Dosen Pengampu:
Dr. Rohmah Rifani, M.Psi., Psikolog
Kartika Cahyanigrum, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Inri Claudia Ahilud (230701501091)
Indri Handayani (230701502058)
Joshua Michael Riverio (230701502031)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Mari kita panjatkan puji Syukur kepada allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang yang
telah memberikan kita nikmat berupa kesehatran dan kemampuan untuk mengerjakan tugas
kelompok makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa kita ucapkan kepada rasul
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari masa jahiuliyah menuju masa
yang terang bendaerang dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini
Makalah ini kami buat agar dapat memberikan edukasi bagi para pembaca dan untuk memberikan
wawasan mengenai Kesehatan Mental Berdasarkan Pengaruh Aspek Social.
Kami sangat terbuka dengan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan isi
makalah ini
a. Teori Evolusi
Teori Evolasi adalah perubahan yang akan senantiasa dialami oleh Masyarakat,
perubahan itu bersifat bergerak maju dan tidak akan mundur. Menurut Teori
Evolusi, perubahan senantiasa berjalan secara bertahan dan beruntun. Perubahan
yang akan dilalui manusia berjalan dalam tiga tahap perubahan yaitu,
Menurut Ritzer, teori sosiologi kontemporer dibedakan menjadi empat, diantaranya yaitu sebagai
berikut ini
a. Teori Queer
Teori Queer menekankan pada relasi-relasi yang aneh dan juga tidak biasa. Dalam teori queer
ingin mengungkapkan bagaimana bentuk relasi yang paling otentik dan juga radikal. Bagaimana
seorang lesbian dan juga gay berhuenbungan sesamanya yang menjadi sebuah objek dalasm
teori ini. Teori queer tidak bersifat tetap dan stabil. Identitas bersifat historis dan dikontruksi
secara sosial. Dalam konteks teori, teori ini didapatkam dari golongan sebagai sesuatu yang anti
dengan identitas. Ia dapat dimaknai dengan sesuatu yang tidak normal atau aneh. Teori ini tidak
hanya menjelaskan mengenai sisi gender tetapi juga seks. yang mengkaji mengenai kombinasi
dari berbagai kemungkinan dari tampilan sebuah gender tentang proses yang berfokus pada
gerakan yang melampaui ide, ekspresi, hubungan, tempat, dan juga keinginan yang menginovasi
perbedaan dunia sosial.
d. Teori Praktek
Teori Praktek merupakan suatu pendekatan terhadap fenomena sosial dengan melihat pada
bagaimana menemukan soluis pendekatan strukturalitas tradisional dan pendekatan lain seperti
halnya individualisme dan berusaha untuk menerangkan fenomena tersebut dalam konteks
tindakan individual. Teori praktek ini merupakan salah satu dari teori-teori kultural. Namun, teori
ini memfokuskan pada praktek dalam makna sehari-hari. Selain itu, Praktek juga berkaitan
dengan fikiran atau aktivitas mental.
2.2 Faktor social mempengaruhi perkembangan Kesehatan mental
1. Factor genetis : psikologi evolusioner mempelajari peran factor genetis dalam
membentuk bebrbagai aspek perilaku manusia.
2. Adaptasi ; pendekatan psikologi evolusioner menekankan pentingnya
adaptasi,reproduksi, dan kelangsungan hidup,serta bagaimana mekanisme psikologi
manusia telah berevolusi untuk menangani masalah- masalah yang muncul secara
berulang ulang selama proses evolusi.
3. Adaptasi ; pendekatan psikologi evolusioner menekankan pentingnya
adaptasi,reproduksi, dan kelangsungan hidup,serta bagaimana mekanisme psikologi
manusia telah berevolusi untuk menangani masalah- masalah yang muncul secara
berulang ulang selama proses evolusi.
2.3 Ras memepengaruhi Kesehatan mental
Untuk memehami hubungan ini, penting untuk mempelajari latar belakang Sejarah,
kesenjangan sistemik, norma-norma budaya, dan ketersediaan layanan Kesehatan mental
Historical Context; ras dan etnis minotitas sering mengalami diskriminasi, penindasan, dan
marjinalisasi. Peristiwa-peristiwa seperti perbudakan, kolonialisme, genosida, dan asimilasi
paksa telah meninggalkan bekas luka yang mendalam dan bertahan lama pada Kesehatan
mental komunitas-komunitas ini. Trauma yang berasal dari pengalaman-pengalaman ini dapat
bertahan dari generasi, ke generasi, sehingga memperburuk kesenjangan dalam hasil
Kesehatan mental.
