Anda di halaman 1dari 12

KESEHATAN MENTAL

KESEHATAN MENTAL BERDASARKAN PENGARUH ASPEK SOSIAL

Dosen Pengampu:
Dr. Rohmah Rifani, M.Psi., Psikolog
Kartika Cahyanigrum, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Inri Claudia Ahilud (230701501091)
Indri Handayani (230701502058)
Joshua Michael Riverio (230701502031)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Mari kita panjatkan puji Syukur kepada allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang yang
telah memberikan kita nikmat berupa kesehatran dan kemampuan untuk mengerjakan tugas
kelompok makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa kita ucapkan kepada rasul
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari masa jahiuliyah menuju masa
yang terang bendaerang dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini

Makalah ini kami buat agar dapat memberikan edukasi bagi para pembaca dan untuk memberikan
wawasan mengenai Kesehatan Mental Berdasarkan Pengaruh Aspek Social.

Kami sangat terbuka dengan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan isi
makalah ini

Makassar, 12 Februari 2024


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
1. CLASSICIAL AND CONTEMPORARY SOCIOLOGICAL THEORY
2. FAKTOR SOCIAL MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KESEHATAN
MENTAL
3. RAS MEMPENGARUHI KESEHATAN MENTAL
4. LIFE COURSE PERSPECTIVES ON SOCIAL FAKTORS AND ILNESS
BAB III PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan mental dipengaruhi dari berbagai aspek social,termasuk hubungan


interpersonal, lingkungan social, dan factor ekonomi. Menurut World Health Organization
(WHO), Kesehatan mental merupakan kondisi Dimana individu terbebas dari segala
bentuk gejala- gejala gangguan mental. Kesehatan mental yang baik berkontribusi pada
kemampuan seseorang dalam mengambil Keputusan, menjadi hubungan yang baik,
beradaaptasi dengan perubahn hidup, dan mengatasi kesulitan.
Beberapa factor yang dapat meningkatkan resiko sesorang mengalami gangguan menial
antara lain factor genetic, Riwayat keluarga, dan status social ekonomi. Prevalensi
gangguan Kesehatan mental,seperti depresi dan kecemasan, juga tinggi pada usia dewasa
muda, yang menunjukkan pentingnya perhatian terhadap Kesehatan mental pada
kelompok pada usia ini. Selain itu, dukungan social juga memiliki peran penting dalam
menjaga Kesehatan mental seseorang, dengan ketersediaan, kepedulian dan dorongan dari
orang yang dapat diandalkan menjadi factor penting dalam menjaga Kesehatan mental.
Oleh karena itu, pemahaman dan perhatian terhadap aspek social ini sangat penting dalam
Upaya menjaga Kesehatan mental Masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun Sebagian permasalahan yang akan di bahas dalamLife Course Perspectives on


Social Factors and Mental Ilness

makalah ini antara lain.


1. Penjelasan tentang classical and contemporary
2. Bagaimana factor social yang berbeda disepanjang hidup seseorang dapat
memengaruhi perkembangan dan Kesehatan mental seseorang
3. Bagaimana ras dapat memengaruhi Kesehatan mental seseorang
4. Apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan akses keperawatan Kesehatan mental
bagi komunitas ras minoritas

1.3 Tujuan Masalah


1. Menjelaskan pengaruh aspek social terhadap terhadap Kesehatan mental
2. Menganalisis dampak social pada kesehatab mental
3. Menjelaskan strategi untuk meningkatkan Kesehatan mental melalui aspek social
4. Menjelaskan peran Lembaga social dalam meningkatkan kesahatan mental
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Classicial and Contemporary Sociological Theory


