Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Konseling behavioristik membatasi perilaku sebagai fungsi interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Perilaku yang dapat diamati merupakan suatu kepedulian dari para konselor sebagai kriteria pengukuran keberhasilan konseling. Menurut pandangan ini manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar seperti yang dikemukakan oleh Freud. Sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. Karakteristik konseling behavioral adalah : 1. Berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik. 2. Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling. 3. Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien. 4. Penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling. B. Hakikat Manusia Menurut Pendekatan Behavior Pendekatan behavioral tidak mengesampingkan pentingnya hubungan klien/terapis atau potensi klien untuk membuat pilihan-pilihan. Dari dasar pendekatan tersebut, dapat dikemukakan beberapa konsep kunci tentang hakikat manusia sebagai berikut : 1. Tingkah laku manusia diperoleh dari belajar, dan proses terbentuknya kepribadian adalah melalui proses kematangan dan belajar. 2. Kepribadian manusia berkembang bersama-sama dengan interaksinya dengan lingkungannya. 3. Setiap orang lahir dengan membawa kebutuhan bawaan, tetapi sebagian besar kebutuhan dipelajari dari interaksi dengan lingkungan. 4. Manusia bukanlah hasil dari conditioning sosial/kultural mereka, namun sebaliknya manusia adalah produser (penghasil) dan hasil dari lingkungannya. 5. Manusia tidak lahir baik atau jahat tetapi netral, bagaimana kepribadian seseorang dikembangkan tergantung pada interaksinya dengan lingkungan. Dengan kata lain, dapat saja manusia menjadi baik atau sebaliknya tergantung dari bagaimana ia belajar dalam interaksi dengan lingkungan. C. Tujuan Konseling Behavioral Tujuan konseling behavior adalah untuk memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan dalam jangka waktu lama. D. Peran dan Fungsi Konselor Peran konselor dalam konseling behavioral berperan aktif, direktif, dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari persoalan individu. Konselor behavioral biasanya berfungsi sebagai guru, pengarah dan ahli yang mendiagnosa tingkah laku maladaptif dan menentukan prosedur yang tepat sebagai solusi. Dalam proses konseling, konseli yang menentukan tingkah laku apa (what) yang akan diubah, sedangkan konselor menentukan cara yang digunakan untuk mengubahnya (how) (Corey, 1986, p.180). E. Teknik-teknik Konseling Behavior Dengan kata lain konseli memahami dengan sendirinya perbedaan-perbedaan dan keputusan yang ia ambil dengan sendirinya. Dan diharapkan konseli mempunyai keterampilan ketegasan diri dalam menghadapi sebuah pilihan atau masalah hidup. Teknik yang digunakan : 1. Desensitisasi Sistematis 2. Latihan Perilaku Asertif 3. Pengkondisian Aversi 4. Pembentukan Perilaku Model. 5. Kontrak Perilaku. F. Kelebihan dan Keterbatasan Konseling Behavioral a. Kelebihan : 1) Telah mengembangkan konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan menerapkan IPTEK kepada proses konseling. 2) Pengembangan prilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur. 3) Memberikan ilustrasi bagaimana keterbatasan lingkungan. 4) Penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan prilaku yang ada dimasa lalu. b. Kelemahan : 1) Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek pribadi sifat manipulatif dan mengabaikan hubungan pribadi 2) Lebih konsentrasi pada teknik 3) Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh konselor
G. Asumsi Perilaku Bermasalah Behavioristik
Dilihat dari sudut pandang behavioris, perilaku bermasalah dapat dimaknai sebagai perilaku atau kebiasaan yang negatif atau dapat dikatakan sebagai perilaku yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Munculnya perilaku bermasalah disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: adanya salah penyesuaian melalui proses interaksi dengan lingkungan, adanya pembelajaran yang salah dalam rumah tangga, lingkungan sekolah, tempat bermain dan lain-lain. Seperti halnya kehidupan di kota-kota besar pada saat ini begitu kompleks dan bervariasi.Sikap hidup menjadi individualistis, egois, apatis dan hubungan sosial menjadi renggang. Dalam suasana hidup seperti di atas, banyak orang menggunakan mekanisme pelarian dan mekanisme pertahanan diri yang negatif. Untuk dapat bertahan dan menghindari kesulitan hidup tidak sedikit terjadi tindakan kriminal. Bentuk mekanisme yang negatif menyebabkan timbulnya tingkah laku yang tidak normal (patologis). Terbentuknya suatu perilaku dikarenakan adanya pembelajaran, perilaku itu akan dipertahankan atau dihilangkan tergantung pada konsekuensi yang menyertainya. Misalnya perilaku merusak (destructif) di kelas dapat bertahan karena adanya ganjaran (reinforcement) berupa pujian dan dukungan dari sebagian teman-temannya dan merasa puas dengan ganjaran itu, sedangkan hukuman (punishment) yang diberikan oleh guru tidak cukup kuat untuk melawan kekuatan ganjaran yang diperolehnya. Perubahan perilaku yang diharapkan dapat terjadi jika pemberian ganjaran atau hukuman dapat diberikan secara tepat. Terbentuknya perilaku yang dicontohkan di atas disebabkan karena adanya peran lingkungan dalam bentuk konsekuensi - konsekuensi yang mengikuti dari suatu perilaku dan hal itu termasuk dalam teori belajar perilaku operan dari Skinner. Selain teori belajar Skinner, Bandura juga mencontohkan perilaku agresif di kalangan anak-anak. Timbulnya perilaku bermasalah yang ditandai dengan tindakan melukai atau menyerang baik secara fisik maupun verbal, dikarenakan adanya proses mencontoh atau modeling baik secara langsung yang disebut imitasi atau melalui pengamatan tidak langsung. Misalnya anak bersikap agresif karena sering dipukuli atau anak sering melihat orang tuanya bertengkar bahkan lewat media televisi anak dapat mencontoh adegan-adegan yang bersifat kekerasan. Perilaku yang salah dalam penyesuaian berbeda dengan perilaku normal. Perbedaan ini tidak terletak pada cara mempelajarinya, tetapi pada tingkatannya, yaitu tidak wajar dipandang, dengan kata lain perilaku dikatakan mengalami salah penyesuaian jika tidak selamanya membawa kepuasan bagi individu atau akhirnya membawa individu pada konflik dengan lingkunganya.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita
Intelijen: Pengantar psikologi kecerdasan: apa itu kecerdasan, bagaimana cara kerjanya, bagaimana kecerdasan berkembang, dan bagaimana kecerdasan dapat memengaruhi kehidupan kita