yang diajukan oleh Paulo Freire (1984),
adalah inti dari usaha bagaimana bisa mengangkat rakyat dari
kelemahannya selama ini. Kesempitan pandangan dan cakrawala rakyat
yang tersekap dalam kemiskinan dan sering menghayati kehidupan mereka
dalam keterpencilan (isolasi) dan kekumuhan, harus diubah ke arah suatu
keinsyafan, perasaan, pemikiran, gagasan, bahwa hal-ihwal dapat menjadi
lain, dan tersedia alternatif-alternatif. Kegiatan penyuluhan pembangunan
151

harus mampu mengembangkan teknik-teknik pendidikan tertentu yang
imajinatif untuk menggugah kesadaran masyarakat.
Menurut Sikhondze (1999), orientasi penyuluhan haruslah
membantu petani (sasaran) agar mampu mengembangkan diri atas dasar
inovasi-inovasi yang ada, ditetapkan secara partisipatoris, yang
pendekatan metodenya berorientasi pada sasaran penyuluhan dan hal-hal
yang bersifat praktis, baik dalam bentuk pelayanan individu maupun
kelompok. Peran penyuluhan dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu
peran konsultan, peran pembimbingan, dan peran penyampai informasi.
Ketiga peran tersebut terkait dengan peran difusi inovasi dan proses adopsi
dalam penyuluhan.

2. PENGEMBANGAN STRUKTUR DAN SWAKELOLA
PEMBANGUNAN
a) Pengertian Swakelola Pembangunan
Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang
direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri. Hal ini tertuang
dalam Keppres No. 80 Th. 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Selain pengertian diatas Swakelola adalah pekerjaan yang
direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh
penanggungjawab kegiatan dan koordinator Kegiatan dengan
menggunakan tenaga sendiri dan/atau tenaga dari luar baik tenaga
ahli maupun tenaga upah borongan, dengan ketentuan tenaga ahli
dari luar tidak boleh melebihi 50% (lima puluh per seratus) dari
tenaga sendiri.

Swakelola dapat dilaksanakan oleh :
Pengguna barang/jasa;
Instansi Pemerintah lain;
Kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat penerima
hibah.
Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan swakelola :
Pekerjaan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumberdaya
manusia
Selain itu Kementerian Negara Riset dan Teknologi dan sesuai
dengan ruang lingkup program dan kegiatan;
152

Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan
partisipasi masyarakat setempat;
Pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau besaran
tidak diminati oleh penyedia barang/jasa;
Pekerjaan yang secara rinci tidak dapat dihitung/ditentukan
terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia
barang/jasa akan menanggung resiko yang besar;
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, kursus, penataran,
seminar, lokakarya, atau penyuluhan;
Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang bersifat
khusus untuk pengembangan teknologi/metoda kerja yang belum
dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa;
Pekerjaan khusus yang bersifat pemrosesan data, perumusan
kebijakan pemerintah, pengujian di Laboratorium, pengembangan
sistem tertentu, dan penelitian oleh perguruan tinggi/lembaga
ilmiah pemerintah;
Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi Kementerian Negara Riset
dan Teknologi.
b) macam-macam swakelola dilihat dari pelaksana pekerjaan, model
swakelola ini dibedakan menjadi:

1) Swakelola oleh pengguna barang/jasa, adalah pekerjaan yang
direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh pengguna barang/jasa
dengan menggunakan tenaga sendiri, dan/atau tenaga dari luar baik tenaga
ahli maupun tenaga upah borongan;
2) Swakelola oleh instansi pemerintah lain non-swadana (universitas
negeri, lembaga penelitian/ilmiah pemerintah, lembaga pelatihan), adalah
pekerjaan yang perencanaan dan pengawasannya dilakukan oleh pengguna
barang/jasa, sedangkan pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh instansi
pemerintah yang bukan penanggung jawab anggaran;
3) Swakelola oleh penerima hibah, adalah pekerjaan yang perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasannya dilakukan oleh penerima hibah
(kelompok masyarakat, LSM, komite sekolah/pendidikan, lembaga
pendidikan swasta/lembaga penelitian/ilmiah non-badan usaha dan
lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah) dengan sasaran ditentukan
oleh instansi pemberi hibah.

153

c) Jenis Pekerjaan Yang Dapat Dilakukan Dengan Swakelola
Pada dasarnya hampir semua pekerjaan dapat dilakukan dengan
Swakelola, sejauh K/L/D/I atau kelompok masyarakat memiliki
kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Namun
demikian, karena pada prinsipnya K/L/D/I memiliki tugas pelayanan
kepada masyarakat sehingga tidak banyak pekerjaan yang mampu
dilakukan oleh K/L/D/I sendiri. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang
tidak dapat dilakukan sendiri, maka dilakukan oleh Penyedia.
Sedangkan untuk pekerjaan yang dapat dilakukan atau lebih
menguntungkan dilakukan dengan Swakelola, maka dilakukan dengan
Swakelola.


Diantara pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilaksanakan dengan
Swakelola diantaranya adalah:
a. Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
dan/atau memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia
serta sesuai dengan tugas pokok K/L/D/I, misalnya pelaksanaan
pendidikan dan latihan dan workshop.
b. Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan
partisipasi langsung masyarakat setempat, misalnya pembuatan
jalan setapak, pembersihan sungai desa dan perbaikan jembatan
desa.
c. Pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau
pembiayaannya tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa,
misalnya pemeliharaan rutin yang sederhana misalnya
pengangkutan/pengerukan sampah pada instalasi pompa,
penimbunan daerah rawa dan lain-lain.
d. Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat
dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan
oleh Penyedia Barang/Jasa akan menimbulkan ketidakpastian dan
risiko yang besar;
e. Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya
atau penyuluhan, misalnya pelatihan keahlian/keterampilan,
kursus pengadaan barang/jasa pemerintah dan lain-lain.
f. Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei
yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja
yang belum dapat dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa,
154

misalnya prototipe rumah tahan gempa, prototipe sumur resapan,
dan lain-lain.
g. Pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan
pemerintah, pengujian dilaboratorium dan pengembangan sistem
tertentu. Misalnya penyusunan/pengembangan peraturan
perundang-undangan dan lain-lain.
j. Penelitian dan pengembangan dalam negeri, misalnya penelitian
konstruksi tahan gempa dan lain-lain dan/atau
k. Pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista
dan industri almatsus dalam negeri, pengembangan senjata
keperluan militer dan lain-lain.

Pada dasarnya prosedur Swakelola meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, penyerahan pelaporan dan pertanggungjawaban
pekerjaan.
3. PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Menurut Korten (1984), masa pasca industri akan menghadapi
kondisi-kondisi baru yang sama sekali berbeda dengan kondisi di masa
industri, di mana potensi-potensi baru penting dewasa ini memperkokoh
kesejahteraan, keadilan, dan kelestarian umat manusia. Titik pusat
perhatianya adalah pada pendekatan ke arah pembangunan yang lebih
berpihak kepada rakyat. Logika yang menonjol dari paradigm ini adalah
logika lingkungan hidup manusia yang berkembang; sumberdayanya yang
dominan adalah sumber daya informasi dan prakarsa yang kreatif yang tak
kunjung habis; dan sasarannya yang dominan adalah pertumbuhan umat
manusia yang dirumuskan dalam rangka lebih terealisasinya potensi umat
manusia.
Salah satu perbedaan penting antara pembangunan yang memihak
rakyat dan pembangunan yang mementingkan produksi ialah bahwa yang
kedua ini secara terus menerus menentukan kebutuhan rakyat di bawah
kebutuhan sistem agar system produksi tunduk kepada kebutuhan rakyat
(Korten, 1984). Paradigma pembangunan yang lebih berpihak kepada
rakyat mengandung arti penting bagi penciptaan masa depan yang lebih
manusiawi. Pemahaman akan paradigma itu penting artinya bagi
pemilihan teknik sosial termasuk bagaimana pemberdayaan masyarakat
dilakukan secara tepat untuk mencapai tujuan-tujuan yang mementingkan
rakyat.

155

Penyadaran diri merupakan satu di antara argumen-argumen yang
paling telak dan tajam diajukan oleh Freire (1984), adalah merupakan inti
dari usaha bagaimana bisa mengangkat rakyat dari kelemahannya selama
ini. Kesempitan pandangan dan cakrawala masyarakat yang tersekap
dalam kemiskinan dan kelemahan lainnya harus diubah ke arah suatu
keinsyafan, perasaan, pemikiran, gagasan, bahwa hal-ihkwal tersebut
dapat menjadi lain, dan pasti tersedia alternative alternatif untuk
mengatasinya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus mampu
mengembangkan teknik-teknik pendidikan tertentu yang imajinatif untuk
menggugah kesadaran masyarakat.
Menurut Silkhondze (1999), orientasi pemberdayaan masyarakat
haruslah membantu masyarakat agar mampu mengembangkan diri atas
dasar inovasi-inovasi yang ada, ditetapkan secara partisipatoris, yang
pendekatan metodenya berorientasi pada kebutuhan masyarakat sasaran
dan hal-hal yang bersifat praktis, baik dalam bentuk layanan individu
maupun kelompok.
Peran petugas pemberdayaan masyarakat sebagai outsider people
dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu peran konsultan, peran
pembimbingan dan peran penyampaian informasi. Dengan demikian peran
serta kelompok sasaran (masyarakat itu sendiri) menjadi sangat dominan.

Untuk melakukan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat
diwujudkan dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar pendampingan
masyarakat (Karsidi, 1988), sebagai berikut:
1. Belajar Dari Masyarakat
Prinsip yang paling mendasar adalah prinsip bahwa untuk melakukan
pemberdayaan masyarakat adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini
berarti, dibangun pada pengakuan serta kepercayaan akan nilai dan
relevansi pengetahuan tradisional masyarakat serta kemampuan
masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah sendiri.

2. Pendamping sebagai Fasilitator,
Masyarakat sebagai Pelaku Konsekuensi dari prinsip pertama
adalah perlunya pendamping menyadari perannya sebagai fasilitator dan
bukannya sebagai pelaku atau guru. Untuk itu perlu sikap rendah hati serta
kesediaan belajar dari masyarakat dan menempatkan warga masyarakat
sebagai narasumber utama dalam memahami keadaan masyarakat itu
sendiri. Bahkan dalam penerapannya masyarakat dibiarkan mendominasi
kegiatan. Kalaupun pada awalnya peran pendamping lebih besar, harus
diusahakan agar secara bertahap peran itu bisa berkurang dengan
156

mengalihkan prakarsa kegiatan-kegiatan pada warga masyarakat itu
sendiri.
3. Saling Belajar, Saling Berbagi Pengalaman
Salah satu prinsip pendampingan untuk pemberdayaan masyarakat
adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan local masyarakat.
Hal ini bukanlah berarti bahwa masyarakat selamanya benar dan harus
dibiarkan tidak berubah. Kenyataan objektif telah membuktikan bahwa
dalam banyak hal perkembangan pengalaman dan pengetahuan lokal
(bahkan tradisional) masyarakat tidak sempat mengejar perubahan-
perubahan yang terjadi dan tidak lagi dapat memecahkan masalah-masalah
yang berkembang. Namun sebaliknya, telah terbukti pula bahwa
pengetahuan modern dan inovasi dari luar yang diperkenalkan oleh orang
luar tidak juga dapat memecahkan masalah mereka.

Beberapa pendekatan dan strategi dalam pemberdayaan masyarakat, dapat
ditempuh dengan berbagai upaya sebagai berikut :
(1) Memulai dengan tindakan mikro.
Proses pembelajaran rakyat harus dimulai dengan tindakan mikro,
namun memiliki konteks makro dan global. Dialog mikro-makro harus
terus-menerus menjadi bagian pembelajaran masyarakat agar
berbagaipengalaman mikro dapat menjadi policy input dan policy reform
sehingga memiliki dampak yang sangat luas.
(2) Pengembangan sektor ekonomi strategis sesuai dengan kondisi lokal
(daerah).
Yang dimaksud produk strategis (unggulan) di sini tidak hanya
produksi yang ada di masyarakat seperti laku di pasaran, tetapi juga
unggul dalam hal ahan baku dan teknis produksinya, serta memiliki
keterkaitan sektoral yang tinggi.
(3) Mengganti pendekatan kewilayahan administrasi dengan pendekatan
kawasan.
Pemberdayaan masyarakat tidak mungkin didasarkan atas
kewilayahan administratif. Pendekatan kewilayahan administratif berarti
lebih menekankan pada kesamaan dan perbedaan potensi yang dimiliki
oleh suatu kawasan tertentu.
Pendekatan ini akan memungkinkan terjadinya pemberdayaan masyarakat
dalam skala besar, di samping keragaman model yang didasarkan atas
keunggulan antara kawasan satu dengan yang lainnya. Lebih lanjut, akan
memungkinkan terjadinya kerjasama antara kawasan yang lebih produktif.

(4) Membangun kembali kelembagaan masyarakat.
157

Peran serta masyarakat menjadi keniscayaan bagi semua upaya
pemberdayaan masyarakat, jika tidak dibarengi munculnya kelembagaan
sosial, ekonomi, dan budaya yang benar-benar diciptakan oleh masyarakat
sendiri.
(5) Mengembangkan penguasaan pengetahuan teknis.
Perlu dipahami bersama bahwa desakan modernisasi telah
menggusur ilmu pengetahuan dan teknologi lokal dan menciptakan
ketergantungan pada input luar serta hilangnya kepercayaan diri yang
sangat serius. Penyuluhan yang mampu mengembalikan kepercayaan diri
sasaran penyuluhan serta dapat menggerakkan proses pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan
mereka sangat penting untuk dikembangkan. Temuan-temuan lokal harus
mendapatkan pengakuan sejajar dengan inovasi baru dari luar.
(6) Pengembangan kesadaran.
Karena peristiwa ekonomi juga merupakan juga
peristiwamerumuskan dan mengembangkan paradigma baru dalam
pembangunan ekonomi yang lebih demokratis dan menjamin
kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat banyak akan memperpanjang
penderitaan bangsa dalam proses pembangunan itu. Dalam rangka mencari
solusi masalah ekonomi dan politik serta budaya yang dihadapi bangsa
Indonesia saat ini, semua pihak telah memberikan rambu-rambu untuk
tidak terjebak membuat bungkus baru namun isi lama. Dari berbagai
tawaran alternatif model pemberdayaan masyarakat, model ekonomi
kerakyatan secara teoretis telah berkembang menjadi wacana baru saat
ini. Paradigma pemberdayaan ekonomi rakyat sebenarnya bukan saja
berupa tuntutan atas pembagian secara adil aset ekonomi, tetapi juga
merupakan keniscayaan ideologis dengan semangat meruntuhkan
dominasi-dominasi birokrasi dalam mengatur dan menentukan kehidupan
rakyat (Sasono, 1999). Gagasan pemberdayaan ekonomi rakyat, menurut
Mahmudi (1999), merupakan upaya mendorong dan melindungi tumbuh
dan berkembangnya kekuatan ekonomi lokal dan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berbasiskan para kekuatan rakyat.
Muatan gagasan ini tidak saja dituntut untuk dapat mendayagunakan dan
enghasilgunakan potensi sumberdaya lokal untuk kepentingan
kesejahteraan rakyat, tetapi juga terlindungnya hak-hak rakyat dalam
pengelolaan sumber daya lokal sesuai dengan kepentingan ekonomi dan
sosialnya. Dengan kata lain, sentralisasi ekonomi bertentangan dengan
gagasan dasar pemberdayaan ekonomi rakyat. Untuk itu, perlu dipilih
pendekatan dan strategi yang tepat. Beberapa pendekatan dan strategi
158

dalam pemberdayaan masyarakat, dapat ditempuh dengan berbagai upaya
sebagai berikut :
(1) Memulai dengan tindakan mikro. Proses pembelajaran rakyat harus
dimulai dengan tindakan mikro, namun memiliki konteks makro dan
global. Dialog mikro-makro harus terus-menerus menjadi bagian
pembelajaran masyarakat agar berbagaipengalaman mikro dapat menjadi
policy input dan policy reform sehingga memiliki dampak yang sangat
luas.
(2) Pengembangan sektor ekonomi strategis sesuai dengan kondisi lokal
(daerah). Yang dimaksud produk strategis (unggulan) di sini tidak hanya
produksi yang ada di masyarakat seperti laku di pasaran, tetapi juga
unggul dalam hal bahan baku dan teknis produksinya, serta memiliki
keterkaitan sektoral yang tinggi.
(3) Mengganti pendekatan kewilayahan administrasi dengan pendekatan
kawasan. Pemberdayaan masyarakat tidak mungkin didasarkan atas
kewilayahan administratif. Pendekatan kewilayahan administratif berarti
lebih menekankan pada kesamaan dan perbedaan potensi yang dimiliki
oleh suatu kawasan tertentu. Pendekatan ini akan memungkinkan
terjadinya pemberdayaan masyarakat dalam skala besar, di samping
keragaman model yang didasarkan atas keunggulan antara kawasan satu
dengan yang lainnya. Lebih lanjut, akan memungkinkan terjadinya
kerjasama antara kawasan yang lebih produktif.
(4) Membangun kembali kelembagaan masyarakat. Peran serta masyarakat
menjadi keniscayaan bagi semua upaya pemberdayaan masyarakat, jika
tidak dibarengi munculnya kelembagaan sosial, ekonomi, dan budaya yang
benar-benar diciptakan oleh masyarakat sendiri.
(5) Mengembangkan penguasaan pengetahuan teknis. Perlu dipahami
bersama bahwa desakan modernisasi telah menggusur ilmu pengetahuan
dan teknologi lokal dan menciptakan ketergantungan pada input luar serta
hilangnya kepercayaan diri yang sangat serius. Penyuluhan yang mampu
mengembalikan kepercayaan diri sasaran penyuluhan serta dapat
menggerakkan proses pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka sangat penting untuk
dikembangkan. Temuan-temuan lokal harus mendapatkan pengakuan
sejajar dengan inovasi baru dari luar.
(6) Pengembangan kesadaran. Karena
peristiwa ekonomi juga merupakan juga peristiwapolitik, atau yang lebih
dikenal dengan politik ekonomi, maka tindakan yang hanya berorientasi
memberikan bantuan teknis jelas tidak memadai. Yang diperlukan adalah
tindakan berbasis pada kesadaran masyarakat untuk membebaskan diri
159

dari belenggu kekuatan ekonomi dan politik yang menghambat proses
demokratisasi ekonomi. Penyuluhan yang berorientasi pada sasaran
merupakan pendekatan yang sangat penting sebagai upaya membangun
kesadaran masyarakat.
(7) Membangun jaringan ekonomi strategis. Jaringan strategis akan
berfungsi untuk mengembangkan kerjasama dalam mengatasi
keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki kelompok ekonomi satu dengan
lainnya baik dalam bidang produksi, pemasaran, teknologi, dan
permodalan. Di samping itu, jaringan strategis juga akan berfungsi sebagai
media pembelajaran sasaran penyuluhan.
(8) Kontrol kebijakan. Agar kebijakan pemerintah benar-benar mendukung
pemberdayaan masyarakat, maka kekuasaan pemerintah harus dikontrol
sebagai contoh adalah keikutsertaan organisasi petani dalam proses
pengambilan keputusan tentang kebijakan pertanian.
(9) Menerapkan model pembangunan kelanjutan. Setiap peristiwa
pembangunan harus mampu secara terus-menerus mengkonservasi daya
dukung lingkungan. Dengan demikian, daya dukung lingkungan akan
dapat dipertahankan untuk mendukung pembangunan. Seperti telah
diuraikan di atas, sasaran strategis pemberdayaan masyarakat bukanlah
sekadar peningkatan pendapatan, semata melainkan sebagai upaya
membangun basis-basis ekonomi yang bertumpu pada kebutuhan
masyarakat dan sumber daya lokal yang andal. Disamping itu,
pemberdayaan ekonomi masyarakat harus pula diarahkan pada upaya-
upaya menciptakan proses-proses ekonomi yang lebih demokratis dan
berkeadilan serta menjamin bagi terciptanya kemandirian dan
keberlanjutan.
BAB X
PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN
EKONOMI RAKYAT

A. Pengertian pembangunan ekonomi
Pembangunan ekonomi pada dasarnya meliputi usaha masyarakat
keseluruhan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi
tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Namun demikian usaha-usaha
pembangunan suatu Negara meliputi pula usaha pembangunan di bidang
sosial, politik, kebudayaan dan sebagainya.
Dengan demikian pengertian pembangunan ekonomi pada
umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
160

pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat(atau bangsa) meningkat
dalam jangka panjang. Jadi dalam pengertian dasar ini, terdapat tiga
unsure penting dalam pengertian pembangunan ekonomi, yaitu:
1. Suatu proses yang berarti merupakan perubahan yang terus-menerus
Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam
jangka panjang. Di sini terdapat tiga elemen penting yang berkaitan
dengan pembangunan ekonomi Pembangunan sebagai suatu proses.
Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwapembangunan
merupakan suatu tahap yang harus dijalani olehsetiap masyarakat atau
bangsa. Sebagai contoh, manusia mulai lahir, tidak langsung menjadi
dewasa, tetapi untuk menjadi dewasa harus melalui tahapan-tahapan
pertumbuhan. Demikian pula, setiap bangsa harus menjalani tahap-tahap
perkembangan untuk menuju kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera.
37

2. Usaha dan keberhasilan menaikkan tingkat pendapatan per kapita, dan
Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan
pendapatan perkapita Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan
tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka
meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan
peran serta masyarakat, pemerintah, dan semua elemen yang terdapat
dalam suatu negara untuk berpartisipasiaktif dalam proses pembangunan.
Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan perkapita mencerminkan
perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat.