Teori sosiologi klasik adalah sebuah studi sistematis tentang masyarakat dan kehidupan sosial
pada periode paling awal. Teori klasik dalam sosiologi dimaknai sebagai teori yang mengawali
perkembangan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, kemudian teori ini juga menjadi dasar
munculnya teori-teori yang lahir sesudahnya. Para tokoh intelektual seperti Auguste Comte,
Karl Marx, dan Emile Durkheim adalah tokoh-tokoh penting dalam periode awal teori
sosiologi klasik.
Terdapat lima teori sosiologi klasik yang menjadi dasar dan awalan pondasi untuk kita dapat
memahami berbagai teori sosiologi lainnya, yaitu:

a. Teori Evolusi
Teori Evolasi adalah perubahan yang akan senantiasa dialami oleh Masyarakat,
perubahan itu bersifat bergerak maju dan tidak akan mundur. Menurut Teori
Evolusi, perubahan senantiasa berjalan secara bertahan dan beruntun. Perubahan
yang akan dilalui manusia berjalan dalam tiga tahap perubahan yaitu,

 Tahap Teologis adalah tahap yang dimana masyarakat mencoba untuk


mencari penjelasan akan realitas alam berdasarkan kekuatan
adikodrati/gaib. Pada tahapan ini dibagi menjadi tiga juga yaitu tahap
aninisme, politheisme, dan monotheisme.
 Tahap Metafisis adalah tahap dimana masyarakat mencoba mencari
penjelasan akan realitas alam dengan berdasarkan ide ide abstrak. Pada
tahap ini masyarakat selangkah lebih maju dibandingkan mereka yang
berada pada tahap teologis.
 Tahap Positivisme adalah tahap yang mana masyarakat mencoba mencari
penjelasan akan realitas alam berdasarkan ilmu ilmu positif.
b. Teori Stukukturalis Fungsional
Pengertian teori stukukturalis fungsional,yaitu :
 Dimana setiap masyarakat tersusun atas sistem sistem kecil
 Sistem sistem yang memiliki daya guna bagi masyarakat akan
bertahan dengan sendirinya di dalam masyarakat tersebut.
 Kemudian, untuk sistem yang tidak memiliki daya untuk bertahan dan
tidak berguna akan hilang dengan sendirinya di masyarakat.
 Dimana hilangnya system – system yang tidak berguna dan juga
didukung oleh adanya kekuatan eksternal yang mempengaruhinya
c. Teori Konflik
Pengertian teori konflik, yaitu :
 Dimana setiap orang memiliki kepentingannya sendiri sendiri
 Dimana setiap orang akan berusaha untuk mewujudkan
kepentingannya
 Cara yang digunakan untuk dapat mewujudkan kepentingan itu adalah
dengan menggunakan power atau kekuatan yang dimiliki

d. Teori Interaksionisme Simbolik


Pengertian Teori Interaksionisme Simbolik, yaitu:
 Di dalam setiap masyarakat pasti akan terdapat individu yang saling
berinteraksi dengan satu sama lainnya.
 Dimana interaksi itu dilakukan dengan menggunakan berbagai simbol.
Ya simbol itu bisa berupa bahasa, budaya, tradisi dan tanda, serta cara
lainnya.
 Dimana untuk makna makna simbol yang digunakan dalam
masyarakat itu digunakan untuk proses interaksi adalah makna yang
sudah disepakati atau adanya konsensus bersama.
e. Teori Pertukaran Sosial
Pngertian teori pertukaran sosial, yaitu:
 Dimana setiap individu dalam masyarakat pasti akan melakukan suatu
tindakan sosial
 Dimana tindakan sosial itu yang dilakukan pasti memiliki suatu motif.
Setiap orang akan selalu memiliki suatu alasan terpendam dalam
melakukan tindakan tersebut.