Systemic Inequalities: Rasisme sistemik dan ketidaksetaraan ekonomi secara signifikan
mempengaruhi hasil kesehatan mental. Ras dan etnis minoritas sering kali menghadapi
tingkat kemiskinan yang tinggi, pengangguran, perumahan di bawah standar, dan akses
terbatas ke pendidikan dan perawatan kesehatan yang berkualitas. Faktor-faktor penentu
sosial kesehatan ini dapat memperkuat stres, trauma, dan masalah kesehatan mental di antara
populasi yang terpinggirkan.
Access to Mental Health Care: Kelompok ras dan etnis minoritas terus menghadapi
kesenjangan dalam mengakses layanan kesehatan mental. Hambatan seperti cakupan asuransi
yang tidak memadai, kelangkaan penyedia layanan yang kompeten secara budaya, tantangan
transportasi, dan stigma dapat menghalangi individu untuk mencari atau mendapatkan
perawatan yang sesuai. Selain itu, bias rasial dan diskriminasi dalam sistem perawatan
kesehatan dapat memperburuk kesenjangan dalam kualitas perawatan yang ditawarkan
kepada kelompok minorit
Perspektif perjalanan hidup mengenai faktor sosial dan penyakit mental mengeksplorasi
bagaimana faktor sosial yang berbeda di sepanjang hidup seseorang memengaruhi
perkembangan, perkembangan, dan konsekuensi penyakit mental. Sudut pandang ini
mengakui bahwa kesehatan mental dibentuk oleh puncak pengalaman dan paparan yang
berlangsung sejak masa kanak-kanak hingga dewasa dan memasuki usia lanjut.
Early Life Experiences: Insiden dan situasi selama masa kanak-kanak, termasuk
pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan, dukungan dari orang tua, status sosial
ekonomi, dan paparan trauma atau pelecehan, dapat secara signifikan memengaruhi hasil
kesehatan mental di masa depan. Sebagai contoh, anak-anak yang mengalami penelantaran
atau pelecehan dapat menghadapi peningkatan risiko mengalami gangguan kesehatan mental
saat dewasa.
Adolescence and Young Adulthood: Selama fase transisi seperti masa remaja dan dewasa
muda, individu menghadapi stres yang meningkat terkait dengan perkembangan identitas,
dinamika teman sebaya, tuntutan akademis atau karier, dan norma-norma masyarakat.
Elemen-elemen sosial seperti pengaruh teman sebaya, ketersediaan jaringan dukungan,
prospek pendidikan dan pekerjaan, serta paparan terhadap penyalahgunaan zat dapat
memengaruhi hasil kesehatan mental selama periode ini
Adulthood: Selama masa dewasa, faktor-faktor seperti status sosial ekonomi, keamanan
pekerjaan, aksesibilitas perawatan kesehatan, jaringan dukungan sosial, dan pengalaman
diskriminasi atau stigma terus mempengaruhi kesehatan mental. Peristiwa penting dalam
hidup seperti pernikahan, menjadi orang tua, perceraian, kehilangan pekerjaan, atau
mengemban tanggung jawab pengasuhan juga dapat memengaruhi kesehatan mental.
Later Life: Seiring bertambahnya usia, berbagai faktor seperti pensiun, kehilangan,
menurunnya kesehatan fisik, isolasi sosial, dan penyesuaian dalam kondisi kehidupan dapat
memengaruhi kesehatan mental mereka. Selain itu, ketidaksetaraan dalam mengakses layanan
kesehatan dan layanan dukungan dapat menjadi lebih nyata seiring bertambahnya usia
seseorang.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aspek social memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kesehatan mental
seseorang. Mendorong adanya dukungan social yang kuat, mengurangi stigmatisasi,
dan menciptakan lingkungan social yang mendukung dan membantu dalam menjaga
Kesehatan mental Masyarakat secara keseluruhan. Upaya untuk memperbaiki aspek
social ini dapat berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan mental secara luas.
3.2 Saran
Penting untuk terus meningkatkan kesadaran terhadao pentingnya Kesehatan mentak
dan menghilangkan stigma bahwa Kesehatan mental adalah sebuah hal yang tabu
dilingkungan Masyarakat. Dan status social ekonomi juga memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Kesehatan mental akan pentingnya Kesehatan mental dan
mengurangi kesenjangan social.
.
DAFTAR PUSTAKA