3. Kenaikan pendapatan per kapita itu berlangsung terus dalam jangka
panjang.
Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam
jangka panjang Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan
berkembang apabila pendapatan perkapita dalam jangka panjang
cenderung meningkat. Hal ini tidak berarti bahwa pendapatan perkapita
harus mengalami kenaikanterus menerus. Misalnya, suatu negara terjadi
musibah bencana alam ataupunkekacauan politik, maka mengakibatkan
perekonomian negara tersebut mengalami kemunduran. Namun, kondisi

37
Todaro, Michel P. (2004). Ekonomi Pembangunan Di Dunia Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
161

tersebut hanyalah bersifat sementara yang terpenting bagi negara tersebut
kegiatan ekonominya secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.
Sehubungan dengan itu istilah pertumbuhan ekonomi itu pada
umumnya dikaitkan dengan perkembangan dan kemajuan ekonomi yang
terdapat dinegara-negara maju dimana struktur ekonominya yang sudah
berindustri yang tidak mengalami perubahan struktural lagi, sedangkan
pembangunan ekonomi berkaitan dengan perkembangan dan kemajuan
ekonomi di negara-negaraberkembang yang mengalami proses perubahan
struktural dari keterbelakangan ke arah kemajuan dan modernisasi.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan
total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam
struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk
suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi
(economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan
ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi
adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara
dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan
GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan
indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
38

Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi
keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam
standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan,
sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya
pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam
struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian
seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.
Dan definisi atau indikasi dari perkembangan ekonomi itu sendiri
dapat diartikan dalam tiga cara yaitu:
1. Perkembangan ekonomi harus diukur dalam arti kenaikan
pendapatan nasional nyata dalam suatu jangka waktu yang panjang, tetapi
ini bukanlah definisi yang memuaskan.

38
Masykur Wiratmo. (1992). Ekonomi Pembangunan, Ikhtisar Teori, Masalah
dan Kebijakan. Yogyakarta: MW Mandala.
162

pendapatan nasional nyata menunjuk pada keseluruhan output
barang-barang jadi dan jasa dari negara itu dalam arti nyata ketimbang
dalam arti uang. Jadi perubahan harga harus dekesampingkan pada waktu
menghitung pendapatan nasional nyata. Tetapi ini tidak sesuai dengan
kenyataan karena di dalam perekonomian yang sedang berkembang
keanekaan harga tak terelakkan. Di dalam definisi ini, kata dalam jangka
panjang menunjukkan suatu kenaikan pendapatan nyata yang
dipertahankan. Suatu kenaikkan jangka pendek dalam pendapatan nasional
yang terjadi selama pasang naik siklus bisnis tidak disebut sebagai
pembangunan ekonomi.
Definisi ini tidak mempertimbangkan berbagi perubahan dalam
pertumbuhan penduduk. Jika suatu kenaikan dalam pendapatan nasional
nyata dibarengi dengan pertumbuhan penduduk yang lebih cepat, maka
yang terjadi bukan perkembangan ekonomi tetapi kemunduran.
jadi di dalam indikasi perkembangan ekonomi ini, kelonggaran
harus diberikan pada perubahan dalam pendapatan nasional nyata akibat
pasang naik siklus dan pada perubahan dalam nilai uang serta
pertumbuhan penduduk. Disamping itu, ada pula kesulitan konsepsi dalam
mengkaitkan pengukuran pendapat nasional negara-negara terbelakang
yang akan dikaji dengan pendapatan per kapita
2. Definisi kedua, berkaitan dengan kenaikan pendapatan nyata per
kapita dalam jangka panjang. Para ekonom berpendapat sama dalam
mendefinisikan pembangunan ekonomi dalam arti kenaikan pendapatan
atau output nyata per kapita. Prof. Meier mendefinisikan perkembangan
ekonomi sebagai proses kenaikan pendapatan per kapita dalam suatu
jangka panjang . Prof. Baran membenarkan pertumbuhan atau
perkembangan ekonomi didefinisikan sebagai kenaikan output per kapita
barang-barang material dalam suatu jangka waktu . Menurut Buchanan
dan Ellis, perkembangan berarti mengembangkan potensi pendapatan
nyata negara-negara terbelakang dengan menggunakan investasi yang
akan melahirkan berbagai perubahan dan memperbesar sumber-sumber
produktif yang pada gilirannya menaikkan pendapatan nyata per orang.
definisi di atas bermaksud menekankan bahwa bagi perkembangan
ekonomi, tingkat kenaikan pendapatan nyata seharusnya lebih tinggi
daripada tingkat pertumbuhan penduduk. Toh berbagai kesulitan tetap saja
ada.
kenaikan pendapatan per kapita mungkin tidak menikkan standar
hidup riil masyarakat. Bisa terjadi bahwa sementara pendapatan nyata per
kapita meningkat akan tetapi konsumsi per kapita merosot. Rakyat
mungkin meningkatkan tingkat tabungan mereka atau bahkan pemerintah
163

sendiri menghabiskan pendapatan yang meningkat itu untuk keperluan
militer atau keperluan lain. Ada kemungkinan lain yang menyebabkan
mesyarakat tetap miskin kendati ada kenaikan dalam pendapatan nasional
nyata jika kenaikan pendapata itu hanya dinikmati oleh beberapa gelintir
orang kaya dan tidak oleh banyak orang miskin. Lagipula, definisi seperti
itu menyepelahkan masalah-masalah lain yang bertalian dengan struktur
masyarakat , susunan dan besarnya penduduk, lembaga dan budaya
masyarakat, pola sumber-sumber dan bahkan distribusi output ke dan
antara anggota masyarakat.
39

3. Ada kecenderungan lain untuk mendefinisikan perkembangan
ekonomi dari titik titik kesejahteraan ekonomi. Umpama, perkembangan
ekonomi dipandang sebagai suatu proses dimana pendapatan nasional
nyata per kapita naik dibarengi dengan penurunan kesenjangan pendapatan
dan pemenuhan keinginan masyarakat secara keseluruhan. Dalam
ungkapan okun dan Richardson, perkembangan ekonomi adlah
perbaikan terhadap kesejahteraan material yang terus-menerusdan
berjangka panjang yang dapat dilihat dari lancarnya distribusi barang dan
jasa.
definisi demikian juga tidak bebas dari berbagai keterbatasan.
pertama, bisa saja terjadi bahwa kenaikan pendapatan nasional atau
perkapita nyata, sikaya bertambah kaya dan si miskin bertambah miskin.
jadi semata-mata kenaikan dalam kesejahteraan ekonomi tidak bermuara
pada perkembangan ekonomi kecuali jika distribusi pendapatan nasional
yang dihasilkan juga bersifat adil.
kedua, di dalam mengukur kesejahteraan ekonomi harus hati-hati
terutama menyangkut komposisi output total yang menyumbang kepada
kenaikan pendapatan nyata per kapita, dan bagaimana output tersebut
dinilai. keseluruhan output yang meningkat mungkin terdiri dari barang-
barang modal. umpama saja, bisa dengan mengorbankan output barang-
barang sumen.
akan tetapi kesulitan yang sebenarnya terletak pada cara menilai
output. output dapat dinilai berdasarkan harga pasar sedang kesejahteraan
ekonomi diukur dengan kenaikan dalam distribusi pendapatan, harga akan
berbeda-beda akan komposisi serta nilai output nasional juga berbeda.
ketiga, kita juga mesti mempertimbangkan tidak saja apa yang
diproduksi tetapi juga bagaimana ia diproduksi. perkiraan output nasional
riil mungkin telah meningkatkan ongkos nyata (derita dan korban) dan
biaya sosial dalam perekonomian. misalnya, output yang membesar terjadi

39
Alfons Taryadi, op.cit.,hlm 5 tabel 3.
164

karena jam kerja yang panjang atau merosotnya kondisi kerja tenaga
buruh.
Pendapat penulis: kalau menurut saya pribadi pembangunan
ekonomi ialah kemajuan yang dialami oleh suatu Negara bik itu
dari segi pendapatan atau dari segi sumber daya manusianya
atau bahkan dari sumber daya alamnya sendiri, biasanya
pembangunan ekonomi dilamai oeleh Negara-negara yang
terbelakang menjadi Negara yang berkembangan
Teori teori pembangunan
a. Teori pembangunan Adam Smith
Adam smith adalah ahli ekonomi klasik yang dianggap sangat
terkemuka. Karyanya yang sangat terkenal, adalah sebuah buku yang
berjudul An Inquiryinti the nature and cause of the wealth of nations yang
diterbitkan 1776, terutama menyangkut permasalahan pembangunan
ekonomi. Walaupun ia tidak memaparkan teori pertumbuhan secara
sistematik namun teori yang berkaitan dengan itu kemudian disusun oleh
para ahli ekonomi berikutnya seperti akan dijelaskan dibawa ini.
Hukum Adam Smith meyakini berlakunya doktrin hukum alam
dengan persoalan ekonomi, ia menganggap setiap orang sebagai hakim
yang paling tahu akan kepentingannya sendiri yang sebaiknya dibiarkan
dengan bebas mengejar kepentingannya itu demi keuntungan sendiri.
Dalam mengembangkan kepentingan pribadinya itu, orang akan
memerlukan barang-barang keperluan hidupnya sehari-hari. Dalam
melakukan ini setiap individu dibimbing oleh suatu kekuatan yang tidak
terlihat. Menurut adam smith membagi teori pembangunan menjadi tiga
yaitu: a. hukum alam, b. pembagian kerja, c. proses pemupukan modal.
b. Teori Ricardian
Seperti halnya Smith, David Ricrdian juga mengungkapkan
pandangnnya mengenai pembangunan ekonomi dengan cara yang tidak
sistematis dalam bukunya the principles of political economy and taxation.
Buku ini diterbitkan 1917, edisi ketiga 1921 serta korespondensi
pembentukan model pembangunan Ricardian. Sesungguhnya Ricardian
tidak pernah mengajukan satu pun teori pembangunan. Ia hanya
mendiskusikan teori distribusi. Oleh sebab itu analisa Ricardian
merupakan analisa yang memutar.
Asumsi teori Ricardian, teori-teori Ricardian didasarkan pada asumsi
bahwa:
1) Seluruh tanah digunakan untuk produksi gandum dan angkatan kerja
dalam pertanian membantu menentukan distribusi industry,
2) law of diminishing return berlaku bagi tanah,
165

3) Persediaan tanah adalah tetap,
4) Permintaan akan gandum benar-benar inelastic,
5) Bruh dan modal adalah masukan yang sangat variable,
6) Keadaan pengetahuan teknis adalah tertentu(given)
7) Seluruh buruh dibayar dengan upah yang cukup untuk hidup secara
minimal,
8) Harga penawaran buruh adalah tertentu dan tetap,
9) Permintaan akan buruh tergantung pada pemupuk modal dan bahwa
baik harga permintaan maupun penawaran buruh tidak tergantung
pada produktifitas marginal tenaga kerja
10) Terdapat persaingan yang sempurna,
11) Pemupukkan modal dihasilkan dari keuntungan.
c. teori Malthus
konsep pembangunan. Malthus tidak menganggap proses
pembangunan ekonomi menjadi dengan sendirinnya. Malahan proses
pembnagunan ekonomi memerlukan berbagai usaha yang konsisiten di
pihak rakyat. Dia tidak memberikan gambaran adanya gerakan manuju
keadaan stasioner tetapi menekankan bahwa perekonomian mengalami
kemerosotan beberapa kali sebelum mencapai tingkat tertinggi dari
pembangunan. Jadi menurut Malthus proses pembangunan adalah suatu
proses naik-turunnya aktivitas ekonomi lebih daripada sekedar lancar-
tidaknya aktivitas ekonomi.
d. Teori Mill
Mill menganggap pembangunan ekonomi sebagai fungsi dari tanah,
tenaga kerja, dan modal. Sementara tanah dan tenaga kerja adalah dua
factor produksi yang asli, modal adalah persediaan yang dikumpulakan
dari produk-produk tenaga kerja sebelumnya.
e. Teori Marxis
Marx menyumbang kepada teori pembangun ekonomi dalam tiga hali,
yaitu: dalam arti luas memberikan penafsiran sejarah dari sudut ekonomi,
dalam arti lebih sempit merinci kekuaatan yang mendorong perkembangan
kapitalis, dan terakhir menawarkan jalan alternative tentang pembangunan
ekonomi terencana.

B. Peran pemerintah dalam mengtasi masalah-masalah ekonomi
dalam Negara
Masalah-masalah ekonomi banyak sekali timbul di dalam Negara
ini salah satunya yaitu masalah ekonomi yang bisa saja berkaitan dengan
masalah-masalah yang lain misalnya: dengan masalah pendidikan karena
ekonomi sangatlah berperan penting dalam masalah pendidikan, walaupun
166

sekarang mulai sekolah dasar (SD) biaya sekolah sudalah tidak menjadi
masalah karena adanya BOS (Biaya Operasional Sekolah) begitu pula
dengan jenjang SLTP/SMP, akan tetapi dijenjang selanjutnya masih perlu
mengeluarkan biaya. Walaupun ada biaya BOS, tapi masih banyak sekolah
yang menarik uang gedung lah dll. Masalah yang lain ialah berkaitan
dengan maslah pengangguran, di Indonesia sendiri banyak sekali
pengangguran mulai dari yang hanya sekedar lulusan atau tamatan
SMP/SLTP hingga jenjang yang kata orang sebagai strata I atau sarjana,
oleh karena itu inilah (PR) pemerintah yang harus mengatasi masalah-
masalah tersedut diatas dan disini kami akan membahas bagaimanakah
peran pemerintah dalam mengatasi maslah-maslah tersebut diatas:
a. Peran pemerintah dalam mengatasi masalah ekonomi
Peranan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan
terutama di Negara-negara berkembang atau Dunia Ketiga bekas
jajahan harus benar-benar aktif dan positif karena pemerintah
harus mempunyai sasaran utama bagi rakyatnya terutama yang
berkenaan denagn upaya meningkatkan taraf hidup atau tingkat
kemakmuran rakyatnya. Apalagi pemerintah mempunyai sumber
daya alam yang abnyak dan bernilai tinggi.karenanya penjajah
melakukan penjajahan di banyak Negara terbelakang yang kaya
akan sumber daya alamnya.
40

Dalam zaman yang segalanya serba global,peranan
pemerintah untuk melakukan pembangunan ekonomi khususnya
merupakan kunci menuju masyarakat yang lebih makmur.bahkan
pada waktunya diharapkan bisa menjadi Negara yang
maju/industry.masalah Negara terbelakang atau Negara
berkembang begitu besarnya dan masalah itu tidak bias diserahkan
begitu saja pada mkanisme bebas kekuatan-kekuatan ekonomi.
Untuk itu dalam upaya menyeimbangkan pertumbuhan
berbagai sector perekonomian hingga penawaran harus sesuai
dengan permintaan.untuk itu dibutuhkan pengawasan dan
pengaturan oleh Negara atau pemerintah dalam upaya mencapai
pertumbuhan yang seimbang.karena kesimbangan membutuhkan
suatu pengawasan terhadap produksi,distribusi dan konsumsi
komoditas.untuk itu pemerintah harus membuat suatu rencana
pengawasan fisik serta langkah-langkah fiscal dan moneter yang
perlu dilakukan.langkah-langkah tersebut tidak dapat dihindarkan
dalam upaya mengurangi ketidak seimbangan ekonomi dan social

40
Irawan, M. Suparmoko, 1995, Ekonomika Pembangunan
167

yang mengancam Negara berkembang.mengatasi perbedaan social
dan menciptakan psikologis,ideology,social,dan politik yang
menguntungkan bagi pembangunan ekonomi menjadi tugas
penting pemerintah.
Oleh karena itu ruang lingkup tindakan pemerintah sangat
luas dan menyeluruh.menurut Arthur Lewis lingkup itu
menyangkut masalah :
Penyelenggaraan pelayanan umum
Di negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia,
kesejahteraan masyarakat sangat tergantung pada kemampuan
mereka dalam mengakses dan menggunakan pelayanan publik,
akan tetapi permintaan akan pelayanan tersebut umumnya jauh
melebihi kemampuan pemerintah untuk dapat
memenuhinya.Sebaliknya, pemusatan segala urusan publik hanya
kepada negara, pada kenyataannya hanya sebuah retorika, sebab
urusan pelayanan publik yang demikian kompleks, mustahil dapat
dikerjakan semua hanya oleh pemerintah.
Menurut Miftah Thoha, pelayanan publik dapat dipahami
sebagai suatu usaha oleh seorang/ kelompok orang, atau institusi
tertentu untuk memberikan kemudahan dan bantuan kepada
masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu (1991).Hanya
saja, dalam rangka melakukan optimalisasi pelayanan publik yang
dilakukan oleh birokrasi pemerintahan bukanlah tugas yang
mudah mengingat usaha tersebut menyangkut berbagai aspek yang
telah membudaya dalam lingkaran birokrasi pemerintahan. Oleh
karena itu kemudian peran swasta sangat diharapkan untuk
melengkapi pemerintah dalam menciptakan kualitas pelayanan
publik yang optimal.
Nurcholis (2005: 180) secara rinci membagi fungsi
pelayanan publik ke dalam bidang-bidang sebagai berikut:
Pendidikan, Kesehatan, Keagamaan, Lingkungan: tata kota,
kebersihan, sampah, penerangan, Rekreasi: taman, teater, musium,
turisme, Sosial, Perumahan, Pemakaman/crematorium, Registrasi
penduduk: kelahiran, kematian, Air minum, Legalitas (hukum),
seperti KTP, paspor, sertifikat, dll.
168

Tujuan akhir dari pelayanan publik adalah terciptanya
tatanan kehidupan masyarakat yang berdaya untuk mengurus
persoalannya masing-masing
Penentuan sikap
Dalam hal ini pemerintah dalam melihat berbagai
permasalahan ekonomi hendaknya tanggap serta sensitive
terhadap berbagai masalah masyarakatnya. misalnya dalam
penanggulangan masalah kemiskinan. Beberapa upaya yang
dilakukan pemerintah dalam upaya penanggulangan masalah
kemiskinan pada pembangunan nasional, yaitu:
Kebijakan pemenuhan hak-Hak Dasar Masyarakat.
Pemerintah terus aktif melakukan kewajibannya dalam memenuhi
hak-hak dasar masyarakat seperti ketahanan pangan, penyadiaan
perumahan murah, layanan kesehatan dan layanan pendidikan.
Kebijakan ini terlihat dari program penyediaan distribusi bahan
makanan, program wajib belajar 9 tahun, pembangunan
perumahan rakyat, dan lain-lain.
Pembangunan pemerintah dan usaha kecil. Sektor pertanian
dan usaha kecil memegang peranan penting dalam pembangunan
ekonomi dan pengurangan kemiskinan.
Pembangunan SDM. Pembangunan sumber daya manusia
dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas terutama
untuk golongan penduduk miskin. Peningkatan kualitas
sumberdaya manusia dilakukan melalui program pendidikan dan
kesehatan.
Peraturan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Peranan
LSM penting bagi program pengurangan kemiskinan.Mereka
justru mampu menjangkau golongan kelompok miskin.
Pembentukan lembaga-lembaga ekonomi
Lembaga ekonomi ialah pranata yang mempunyai kegiatan
dalam bidang ekonomi demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat
169

pada umumnya.Fungsi lembaga ekonomi: Memberi pedoman
untuk mendapatkan bahan pangan, Memberi pedoman untuk
barter dan jual beli barang, Memberi pedoman untuk
menggunakan tenaga kerja dan cara pengupahan, Memberi
pedoman tentang cara pemutusan hubungan kerja, Memberi
identitas diri bagi masyarakat Beberapa lembaga ekonomi yang
dibentuk oleh pmerintah yaitu:
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-
orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas
kekeluargaan.Koperasi bertujuan untuk menyejahterakan
anggotanya. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal
4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi sebagai
berikut: Membangun dan mengembangkan potensi dan
kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi
kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. Memperkokoh
perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya.
Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional, yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Mengembangkan
kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para pelajar
bangsa
Usaha kecil dan menengah Usaha Kecil dan Menengah
disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha
kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI
no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan
ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang
secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu
dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak
sehat. Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995
adalah sebagai berikut: Memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah
170

dan bangunan tempat usaha. Memiliki hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah). Milik
Warga Negara Indonesia, Berdiri sendiri, bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai,
atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan
Usaha Menengah atau Usaha Besar, Berbentuk usaha orang
perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan
usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Di Indonesia,
jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih.
Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi
dan UKM, di masing-masing Provinsi atau Kabupaten/Kota.
Tujuan lembaga ekonomi adalah terpenuhinya kebutuhan pokok
untuk kelangsungan hidup masyarakat.
Penentuan penggunaan sumber daya
Sumber Daya Manusia Pembangunan sumber daya
manusia dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas
terutama untuk golongan penduduk miskin. Peningkatan kualitas
sumberdaya manusia dilakukan melalui program pendidikan dan
kesehatan.
Sumber Daya Alam Pengelolaan lingkungan termasuk
pencegahan, penanggulangan kerusakan dan pencemaran serta
pemulihan kualitas lingkungan telah menuntut dikembangkannya
berbagai perangkat kebijakan dan program serta kegiatan yang
didukung oleh sistem pendukung pengelolaan lingkungan lainnya.
Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah sudah
cukup tepat dalam hal menjaga keseimbangan SDA yang
berkelanjutan, tetapi sebaiknya peran pemerintah tidak hanya
sebagai pembuat kebijakan (legislatif) dan pengontrol saja, tetapi
ada beberapa hal yang seharusnya dilakukan pemerintah :
Melakukan pembaharuan teknologi yang ramah lingkungan,
dengan mendukung serta memberikan dana bagi institusi atai
individu yang melakukan pembaharuan teknologi tersebut.
Misalnya teknologi Biogas, Biopori, dan minyak biji jarak.
Mengajak perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang
lingkungan dan SDA untuk ikut serta menjaga SDA yang ada,
dengan mendorong mereka melakukan corporate sosial
171

responsibility (CSR) sebagai bentuk tanggung jawab terhadap
eksploitasi SDA yang dilakukan, dengan membuat UU perihal
kewajiban perusahaan melakukan CSR. Mengkampayekan Cinta
Indonesia Cinta Lingkungan, seperti buang sampah pada
tempatnya, tentunya dengan memberikan sanksi bagi para
pelanggar (tanpa pandang levelitas). Mensosialisasikan dengan
tepat kebijakan-kebijakan kepada seluruh aspek masyarakat, agar
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut berperan
serta memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan.
Penentuan distribusi pendapatan
Program kebijakan pemerataan distribusi pendapatan
ditujukan untuk menaikan produktivitas kerja, contohnya adalah
program transmigrasi, pekerjaan umum dan lain sebagainya.
Program ini diharapkan dapat menaikkan pendapatan masyarakat
golongan rendah. Selain itu, program pemerataan distribusi
pendapatan juga harus didukung dengan perluasan sarana dan
prasarana di daerah pedesaan dan daerah terpencil.
Pengendalian jumlah uang
Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar,
pemerintah dapat melakukan kebijakan uang ketat dan kebijakan
uang longgar. Tight Money Policy, yaotu kebijakan Bank Sentral
untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara :
Menaikan suku bunga, Menjual surat berharga, Menaikan
cadangan kas, Membatasi pemberian kredit
Easy Money Policy, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh
Bank Sentral untuk menambah jumlah uang yang beredar dengan
cara : Menurunkan tungkat suku bunga, Membeli surat-surat
berharga, Menurunkan cadangan Kas, Memberikan kredit longgar.
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga umum barang dan
jasa secara terus menerus akibat dari tidak ada keseimbangan arus
barang dan arus uang.Pemerintah biasanya melakukan kebijakan
yang strategis dengan menaikkan suku bunga di bank agar orang
mau menyimpan uang di bank, hal ini diharap dapat mengurangi
jumlah uang yang beredar dimasyarakat dan menurunkan inflasi.
172

Dampak inflasi yang sangat jelas kita rasakan adalah kenaikan
harga secara terus menerus yang ada di pasar.
Pengendalian fluktuasi Menurut hukum pasar, (fluktuasi)
naik-turunnya harga karena pengaruh permintaan dan
penawaran.sebagai contoh fluktuasi yang terjadi pada harga
minyak dunia. Salah satu pemicu terbesar krisis ekonomi global
yang menular ke dalam ekonomi domestik selama hampir dua
tahan terakhir ini adalah fluktuasi harga minyak. Permintaan nyata
maupun permintaan maya lewat spekulasi terhadap minyak bumi
mengakibatkan harga meroket sampai USD 140 dolar per barel
pada tahun yang lalu. Krisis ekonomi terus menjalar ke berbagai
negara karena krisis energi. Penerimaan negara dari minyak bumi
masih sangat besar dan menentukan posisi anggaran negara. Harga
minyak naik atau turun akan menentukan jumlah penerimaan
negara tersebut, sekaligus menentukan seberapa banyak subsidi
yang dikeluarkan pemerintah untuk keperluan konsumsi maupun
produksi, untuk masyarakat atau perusahaan, untuk golongan
bawah atau golongan atas. Pendek kata, fluktuasi harga minyak
sangat menentukan APBN dan ekonomi domestik.
Penjaminan pekerjaan penuh Dengan adanya kebijakan
penjaminan pekerjaan penuh dari pemerintah diharapkan menekan
tingkat pengangguran yang semakin meningkat,yakni dengan cara
mempersiapkan sekolah kejuruan untuk menampung lulusan
sekolah menengah dan menjadi tenaga siap pakai, Memperluas
kesempatan kerja, menumbuhkan kreativitas dan keterampilan
masyarakat untuk menciptakan lapangan kerja sendiri ataupun
orang lain dengan melakukan pembinaan seperti greemet bank,
teknologi tepat guna, padat karya yang akan terus dikembangkan,
selain itu ada Jobver yaitu sosialisasi lapangan kerja kepada
pekerja dengan mengundang beberapa pengusaha atau perusahaan
yang memiliki lowongan kerja. Serta mandiri professional dengan
diberikan pelatihan untuk sarjana-sarjana baru.
Penentuan laju investasi Hal ini dapat dicapai dengan
mengendalikan konsumsi baik actual maupun potensial dan
meningkatkan rasio tabungan marginal ( inkrimental). Untuk
mendorong investasi optimal secara sosial ini berhubungan
dengan tanggung jawab Negara dan pola optimum investasi untuk
173

menciptakan investasi pada overhead ekonomi dan sosial. Seperti
investasi bidang transportasi, perhubungan, pengembangan tenaga
dan sungai, serta konservasi lahan, untuk overhead ekonomi. Serta
investasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan fasilitas pelatihan,
untuk overhead sosial. Namun investasi dalam bentuk ini
memerlukan investasi yang besar.
Untuk itu perlu adanya perubahan-perubahan dan tindakan
dalam hal:
Perubahan kerangka kelembagaan
Perubahan organisasi
Over head social dan ekonomi
Pembangunan pertanian
Pembangunan industry
Kebijakan fiscal dan moneter
Kebijakan fiscal
Kebijakan fiskal berarti penggunaan pajak, pinjaman
masyarakat, pengeluaran masyarakat oleh pemerintah untuk tujuan
stabilisasi dan pembangunan ekonomi. Bagi Negara maju,
kebijkaan fiskal bertujuan untuk stabilisasi laju pertumbuhan.
Sedangkan bagi Negara terbelakang, kebijkan fiskal bertujuan
untuk pembentukan modal. Namun secara umum, tujuan
kebijakan fiskal adalah : Meningkatkan Laju Investasi,
Mendorong Investasi Optimal Secara social, Meningkatkan
Kesempatan Kerja, Meningkatkan Stabilisasi Ekonomi ditengah
Ketidakstabilan Internasional, Menanggulangi Inflasi,
Meningkatkan dan Redistribusi pendapatan
Kebijakan moneter
Kebijakn moneter dapat didefinisikan sebagai kebijakan yang berhubunga
dengan : Pengendalian lembaga keuangan, Penjualan dan pembelian
secara aktif kertas- kertas berharga oleh otorita moneter sebagai usaha
mempengaruhi perubahan keadaan uang. Pembelian dan penjualan positif
kertas berharga sebagai usaha mempertahankan struktur bunga tertentu,
stabilitas saham, atau untuk memenuhi kewajiban dan komitmen tertentu
lainnya. Kebijakan moneter berfungsi untuk memacu pembangunan, yaitu
melalui : Mempengaruhi ongkos dan pengadaan kredit, Pengendalian
inflasi, Mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran, Peningkatan
174

perdagangan luar negeri Ekspor sangat penting dalam menunjang
perekonomian Indonesia, karena ekspor tidak saja sebagai sumber
penerimaan devisa tetapi juga sebagai perluasan pasar bagi produksi
barang-barang domestik dan penyerap tenaga kerja. Salain tingkat daya
saing barang-barang ekspor itu sendiri, faktor penting lainnya yang
mempengaruhi kinerja ekspor nasional adalah tingkat pertumbuhan
perekonomian dunia, khususnya tingkat pertumbuhan ekonomi di negara
mitra dagang Indonesia. Dan dijelaskan dalam Al-Quran An Nisaa ayat 2
tentang kekuasaan atau wewenang pemerintah yang adil tercantum ayat
sebagai berikut:
., _...,l 'l. l.,.. ,,>' ,Ll!, l! . >. _|| >l.
..| l !,`> ,, _
Artinya: Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig)
harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan
jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya
tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar.


b. Peran pemerintah dalam mengatasi masalah pendidikan
Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang
pendidikan akan menyadari bahwa dunia pendidikan kita sampai
saat ini masih mengalami sakit. Dunia pendidikan yang sakit
ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya membuat
manusia menjadi manusia, tetapi dalam kenyataannya seringkali
tidak begitu. Seringkali pendidikan tidak memanusiakan manusia.
Kepribadian manusia cenderung direduksi oleh sistem pendidikan
yang ada.
Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di
Indonesia, menghasilkan manusia robot. Kami katakan
demikian karena pendidikan yang diberikan ternyata berat sebelah,
dengan kata lain tidak seimbang. Pendidikan ternyata
mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang
berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi
unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah
disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika
175

orang sedang belajar, maka orang yang sedang belajar tersebut
melakukan berbagai macam kegiatan, seperti mengamati,
membandingkan, meragukan, menyukai, semangat dan
sebagainya. Hal yang sering disinyalir ialah pendidikan seringkali
dipraktekkan sebagai sederetan instruksi dari guru kepada murid.
Apalagi dengan istilah yang sekarang sering digembar-gemborkan
sebagai pendidikan yang menciptakan manusia siap pakai. Dan
siap pakai di sini berarti menghasilkan tenaga-tenaga yang
dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang industri
dan teknologi. Memperhatikan secara kritis hal tersebut, akan
nampak bahwa dalam hal ini manusia dipandang sama seperti
bahan atau komponen pendukung industri. Itu berarti, lembaga
pendidikan diharapkan mampu menjadi lembaga produksi sebagai
penghasil bahan atau komponen dengan kualitas tertentu yang
dituntut pasar. Kenyataan ini nampaknya justru disambut dengan
antusias oleh banyak lembaga pendidikan.
Masalah kedua adalah sistem pendidikan yang top-down
(dari atas ke bawah) atau kalau menggunakan istilah Paulo Freire
(seorang tokoh pendidik dari Amerika Latin) adalah pendidikan
gaya bank. Sistem pendidikan ini sangat tidak membebaskan
karena para peserta didik (murid) dianggap manusia-manusia yang
tidak tahu apa-apa. Guru sebagai pemberi mengarahkan kepada
murid-murid untuk menghafal secara mekanis apa isi pelajaran
yang diceritakan. Guru sebagai pengisi dan murid sebagai yang
diisi. Otak murid dipandang sebagai safe deposit box, dimana
pengetahuan dari guru ditransfer kedalam otak murid dan bila
sewaktu-waktu diperlukan, pengetahuan tersebut tinggal diambil
saja. Murid hanya menampung apa saja yang disampaikan guru.
Jadi hubungannya adalah guru sebagai subyek dan murid
sebagai obyek. Model pendidikan ini tidak membebaskan karena
sangat menindas para murid. Freire mengatakan bahwa dalam
pendidikan gaya bank pengetahuan merupakan sebuah anugerah
yang dihibahkan oleh mereka yang menganggap dirinya
berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak mempunyai
pengetahuan apa-apa.
Yang ketiga, dari model pendidikan yang demikian maka
manusia yang dihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk
memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis
terhadap zamannya. Manusia sebagai objek (yang adalah wujud
dari dehumanisasi) merupakan fenomena yang justru bertolak
176

belakang dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia
tercerabut dari akar-akar budayanya (seperti di dunia Timur/Asia).
Bukankah kita telah sama-sama melihat bagaimana kaum muda
zaman ini begitu gandrung dengan hal-hal yang berbau Barat?
Oleh karena itu strategi pendidikan di Indonesia harus terlebur
dalam strategi kebudayaan Asia, sebab Asia kini telah
berkembang sebagai salah satu kawasan penentu yang strategis
dalam bidang ekonomi, sosial, budaya bahkan politik
internasional. Bukan bermaksud anti-Barat kalau hal ini penulis
kemukakan. Melainkan justru hendak mengajak kita semua untuk
melihat kenyataan ini sebagai sebuah tantangan bagi dunia
pendidikan kita. Mampukah kita menjadikan lembaga pendidikan
sebagai sarana interaksi kultural untuk membentuk manusia yang
sadar akan tradisi dan kebudayaan serta keberadaan
masyarakatnya sekaligus juga mampu menerima dan menghargai
keberadaan tradisi, budaya dan situasi masyarakat lain? Dalam hal
ini, makna pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara menjadi
sangat relevan untuk direnungkan.
Kualitas Pendidikan di Indonesia
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan,
khususnya di Indonesia yaitu :
Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu
Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah,
dan juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal
ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah
dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan
baik.
Faktor eksternal, adalah masyarakat pada
umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan
dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai
objek dari pendidikan. Banyak faktor-faktor yang
menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia semakin
terpuruk. Faktor-faktor tersebut yaitu : Rendahnya Kualitas
Sarana Fisik Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali
sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak,
kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku
perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak
standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan
sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak
177

memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak
memiliki laboratorium dan sebagainya.
Rendahnya Kualitas Guru Keadaan guru di Indonesia juga
amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki
profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya
sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan,
melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan
pengabdian masyarakat. Kendati secara kuantitas jumlah guru
di Indonesia cukup memadai, namun secara kualitas mutu
guru di negara ini, pada umumnya masih rendah. Secara
umum, para guru di Indonesia kurang bisa memerankan
fungsinya dengan optimal, karena pemerintah masih kurang
memperhatikan mereka, khususnya dalam upaya
meningkatkan profesionalismenya. Secara kuantitatif,
sebenarnya jumlah guru di Indonesia relatif tidak terlalu
buruk. Apabila dilihat ratio guru dengan siswa, angka-
angkanya cukup bagus yakni di SD 1:22, SLTP 1:16, dan
SMU/SMK 1:12. Meskipun demikian, dalam hal distribusi
guru ternyata banyak mengandung kelemahan yakni pada satu
sisi ada daerah atau sekolah yang kelebihan jumlah guru, dan
di sisi lain ada daerah atau sekolah yang kekurangan guru.
Dalam banyak kasus, ada SD yang jumlah gurunya hanya tiga
hingga empat orang, sehingga mereka harus mengajar kelas
secara paralel dan simultan. Bila diukur dari persyaratan
akademis, baik menyangkut pendidikan minimal maupun
kesesuaian bidang studi dengan pelajaran yang harus
diberikan kepada anak didik, ternyata banyak guru yang tidak
memenuhi kualitas mengajar (under quality). Hal itu dapat
dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana,
namun mengajar di SMU/SMK, serta banyak guru yang
mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka
miliki. Keadaan seperti ini menimpa lebih dari separoh guru di
Indonesia, baik di SD, SLTP dan SMU/SMK. Artinya lebih
dari 50 persen guru SD, SLTP dan SMU/SMK di Indonesia
sebenarnya tidak memenuhi kelayakan mengajar. Dengan
kondisi dan situasi seperti itu, diharapkan pendidikan yang
berlangsung di sekolah harus secara seimbang dapat
mencerdaskan kehidupan anak dan harus menanamkan budi
178

pekerti kepada anak didik. Sangat kurang tepat bila sekolah
hanya mengembangkan kecerdasan anak didik, namun
mengabaikan penanaman budi pekerti kepada para siswanya.
Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor
penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran
merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai
cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat
besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung
jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga
dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
Rendahnya Kesejahteraan Guru Rendahnya kesejahteraan
guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas
pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah,
terang saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan
sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi
les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus,
pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan
guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah
memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu
disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang
pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok,
tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau
tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan
dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi
daerah khusus juga berhak atas rumah dinas. Tapi,
kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi
masalah lain yang muncul. Di lingkungan pendidikan swasta,
masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal.
Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70
persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup
untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan
amanat UU Guru dan Dosen. Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik,
kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi
siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal
pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di
dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in
Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa
Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam
179

hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara
dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh
di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara
tetangga yang terdekat. Dalam hal prestasi, 15 September
2004 lalu United Nations for Development Programme
(UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas
manusia secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya
yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam
laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111
dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara
tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya.
Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia
(Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the
Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur
menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD
berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca
untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1
(Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia). Anak-anak
Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi
bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal
berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini
mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan
mengerjakan soal pilihan ganda. Selain itu, hasil studi The
Third International Mathematic and Science Study-Repeat-
TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara
38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia
berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika.
Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week
dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4
universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati
peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.
Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada
tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen
Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga
Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka
Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999
mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini
termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan
di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa).
180

Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat
terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu
akan menghambat pengembangan sumber daya manusia
secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan
strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi
masalah ketidakmerataan tersebut.
Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan Hal
tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang
menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan
sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka
yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0
sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode
yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk
masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan
15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap
tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki
keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah
ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara
hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan
kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap
keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki
dunia kerja.
Mahalnya Biaya Pendidikan Pendidikan bermutu itu mahal.
Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya
yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku
pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak
(TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin
tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin
tidak boleh sekolah. Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini
dibutuhkan biaya Rp 500.000, sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada
yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa
mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta. Makin mahalnya biaya
pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah
yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di
Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk
melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan
Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan
adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses
atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah
181

terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, sesuai
keputusan Komite Sekolah. Namun, pada tingkat
implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi
pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat
dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya
menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun
hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara
terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya. Kondisi ini akan
lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum
Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik
publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi
ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu
Pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya
atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang
sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah
menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya
BHMN dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan
yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada
melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi
favorit. Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam
sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan
kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri
Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya
merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya,
sektor yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan
menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8
persen (Kompas, 10/5/2005). Dari APBN 2005 hanya 5,82% yang
dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan dengan dana untuk
membayar hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN
(www.kau.or.id). Rencana Pemerintah memprivatisasi pendidikan
dilegitimasi melalui sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional, RUU Badan Hukum Pendidikan,
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar
dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada
privatisasi pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1)
UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau satuan
pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau
masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. Seperti halnya
perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk
182

diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Koordinator LSM
Education Network for Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika,
10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti
Pemerintah telah melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan
menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke
pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk
menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah
tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk
meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses
rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan
berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak
berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin. Hal senada
dituturkan pengamat ekonomi Revrisond Bawsir. Menurut dia,
privatisasi pendidikan merupakan agenda Kapitalisme global yang
telah dirancang sejak lama oleh negara-negara donor lewat Bank
Dunia. Melalui Rancangan Undang-Undang Badan Hukum
Pendidikan (RUU BHP), Pemerintah berencana memprivatisasi
pendidikan. Semua satuan pendidikan kelak akan menjadi badan
hukum pendidikan (BHP) yang wajib mencari sumber dananya
sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah negeri, dari SD
hingga perguruan tinggi. Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN
yang sekarang berubah status menjadi Badan Hukum Milik
Negara (BHMN) itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa
pendidikan bermutu itu harus mahal, maka argumen ini hanya
berlaku di Indonesia. Di Jerman, Prancis, Belanda, dan di
beberapa negara berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi
yang bermutu namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan
beberapa negara ada yang menggratiskan biaya pendidikan.
Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau
tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa
yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang
berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh
pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk
mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya
Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal
keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah
183

untuk cuci tangan.
41
Dan dalam Al-Quran yaitu An Nuur ayat 48
di jelaskan hak-hak seorang pemimpin yaitu sebagai berikut:
:| `s: _|| < .. >`>,l '., :| _, .. .-. __
Artinya: dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya,
agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba
sebagian dari mereka menolak untuk datang.
Solusi Pendidikan di Indonesia
Untuk mengatasi masalah-masalah, seperti rendahnya
kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, dan lain-lain seperti
yang telah dijelaskan diatas, secara garis besar ada dua solusi
yaitu:
Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-
sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan.
Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan
dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem
pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam
konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab
neoliberalisme), yang berprinsip antara lain
meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam
urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal
teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi
ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru
dan prestasi siswa.
Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada
upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem
pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi
solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan
membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan
kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi

41
Atik Catur Budiati. 2009. Sosiologi Kontekstual untuk SMA & MA Kelas X. Jakarta.
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

184

dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran,
meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan
sebagainya. Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut
diharapkan pendidikan di Indonesia dapat bangkit dari
keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi
baru yang berSDM tinggi, berkepribadian pancasila dan
bermartabat.

c. Peran pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran
Masalah pengangguran merupakan masalah yang klasik.
Seperti kita ketahui setiap tahun jumlah tenaga kerja yang sedang
mencari lapangan kerja terus bertambah, sedangkan lapangan
kerja yang tersedia sangat terbatas akibatnya semakin bertambah
jumlah pengangguran. Untuk dapat memperoleh lapangan kerja
pada lapangan lapangan usaha terlebih diluar sektor pertanian,
pencari kerja harus memiliki keahlian atau keterampilan yang
sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan dikerjakan. Sedangkan
menurut kenyataannya, banyak pencari kerja usia muda tidak
memiliki keahlian atau keterampilan yang sesuai dengan yang
dibutuhkan berbagai lapangan kerja tersebut.

Sebab-sebab terjadinya pengangguran terutama disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut:
1) Angkatan kerja yang terus meningkat jumlahnya dan
pertumbuhan kesempatan kerja tidak seimbang dengan
pertumbuhan angkatan kerja.
2) Angkatan kerja yang sedang mencari kerja tidak dapat
memenuhi persyaratan-persyaratan yang diminta oleh dunia
kerja.
Pengangguran merupakan masalah di muara dan dapat
berdampak langsung dan tidak langsung terhadap masalah sosial
dan politik. Pengangguran dan setengah. Kita tidak dapat
mengatasi masalah pengangguran hanya dengan berkiprah di
muara. Di samping penanganan masalah-masalah di muara,
penanganan pengangguran secara strategis harus dilakukan di
hulu. Sektor-sektor di hulu yang banyak berdampak pada
pengangguran adalah sektor kependudukan, pendidikan, dan
ekonomi.
Sektor kependudukan, terutama pertumbuhan penduduk
akan memengaruhi jumlah angkatan kerja baru yang akan
185

memasuki pasar kerja. Sedangkan sektor pendidikan akan
mempengaruhi kualitas angkatan kerja yang pada gilirannya juga
berpengaruh pada produktivitas tenaga kerja. Sektor ekonomi
adalah sektor yang paling krusial, karena pengaruhnya pada daya
tampung dan daya serap terhadap angkatan kerja. Pertumbuhan
ekonomi dapat meningkat apabila terjadi peningkatan akumulasi
kapital, peningkatan tingkat partisipasi, dan peningkatan
produktivitas angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi yang baik
dapat membuat sektor swasta lebih berkembang.
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang
belum bekerja atau tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan
penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu
:
a) Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment), adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang
(naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
b) Pengangguran struktural (Struktural Unemployment), adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur
ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa
kemungkinan, seperti akibat permintaan berkurang, akibat
kemajuan dan pengguanaan teknologi, akibat kebijakan
pemerintah.
c) Pengangguran friksional (Frictional Unemployment), adalah
pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan
adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara
pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.
d) Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul
akibat pergantian musim misalnya pergantian musim tanam ke
musim panen.
e) Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi
akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi
tenaga mesin-mesin.
f) Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh menurunnya kegiatan perekonomian (karena terjadi
resesi). Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya
permintaan masyarakat (aggrerat demand).
Pengangguran memberi dampak negatif terhadap kegiatan
perekonomian. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak
dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya.
186

Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang
berasal dari sektor pajak berkurang. Pengangguran juga tidak
menggalakkan pertumbuhan ekonomi.
Adanya pengangguran seperti disebutkan di atas
dikarenakan adanya kesenjangan yang tinggi antara ratio pekerja
dan lapangan pekerja yang disebabkan faktor-faktor ekonomi dan
pendidikan. Oleh karena itu penulis mencoba memetakan faktor-
faktor tersebut untuk mencari alternatif masalah:
Tujuan Penyelesaian Masalah Mengatasi masalah
pengangguran di Indonesia memerlukan usaha yang cukup
keras karena banyaknya faktor-faktor seperti kondisi
demografis, sosial budaya, ekonomi, politik dan keamanan
juga merupakan rangkaian masalah yang cukup kompleks.
Namun demikian jalan keluar dan upaya untuk memperbaiki
masalah pengangguran tetap harus dicari. Tujuan penyelesaian
masalah pengangguran ini untuk mengetahui faktor-faktor
penyebabnya sehingga dapat diketahui alternatif solusinya.
Sasaran Penyelesaian Masalah Sasaran penyelesaian masalah
lebih ditekankan pada arah kebijakan pemerintah untuk
mengurangi tingkat pengangguran dengan cara mendorong
investasi untuk menciptakan kesempatan, perbaikan iklim
investasi dalam mendorong kembalinya minat investasi dan
ekspor, memperbaiki regulasi. Sedangkan arah kebijakan
pemerintah untuk tenaga kerja dan dunia pendidikan adalah
dengan meningkatkan kemampuan tenaga kerja melalui
perbaikan kualitas pendidikan.
Seperti dijelaskan diatas, pemerintah dituntut peran yang
lebih besar dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan
pengurangan angka pengangguran. Pemerintah dapat berperan
dalam merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk
melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Selain itu
pemerintah dapat membuat kebijakan untuk menyiapkan tenaga
kerja yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Sebagaimana dijelaskan di awal faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya pengganguran diantaranya karena
besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan
Kerja. Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja
lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi
sebaliknya sangat jarang terjadi.
187

Oleh karena itu untuk mengatasi masalah pengangguran
diperlukan arah kebijakan yang jelas dari pemerintah. Adapun
asumsi yang digunakan dalam melihat masalah ini antara lain,
a. Struktur lapangan kerja tidak seimbang
b. Kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja tidak seimbang dengan
lapangan pekerjaan.
Berdasarkan asumsi permasalahan tersebut, maka dapat
ditetapkan asumsinya sebagai berikut:
Pemerintah berperan aktif dalam mengentaskan
pengangguran. Baik melalui deregulasi di bidang
perekonomian maupun kebijakan dibidang pendidikan.
Tenaga kerja berusaha meningkatkan kualitas ilmu dan
keahlian sesuai dengan perkembangan zaman.
Masalah pengangguran bukanlah semata masalah
pemerintah saja. Masalah ini menuntut peran serta berbagai pihak
baik dari perintah, kalangan swasta, kalangan pendidik maupun
masyarakat banyak. Untuk itu stakeholder yang terkait dengan
masalah pengangguran ini adalah sebagai berikut : Menteri tenaga
kerja, Menteri pendidikan nasional, Menteri yang berada dibawah
koordinator Menko perekonomian, Pemerintah daerah, Kalangan
dunia usaha, Kalangan dunia pendidikan, Masyarakat angkatan
kerja dan masyarakat umum lainnya
Identifikasi Alternatif Solusi Untuk memecahkan masalah
pengangguran ini penulis mencoba mengidentifikasi alternatif
solusi. Adapun secara garis besar solusi yang diberikan antara lain
,
1. Memperluas kesempatan kerja
2. Deregulasi dan debirokrasi di bidang ekonomi
3. Meningkatkan mutu pendidikan dan fasilitas pelatihan
C. Pembangunan Indonesia dari masa orde lama, orde baru hingga
masa era reformasi
Sejarah Perencanaan Pembangunan Indonesia
188

1. Orde Lama
Pada era Orde Lama, masa pemerintahan presiden Soekarno
antara tahun 1959-1967, pembangunan dicanangkan oleh MPR Sementara
(MPRS) yang menetapkan sedikitnya tiga ketetapan yang menjadi dasar
perencanaan nasional:
TAP MPRS No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik republik
Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara
TAP MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola
Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961-1969,
Ketetapan MPRS No.IV/MPRS/1963 tentang Pedoman-Pedoman
Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan
Pembangunan.
Dengan dasar perencanaan tersebut membuka peluang dalam
melakukan pembangunan Indonesia yang diawali dengan babak baru
dalam mencipatakan iklim Indonesia yang lebih kondusip, damai, dan
sejahtera. Proses mengrehablitasi dan merekontruksi yang di amanatkan
oleh MPRS ini diutamakan dalam melakukan perubahan perekonomian
untuk mendorong pembangunan nasional yang telah didera oleh
kemiskinan dan kerugian pasca penjajahan Belanda.
Pada tahun 1947 Perencanaan pembangunan di Indonesia diawali
dengan lahirnya Panitia Pemikir Siasat Ekonomi. Perencanaan
pembangunan 1947 ini masih mengutamakan bidang ekonomi mengingat
urgensi yang ada pada waktu itu (meskipun di dalamnya tidak
mengabaikan sama sekali masalah-masalah nonekonomi khususnya
masalah sosial-ekonomi, masalah perburuhan, aset Hindia Belanda,
prasarana dan lain lain yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial). Tanpa
perencanaan semacam itu maka cita-cita utama untuk merubah ekonomi
kolonial menjadi ekonomi nasional tidak akan dengan sendirinya dapat
terwujud. Apalagi jika tidak diperkuat oleh Undang-Undang yang baku
pada masa itu.
Sekitar tahun 1960 sampai 1965 proses sistem perencanaan
pembangunan mulai tersndat-sendat dengan kondisi politik yang masih
sangat labil telah menyebabkan tidak cukupnya perhatian diberikan pada
upaya pembangunan untuk memperbaiki kesejahtraan rakyat.
189

Pada masa ini perekonomian Indonesia berada pada titik yang paling
suram. Persediaan beras menipis sementara pemerintah tidak memiliki
kemampuan untuk mengimpor beras serta memenuhi kebutuhan pokok
lainnya. Harga barang membubung tinggi, yang tercermin dari laju inflasi
yang samapai 650 persen ditahun 1966. keadaan plitik tidak menentu dan
terus menerus bergejolak sehingga proses pembangunan Indonesia
kembali terabaikan sampai akhirnya muncul gerakan pemberontak G-30-
S/PKI, dan berakir dengan tumbangnya kekuasaan presiden Soekarno.
2. Orde Baru
Peristiwa yang lazim disebut Gerakan 30 September/Partai
Komunis Indonesia (G30S/PKI) menandai pergantian orde dari Orde
Lama ke Orde Baru. Pada tanggal 1 Maret 1966 Presiden Soekarno
dituntut untuk menandatangani sebuah surat yang memerintahkan pada
Jenderal Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang perlu untuk
keselamatan negara dan melindungi Soekarno sebagai Presiden. Surat
yang kemudian dikenal dengan sebutan Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) itu diartikan sebagai media pemberian wewenang kepada
Soeharto secara penuh.
Pada masa Orde Baru pula pemerintahan menekankan stabilitas
nasional dalam program politiknya dan untuk mencapai stabilitas nasional
terlebih dahulu diawali dengan apa yang disebut dengan konsensus
nasional.
Pada era Orde Baru ini, pemerintahan Soeharto menegaskan
bahwa kerdaulatan dalam politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan
berkepribadian dalam bidang sosial budaya. Tekad ini tidak akan bisa
terwujud tanpa melakukan upaya-upaya restrukturisasi di bidang politik
(menegakkan kedaulatan rakyat, menghapus feodalisme, menjaga
keutuhan teritorial Indonesia serta melaksanakan politik bebas aktif),
restrukturisasi di bidang ekonomi (menghilangkan ketimpangan ekonomi
peninggalan sistem ekonomi kolonial, menghindarkan neokapitalisme dan
neokolonialisme dalam wujudnya yang canggih, menegakkan sistem
ekonomi berdikari tanpa mengingkari interdependensi global) dan
restrukturisasi sosial budaya (nation and character building, berdasar
Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila serta menghapuskan budaya
inlander).
190

Pada masa ini juga proses pembangunan nasional terus digarap
untuk dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dan menciptakan
lapangan kerja. Pendapatan perkapita juga meningkata dibandingkan
dengan masa orde lama.
Kesemuanya ini dicapai dalam blueprint nasional atau rencana
pembangunan nasional. Itulah sebabnya di jaman orde lama kita memiliki
rencana-rencana pembangunan lima tahun (Depernas) dan kemudian
memiliki pula Pembangunan Nasional Semesta Berencana Delapan-Tahun
(Bappenas). Di jaman orde baru kita mempunyai Rencana Pembangunan
Lima Tahun (Repelita) I, Repelita II, Repelita III, Repelita IV, Repelita
V,dan Repelita VII (Bappenas).
Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya
krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia
terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia.
Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela, sementara
kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang
sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul
demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum
demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total. Demonstrasi
besar-besaran dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat itu
terjadi peristiwa Trisakti, yaitu me-ninggalnya empat mahasiswa
Universitas Trisakti. Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian
diberi gelar sebagai Pahlawan Reformasi.
Menanggapi aksi reformasi tersebut, Presiden Soeharto berjanji
akan mereshuffle Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi.
Selain itu juga akan membentuk Komite Reformasi yang bertugas
menyelesaikan UU Pemilu, UU Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR, dan
DPRD, UU Antimonopoli, dan UU Antikorupsi. Dalam
perkembangannya, Komite Reformasi belum bisa terbentuk karena 14
menteri menolak untuk diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya
penolakan tersebut menyebabkan Presiden Soeharto mundur dari
jabatannya.
3. Reformasi
Setelah terjadi berbagai goncangan ditanah air dan berbagai
tekanan rakyat kepada presiden Soeharto, akhirnya pada tanggal 21 Mei
191

1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai
presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada wakil presiden B.J.
Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan
dimulainya Orde Reformasi.
Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama dalam
sektor perbankan, pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN). Selanjutnya pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat,
serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Selain itu pada masa ini juga memberi kebebasan dalam
menyampaikan pendapat, partisipasi masyarakat mulai terangkat kembali.
Hal ini terlihat dari munculnya partai-partai politik dari berbagai golongan
dan ideologi. Masyarakat bisa menyampaikan kritik secara terbuka kepada
pemerintah. Di samping kebebasan dalam menyatakan pendapat,
kebebasan juga diberikan kepada pers. Reformasi dalam pers dilakukan
dengan cara menyederhanakan permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan
(SIUP).
Dengan hadirnya reformasi pembangunan dapat di kontrol
langsung oleh rakyat, dan kebijakan pembangunanpun didasari demokrasi
yang bebunyi dari, oleh dan untuk rakyat, sehingga dengan dasar ini
partisipasi rakyat tidak terkekang seperti pada masa orde baru,kehidupan
perekonomian Indonesia dapat didorong oleh siap saja.
Selain pembangunan nasional pada masa ini juga ditekankan
kepada hak daerah dan masyarakatnya dalam menentukan daerahnya
masing-masing, sehingga pembangunan daerah sangat diutamakan
sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang no 32/2004,Undang-
Undang 33/2004, Undang-Undang 18/2001 Untuk pemerintahan Aceh,
Undang-Undang 21/2001 Untuk Papua. Keempat undang-undang ini
mencerminkan keseriusan pusat dalam melimpahkan wewenangnya
kepada pemerintah dan rakyat di daerah agar daerah dapat menentukan
pembangunan yang sesuai ratyatnya inginkan.
Kebijakan Ekonomi Dalam Pembangunan
1. Orde Lama
192

Masa pemerintahan Soekarno kebijakan ekonomi pembangunan
masih sangat labil, yang didera oleh berbagai persoalan antaranya
pergejolakankan politik yang belum kondusif dan juga system
pemerintahan yang belum baik, sehingga berdampak pada proses
pengambilan kebijakan.
a. Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat
buruk, antara lain disebabkan oleh :
Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih
dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk
sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang
berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata
uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan
Jepang.
Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November
1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negeri RI.
Kas negara kosong.
Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
ekonomi, antara lain :
Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan
Ir. Surachman dengan persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada
bulan Juli 1946.
Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India,
mangadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan
menembus blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke
Singapura dan Malaysia.
Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19
Januari 1947
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948,
mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan
dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada
193

pangan, diharapkan perekonomian akan membaik (mengikuti Mazhab
Fisiokrat : sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).
b. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem
ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian
diserahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan
laissez faire laissez passer. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi
masalah ekonomi, antara lain :
Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20
Maret 1950, untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar
tingkat harga turun.
Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15
Desember 1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai
bank sentral dan bank sirkulasi.
Pembatalan sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar,
termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak
pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya sedangkan
pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih
perusahaan-perusahaan tersebut.
c. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia
menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia
menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah).
Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama
dan persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi. Akan tetapi, kebijakan-
kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini belum mampu
memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain :
Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan
nilai uang sebagai berikut :Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi
Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100, dan semua
simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap
ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam
pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian
194

Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik
400%.
Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan
uang senilai Rp 1000 menjadi Rp 1.Tindakan pemerintah untuk
menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.
Kegagalan-kegagalan dalam berbagai tindakan moneter itu
diperparah karena pemerintah tidak menghemat pengeluaran-
pengeluarannya. Pada masa ini banyak proyek-proyek mercusuar yang
dilaksanakan pemerintah dan juga sebagai akibat politik konfrontasi
dengan Malaysia dan negara-negara Barat.
2. Orde Baru
Pada masa Orde Baru, pemerintah menjalankan kebijakan yang
tidak mengalami perubahan terlalu signifikan selama 32 tahun.
Dikarenakan pada masa itu pemerintah sukses menghadirkan suatu
stablilitas politik sehingga mendukung terjadinya stabilitas ekonomi.
Karena hal itulah maka pemerintah jarang sekali melakukan perubahan-
perubahan kebijakan terutama dalam hal anggaran negara.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, kebijakan ekonominya
berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ekonomi tersebut
didukung oleh kestabilan politik yang dijalankan oleh pemerintah. Hal
tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut
dengan Trilogi Pembangungan, yaitu stabilitas politik, pertumbuhan
ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan.
Hal ini berhasil karena selama lebih dari 30 tahun, pemerintahan
mengalami stabilitas politik sehingga menunjang stabilitas ekonomi.
Kebijakan-kebijakan ekonomi pada masa itu dituangkan pada Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN), yang pada akhirnya
selalu disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk disahkan
menjadi APBN.
APBN pada masa pemerintahan Orde Baru, disusun berdasarkan
asumsi-asumsi perhitungan dasar. Yaitu laju pertumbuhan ekonomi,
tingkat inflasi, harga ekspor minyak mentah Indonesia, serta nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika. Asumsi-asumsi dasar tersebut dijadikan
sebagai ukuran fundamental ekonomi nasional. Padahal sesungguhnya,
195

fundamental ekonomi nasional tidak didasarkan pada perhitungan hal-hal
makro. Akan tetapi, lebih kearah yang bersifat mikro-ekonomi. Misalnya,
masalah-masalah dalam dunia usaha, tingkat resiko yang tinggi, hingga
penerapan dunia swasta dan BUMN yang baik dan bersih. Oleh karena itu
pemerintah selalu dihadapkan pada kritikan yang menyatakan bahwa
penetapan asumsi APBN tersebut tidaklah realistis sesuai keadaan yang
terjadi.
Format APBN pada masa Orde Baru dibedakan dalam penerimaan
dan pengeluaran. Penerimaan terdiri dari penerimaan rutin dan penerimaan
pembangunan serta pengeluaran terdiri dari pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan. Sirkulasi anggaran dimulai pada 1 April dan
berakhir pada 31 Maret tahun berikutnya. Kebijakan yang disebut tahun
fiskal ini diterapkan seseuai dengan masa panen petani, sehingga
menimbulkan kesan bahwa kebijakan ekonomi nasional memperhatikan
petani.
APBN pada masa itu diberlakukan atas dasar kebijakan prinsip
berimbang, yaitu anggaran penerimaan yang disesuaikan dengan anggaran
pengeluaran sehingga terdapat jumlah yang sama antara penerimaan dan
pengeluaran. Hal perimbangan tersebut sebetulnya sangat tidak mungkin,
karena pada masa itu pinjaman luar negeri selalu mengalir. Pinjaman-
pinjaman luar negeri inilah yang digunakan pemerintah untuk menutup
anggaran yang defisit.
Ini artinya pinjaman-pinjaman luar negeri tersebut ditempatkan
pada anggaran penerimaan. Padahal seharusnya pinjaman-pinjaman
tersebut adalah utang yang harus dikembalikan, dan merupakan beban
pengeluaran di masa yang akan datang. Penerapan kebijakan tersebut
menimbulkan banyak kritik, karena anggaran defisit negara ditutup dengan
pinjaman luar negeri. Padahal, konsep yang benar adalah pengeluaran
pemerintah dapat ditutup dengan penerimaan pajak dalam negeri.
Sehingga antara penerimaan dan pengeluaran dapat berimbang.
Permasalahannya, pada masa itu penerimaan pajak saat minim sehingga
tidak dapat menutup defisit anggaran.
3. Reformasi
Pada masa krisis ekonomi, ditandai dengan tumbangnya
pemerintahan Orde Baru kemudian disusul dengan era Reformasi yang
196

dimulai oleh pemerintahan Presiden Habibie. Pada masa ini tidak hanya
hal ketatanegaraan yang mengalami perubahan, namun juga kebijakan
ekonomi. Sehingga apa yang telah stabil dijalankan selama 32 tahun,
terpaksa mengalami perubahan guna menyesuaikan dengan keadaan.
Pemerintahan presiden BJ.Habibie yang mengawali masa
reformasi belum melakukan manuver-manuver yang cukup tajam dalam
bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk
mengendalikan stabilitas politik. Pada masa kepemimpinan presiden
Abdurrahman Wahid pun, belum ada tindakan yang cukup berarti untuk
menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan
ekonomi yang diwariskan orde baru harus dihadapi, antara lain masalah
KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja
BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah. Malah
presiden terlibat skandal Bruneigate yang menjatuhkan kredibilitasnya di
mata masyarakat. Akibatnya, kedudukannya digantikan oleh presiden
Megawati.
Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri mengalami
masalah-masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalah pemulihan
ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh
untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar
pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran
utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual
perusahaan negara di dalam periode krisis dengan tujuan
melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan
politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil
menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %.
Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN
yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi), tetapi belum ada gebrakan konkrit dalam
pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat banyak
investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan
mengganggu jalannya pembangunan nasional.
197

Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono terdapat
kebijakan kontroversial yaitu mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata
lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya
harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor
pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan
kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi
masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak,
dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.Kebijakan yang
ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan
pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim
investasi. Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure
Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan para
investor dengan kepala-kepala daerah.
Pada pertengahan bulan Oktober 2006 , Indonesia melunasi
seluruh sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini,
maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam
menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk berhutang lagi
pada luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa
kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan
jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari
2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006.
Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena
pengucuran kredit perbankan ke sector riil masih sangat kurang
(perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sector
riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Selain itu, birokrasi
pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi
belanja Negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran.
Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar negri,
tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang kondusif.
Pada masa Reformasi ini proses pembangunan nasional memang
sudah demokratis dan sudah memerankan fungsi pemerintah daerah
dalam menjalankan pasipartisi rakyat daerahnya. Dengan peluang otonomi
daerah telah memberikan sumbangsi yang besar terhadap proses
198

percepatan pembangunan nasional dan juga menjaminnya sistem
demokrasi yang merakyat.
Sistem Pemerintahan
1. Orde lama
kebijakan pada pemerintah, berorientasi pada politik,semua
proyek diserahkan kepada pemerintah, sentralistik,demokrasi Terpimpin,
sekularisme.
2. Orde Baru
Kebijakan masih pada pemerintah, namun sektor ekonomi sudah
diserahkan ke swasta/asing, fokus pada pembangunan ekonomi,
sentralistik, demokrasi Pancasila, kapitalisme.
Soeharto dan Orde Baru tidak bisa dipisahkan. Sebab, Soeharto
melahirkan Orde Baru dan Orde Baru merupakan sistem kekuasaan yang
menopang pemerintahan Soeharto selama lebih dari tiga dekade. Betulkah
Orde Baru telah berakhir? Kita masih menyaksikan praktik-praktik nilai
Orde Baru hari ini masih menjadi karakter dan tabiat politik di negeri ini.
Kita masih menyaksikan koruptor masih bercokol di negeri ini. Perbedaan
Orde Baru dan Orde Reformasi secara kultural dan substansi semakin
kabur. Mengapa semua ini terjadi? Salah satu jawabannya, bangsa ini tidak
pernah membuat garis demarkasi yang jelas terhadap Orde Baru.
Tonggak awal reformasi 11 tahun lalu yang diharapkan bisa
menarik garis demarkasi kekuatan lama yang korup dan otoriter dengan
kekuatan baru yang ingin melakukan perubahan justru terbelenggu oleh
faktor kekuasaan.Sistem politik otoriter (partisipasi masyarakat sangat
minimal) pada masa orba terdapat instrumen-instrumen pengendali seperti
pembatasan ruang gerak pers, pewadahunggalan organisasi profesi,
pembatasan partai poltik, kekuasaan militer untuk memasuki wilayah-
wilayah sipil, dll
3. Reformasi
Pemerintahan tidak punya kebijakan (menuruti alur parpol di
DPR), pemerintahan lemah, dan muncul otonomi daerah yang kebablasan,
199

demokrasi Liberal (neoliberaliseme), tidak jelas apa orientasinya dan mau
dibawa kemana bangsa ini.
BAB XI
PERAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DALAM
PEMBANGUNAN DESA TERPADU
A. Pengertian pembangunan desa terpadu
Pembangunan desa terpadu adalah suatu startegi pembangunan yang
merupakan perkembangan lebih lanjut dari strategi pembangunan desa.
Dalam pembangunan desa dilakukan usaha yang intensif dengan tujuan
dan kecenderungan memberikan fokus pada perhatian kepada kelompok
maupun daerah tertentu ,melalui penyampaian pelayanan, bantuan dan
informasi kepada masyarakat desa. Dengan demikian, startegi ini lebih
banyak menaruh perhatian pada proses penyampaian dari pada
pengembangan kapasitas dan respons masyarakat. Karena masyarakat desa
mempunyai banyak aspek, usaha pembangunan desa yang bersifat
menyeluruh semestinya juga meliputi keseluruan aspek tersebut. Apabila
uasaha pembangunan untuk masing-masing aspek ditangani oleh instansi
yang berbeda,akan dijumpai sejumlah instansi yang melakukan aktivitas di
desa dalam rangka melaksanakan programnya msing-masing untuk
menghindari duplikasi dan tumpang tindih serta untuk mewujudkan proses
yang saling mendukung maka perlu dilakukan suatu pendekatan yang
mampu mengkoordinasikan dan mensinergikan program-program yang
bersifat sektoral tersebut.
Menurut Honadle dan Vansant merumuskan pengertian pembangunan
desa terpadu sebagai suatu aktivitas pembangunan yang bersifat
multisektoral dan multifungsi yang dilaksanakan pada suatu lokasi atau
beberapa lokasi tertentu.
b. Perkembangan konsep pembangunan desa terpadu
Secara garis besar, tujuan pembangunan pada umumnya dan
pembangunan masyarakat desa pada khususnya adalah peningkatan
kesejahteraan masyarakat mempunyai berbagai dimensi, sementara pihak
beranggapan bahwa dalam pengertian kesejahteraan yang penuh
terkandung dimensi fisik,ekonomi,mental dan sosial. Dengan
menggunakan ukuran relatif dapat dikatakan bahwa kesejahteraan dan
200

taraf hidup masyarkat akan meningkat apabila semakin banyak kebutuhan
dapt dipenuhi.
Walaupun kesejahteraan masyarakat mempunyai berbagai
dimensi,banyak pendapat yang mengatakan bahwa dimensi ekonomi
memegang peranan yang cukup penting karena dapat menjadi sarana dan
pendorong bagi pemenuhan kebutuhan pada dimensi yang lain.
Dengan menggunakan asumsi kasr bahwa mayoritas penduduk negara-
negara sedang berkembang tinggal di desa dan mayoritas warga
masyarakat desa bakerja disektor pertanian,maka agar pendapatan
masyarakat meningkat diperlukan peningkatan produktivitas pertanian.
Baik Schultz maupun Johnson dan Mellor sama-sama berpendapat bahwa
pertanian adalah sektor kunci bagi negara-negara sedang berkembang,
karena sektor pertanian dapat disebut sebagai mesin pertumbuhan baru dan
mempunyai dampak yang luas dan penguntungkan.
Dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian tersebut,terutama
di daerah yang padat penduduknya dan perluasan lahan pertanian lebih
terbatas, cara yang banyak dipilih adalah melalui perubahan dan
pembaruan dalam sisitem usaha tani. Melalui cara tersebut dilakukan
berbagai usaha untuk memperkenalkan teknologi baru, cara kerja baru,
dan ide-ide baru dibidang pertanian. Pada awalnya khususnya untuk usaha
tani padi, perubahan dan pembaruan diharapkan terjadi dalam hal
penggunaan bibit unggul, pemupukan,pemberantasan hama,cara tanam di
pengairan yang kemudian dikenal dengan panca usaha tani. Atau biasanya
dikenal dengan penyuluhan pertanian.
Secara garis besar dikenal adanya dua pola penyuluhan pertanian
dikalangan negara-negara sedang berkembang yaitu pola Asia-Amerika
latin dan pola Afrika.
Asia Amerika latin yang sering juga disebut sebagai pola
konvensional, kegiatan penyuluhan pertanian pada umumnya
ditangani secara nasional denagn lingkup pelayanan meliputi
seluruh wilayah negara dengan aneka ragam budi daya pertanian
dan aneka ragam petani.
Pola Afrika yang disebut sebagai pola berspesialis, kegiatan
penyuluhan dengan maksut yang memperkenalkan dana
memperluas produksi pada umumnya dipilih budi daya tertentu,
201

khusus dilakukan di daerah yang dinilai paling cocok dengan budi
daya tertentu.
Dalam penyuluhan pertanian dapat disangkal adanya dua lembaga yang
sangat berperan dalam keseluruhan proses tersebut.
1) Lembaga penelitian pertanian yang bertugas untuk selalu mncari
dan menemukan ide-ide baru dibidang pertanian yang sangat
bermanfaat bagi peningkatan produksi.
2) Lembaga penyuluhan yang bertugas menyebarkan ide-ide baru
hasil kerja lembaga penelitian tadi agar dapat diterapkan oleh
kalangan pertanian secara luas.
Dilain pihak penyuluhan selain bertugas menyebarkan ide-ide baru dan
teknologi baru juga dapat memberikan masukan pada lembaga penelitian
tentang kebutuhan dan permasalahan aktual yang dihadapi petani.
Sebgaimana diketahui, sejak dekade 1960-an kebijakan pembangunan di
negara-negara sedang berkembang menganut prinsip memaksimalkan
pertumbuhan. Penduduk pedesaan khususnya lapisan kemiskinan,
diharapkan dapat memperoleh manfaat proses pembangunan melalui
mekanisme tetesan kebawah dari pertumbuhan yang terjadi.
Oleh sebab itu mulai awal 1970-an, pembangunan desa telah
berkembang menjadi program yang berbasis lebih luas yang tidak hanya
terfokus pada sektor pertanian atau sektor khusus tertentu di pedesaan. Hal
ini disebabkan berdasarkan pertimbangan bahwa perubahan di bidang
teknologi dan ekonomi perlu memperhatikan pola keterkaitannya dengan
aspek sosial di politik bahkan psikologi. Dalam pelaksanaannya masing-
masing aspek yang terkait tadi tidak berjalan sendiri tetapi dalam saling
hubungan terpadu.
c. Implementasi dan persoalannya
Memperhatikan sifat dari strategi ini sesuai namanya, maka perlu
ditegaskan kembali bahwa kata kunci dalam implementasinya adalah
koordinasi dan integrasi. Berdasarkan perkembangannya yang terakhir,
koordinasi dan integrasi tidak hanya diperlukan diantara berbagai pihak
yang menyampaikan program kepada masyarakat desa, tetapi juga natara
pihak-pihak yang menyampaikan program baik bantuan material maupun
pelayanan dengan masyarakat desa yang menjadi sasaran program.
Bahkan, koordinasi dan integrasi tersebut sedah harus dimulai sejak
202

merumuskan berbagai asumsi dan pola pikir dalam merancang program
yang akan diimplementasikan.
Dalam kenyataan tidak jarang strategi pembangunan desa terpadu lebih
menonjol dari sudut namanya dibandingkan terpadu dalam
pelaksanaannya. Pada umumnya agara dapat diimplementasikan secara
konsisten,dibutuhkan persyaratan baik pada pihak yang menyampaikan
program maupun pada tingkat masyarakat penerima program.
1. Pihak yang menyampaikan program
Mengingat persoalan yang mungkin timbul dalam implementasi
terutama yang menyangkut masalah koordinasi dan integrasi, ada baiknya
di ungkapkan kembali rekomendasi Honadle dan Vansant seperti yang
dikemukakan dalam uraian diatas. Mereka memberikan rekomendasi agar
sebalum implementasi, dipersiapkan hal-hal sebagai berikutini. Pertama,
dibuat suatu statemenformal yang jelas dan rinci tentang tujuan
program,filosofis dan dimensi teknis dari pendekatan yang terpadu,
sehingga cukup jelas memberikan petunjuk tentang apa yang tidak
dikerjakan beserta alasannya. Kedua,proses implementasi IRD sering
terkendala oleh berbagai kontrakdisi yang mendasar seperti trade off
antara pencampaian hasil segera dengan perkembangan kapasitas
masyarakat. Ketiga, kegagalan program mungkin bukan karena
kuranganya kemauan politik, melainkan adanya konflik atau dampak dari
konflik organisasi dan menejemen program. Oleh sebab itu, kemungkinan
tersebut perlu diantisipasi sejak dini.
Ketiga rekomendasi tersebut menuntut adanya kesiapan saja dari pihak
yang melaksanakan dan menyampaikan program, melainka juga dari pihak
masyarakat penerimaan program. Kesiapan yang dimaksud meliputi baik
dalam proses perumusan desain program, pendekan dan metode dalam
pemyampaian program maupun dalam pengorganisasiannya termasuk
aparat pendukungnya. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam penentuan bentuk dan pola pengorganisasian tersebut (Honodle dan
Vansant).
Pertama, pertimbangan tentang tingkat fragmentasi dari instansi terkait
akan menentukan bentuk dan pola koordinasi yang dibutuhkan. Kedua,
pilihan antara otoritas yang terpusat atau pembagian otoritas. Ketiga,
pilihan antara organisasi permanen atau organisasi sementara.
203

Dalam hal ini persoialan juga menjadi bertambah komplek karena,
sama sperti pertimbangan kedua,pilihan dapat berbeda untuk jenis bantuan
dana pelayanan yang berbeda. Sebgai contoh, untuk keperluan
penyampain program dalam bentuk bangunan fisik seperti jalan,
poliklinik, cukup diurus oleh organisasi yang bersifat sementara, tetapi
pelayanan untuk mendorong proses keberlanjutan cenderung dibutuhkan
organisasi yang lebih permanen.
Rondidinelli (1978:116) menyatakan pada umumnya behwa negara-
negara sedang berkembang memilih satu diabtara tiga pilihan dalam
menentukan organisasi penyelenggaraan. Pertama memberikan tugas
kepada badan-badan pemerintah yang sudah ada, biasanya dari
departemen pertanian atau pembangunan desa atau instansi tingkat
propinsi yang secara reguler memberi pelayanan dibidang pembangunan
desa. Hanya saja dalam pelaksanaannya lebih ditekankan aspek
pengelolaan bersama dan koordinasinya. Kedua,membentuk suatu
implementasi proyek yang otonom dan berada diluar struktur birokrasi
pemerintah yang reguler.
Sehubungan dengan berbagai pola organisasi pengelolaan dan
penyelenggara pembangunan desa terpadu tersebut,Hanadle dan
Vansant(1958:12-21)memberikan pilihan yang lebih betvariasi. Berbagai
alternatif yang di coba diinvestarisasi tersebut diperoleh dari berbagai
informasi pengalaman penyelenggara startegi pembengunan desa terpadu
di beberapa negara sedang berkembang, termasuk yang didianai oleh
berbagai lembega donor internasional. Beberapa alaternatif yang
ditawarkan tadi dapat diuraukan sebagai berikut ini.
a. Satuan manejemen proyek(project menegement unit)
Model ini merupakan analogi dari adanya proyek pembangunan
infrastruktur fisik yang sering menggunakan kantor lapangan sebagai
basisi kegiatannya yang biasa disebut projeck manegement office (PMO).
Kantor lapangan ini memeperkerjakan sejumlah profesional dari laborat
untuk melaksanakan pembangunan suatu infarastruktur fisik sesuai desing
dan blue print yang sudah ditetapkan,kantor lapangan ini merupakan
suatu tugas sementara dari suatu kontraktor bangunan atau suatu tugas
sementara dari organisasi publik, misalnya korp seni bangunan dan
instansi militer dalam rangka pelaksanaan pembangunan fisik tertentu.
Keuntungan dari model ini antara lain adalah adanya standar dan prosedur
yang jelas,pembangian tugas yang jelas dan loyalitas organisasi.
204

Apabila model ini akan diadopsi bagi pelaksanaan program
pembangunan desa terpadu, maka yang harus dilakukan adalah pertama
kali membuat desain program atau blue print program yang bagus,
kemudian merekrut para ahli dan profesional yang relevan, dan
selanjutnya mempersiapkan organisasi dan kantornya,setelah semuanya
siap,program dapat mulai dilaksanakan dengan memeberikan otonomi
kepada suatu manajemen proyek yang telah dibentuk tersebut. Pada
umumnya keuntungan model ini adalah :dapat mengurang campur tangan
politik dalam pelaksanaan program, memperpendek prosedur kerja
sehingga program lebih cepat selesai,pengaturan dan penggajian staf dan
karyawan di luar regulasi pegawai negeri sipil, dapat merekrut staf dan
profesional sesuai kualifikasi yang dibutuhkan.
Di samping itu dengan menggunakan moidel ini, para pelakasana dapat
betul-betul terfoku dan terkonsentrasi perhatiannya pada pelakasanaan
program serta dapat melangkahi prosedur birokrasi konvensional yang
sering menyita waktu dan energi. Dengan demikian, berbagai persoalan
mendesak dapat ditangani segera karena otoritas pengambilan keputusan
lebih dekat [ada akativitas lapangan. Di samping itu sesuai dengan sifatnya
sebagai organisasi dan satuan tugas yang bersifat sementara, maka melalui
model ini juga dapat digunakan untuk mendorong perubahan tanpa harus
membentuk pola birokrasi baru pedesaan.
Walau demikian, dalam pelaksanaan model ini juga tidak lepas dari
berbagai tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya dalah, sifat dari
program yang terintegrasi sering mengharuskan satuan manejemen proyek
itu berbegai otoritas dengan organisa sementsi lain. Tidak jarang
organisasi lain tersebut memiliki power dan sumber daya yang lebih besar
dalam bidang tertentu dari program yang akan dilaksanakan. Sebagai
contoh,dalam rangka pembengunan jalan sebagai bagian dari program
dinas pekerjaan umum atau instansi di bawah kementrian pemukiman dan
prasarana wilayah, maka kedua instansi tersebut lebih memiliki
semberdaya dan power. Tantangan lain dapat berasal dari sifata organisasi
yang semnatara, sehingga tidak dapat dimiliki alokasi anggaran berhenti
selama proyek dinyatakan selesai. Kenyataan ini sering memberikan
dampak pda persoalan berkelanjutan aktivitas dan kemanfaatan dari
program yang bersangkutan dalam kehidupan masyarakat desa.


205

b. Pemerintah Daerah Sebagai Penyelenggara
Dalam model ini pengorganisasian dan penyelenggaraan program
pembangunan Desa Terpadu di serahkan kepada pemerintah daerah ,dapat
pada tingkat profinsi atau pada tingkat di bawahnya, pengorganisasian
program yang menggunakan alternatif ini pada umumnya terfokus pada
pengembangan kapasitas perencanaan organisasi penyelenggara dengan
mengimplikasikan pendekatan multi-sektoral, di samping menerapkan
sistem bekerja sambil belajar dengan jalan memanfaatkan pengalaman
dalam pelaksanaan program sebagai proses belajar untuk memperoleh
penyempurnaan. Oleh sebab itu, model ini juga dapat di katakan berusaha
menghilangkan dikotomi antara perencanaan dan implimentasi yang sering
di jumpai dalam antara bagian dari birokrasi yang terlibat pelaksanaan
program pembangunan desa, sebagai suatu contoh, dalam senda gurau
antar pegawai di kalangan pemerintah daerah sering di katakan bahwa
instansi Bappeda (badan perencanaan pembangunan daerah) dalam
praktek sering kelebihan huruf p dalam singkatannya. Hal itu di sebabkan
karena menurut instansi lain, Bappeda di anggap berperanan besar tidak
hanya dalam perencanaan tetapi juga dalam pelaksanaan. Melalui model
ini dikotomi tersebut dapat di netralisasi dengan mengembangkan
koordinasi dan kontrol yang efektiv dalam perencanaan dan
pelaksanaannya.
Sudah barang tentu persyaratan utama agar model ini dapat di
laksanakan dengan baik adalah adanya desentralisasi. Diharapkan dapat
terjadi hubungan timbal balik antara pelaksanaan model ini dengan
penguatan desain translisasi. Hubungan tinbal balik yang saling
mendukung tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa pada awalnya
penerapan model ini dapat dilaksanakan secara efektif apabila didukung
oleh adanya desentralisasi. Sebaliknya pada keberhasilan pelaksanaan
program dengan menggunakan model ini akan dapat memperkuat dan
memberi dukungan bagi pelaksanaan desentralisasi itu sendiri.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa desentralisasi bukan
panacea yang merupakan obat mujarap bagi setiap penyakit, dalam hal ini
berkaitan dengan kemampuannya mendorong implimentasiprogram
pembangunan desa terpadu yang dapat memberikan manfaat berkelanjutan
bagi masyarakat desa.
Memperhatikan hal-hal tersebut, keberhasilan pelaksanaan program
pembangunan desa melalui model inisangat tergantung pada
206

1. Tingkat komitmen pemerintah pusat terhadap desentralisasi
2. Tahap pelaksanaan desentralisasi pada daerah yang bersangkutan
3. Kekuatan proyek dalam pengertian solidnya organisasi dan
dukungan sumber daya, dan
4. Kapasitas lokal dan kemampuan proyek untuk membangun
mekanisme kerja yang lebih menjamin keberlanjutan baik proses
maupun kemamfaatan.
c. Badan Departemental
Alternatife ke-3 adalah model penyelenggaraan pembangunan desa
terpadu yang di laksanakan oleh suatu departemen tertentu, misalnya
departemen pertanian. Karena departemen ini hanya mempunyai otoritas
pada suatu bidang tertantu, dalam penyelenggaraannya dapat merekrut
personel atau unit dalam departemen laindalam rangka mewujudkan
pendekatan yang terintegrasi. Departemen dan unit apa yang di ajak dalam
berkoordinasi sangat tergantung pada fokus perhatian dari program yang
akan di laksanakan sesuai desain yang ada.
Dalam kenyataannya, pelaksanaan model ini akan lebih komplek dan
rumit dibandingkan model yang telah di uraikan sebelumnya. Hal itu
disebabkan karena untuk mengimplementasikan pendekatan yang
terintegrasi yang bersifat multi-sektoral harus meminjam staf atu unit dari
departeman lain. Tidak jarang staf atau unit dari departemen lain tadi
mengalami persoalan dalam menjalankan tugasnya, karena mereka harus
memuaskan dua atasan yang berbeda.
Untuk mencegah terjadinya masalah tersebut biasanya di bentuk suatu
badan koordinasi. Badan koordinasi ini di harapkan dapat menyelesaikan
permasalahan di antara dualisme dan perbedaan antara kebutuhan proyek
dan program dengan kebutuhan dan kepentingan departemen yang staf-nya
di pinjam tadi. Lebih dari itu, loka karya bersama, pengembangan
semangat bersamadalam tim, serta intensif finansial juga sering di lakukan
sebagai sarana untuk meningkatkan sarana meningkatkan loyalitas seluruh
staf terutama ynag berasal dari departemen lain terhadap proyek yang
bersangkutan. Pelajaran yang dapat di petik dalam pelaksanaan model ini
adalah suatu model organisasi departemental yang tadinya bersifat
sederhana dengan jalur otoritas yang jelas dalam suatu institusi yang sudah
mapan kemudian berubah menjadi rumit dan membingungkan setelah
terlibat dalam pelaksanaan program terintegrasi dengan departemen lain.
Dari sebagian lapangan dapat diidentifikasi, salah satu penyebabnya
adalah kesulitan dalam berbagai bentuk fisik dan pelayanan yang bersifat
207

multisektoral, apabila di bandingkan dengan pelaksanaan hal yang sama
pada saat masih menggunakan jalur sektoral. Sangat jarang di temukan
organisai pelaksanaaan program multisektoral yang cukup memiliki
kemampuan dan otonomi dalam membebaskan diri dari rasa iri hati, serta
cemburu dan konflik dari unsur- unsur yang berbeda dalam organisasi
tersebut.
d. Badan pelaksanaan pembangunan desa tingkat nasional
Pendekatan ke-4 dalam pilihan organisasi penyelenggara pembangunan
desa terpadu adalah model badan pelaksana tingkat nasional, yang pada
umumnya berupa suatu badan koordinasi nasional. Dalam praktik
pelaksanaaannya di lapangan, sering di umpai berbagisatuan menejemen
proyek sebagai satuan alternatif model pertama yang sudah terbentuk dan
sudah menjalankan program pembangunan desa terpadu dan kemudian
berkoordinasi dan terjadi amalgamasidalam suatu otoritas dalam tingkat
nasionsl. Secara sepintas hal tersebut sama dengan model ke-4 ini.
Memang benar diantar ke-2nya merupakan model dan pendekatan yang
sama-sama bersifat top-down tetapi dilihat dari prosesnya merupakan
kebalikannya satu terhadap yang lain. Dalam model pertama di awali
dengan kehadiran berbagai macam proyek yang sudah beroperasi di
lapanga kemudian bergabung dalam suatu otoritas tingkat nasional,
sedangkan model ke-4 ini diawali dengan kehadiran badan tingkat
nasional yang berfungsi dalam penyelenggaraan program pembanguna
desa terpaadu, baru kemudian mendorong munculnyaberbagai aktifitas di
lapangan untuk melaksanakan fungsi tersebut.
Keberadaan badan koordinasi tingkat nasional sebagai otoritas
pembangunan desa terpadu ini banyak di jumpai di amerika latin. Rural
sektor grant (RSG) dapat di jadikan contoh model tingkat nasional yang
terbentuk lebih dulu, dan kemudian mendorong munculnyaproyek dan
aktifitas lokal. Sedangkan sekertariat nasional untuk pembangunan desa di
equador sebagai contoh persatuan menejemen proyek yang sudah
terbentuk dan menjalankan kegiatannya masing- masing, yang kemudian
menjalankan amalgamasi.
RSG merupakan badan yang memiliki otoritas penyelenggaraan
pembangunan desa terpadu tingkat nasional berusaha merespon seluruh
pihak yang berkepentingan untuk melakukan surve dan supervisi. Badan
ini berada di bawah naungan mentri keuangan dan perencanaan
208

pembangunan, dan berfungsi untuk memberikan dukungan finansial dalam
pelaksanaan pembangunan desa.
B. Peran pembangunan desa terpadu dalam organisasi pemerintah

a) Peran badan pemusyawaratan desa (BPD) dalam pembangunan desa
terpadu
1. Pengertian badan pemusyawaratan desa (BPD)
Merupakan suatu lembaga yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa. BPD dapat dianggap sebagai
"parlemen"-nya desa. BPD merupakan lembaga baru di desa pada era
otonomi daerah di Indonesia.
Anggota Badan Permusyartan Desa (BPD) adalah wakil dari
penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang
ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota Badan
Permusyaratan Desa ( BPD) terdiri dari ketua rukun warga, pemangku
adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat
lainnya. Masa jabatan anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) adalah 6
(enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali
masa jabatan berikutnya. Jumlah anggota Badan Permusyaratan Desa
(BPD) ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan
paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah,
jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa.
Peresmian anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) ditetapkan
dengan keputusan Bupati/Walikota dihadapan masyarakat dan dipandu
oleh. Pimpinan BPD yang terdri dari 1 orang ketua, 1 orang wakil ketua,
dan 1 orang sekretaris. Pimpinan Badan Permusyaratan Desa (BPD),
dipilih dari dan oleh anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) secara
langsung dalam rapat Badan Permusyaratan Desa (BPD) yang diadakan
secara khusus, Rapat pemilihan pimpinan Badan Permusyaratan Desa
(BPD) untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh
anggota termuda. Badan Permusyaratan Desa (BPD) berfungsi
menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
Rapat Badan Permusyaratan Desa (BPD) dipimpin oleh pimpinan
Badan Permusyaratan Desa (BPD). Rapat Badan Permusyaratan Desa
(BPD) dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya (satu per
dua) dari jumlah anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD), dan
keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak. Dalam hal tertentu
209

rapat Badan Permusyaratan Desa (BPD) dinyatakan sah apabila dihadiri
oleh sekurang-kurangnya dua per tiga dari jumlah anggota Badan
Permusyaratn Desa (BPD),dan keputusan ditetapkan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya satu perdua ditambah 1 dari jumlah anggota Badan
Permusyartan Desa (BPD) yang hadir.
Hasil rapat Badan Permusyaratan Desa (BPD) ditetapkan dengan
keputusan Badan Permusyaratan Desa (BPD) dan dilengkapi dengan
notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPD. Pimpinan dan anggota
Badan Permusyaratan Desa (BPD) menerima tunjangan sesuai dengan
kemampuan keuangan desa. Tunjangan pimpinan dan anggota Badan
Permusyaratan Desa (BPD) ditetapkan dalam APB desa. Untuk kegiatan
Badan Permusyaratan Desa (BPD) disediakan biaya operasional sesuai
kemampuan keuangan desa yang dikelola oleh Sekretaris Badan
Permusyaratan Desa (BPD). Biaya ditetapkan setiap tahun dalam APB
desa. Pimpinan dan anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) tidak
diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan perangkat
Desa.
2.Tugas badan pemusyawaratan desa (BPD)
1) Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa
2) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan
Desa dan Peraturan Kepala Desa
3) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa
4) Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa
5) Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat dan menyusun tata tertib
Badan Permusyaratan Desa (BPD)
3.Peran badan pemusyawaratan desa (BPD)
1) Peran mengayomi yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang
hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan sepanjang
menunjang kelangsungan pembangunan.
2) Legilasi yaitu merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa
bersama-sama Pemerintah Desa.
3) Menampung aspirasi masyarakat yaitu menangani dan
menyalurkan aspirasi yang diterima dari masyarakat kepada
pejabat atau instansi yang berwenang.
4) Pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan
Peratauran Desa, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
210

desa, pelaksanaan Keputusan Kepala Desa dan Kebijaksanaan
Pemerintahan Desa serta memberikan pendapat dan
pertimbangan kepada Pemerintah Desa terhadap perjanjian kerja
sama yang menyangkut kepentingan desa.
LubukmudaBupati H Syamsurizal mengatakan, sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa, peran Badan Perwakilan Desa (BPD)
memiliki posisi yang strategis dalam menjawab kebutuhan masyarakat
sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat desa setempat. Perannya
sangat besar dalam mempercepat keberhasilan pembangunan desa. Lebih-
lebih dalam melaksanakan otonomi desa. Karena itu, selain memahami
dan mampu melaksanakan kedudukan, fungsi, wewenang, hak dan
kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku, setiap anggota BPD harus benar-
benar dapat menjadi lembaga tersebut sebagi saluran aspirasi masyarakat
kepada pemerintah desa. Sehingga pemerintahan desa dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan masyarakat desa. Oleh sebab itu, setiap
anggota BPD juga harus mampu membaca kepentingan-kepentingan
masyarakatnya.
Menyalurkan aspirasi serta menjembatani apa yang menjadi
kebutuhan masyarakat desa, katanya. Hal itu dikatakan Syamsurizal,
ketika melantik 107 orang anggota BPD se Kecamatan Siak Kecil.
Pelantikan anggota BPD dari 12 desa tersebut dilaksanakan di Gedung
Serbaguna Siak Kecil Desa Lubuk Muda,
Rabu siang (28/1).Pada bagian lain, Syamsurizal mengigatkan, bahwa
BPD itu merupakan mitra kerja Kepala Desa dalam menyelenggarakan
pemerintah desa. Merupakan wadah permusyawaratan dalam pelaksanaan
demokrasi Pancasila di Desa. Kepala Desa bukan lawan politik BPD,
begitu juga sebaliknya. Keduanya harus dapat bekerjasama dengan baik.
Satu sama lain tidak boleh saling mencari kesalahan. Antara BPD dan
Kepala Desa harus sejalan. Sebagai mitra Kepala Desa, seluruh anggota
BPD juga diharapkan dapat menjadi motor penggerak dalam
meningkatkan peranserta masyarakat dalam membangun desa. Karena,
salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan di sebuah desa,
ditentukan oleh tinggi rendahnya dukungan yang diberikan masyarakat
desa tersebut, kata Syamsurizal. Ke-107 anggota BPD yang dilantik dan
terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan anggota tersebut berasal
dari Desa Sumber Jaya (7 orang), Muara Dua (9), Sadar Jaya (7), Lubuk
Muda (11), Lubuk Garam (7) dan Tanjung Damai (7). Kemudian, Bandar
Jaya (9), Tanjung Belit (7), Sepotong (11), Langkat (11), Sungai Linau (5),
211

Lubuk Gaung (9) dan Sungai Siput (7). Selain wakil Ketua DPRD Bagus
Santoso, turut mendampingi Syamsurizal melantikan dan mengambil
sumpah 107 anggota BPD tersebut, diantaranya Kepala Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Yuhelmi. Selanjutnya,
Kadis Dinas Bina Marga dan Pengairan H Khairussani,, Camat Siak Kecil
Sumarhadi, Camat Bukit Batu Basuki Rahmat serta Danramil Bukit Batu
Noto Susilo. Sementara itu Yuhelmi mengatakan, selain Siak Kecil,
sebelumnya sudah ada kecamatan yang anggota BPD sudah dilantik.
Menurut mantan pegawai Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Bengkalis ini, antara lain Kecamatan Bengkalis.
Dalam waktu dekat anggota BPD di Kecamatan Mandau dan Pinggir
segera dilantik Bupati Bengkalis. Direncanakan pelantikannya
dilaksanakan awal Februari ini, kata Yuhelmi.
b) Peran dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) dalam pembangunan
deas terpadu
1) Pengertian dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD)
Merupakan bentuk lembaga perwakilan rakyat (parlemen) daerah
(provinsi/ kabupaten/ kota) di indonesia yang berkedudukan
sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah bersama dengan
pemerintah daerah. DPRD diatur dengan undang-undang, terakhir
melalui undang-undang nomer 27 tahun 2009.
2) Tugas dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD)
Membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah.
Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan
daerah mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD) yang diajukan oleh kepala daerah.
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah
dan APBD.
Mengusulkan:
a. Untuk DPRD provinsi, pengangkatan/pemberhentian
gubernur/wakil gubernur kepada presiden melalui mentri dalam
negeri untuk mendapatkan pengesahan
pengangkatan/pemberhentian.
b. Untuk DPRD kabupaten, pengangkatan/pemberhentian
bupati/wakil bupati kepada Menteri Dalam Negeri melalui
Gubernur.
c. Untuk DPRD kota, pengangkatan/pemberhentian wali kota/wakil
wali kota kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur.
212

Memilih wakil kepala daerah (wakil gubernur/wakil bupati/wakil
wali kota) dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala
daerah.
Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah
daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah.
Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama
internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan
daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat
dan daerah.
Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Peran dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD)
a. Legislasi, berkaitan dengan pembentukan peraturan daerah
b. Anggaran,Kewenangan dalam hal anggaran daerah(APBD)
c. Pengawasan,Kewenangan mengontrol pelaksanaan perda dan
peraturan lainnya serta kebijakan pemerintah daerah
c). Peran dewan perwakilan daerah (DPD) dalam pembangunan desa
terpadu
1) Pengertian Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Merupakan representasi penduduk dalam suatu wilayah (ruang) yang
akan mewakili kepentingan-kepentingan daerah dalam proses pengambilan
keputusan politik penting ditingkat nasional. Sebagai lembaga legislatif
Dewan perwakilan Daerah (DPD) juga menjadi lembaga kontrol terhadap
jalannya roda pemerintahan, sehingga Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
benar-benar menjadi lembaga wakil rakyat.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) adalah lebaga legislatif baru yang
dibentuk setelah amandeman UUD 1945. Dasar pembentukannya adalah
perubahan Ketiga UUD 1945, yaitu dalam Pasal 22C, 22D dan 22E UUD
1945. Dalam perubahan keempat UUD 1945, posisi DPD diatur lebih
lanjut dalam konteksnya sebagai bagian dari MPR. Dalam Pasal 2 ayat (1)
213

disebutkan bahwa Majelis Permusyawarahan Rakyta terdiri atas anggota
DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur
lebih lanjut dengan undang-undang. Berkaitan dengan keanggotaan
DPD,UUD 1945 menyatakan sebagai berikut:
a. DPD dipilih melalui Pemilihan Umum
b. Mewakili setipa propinsi untuk jumlah yang sama untuk setiap
propinsi
c. Merupakan Calon Perseorangan
d. Jumlah Anggota DPD tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota
DPR.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) lahir pada tanggal 1 Oktober 2004,
ketika 128 anggota DPD yang terpilih untuk pertama kalinya dilantik dan
diambil sumpahnya. Pada awal pembentukannya, masih banyak tantangan
yang dihadapi oleh DPD. Tantangan tersebut mulai dari wewenangnya
yang dianggap jauh dari memadai untuk menjadi kamar kedua yang efektif
dalam sebuah parlemen bikameral, sampai dengan persoalan
kelembagaannya yang juga jauh dari memadai. Tantangan-tantangan
tersebut timbul terutama karena tidak banyak dukungan politik yang
diberikan kepada lembaga baru ini.
Bila dibandingkan dari segi kelahiran lembaganya, DPD memang jauh
lebih muda dari DPR, karena DPR lahir sejak tahun 1918 (dulu bernama
Volksraad). Namun, apabila dilihat dari segi gagasannya, keberadaan
lembaga seperti DPD, yang mewakili daerah di parlemen nasional,
sesungguhnya sudah terpikirkan dan dapat dilacak sejak sebelum masa
kemerdekaan. Dicatat oleh Indra J. Piliang dalam sebuah buku yang
diterbitkan DPD, bahwa pemikiran ini lahir pertama kali dalam konferensi
GAPI pada 31 Januari 1941 (Kelompok DPD di MPR RI, 2006: 15).
Pada masa pemerintahan Soeharto, utusan daerah sebagai anggota MPR
hanya bekerja sekali dalam lima tahun, untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden, serta menetapkan GBHN. Tidak ada hal lainnya yang dapat
dilakukan oleh utusan daerah selama lima tahun masa jabatannya.
Akibatnya, efektivitasnya sebagai wakil daerah dalam pengambilan
keputusan tingkat nasional dapat dipertanyakan. Bila dibandingkan dengan
konsep parlemen dua kamar (bikameral) yang menjadi rujukan perwakilan
daerah, keberadaan utusan daerah ini berada di luar konteks.
214

Perkembangan pemikiran yang signifikan kemudian muncul pada
pembahasan amandemen UUD 1945 pada 1999-2002. Perubahan pertama
UUD 1945 disahkan pada Sidang Umum MPR tahun 1999 yang
berlangsung pada tanggal 14-21 Oktober 1999 dan perubahan kedua
dilakukan pada Sidang Tahunan MPR yang berlangsung pada tanggal 7-18
Agustus 2000. Setelah perubahan kedua tersebut, MPR masih memandang
perlu untuk melanjutkan ke perubahan ketiga UUD 1945. Dalam
perubahan ketiga inilah muncul gagasan untuk membentuk parlemen yang
menganut sistem bikameral, yang kemudian melahirkan secara legal
formal DPD yang ada sekarang.
2) Tugas Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
a. Mengajukan RUU(Rancangan Undang-Undang) kepada DPR
b. Ikut membahas RUU
c. Melaksanakan pengawasan pelaksanaan RUU. Adapun RUU yang
dimaksud hanya berkaitan dengan otonomi daerah,hubungan pusat
daerah,pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
penggolongan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.
3) Peran Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Selama lima tahun konstitusi memberikan peran yang sangat terbatas
kepada DPD RI sebagaimana diatur dalam pasal 22D UUD 1945. Untuk
mengoptimalkan peran DPD RI dalam memperjuangkan kepentingan
masyarakat dan daerah serta dalam rangka penguatan demokrasi di
Indonesia, maka DPD harus berupaya mengusulkan perubahan pasal 22D
UUD 1945.
Secara konstitusional usul perubahan itu dimungkinkan sebagaimana
ketentuan pasal 37 ayat 1 UUD 1945. Usul perubahan UUD 1945
dilandasi pertimbangan:
a. Bahwa DPD RI mempunyai fungsi legitimasi yang sangat kuat
karena dipilih secara langsung oleh rakyat, seharusnya memiliki
kewenangan formal yang tinggi pula.
b. Dengan kewenangan yang sangat terbatas, mustahil bagi DPD RI
untuk memenuhi harapan masyarakat dan daerah mewujudkan
maksud dan tujuan pembentukan DPD RI.
215

c. Penerapan prinsip checks and balances tidak hanya diarahkan
dalam hubungan eksekutif presiden dan legislatif, tetapi juga antara
sesama lembaga legislatif (DPR dan DPD).

C. Peran pembangunan desa terpadu dalam non organisasi
pemerintah

a. Peran lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam pembangunan
desa terpadu
1) Pengertian lembaga swadaya masyarakat (LSM)
Merupakan sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan
ataupun sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan
kepada masyarakat tampa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari
kegiatan tersebut.
2) Peran lembaga swadaya masyarakat (LSM)
LSM mempunyai prean yang sangat penting dalam penyebaran
informasi untuk masyarakat, karena lembaga tersebut mempunyai
kedekatan yang lebih terhadap masyarkat sekitarnya. Informasi yang yang
dapat di peroleh antara lain:
Memberikan informasi satu arah tertuju pada umum, misalnya
lewat media masa, poster, pembagian dokumen lewat pemda, dsb.
Memberikan pertukaran informasi dua arah yang melibatkan
masyarakat: kunjungan kedesa/rumah dan Tanya jawab,
pertemuan khusus dengan peserta-peserta yang diundang,
pengumpulan pendapat, dan pengetahuan dengan metode belajar
bersama, bertindak bersama.
Masyarakat mendapatkan media sebagai penyalur inspirasinya
yang dapat diperjuangkan sekuat tenaga dengan dukungan LSM
dan piha-pihak terkait
Masyarakat lebih mengenal lebih dekat LSM, bahwa pada saat ini
ada ratusan, bahkan ribuan LSM dengan full-timer. Bahkan ada
yang lebih besar organisasinya dengan ratusan tenaga full-timer.
Ada yang bekerja langsung melayani masyarakat kecil dengan
memperkuat kemampuan mereka. Ada yang mengkhususkan
kegiatan memperjuangkan kebijakan yang menguntungkan
masyarakat bawah. Ada pula yang berusaha menjembatani
216

berbagai sektor : yang kuat dengan yang lemah, yang formal
dengan non formal, inti dan plasma, tradisional dan modern dan
lain-lain. Dan ada pula yang melaksanakan hal-hal tersebut secara
serempak. Sedang bidang kegiatan LSM saat ini meliputi kegiatan
yang cukup luas, meliputi bidang-bidang lingkungan hidup,
konsumen, bantuan hukum, pendidikan dan latihan, perhutanan
sosial, pengairan, koperasi, penerbitan, kesehatan dan keluarga
berencana, dan pengembangan pedesaan dan pertanian dan lain-
lain.
Dengan memahami informasi-informasi yang berpengaruh
terhadap keberhasilan penyelenggaraan kelompok swadaya, dapatlah
kemudian disusun program-program pengembangan yang merupakan
peran LSM untuk mendorong keberhasilan penyelenggaraan kelompok
swadaya. Berdasarkan pengalaman ada 5 (lima) program pengembangan
yang dapat disusun untuk mendorong keberhasilan kelompok swadaya
yang disalurkan melalui tenaga-tenaga pendamping kelompok, yaitu :
(1) Program Pengembangan sumber daya manusia, meliputi berbagai
kegiatan pendidikan dan latihan baik pendidikan dan latihan untuk
anggota maupun untuk pengurus yang mencakup pendidikan dan
letihan tentang ketrampilan mengelola kelembagaan kelompok,
ketrampilan teknik produksi, maupun ketrampilan mengelola usaha.
(2) Program pengembangan kelembagaan kelompok, dengan membantu
menyusun peraturan rumah tangga, mekanisme organisasi,
kepengurusan, administrasi dan lain sebagainya.
(3) Program pemupukan modal swadaya, dengan membangun sistem
tabungan dan kredit anggota serta menghubungkan kelompok
swadaya tersebut dengan lembaga-lembaga keuangan setempat
untuk mendapatkan manfaat bagi pemupukan modal lebih lanjut.
(4) Program pengembangan usaha, baik produksi maupun pemasaran,
dengan berbagai kegiatan studi kelayakan, informasi pasar,
organisasi produksi dan pemasaran dan lain-lain.
(5) Program penyediaan informasi tepat guna, sesuai dengan kebutuhan
kelompok swadaya dengan berbagai tingkat perkembangannya.
Informasi ini dapat berupa eksposure program, penerbitan buku-
buku maupun majalah-majalah yang dapat memberikan masukan-
masukan yang mendorong inspirasi ke arah inovasi usaha lebih
lanjut.
217

"LSM" dapat memegang peranan penting dalam proses
pembangunan masyarakat desa (PMD), melalui usaha-usaha
menggalakkan proses perencanaan yang dilakukan oleh
masyarakat.Perencanaan masyarakat ini sebgai micra level planning sangat
membutuhkan usaha-usaha yang dimiliki oleh LSM.
Peran "LSM" dalam membangkitkan masyarakat desa adalah
menghilangkan penyebab-penyebab pokok dari kemiskinan dan kebutaan-
kebutaan , menghilangkan ketimbang-ketimbang srtuktur yang berakar di
masyarakat dan menghilangkan nilai-nilai budaya yang menghambat
perkembanganmasyarakat.
Peran "LSM" selanjutnya adalah memanfaatkan potensi sumber
daya untuk pembangunan, mempersiapkan masyarakat akan hidup di masa
depan secara lebih baik, mengembangkan keterampilan-keterampilan
khusus yang telah timbul di beberapa kalangan masyarakat tertentu,
menciptakan iklim agar masyarakat terdorong untuk giat berusaha dan
lain-lain.
Peran "LSM" sebagai katalisator pembangunan biasanya dalam
bentuk mempengaruhi masyarakat dalam jangka waktu yang cukup
pendek guna untuk menciptakan suasana dapat terbentuknya organisasi di
kalangan masyarakat atau guna menciptakan struktur dan proses kegiatan
masyarakat yang mantap dalam usaha memenuhi kebutuhan pokok
mereka.
Sebagai katalisator, LSMmerupakam Agent of changeyang
dapat masuk atau menerobos sampai ke lingkungan masyarakat yang
paling bawah.

BAB XII
IMPLEMENTASI KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DALAM MENGHADAPI TANTANGAN KUALITAS
LINGKUNGAN GLOBAL
A. Komponen Pembangunan Berkelanjutan
1. Konsep dan Pengertian Pembangunan Berkelanjutan
a. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
218

Pada tahun 1980 istilah pembangunan berkelanjutan atau sustainable
development, menjadi isu actual pembangunan yang penting di seluruh
Negara di dunia ini setelah dperkenalkan dalam Word Conservation
Strategy (Strategi Konservasi Dunia) yang diterbitkan oleh United Nations
Environment Programme (UNEP), International Union for conservation of
Nature and Natural Resources (IUCN), World Wide Found for Nature
(WWF).
Pada 1982, UNEP menyelenggarakan siding istimewa memperingati
10 tahun gerakan lingkungan dunia (1972-1982) di Nairobi, Kenya.
Menghasilkan terbentuknya Komisi Dunia untuk Lingkungan dan
Pembangunan (Wolrd Commission on Environment and Development-
WCED).
Pemenuhan kebutuhan dan aspirasi masyarakat adalah tujuan utama
pembangunan. Kebutuhan dasar sebagian besra penduduk di bumi ini
seperti pangan, sandang, papan, pekerjaan perlu terpenuhi, disamping
mempunyai cita-cita akan kehidupn yang lebih baik.
42
Konsep
pembangunan berkelanjutan mengimplikasikan batas bukan absolute akan
tetapi batas yang ditentukan oleh teknologi dan organisasi masyarakat
serta oleh kemampuan kehidupan bumi menyerap dampak kegiatan
manusia.
43

Konsep pembangunan menurut Todaro (2000) adalah pembangunan
harus memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis
konseptual dan pedoman praktis dalam memahami pembangunan yang
paling hakiki yaitu kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem) serta
kebebasan (freedom).
Konsep pembangunan berkelanjutan dengan tetap memperhatikan
kepentingan generasi yang akan datang, pertama kali digunakan oleh
Komisi Pembangunan dan Lingkungan Dunia (World Commission on
Environment and Development) atau The Brundtland Commission pada
tahun 1987. Palunsu dalam Hastuti (2001) mengemukakan bahwa
pembangunan yang berkelanjutan mengandung tiga pengertian yaitu:


42
http//totoksuharto.blogspot.com/2010/12/implementasi-konsep-
pembangunan.html (diunduh pada tanggal 12 september 2012, pukul 13:54)

43
Ibid.,
219

1. Memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan
masa yang akan datang.
2. Tidak melampaui daya dukung ekosistem.
3. Mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya alam serta
sumberdaya manusia dengan menyelaraskan manusia dan
pembangunan dengan sumberdaya alam.
44


b. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris,
sustainable development. Istilah pembangunan berkelanjutan
diperkenalkan dalam World Conservation Strategy (Strategi
Konservasi Dunia) yang diterbitkan oleh United Nations Environment
Programme (UNEP), International Union for Conservation of Nature and
Natural Resources (IUCN), dan World Wide Fund for Nature (WWF)
pada 1980.
Pada 1982, UNEP menyelenggarakan sidang istimewa memperingati
10 tahun gerakan lingkungan dunia (1972-1982) di Nairobi, Kenya,
sebagai reaksi ketidakpuasan atas penanganan lingkungan selama ini.
Dalam sidang istimewa tersebut disepakati pembentukan Komisi Dunia
untuk Lingkungan dan Pembangunan (World Commission on Environment
and Development - WCED). PBB memilih PM Norwegia Nyonya Harlem
Brundtland dan mantan Menlu Sudan Mansyur Khaled, masing-masing
menjadi Ketua dan Wakil Ketua WCED.
Menurut Brundtland Report dari PBB (1987), pembangunan
berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis,
masyarakat, dsb) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Salah satu
faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan
adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa
mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
45

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhannya.
46


44
www.google.co.id
45
www.google.co.id
46
Ibid.,2
220

Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan
yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya
manusia secara berkelanjutan, dengan cara menyerasikan aktivitas
manusia sesuai dengan kemampuan sumber alam yang menopangnya
dalam suatu ruang wilayah daratan, lautan, dan udara sebagai satu
kesatuan.
Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak bisa dilepaskan
dengan pemanfaatan ruang wilayah beserta potensi sumber daya yang ada
bagi tujuan pembangunan manusia atau masyarakatnya itu sendiri. Lebih
lanjut menurut Aca Sugandhy, maka dalam konsep pembangunan
berkelanjutan segala upaya pemanfaatan sumber daya, pengembangan
teknologi, perubahan tatanan kelembagaan, peningkatan investasi, harus
diarahkan secara harmonis dan terpadu untuk memenuhi kebutuhan
generasi masa kini dan generasi masa mendatang.
47

Menurut Sumarwoto (dalam Sugandhy dan Hakim, 2007: 21),
pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai: Perubahan positif
sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial di mana
masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapannya
memerlukan kebijakan, perencanaan, dan proses pembelajaran sosial yang
terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat
melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia
usahanya.
Hampir senada dengan definisi di atas, Undang-undang No. 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah
upaya sadar, dan terencana dalam proses pembangunan, berbasis
lingkungan hidup untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu
hidup generasi masa kini dan generasi masa depan
(Anonim,1997:2).
48


47
http://newberkeley.wordpress.com/2010/07/02/pengertian-dan-ruang-lingkup-
pembangunan-berkelanjutan/. (diunduh pada tanggal 19 september 2012, pukul
14:44)
48
http://aanforsmart.blogspot.com/2009/07/konsep-pembangunan
berkelanjutan.html. (diunduh pada 19 september 2012, pukul 15:10)
221

Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup adalah
upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk
sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan.
49

Di dalam pembangunan berkelanjutan terkandung dua gagasan
penting, yaitu gagasan kebutuhan yaitu kebutuhan esensial untuk
memberlanjutkan kehidupan manusia serta gagasan keterbatasan yang
bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi social terhadap
kemampuan lingkungan untuk ememnuhi kebutuhan kini dan hari depan.
Sehingga untuk memenuhi dua gagasan tersebut diperlukan syarat-syarat
untuk pembangunan berkelanjutan, sebagai berikut :
1) Keberlanjutan Ekologis
2) Keberlanjutan Ekonomi
3) Keberlanjutan Sosial dan Budaya
4) Keberlanjutan Politik
5) Keberlajutan Pertahanan dan Keamanan
Pembangunan berkelanjutan perlu mendapatkan perhatian agar supaya
suatu daerah dapat dikembangkan dengan tidak menganggu ekosistem
lingkungan yang ada. Masyarakat stempat tidak terpinggirkan
kepentingannya untuk pemenuhan hidup yang lebih baik.
50

2. Pengelolaan Lingkungan Hidup Menuju Pembangunan
Berkelanjutan
Mengahadapi tantangan kualitas lingkungan global saat ini
memerlukan budaya kearifan lingkungan. Masyarakat diharapkan sadar
dan cinta kondisi lingkungan yang bersih dan sehat. Dunia usaha berperan
aktif dalam menciptakan lapangan kerja dengan sebagian keuntungan
dipergunakan untk melestarikan fungsi lingkungan hidup. Pemerintah
menciptakan program pemangunan yang berkelanjutan denngan skala
prioritas pada green development. Sehingga indicator pembangunan makro
yang diperoleh merupakan The Green Gross Domestic Product Indicator
(Green GDP).

49
Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, Prinsip Dasar Kibijakan Pembangunan
Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).1
50
Ibid.,2
222

Pembangunan yang berkelanjutan sangat berkaitan erat dengan
program, kebijakan pengelolaan lingkungan hidup. Terpenuhinya konsepsi
pembangunan yang berkelanjutan memerlukan nilai-nilai dasra
dalampelestarian lingkungan yang terdiri dari butir-butir sebagai berikut:
a. Pelestarian lingkungan dilaksanakan berdasarkan konsep
pembangunan berkelanjutan yaitu potensi pemenuhan aspirasi dan
kebutuhan manusia pada generasi-generasi mendatang.
Pembangunanberkelanjutan didasrakan atas kesejahteraan
masyarakat serta keadilan dalam jangka waktu pendek, menengah
dan panjang dengan keseimbangan pertumbuhan ekonomi,
dinamika sosial dan pelestarian lingkungan hidup.
b. Fungsi lingkungan yang dilestarikan demi kepentingan manusia
baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
Pengambilan keputusan dalam pembangunanperlu memperhatikan
pertimbangan daya dukung lingkungan sesuai fungsinya. Daya
dukung lingkungan menjadi kendala dalam pengambilan
keputusan dan prinsip ini perlu dilakukan secara kontinyu dan
konsekuan.
51

c. Pemanfaatan sumber daya alam tak terpulihkan perlu
meperhatikam kebutuhan antar generasi. Pemanfaatan sumber
daya alm terpulihkan perlu mempertahankan daya pemulihannya.
d. Setiap warga negara mempunyai hak untuk memdapatkan
lingkungan yang baik dan sehat serta berkewajiban untuk
melestarikan lingkungan. Oleh karenanya, setiap warga negara
mempunyai hak untuk mendapatkan informasi lingkungan yang
benar, lengkap dan mutakhir.
e. Dalam pelestarian lingkungan, usaha pencegahan lebih
diutamakan daripada penanggulangan dan pemulihan.
f. Kualitas lingkungan ditetapkan berdasrakan fungsinya.
Pencemaran dan kerusakan lingkungna perlu dihindari bila sampai
terjadi pencemaran dan perusakan lingkungna maka diadakan
penanggulangan dan pemulihan dengan tanggung jawab pada
pihak yang menyebabkannya bencana lingkungan yang melanda
dunia global yang diakibatkan adanya global warming yang
berkaitan dengan iklim ekstrim, dampak El nino dan La nina (El
Nino dan La Nina adalah perubahan temperature permukaan air
secara fluktuatif di timur Samudra Pasifik. El Nino ini di

51
Op.,cit
223

deskripsikan tahun 1923 oleh Sir Gilbert Thomas Walker. El Nino
merupakan fenomena atmosfer yang disebut Southern Oscillation
(SO) karenanya disebut karenanya disebut El Nino SO atau
ENSO), merupakan pertanda alam sudah dieksploitasi oleh
manusia melalui program-program pembangunan yang berlebihan.
Sehingga kapasitas daya dukung lingkungan alam tersebut
menjadi berkurang bahkan menghilang secara perlahan.
Pelestarian lingkungan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip
pelestarian melalui pendekatan manajemen yang layak dengan system
pertanggungjawaban. System manajemen pengelolaan lingkungan
diperlukan untuk mendorong pengelolaan program pembangunan yang
terpadu dan berkelanjutan. Salah satu kegiatan yang bias dilakukan adalah
melalui instrument insetntif reputasi/citra bagi perusahaan yang
mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang baik dan instrument
diinsentif reputasi /citra bagi perusahaan yang mempunyai kinerja
pengelolaan lingkungan yang buruk atau pengurangan pajak bagi kegiatan
pembangunan yang berprinsip mempertahankan kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
52

3. Pertimbangan Keseimbangan Lingkungan Guna Terhindar
dari Krisis dan Bencana Lingkungan
53

a. Keterkaitan Lingkungan Global dan Lingkungan Nasional
Kehidupan selalu merupakan gerakan dan perubahan. Dengan diberi
tenaga oleh hasil matahari, tanah, air, dan udara kita terus tumbuh dan
mencipta merusak dan mati, memelihara dan mengorganisasi. Masyarakat
manusia tumbuh terus semakin besar dan rumit, dengan demikian
menuntut lebih banyak lagi dari dunia alami. Ekologi adalah pelajaran
tentang keseimbangan dinamis dan beberapa prinsip sama, yang mengatur
keseimbangan unsur-unsur yang sehat dalam lingkungan hidup global.
Selain itu, juga berlaku untuk keseimbangan kekuatan-kekuatan yang
sehat dalam menyusun sistem politik kita, keterusterangan, pengelakan
tanggung jawab dan sifat malu-malu untuk mempunyai visi yang menjadi
ciri banyak orang di pemerintahan yang lebih memusatkan perhatian pada
nilai-nilai berjangka paling pendek.

52
Log.,cit
53
Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, Prisnsip Dasar Kebijakan Pembangunan
Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 8.
224

Penipisan lapisan ozon, pemanasan global, dan terkurasnya sumber
daya keanekaragaman hayati merupakan ancaman bencana yang besar,
yang tanpa kita sadari, disebabkan oleh umat manusia dalam mengejar
kebutuhan hidup yang berlebihan. Konsentrasi karbon dioksida dan
molekul-molekul penyerap panas lainnya, telah meningkat hampir 25%
sejak perang dunia II. Hal ini mengancam kemampuan bumiuntuk
mengatur jumlah panas dari matahari, yang ditangkap dalam atmosfer dan
berbalik ke ruang kehidupan di permukaan bumi.
Meningkatnya intensitas sinar ultraviolet yang mencapai permukaan
bumi dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan, seperti kanker
kulit, katarak, dan penurunan daya tahan tubuh, dan bahkan terjadinya
mutasi genetik. Menipisnya lapisan ozon mengakibatkan terjadinya
degradasi lingkungan, keterbatasan sumber air bersih, kerusakan rantai
makanan dilaut lainnya, menurunnya hasil produksi pertanian yang dapat
mengganggu ketahanan pangan dan bencana alam lainnya.
54

Mata rantai dampak penipisan lapisan ozon berikutnya adalah
pemanasan global (global warning). Gas karbon dioksida (CO2) memiliki
kontribusi paling besar sekitar 50% diikuti chloroflourocarbon (CFC) 25
%, gas methan 10 % dan sisanya gas lain terhadap pemanasan global.
Munculnya kembali penyakit mendunia seperti malaria dan TBC yang
diakibatkan oleh pemanasan global. Nyamuk aedes aigepty sebagai vektor
penyakit dapat berpindah dan berkembang biak dari Afrika ke Eropa.
Pemanasan global juga menyebabkan mencairnya lapisan es di Benua
Antartika. Akibatnya muka air laut global naik sampai 25 cm di akhir abad
ke-20. Sehingga terjadi ketidakseimbangan iklim, di mana disuatu tempat
terjadi bencana kekeringan, dan ditempat lainnya terjadi bencana banjir.
Kerugian dunia mencapai 300 miliar dollar AS per tahun akibat dampak
perubahan iklim dan berkurangnya kemampuan hutan sebagai penyebab
karbon (carbon sink) karena 65 juta hektar dari 3.500 juta hektar hutan
punah pada periode tahun 1990-1995, sebagaimana diungkapkan di
Nairobi, ketika konferensi ke-21 UNEP oleh United Nation Environment
Programme (UNEP) badan PBB untuk program lingkungan.
Pada abad ini, kita telah menyaksikan perubahan-perubahan dalam dua
faktor kunci yang menentukan realitas fisik dari hubungan kita dengan
bumi, yaitu adanya suatu ledakan populasi manusia yang mengejutkan
bukan hanya dari sudut peningkatan jumlah, juga pembangunan yang tidak

54
Ibid.,8-9
225

seimbang antar wilayah pulau atau antar kawasan perkotaan dan pedesaan.
Di samping adanya peningkatan revolusi ilmiah, teknologi yang secara
tiba-tiba memungkinkan kita memperbesar kekuatan untuk menguras
sumber daya alam dengan dampak mempengaruhi dunia disekitar kita
dengan membakar, menebang, menggali, memindahkan, mengubah zat
biologi, geologi, kimia, dan fisik yang membentuk bumi geografis
nasional sebagai bagian dan subsistem dari bumi kita.
55

b. Persepsi Masalah Keseimbangan Lingkungan
Kebanyakan orang dan para pemimpin politik, para pembuat
keputusan, dan pengusaha masih berasumsi bahwa system ekologi bumi,
dengan caranya sendiri akan menyerap tindakan yang salah terhadap apa
pun yang kita lakukan padanya dan menyelamatkan kita dari perbuatan
kita. Kebanyakan orang masih berpikir tentang linhkungan hidup dalam
arti local, atau paling jauh secara regional sehingga masih terbatas untuk
peka dan sadar tentang keterkaitannya dengan permasalahan lingkungan
global (gore, 1994).
56

Umat manusia, terutama di negeri-negeri indutri maju yang kemudian
disusul oleh negeri-negeri berkembang, telah mengembangkan gaya hidup
dan pola konsumsi yang menimbulkan perubahan atas kebutuhan energy.
Hal ini menimbulkan berbagai ancaman terhadap kelangsungan hidup di
bumi.
Masalah lingkungan hidup, yang sering dianggap kecil, mendasari
munculnya masalah nasional, regional, dan global yang lebih luas
cakupannya, lebih serius dari masalah apa pun yang pernah kita hadapi.
Pemanasan global, penipisan lapisan ozon, hilangnya spesies,
penggundulan hutan, semuanya mempunyai sebab yang sama, dimana
diperlukan suatu analisis dan evaluasi yang cermat dari waktu ke waktu
akibat terbentuknya pola hubungna baru antara peradaban manusia dan
keseimbangan alami bumi. Masalahnya bukanlah dampak kita terhadap
lingkungan hidup saja yang kita persoalkan, tetapi hubungan kita dengan

55
Op.,cit. 11-12
56
Log.,cit. 12
226

lingkungan hidup dan perubahan-perubahannya secara keseluruhan yang
harus kita cermati.
57

4. Dimensi Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan
Lingkungan
a. Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai dengan melaksanakan
pembangunan di segala bidang. Pembangunan merupakan proses
pengolahan sumber daya alam dan pendayagunaan sumber daya manusia
dengan memanfaatkan teknologi.
58
Dalam pola pembangunan tersebut,
perlu memperhatikan fungsi sumber daya alam dan sumber daya
berkelanjutan. Pengertian pembangunan berkelanjutan itu sendiri adalah
perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi
dan sosial di mana masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan
penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan dan proses
pembalajaran sosial yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada
dukungan penuh masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan
sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya.
Secara implisit, definisi tersebut menurut Hegley, Jr. 1992
mengandung pengertian strategi imperatif bagi pembangunan
berkelanjutan sebagai berikut.
1) Berorientasi untuk pertumbuhan yang mendukung secara nyata
tujuan ekologi, sosial, dan ekonomi.
2) Memperhatikan batas-batas ekologis dalam konsumsi materi dan
memperkuat pembangunan kualitatif pada tingkat masyarakat dan
individu dengan distribusi yang adil.
3) Perlunya campur tangan pemerintah, dukungan, dan kerjasama
dunia usaha dalam upaya konservasi dan pemanfaatan yang
berbasis sumber daya.
4) Perlunya keterpaduan kebijakan dan koordinasi pada semua
tingkat dan antara yurisdiksi politik terkait dalam pembangunan
energi bagi pertumbuhan energi bagi pertumbuhan kebutuhan
hidup.

57
Sugandhy dan Hakim, Prinsip Dasar Kibijakan Pembangunan Berkelanjutan
Berwawasan Lingkungan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).12- 13
58
Ibid.,21
227

5) Bergantunag pada pendidikan, perencanaan, dan proses politik
yang terinformasikan, terbuka, dan adil dalam pengembangan
teknologi dan manajemen.
6) Mengintegrasikan biaya sosial dan biaya lingkungan dari dampak
pembangunan ke dalam perhitungan ekonomi.
Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan implikasi adanya
batas yang ditentukan oleh tingkat masyarakat dan organisasi sosial
mengenai sumber daya alam, serta kemampuan biosfer dalam menyerap
berbagai pengaruh aktivitas manusia. Proses pembangunan berlangsung
secara berlanjut dan didukung sumber daya alam yang ada dengan kualitas
lingkungan dan manusia yang semakin berkembang dalampa batas daya
dukung lingkupannya. Pembangunan akan memungkinkan generasi
sekarang meningkatkan kesejahteraannya, tanpa mengurangi kemungkinan
bagi generasi masa depan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
59

b. Dimensi Manusia Sebagai Subjek Dan Objek Pembangunan Sosial
Ekonomi
1) Manusia Sebagai Individu
Proses pembangunan seharusnya menempatkan manusia sebagai
subjek sekaligus objek pembangunan itu. Manusia merupakan subjek
pembangunan, karena ia merupakan pelaksana pembangunan. Manusia
menjadi objek pembangunan sebab sasaran hasil pembangunan pada
hakikatnya untuk kepentingan manusia itu sendiri. Pembangunan
dilaksanakan oleh dan untuk manusia. Karena aspek kesejahteraan yang
adil dan merata di setiap wilayah harus diupayakan. Dalam pelaksanaan
pembangunan, manusia memiliki hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban
ini diatur sedemikian rupa sehingga kedudukan manusia sebagai subjek
dan objek pembangunan dapat terwujud.
Dalam pembangunan lingkungan hidup indonesia, masalah hak dan
kewajiban pengelolaan lingkungan diatur dalam UU No.23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup khususnya pada Bab III yang
mengatur hak, kewajiban, dan peran masyarakat, yakni pada Pasal 5, Pasal
6, dan Pasal 7.
Pasal 5 UU No.23 Tahun 1997 ini mengatur mengenai hak setiap orang,
yakni:

59
Op.,cit.21-22
228

a. Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup
yang baik dan sehat.
b. Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup
yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan
hidup.
c. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku.
60

Kemudian pada Pasal 6 diatur mengenai kewajiban setiap orang yakni:
a. Setiap orang berkewajiban memelihara pelestarian fungsi
lingkungan hidup, mencegah serta menanggulangi penccemaran
dan perusakan lingkungan hidup.
b. Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan
berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat
mengenai pengeloolaan lingkungan hidup.
Kewajiban setiap orang ini tidak terlepas dari kedudukannya sebagai
anggota masyarakat, yang mencerminkan harkat manusia sebagai individu
dan makhluk sosial.
Selanjutnya mengenai peran masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup beserta cara pelaksanaannya diatur dalam Pasal 7 yakni,
masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk
berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pelaksanaan hal tersebut
dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan
kemitraan.
b. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan
masyarakat.
c. Menumbuhkan ketanggapan masyarakat untuk melakukan
pengawasan sosial.
d. Memberikan saran pendapat.
e. Menyampaiakn informasi dan atau menyampaikan laporan.

2) Manusia Sebagai Masyarakat dan Bangsa
61


60
Log.,cit.23-24
229

Manusia sebagai anggota masyarakat dan bangsa, di samping hak
kewajibannya, dituntut peranannya dalam pembangunan suatu bangsa.
Untuk itu, setiap orang dalam suatu masyarakat dan bangsa dituntut untuk
memiliki visi ke depan atau masa mendatang sebagai sebagai suatu
tantangan yang akan mereka hadapi dengan tindakan aktif dan kreatif.
Setiap orang mempelajari potensi yang mereka miliki untuk menyiapkan
mas depannya yang lebih baik.
Sebagai bagian suatu bangsa, setiap manusia dituntut membawa misi
untuk mampu menjamin kebutuhan masa depan, secara pasti dan
memuaskan bagi setiap orang dalam masyarakat secara adil, pasti, dan
penuh perhatian akan semua kebutuhan dasar bagi kehidupan. Jaminan
kebutuhan masa depan ini juga menyangkut masa depan bangsanya,
artinya generasi masa depan bangsa juga harus terjamin kebutuhan
hidupnya.
Dalam konsep pembangunan berkelanjutan, terkadang makna bahwa
segala upaya pemanfaatan sumber daya, pengembangan teknologi,
perubahan tatanan kelembagaan, peningkatan investasi harus diarahkan
secara harmonis dan terpadu untuk memenuhi kebutuhan generasi masa
kini dan generasi masa mendatang. Hal ini dinyatakan secara tegas oleh
Komisi Dunia untuk Pembangunan dan Lingkungan di Stockholm, Swedia
tahun 1984 yakni manusia pada prinsipnya memilki kemampuan untuk
membuat pembngunan berkelanjutan, sehingga terjamin pemenuhan
kebutuhan manusia untuk hari ini, tanpa mengurangi hak generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhannya akan sumber daya alam.
62

c. Dimensi Ruang Wilayah dari Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan
yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya
manusia secara berkelanjutan, dengan cara menyerasikan aktifitas manusia
sesuai dengan kemampuan sumber daya alam yang menopangnya dalam
suatu ruang wilayah daratan, lautan, dan udara sebagai satu kesatuan.
Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak bisa dilepaskan
dengan pemanfaatan ruang wilayah beserta potensi sumber daya yang ada
bagi tujuan pembangunan manusia atau masyarakatnya itu sendiri. Untuk

61
Sugandhy dan Hakim, Prinsip Dasar Kibijakan Pembangunan Berkelanjutan
Berwawasan Lingkungan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007. 24-25
62
Ibid.,25
230

itu, hal yang berkaitan dengan upaya pelayanan pada masyarakat dalam
optimalisasi pemanfaatan ruang wilayah harus dianalisis secara dinamis.
Pembangunan yang dititikberatkan pada segi kebutuhan kualitas hidup
manusia dalam pemanfaatan ruang wilayah, meliputi masalah: pemenuhan
kebutuhan dasar, pengentasan kemiskinan, perubahan pola konsumsi
termasuk energi, dinamika kependudukan dan pertumbuhan wilayah,
pengelolaan dan peningkatan kesehatan, serta pengembangan perumahan
dan permukiman.
1) Pengentasan Kemiskinan
Merupakan masalah mendasar yang harus segera ditanggulangi.
Kemiskinan adalah salah satu penyebab kemerosotan lingkungan dan
dampak negatif dari pembangunan, sebaliknya kemerosotan daya dukung
lingkungan dapat menjadi penyebab muncul dan berkembangnya
kemiskinan.
2) Pola Konsumsi dan Pola Produksi
Pola konsumsi kebutuhan dasar dan poal hidup melalui pola produksi
yang tidak berkelanjutan merupakan salah satu penyebab utama
berlanjutnya kerusakan lingkungan. Tuntutan yang berlebihan dan gaya
hidup dari sebagian orang atau bangsa, terutama dari kalangan the haves
telah menimbulkan tekanan yang berat terhadap lingkungan. Selama ini
belum ada kebijakan yang secara eksplisit mendorong pola konsumsi dan
pola produksi yang berkelanjutan. Di kalangan masyarakat kota telah
berkembang gaya hidup konsumtif yang tidak lagi mengonsumsi atas
dasar nilai guna dan nilai pakai, tetapi berdasarkan simbol, citra, atau
image.
3) Dinamika Kependudukan
63

Hal ini menjadi masalah sejalan deng an munculnya kekhawatiran
akan pertambahan jumlah penduduk yang cepat. Dalam perencanaan
pembangunan, dilakukan upaya untuk memahami keterkaitan antara
variabel kependudukan dan lingkungan, serta dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan. Hal ini sebagai upaya untuk mengatasi
kemerosotan sumber daya alam, yakni dengan menekan angka kelahiran,
sehingga tercipta keseimbangan antara penduduk dan lingkungan di dalam
satu wilayah atau antar wilayah.

4) Pengelolaan dan Peningkatan kesehatan

63
Op.,cit.25-27
231

Meruapakan hal yang penting, sebab tingkat kesehatan masyarakat
berhubungan erat dengan kondisi sosial ekonomi dan lingkungan.
Hubungan ini bersifat timbal balik, terkadang kualitas lingkungan akan
mempengaruhi kualitas lingkungan, terkadang kualitas lingkungan akan
mempengaruhi kesehatan, dan kesehatan merupakan modal dasar dalam
pembangunan akan mempengaruhi proses pembangunan itu sendiri.
Pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan yang layak sangat
menentukan terhadap kesehatan.
5) Pengembangan Perumahan dan Permukiman
Dalam pemanfaatan ruang wilayah dengan dinamika kependudukan
yang terus berkembang akan didominasi untuk permukiman. Pada suatu
permukiman baik perkotaan maupun pedesaan 40% sampai dengan 60%
akan didominasi oleh kawasan perumahan. Untuk menciptakan iklim
kehidupan yang sehat dan dapat menjamin berlanjutnya peningkat kualitas
kehidupan bagi semua orang dapat hidup lebih sejahterah dan saling
menghormati, serta mempunyai akses terdahap prasarana dasar dan
pelayanan diperlukan pengembangan perumahan dan permukiman yang
sesuai dan layak serta mampu memelihara, serta meningkatkan kualits
lingkungannya.

d. Prinsip Keterpaduan dan Koordinasi
Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup
memerlukan keterpaduan dan koordinasi yang mantap antara pemanfaatan
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan dalam
suatu kurun waktu, dimensi ruang, dan terkoordinasi agar tepat guna, dan
berdaya guna. Prinsip ini telah disadari sejak konferensi lingkungan hidup
di Stockholm tahun 1972 dimana satu butir deklarasinya menyatakan:
Bahwa dalam rangka pengelolaan sumber daya yang lebih rasional untuk
meningkatkan kualitas lingkungan, diputuskan suatu pendekatan terpadu
dan terkoordinasi dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan
berwawasan lingkungan.
Dengan prinsip ini diharapkan pembangunan sesuai dengan upaya
perlindungan dan peningkatan lingkungan agar dapat bermanfaat bagi
masyarakat manusia itu sendiri.
64

5. Perencanaan Pembangunan Masyarakat Berkelanjutan

64
Log.,cit.27
232

Implikasi Social Politik dari Pembangunan Berkelanjutan
Dalam membangun masyarakat berkelanjutan, kita perlu belajar untuk
hidup menyesuaikan dengan lingkungan ekologi kita dan mengubah dasar
prekonomian, dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan.
Memang disadari, untuk proses transisi ini memerlukan dukungan yang
kuat dan tepat, agar tidak menghambat potensi serta pertumbuhan ekonomi
yang ada saat ini sehingga diperlukan pengembangan rencana
kelembagaan teknologi dari yang telah ada.
Dalam pembangunan berkelanjutan, diperlukan berbagai bentuk baru
organisasi social. Untuk itu, diperlukan koordinasi internasional, arah
kebijakan nasional, perencanaan regional, kerja sama pemerintah dan
dunia usaha. Hal ini memberikan skala besar, dalam rangka
pengembangan institusi-institusi manajemen yang inovatif di semua level.
Sebagai contoh, pembangunan suatu organisasi multilateral yang baru
akan membutuhkan perangkat untuk memonitor peraturan terbaru dalam
tingkat global, serta diperlkan pula perencanaan yang lebih besar dan
kebebasan pembangunan, dalam rangka penyebarluasannya di tingkat
regional untuk meningkatkan pengelolaan ekosistem.
Bagaimana Membuat Kehidupan Masyarakat Berkelanjutan
Berlanjutnya trend kea rah erpindahan penduduk ke perkotaan di
seluruh dnia menjadikan pola permukiman, mengakibatkan dampak yang
besar terhadap ekosistem regional. Oleh karena itu,diperlukan usaha yang
besar untuk memasukkan komponen-komponen yang berkaitan dengan
masalah tersebut, khususnya dalam perubahan yang terjadi di wilayah
urban dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.
65

Keberhasilan perubahan menuju pembangunan berkelanjutan
memerlukan perubahan nyata akan sikap masyarakat. Hal tersebut
meliputi evaluasi kembali atas hunian manusia di dunia, dan
mendefinisikan kembali apa yang menjadi kebutuhan dasar manusia.
Pemfokusan perubahan di tingkat masyarakat memberikan kesempatan
terbaik untuk melihat dampak langsung pada individu-individu dan
pengaruh potensial yang ada bagi gaya hidup mereka.


65
Sugandhy dan Hakim, Prinsip Dasar Kibijakan Pembangunan Berkelanjutan
Berwawasan Lingkungan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).38-40
233

Salah satu prinsip dalam perencanaan pembangunan masyarakat yang
berkelanjutan adalah bekerja dengan selalu peduli terhadap lingkungan.
Untuk dapat bekerja, agar selalu memperhatikan alam, memerlukan
disiplin yang kuat dengan menggunakan akal sehat. Prinsip keseimbangan
ekologis harus diterapkan. Hal ini penting, agar kondisi lingkungan dalam
perencanaan pembangunan masyarakat yang berkelanjutan menjadi sehat
dan produktif, dan dengan demikian dapat memberikan kualitas hidup
yang baik bagi keseluruhan anggota masyarakat.
66

B. Peran Pemerintah dalam Pembangunan Berkelanjutan di
Indonesia
Kunci utama memahami good governance, menurut Masyarakat
Transparansi Indonesia (MTI), adalah pemahaman atas prinsip-prinsip
yang mendasarinya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini didapat tolok ukur
kinerja suatu pemerintah.
Prinsip-prinsip tersebut meliputi:
a. Partisipasi masyarakat: semua warga masyarakat mempunyai suara
dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui
lembagalembaga perwakilan yang sah yang mewakili kepentingan mereka.
Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan
berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kepastian untuk
berpartisipasi secara konstruktif.
b. Tegaknya supremasi hukum: kerangka hukum harus adil dan
diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk didalamnya hukum-hukum
yang menyangkut hak asasi manusia.
67

c. Transparasi: transparansi dibangun atas dasar informasi yang bebas.
Seluruh proses pemerintah, lembaga-lembaga, dan informasi perlu dapat
diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang
tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
d. Peduli dan stakeholder: lembaga-lembaga dan seluruh proses
pemerintah harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.
e. Berorientas pada consensus: tata pemerintahan yang baik
menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya
suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-
kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-
kebijakan dan prosedurprosedur

66
Ibid.,
67
www.lfip.org. (diunduh pada 19 september 2012, pukul 16:09)
234

f. Kesetaraan: semua warga masyarakat mempunyai kesempatan
memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka.
g. Efektifitas dan efisiensi: proses-proses pemerintahan dan lembaga-
lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan
dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
h. Akuntabilitas: para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta,
dan organisasi masyarakat bertanggungjawab, baik kepada masyarakat
maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan.
i. Visi strategis: para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang
luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan
manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk
mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus
memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya, dan sosial
yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.
68

Good governace hanya bermakna bila keberadaannya ditopang oleh
lembaga yang melibatkan kepentingan publik. Jenis lembaga tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Negara
1. menciptakan kondisi politik, ekonomi, dan sosial yang stabil;
2. membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan;
3. menyediakan public service yang efektif dan accountable;
4. menegakkan HAM;
5. melindungi lingkungan hidup;
6. mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan public
b. Sektor swasta:
1. Menjalankan industri;
2. Menciptakan lapangan kerja;
3. Menyediakan insentif bagi karyawan;
4. Meningkatkan standar kehidupan masyarakat;
5. Memelihara lingkungan hidup;
6. Menaati peraturan;
7. Melakukan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi pada
masyarakat;
8. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM





68
ibid
235


c. Masyarakat madani:
1. Manjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi;
2. Mempengaruhi kebijakan;
3. Berfungsi sebagai sarana checks and balances pemerintah;
4. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah;
5. Mengembangkan SDM;





























236

DAFTAR PUSTAKA
A.Al Buraey, Muhammad. 1986. Islam Landasan Alternatif Administrasi
pembangunan. Jakarta : CV.Rajawali.
Alatas, S.H. 1988. Mitos Pribumi Malas: Citra Orang Jawa, Melayu Dan
Filipina Dalam Kapitalisme Kolonial. Jakarta: LP3ES
Alisyahbana, Sutan Takdir. (1988). Kebudayaan Sebagai Perjuangan,
Jakarta: PT Dian Rakyat.
Anwarudin Harahap. 1981. Posisi Abu Nasr Al Farabi dalam Dunia
Islam skripsi sarjana. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Basrowi,pengantar sosiologi;ciawi-bogor:Ghalia Indonesia
Boelaars, Y. (1984). Kepribadian Indonesia Modern, Suatu Peelitian
Antropologi Budaya. Jakarta: PT Gramedia
Budiman, Arief. 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta ; PT
Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI.
Dwi susilo, Rachmad k. 2008. 20 tokoh sosiologi modern. Jogjakarta: Ar-
ruz Media.
Djojohadikusumo, sumitro. 1993. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan
Ekonomi Pembangunan. Jakarta: PT Pustaka LP3ES
Fakih, Mansour.2002. Runtuhya Teori Pembangunan dan
Globalisasi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
George Ritzer & Douglas J. Goodman, 2012. edisi terbaru Teori
Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana
Hudaniah, Tri Dayakisni. 2009. Psikologi sosial. Malang: UMM Press
Jones Pip. 1979. Pengantar teori-teori sosial. Jakarta: PT. Grafindo
Persada
Kamaludin, R. (1998). Pengantar Ekonomi Pembangunan. FEUI.
Jakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Kuncoro, Mudrajad.2010. Ekonomika Pembangunan.jakarta : Erlangga
Makalah Teori-Teori Sosial semester IV Jurusan P. IPS
237

Madjid nurcholis.,1994,khazanah intelektual islam;Jakarta:P.T.Bulan
Bintang
Mubaraq, Zulfi. 2011. Sosiologi pendidikan. Malang: UIN Press.
Mubyarto. 2004. Antara Krisis Ekonomi dan Krisis Ilmu Ekonomi.
PUSTEP-UGM
M.L. Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Radar Jaya
Offset, Jakarta, 1996.
Nazsir,Nasrullah. 2003. Teori-teori sosiologi. Bandung: Widya Padjajaran.
Paul B. Horton & Chester L.Hunt yang diterjemah oleh Aminuddin
Ram,1984. Sosiologi edisi keenam, Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama
Ritzer, George dkk. Teori Sosiologi Modern, Edisi Ke-6. 2007. Jakarta:
Kencana
Poloma, Margaret M. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Poloma, Margaret. 1986. Sosiologi kontemporer. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
P. Todaro, Michael. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia ketiga Eidisi
ke-6. Jakarta: Erlangga
P. Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia ketiga Eidisi
ke-7 jilid 1. Jakarta: Erlangga
P. Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia ketiga Eidisi
ke-7. Jakarta: Erlangga.
Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan.FE-UI Jakarta.
Saebani, Beni Ahmad. Sosoilogi Agama. 2007. Bandung: Refika Aditama
Sajogyo, Pudjiwati. Sosiologi Pembangunan. 1985. Jakarta: Badan
Koordinasi Keluarga
Sanusi, Bachrawi. (2004). Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta :
Penerbit Rineka Cipta
Soedjatmoko,1995 Dimensi manusia dalam pembangunan:
Jakarta.LP3ES.
238

Soeprapto, Riyadi. 2001. Interaksionisme simbolik (perspektif sosiologi
modern). Malang: Averroes Press.
Soetomo.2006. Strategi-strategi pembangunan Masyarakat.: Jogyakarta
Pustaka Pelajar.
Suharto, Toto.2006. Filsafat pendididikan Islam, Jogjakarta : Ar-Ruzz
Nasution, Hasyimsyah. 1999. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama
Sugandhy Aca, Dr. Ir, dan Ir Rostam Hakim, MT. 2007. Prinsip Dasar
Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial (sebuah kajian
pendekatan struktural). Jakarta: PT Bumi Aksara
Suparmoko. (1994). PENGANTAR EKONOMI MAKRO, BPFE,
Yogyakarta
Todaro, Michel P. (2004). Ekonomi Pembangunan Di Dunia Ketiga.
Jakarta: Erlangga

http://tugas-akuntansi.blogspot.com/2012/02/pembangunan-ekonomi-
daerah.html.tgl18 sptmbr 2012
Umm_blog_article_184.pdf.(di akses pada 21 maret 2012, pukul 14:45)
http://www.teori-struktur-fungsional-dalam-kajian.html
http://cassiouvheyaa.wordpress.com/2011/07/10/teori-pembangunan
http://siismile.blogspot.com/2011/12/sosiologi-modernisasi-dalam-
pembangunan.html
http://hafez.wordpress.com/2008/03/14/seri-biografi-tokoh-islam-ibnu-
khaldun/
http://alfilsuf.wordpress.com/2011/07/13/pendekatan-struktural-
%E2%80%93-fungsional-dalam-menjelaskan-teori-dan-konsep-bernegara/
http://mbegedut.blogspot.com/2010/10/biografi-imam-al-ghazali.html
http://abuamincepu.wordpress.com
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/04/pemikiran-seyyed-hossein-
nasr-tradisi.html 170912 17 35
239

http://kajianislamnugraha.blogspot.com/2009/10/pandangan-etika-
menurut-ibn-maskawaih.html Oleh DR.H.Ridjaluddin.FN.,M.Ag. waktu
akses tgl 17 September 19.30 pm
http://thkhusus.wordpress.com/2010/01/03/ibnu-maskawaih-dan-
filsafatnya/
Raditia Wahyu. 2011. Antony Giddens: The last modernist (Sebuah
biografi singkat) Diakses di
http://radhitisme.blogspot.com/2012/01/anthony-giddens-last-
modernist-sebuah.html pada tanggal 14 September 2012 pukul 17.24
WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Anthony_Giddens diakses pada tanggal
14 September 2012 pukul 17.23 WIB
rohmadsosiawan. 2011. The Globalization of Nothing. Diakses
dihttp://rohmadsosiawan.blog.uns.ac.id/ pada tanggal 14 September 2012
pukul 17.16 WIB.
Adi. 2011. George Ritzer.
http://petualangan2.blogspot.com/2011/09/george-ritzer.html tanggal 14
September 2012 pukul 17.21 WIB
http://aanforsmart.blogspot.com/2009/07/konsep-pembangunan-
berkelanjutan.html
http://newberkeley.wordpress.com/2010/07/02/pengertian-dan-
ruanglingkup-pembangunan-berkelanjutan/
http://totoksuharto.blogspot.com/2010/12/implementasi-konsep-
pembangunan.html
www.google.co.id
www.lfip.org
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Permusyawaratan_Desa
http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_perwakilan_rakyat_daerah
http://hujau.blogspot.com/2010/05/devinisi-lsm-lembaga-swadaya-
masyarakat.html jam 18.00
http://afzanuin.multiply.com/journal/item/23?&show_interstitial=1&u=%2
Fjournal%2Fitem
240

http://www.bengkaliskab.go.id/berita-159-peran-bpd-sangat-besar-dalam-
pembangunan-desa.html
http://kodimsbysel.wordpress.com/peran-dewan-perwakilan-rakyat-
daerah-dprd-dalam-pembangunan-partisipasi-masyarakat/
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/05/implementasi_peran__fungsi_dprd.pdf
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_b015_033712_chapter2.pdf
http://ekonomikelasx.blogspot.com/2012/01/kebijakan-pemerintah-untuk-
mengatasi.html
http://srilestariperkembangankonsultanpjk.blogspot.com/2011/01/sikap-
pemerintah-dalam-menghadapi.html
http://lismasetyowati.blogspot.com/2010/12/peran-pemerintah-untuk-
mengatasi.html
http://van88.wordpress.com/makalah-permasalahan-pendidikan-di-
indonesia/
http://triananur.wordpress.com/2010/09/24/masalah-pendidikan-di-
indonesia-dan-solusinya/
Yahoo! Answers. 2006. What is economic development?
(http://www.yahoo.com, //answers.yahoo.com,
http://afrizalwszaini.wordpress.com/2011/03/14/pembangunan-indonesia-
dari-masa-orde-lama-orde-baru-sampai-era-reformasi/
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2138782-
pengertian-swakelola/#ixzz26FcdK76C diunduh tgl 12-9-2012 pukul
17.43
http://www.nandang-sutisna.com/2012/04/definisi-dan-jenis-pekerjaan-
swakelola.html diunduh tgl 12-09-2012 pukul 17.47
http://mutosagala.wordpress.com/2012/04/02/mengapa-masih-terjad-
masalah-pembangunan-di-indonesia/
http://andikaboni.blogspot.com/2011/12/birokrasi-dan-pembangunan-
ekonomi-di.html diakses pada tanggal 18 september 2012
241

http://irma-yulianti.blogspot.com/2011/01/teori-pasca-
ketergantungan.html DI akses tanggal 16 september 2012
http://sweet-polka.blogspot.com/2011/03/teori-pembangunan-teori-
pasca.html diakses tanggal 17 september 2012
http://blog.re.or.id/kapitalisme.htm diakses tanggal 15 september 2012

Anda mungkin juga menyukai