Contemporary Sociological Theory


Sosiologi kontemporer adalah periode sosiologi antara periode klasik dan postmodern yang
berfokus pada kajian individu dan masyarakat, konstruksi sosiokultural atas pengetahuan,
dan ketimpangan, kekuatan & diskriminasi. Sosiologi kontemporer berasaskan pada realisme.
Pada tahap ini, ada beberapa isu atau tema yang menjadi fokus perhatian dalam sosiologi,
seperti gender, ras, etnisitas, kelas sosial, agama, budaya populer, media massa, lingkungan,
teknologi, dan lain-lain. Tokoh sosiologi kontemporer adalah Max Weber, Herbert Spencer,
dan Cherles Horton Cooley. Mereka mengembangkan teori-teori sosial yang bersifat
kontemporer, yaitu teori-teori yang mencoba menjelaskan masyarakat dan fenomena-
fenomena sosial pada masa sekarang. Sejumlah teori sosiologi kontemporer yang berasal
dari isu-isu yang melatarbelakangi sosiologi kontemporer adalah:
a. Teori sistem dunia (1974) oleh Immanuel Wallerstein menyatakan, dominasi ekonomi
oleh Blok Barat menjadikan negara lain sulit untuk bersaing dalam ranah perekonomian
global. Teori ini muncul setelah AS pulih dari Great Depression dan menjadi penguasa
ekonomi dunia.
b. Teori kewarganegaraan (1950) oleh Marshall adalah tanggapan atas krisis ekonomi AS
yang berdampak pada kenaikan jumlah pengangguran. Teori ini menyatakan bahwa
warga negara tak hanya memiliki kesamaan dalam hak politik, namun juga hak atas
ekonomi dan sosial.
c. Teori konflik (1957) oleh Ralf Dahrendorf menyatakan bahwa konflik hanya terjadi
antara pihak-pihak yang berkuasa dengan pihak-pihak yang tidak berkuasa. Teori ini
lahir sebagai responnya atas kediktatoran Hitler dalam upayanya meningkatkan fasisme.

Menurut Ritzer, teori sosiologi kontemporer dibedakan menjadi empat, diantaranya yaitu sebagai
berikut ini

a. Teori Queer
Teori Queer menekankan pada relasi-relasi yang aneh dan juga tidak biasa. Dalam teori queer
ingin mengungkapkan bagaimana bentuk relasi yang paling otentik dan juga radikal. Bagaimana
seorang lesbian dan juga gay berhuenbungan sesamanya yang menjadi sebuah objek dalasm
teori ini. Teori queer tidak bersifat tetap dan stabil. Identitas bersifat historis dan dikontruksi
secara sosial. Dalam konteks teori, teori ini didapatkam dari golongan sebagai sesuatu yang anti
dengan identitas. Ia dapat dimaknai dengan sesuatu yang tidak normal atau aneh. Teori ini tidak
hanya menjelaskan mengenai sisi gender tetapi juga seks. yang mengkaji mengenai kombinasi
dari berbagai kemungkinan dari tampilan sebuah gender tentang proses yang berfokus pada
gerakan yang melampaui ide, ekspresi, hubungan, tempat, dan juga keinginan yang menginovasi
perbedaan dunia sosial.

b. Teori Kritis tentang Ras dan Rasisme (CTRR)


Dasar-dasar teori ras kritis berakar dari fakta eksisnya rasisme ditengah masyarakat dimana kaum
kulit putih mendapatkan keuntungan ekonomi dari kondisi yang terjadi. Dalam masyarakat yang
rasis hadir kelompok dominan yang memiliki kekuatan lebih atas kelompok yang lebih lemah.
Teori ras memiliki sifat interseksionalitas dan anti essensialisme, dimana mereka telah menolak
sebuah realitas normal.

c. Teori aktor jaringan (ANT), Posthumanisme, dan postsosialitas


Inti dari teori ANT adalah bahwa segala hal dapat dilihat dari berbagai keterkaitan antar aktor,
baik manusia dengan manusia, maupun dengan bukan manusia. Teori ini dapat membantu
memahami ide, nilai, atau norma, masyarakat yang telah tertanam dan menjadi objek kultural.
Teori ANT memiliki keterkaitan dengan posthumanisme dan postsosialitas. Posthumanisme ialah
lawan dari humanisme yang berupaya keluar dari humanismne. Ide tentang postsosialitas
merupakan semangat yang sama untuk mengkritisi pendekatan tradisisonal sosialitas. kehadiran
teori ini memiliki keterkauitan dengan berkembangnya beberapa tipe baru pekerjaan dan latar
konsums

d. Teori Praktek
Teori Praktek merupakan suatu pendekatan terhadap fenomena sosial dengan melihat pada
bagaimana menemukan soluis pendekatan strukturalitas tradisional dan pendekatan lain seperti
halnya individualisme dan berusaha untuk menerangkan fenomena tersebut dalam konteks
tindakan individual. Teori praktek ini merupakan salah satu dari teori-teori kultural. Namun, teori
ini memfokuskan pada praktek dalam makna sehari-hari. Selain itu, Praktek juga berkaitan
dengan fikiran atau aktivitas mental.
2.2 Faktor social mempengaruhi perkembangan Kesehatan mental
1. Factor genetis : psikologi evolusioner mempelajari peran factor genetis dalam
membentuk bebrbagai aspek perilaku manusia.
2. Adaptasi ; pendekatan psikologi evolusioner menekankan pentingnya
adaptasi,reproduksi, dan kelangsungan hidup,serta bagaimana mekanisme psikologi
manusia telah berevolusi untuk menangani masalah- masalah yang muncul secara
berulang ulang selama proses evolusi.
3. Adaptasi ; pendekatan psikologi evolusioner menekankan pentingnya
adaptasi,reproduksi, dan kelangsungan hidup,serta bagaimana mekanisme psikologi
manusia telah berevolusi untuk menangani masalah- masalah yang muncul secara
berulang ulang selama proses evolusi.
2.3 Ras memepengaruhi Kesehatan mental
Untuk memehami hubungan ini, penting untuk mempelajari latar belakang Sejarah,
kesenjangan sistemik, norma-norma budaya, dan ketersediaan layanan Kesehatan mental
Historical Context; ras dan etnis minotitas sering mengalami diskriminasi, penindasan, dan
marjinalisasi. Peristiwa-peristiwa seperti perbudakan, kolonialisme, genosida, dan asimilasi
paksa telah meninggalkan bekas luka yang mendalam dan bertahan lama pada Kesehatan
mental komunitas-komunitas ini. Trauma yang berasal dari pengalaman-pengalaman ini dapat
bertahan dari generasi, ke generasi, sehingga memperburuk kesenjangan dalam hasil
Kesehatan mental.
Systemic Inequalities: Rasisme sistemik dan ketidaksetaraan ekonomi secara signifikan
mempengaruhi hasil kesehatan mental. Ras dan etnis minoritas sering kali menghadapi
tingkat kemiskinan yang tinggi, pengangguran, perumahan di bawah standar, dan akses
terbatas ke pendidikan dan perawatan kesehatan yang berkualitas. Faktor-faktor penentu
sosial kesehatan ini dapat memperkuat stres, trauma, dan masalah kesehatan mental di antara
populasi yang terpinggirkan.

Cultural Influences: Kepercayaan, norma, dan nilai budaya membentuk persepsi,


pengalaman, dan manajemen kesehatan mental dalam berbagai kelompok ras dan etnis.
Stigma yang terkait dengan penyakit mental, hambatan bahasa, dan ketidakpercayaan
terhadap sistem kesehatan mental konvensional berdasarkan latar belakang budaya dapat
menghalangi upaya untuk mencari bantuan dan mengakses perawatan. Selain itu, elemen
budaya seperti kolektivisme, spiritualitas, dan jaringan dukungan keluarga dapat menjadi
faktor pelindung bagi kesehatan mental di komunitas tertentu.

Access to Mental Health Care: Kelompok ras dan etnis minoritas terus menghadapi
kesenjangan dalam mengakses layanan kesehatan mental. Hambatan seperti cakupan asuransi
yang tidak memadai, kelangkaan penyedia layanan yang kompeten secara budaya, tantangan
transportasi, dan stigma dapat menghalangi individu untuk mencari atau mendapatkan
perawatan yang sesuai. Selain itu, bias rasial dan diskriminasi dalam sistem perawatan
kesehatan dapat memperburuk kesenjangan dalam kualitas perawatan yang ditawarkan
kepada kelompok minorit

2.4 Life Course Perspectives on Social Factors and Mental Ilness

Perspektif perjalanan hidup mengenai faktor sosial dan penyakit mental mengeksplorasi
bagaimana faktor sosial yang berbeda di sepanjang hidup seseorang memengaruhi
perkembangan, perkembangan, dan konsekuensi penyakit mental. Sudut pandang ini
mengakui bahwa kesehatan mental dibentuk oleh puncak pengalaman dan paparan yang
berlangsung sejak masa kanak-kanak hingga dewasa dan memasuki usia lanjut.

Early Life Experiences: Insiden dan situasi selama masa kanak-kanak, termasuk
pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan, dukungan dari orang tua, status sosial
ekonomi, dan paparan trauma atau pelecehan, dapat secara signifikan memengaruhi hasil
kesehatan mental di masa depan. Sebagai contoh, anak-anak yang mengalami penelantaran
atau pelecehan dapat menghadapi peningkatan risiko mengalami gangguan kesehatan mental
saat dewasa.

Adolescence and Young Adulthood: Selama fase transisi seperti masa remaja dan dewasa
muda, individu menghadapi stres yang meningkat terkait dengan perkembangan identitas,
dinamika teman sebaya, tuntutan akademis atau karier, dan norma-norma masyarakat.
Elemen-elemen sosial seperti pengaruh teman sebaya, ketersediaan jaringan dukungan,
prospek pendidikan dan pekerjaan, serta paparan terhadap penyalahgunaan zat dapat
memengaruhi hasil kesehatan mental selama periode ini

Adulthood: Selama masa dewasa, faktor-faktor seperti status sosial ekonomi, keamanan
pekerjaan, aksesibilitas perawatan kesehatan, jaringan dukungan sosial, dan pengalaman
diskriminasi atau stigma terus mempengaruhi kesehatan mental. Peristiwa penting dalam
hidup seperti pernikahan, menjadi orang tua, perceraian, kehilangan pekerjaan, atau
mengemban tanggung jawab pengasuhan juga dapat memengaruhi kesehatan mental.

Later Life: Seiring bertambahnya usia, berbagai faktor seperti pensiun, kehilangan,
menurunnya kesehatan fisik, isolasi sosial, dan penyesuaian dalam kondisi kehidupan dapat
memengaruhi kesehatan mental mereka. Selain itu, ketidaksetaraan dalam mengakses layanan
kesehatan dan layanan dukungan dapat menjadi lebih nyata seiring bertambahnya usia
seseorang.

Singkatnya, perspektif perjalanan hidup menyoroti pentingnya mengenali pengaruh kolektif


faktor sosial di berbagai tahap kehidupan terhadap hasil kesehatan mental. Perspektif ini
menekankan pentingnya intervensi dan kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi faktor
penentu sosial kesehatan mental di berbagai titik kehidupan untuk meningkatkan ketahanan,
mencegah penyakit mental, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aspek social memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kesehatan mental
seseorang. Mendorong adanya dukungan social yang kuat, mengurangi stigmatisasi,
dan menciptakan lingkungan social yang mendukung dan membantu dalam menjaga
Kesehatan mental Masyarakat secara keseluruhan. Upaya untuk memperbaiki aspek
social ini dapat berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan mental secara luas.
3.2 Saran
Penting untuk terus meningkatkan kesadaran terhadao pentingnya Kesehatan mentak
dan menghilangkan stigma bahwa Kesehatan mental adalah sebuah hal yang tabu
dilingkungan Masyarakat. Dan status social ekonomi juga memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Kesehatan mental akan pentingnya Kesehatan mental dan
mengurangi kesenjangan social.

.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai