BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
karakter individu terhadap keterlibatannya dalam orientasi peran aktif, seperti
memulai perubahan dan mempengaruhi lingkungannya. Sedangkan menurut
Robbins & Judge. “Kepribadian.” <http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian>. 18
Mei 2012., kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis,
berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang
berarti. Kepribadian proaktif juga berkaitan dengan tanggung jawab untuk
perubahan yang membangun, atau sejauh mana seseorang merasa bertanggung
jawab untuk mendefinisikan kembali kinerja dengan menempatkan upaya untuk
memperbaiki situasi, mengembangkan prosedur baru, dan menyelesaikan masalah
(Fuller dkk, 2006 dalam Kim dkk, 2009: 95). Pribadi proaktif menciptakan
perubahan positif dalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan.
Proaktif sendiri merupakan perilaku seseorang dimana ia tidak bisa
mengendalikan segala yang terjadi, tetapi bisa mengendalikan reaksi diri.
Sedangkan reaktif berfokus pada kelemahan orang lain, masalah di lingkungan,
dan kondisi yang mereka tidak bisa kendalikan (Covey, 1997: 73).
Individu yang proaktif cenderung menyarankan ide-ide baru untuk
meningkatkan kinerja, hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:
Individu proaktif sangat efektif dalam mencari cara yang lebih baik melakukan banyak hal
pada pekerjaan, ketika ia diberi kesempatan untuk melakukannya. Misalnya, orang proaktif
bekerja secara aktif memanipulasi lingkungan dan mencari informasi baru serta
mempraktekkan sesuatu untuk meningkatkan kinerja mereka (Bateman & Crant, 1993
dalam Kim dkk, 2009: 95).
7
menggunakan pendekatan dari dalam ke luar untuk menciptakan perubahan.
Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri.
Keinginan untuk berubah menjadi lebih baik sangatlah dibutuhkan agar kita
mempunyai semangat untuk melakukan perubahan. Tanpa itu, semuanya tinggal
mimpi dan cita-cita yang kita harapkan tidak akan tercapai. Orang proaktif bisa
menjaga dirinya agar tetap bahagia. Namun, banyak orang yang merasa tidak
bahagia terhadap kehidupannya. Mereka kira bahwa ketidakbahagiaan mereka
disebabkan karena apa yang terjadi pada diri mereka. Mungkin yang sebenarnya
karena cara mereka memberi makna atas apa yang terjadi.
adalah
2.1.1 Proaktif
8
Covey meringkas definisi tentang sifat proaktif dari para ahli tentang ciri-
ciri individu proaktif (1997). Bila ciri-ciri individu proaktif dibandingkan dengan
individu reaktif setidaknya ada lima, yaitu:
1. Orang proaktif selalu bertanggung jawab. Mereka tidak menyalahkan keadaan,
kondisi, atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Perilaku adalah produk
dari pilihan sadar, berdasarkan nilai, dan bukan produk dari suasana hati,
conditioning, atau tekanan sosial yang diterima.
2. Orang proaktif menfokuskan upaya mereka pada lingkaran pengaruh
(mencakup segala hal yang dapat dipengaruhi). Mereka mengerjakan hal-hal
yang terhadapnya, mereka dapat melakukan sesuatu. Sifat dari energi mereka
adalah positif, memperluas dan memperbesar, yang menyebabkan lingkaran
pengaruh mereka meningkat.
3. Berfokus pada lingkaran pengaruh, orang proaktif bekerja dari dalam ke luar (in
side-out), yaitu berusaha memulai
memulai perubahan dengan mengubah dirinya lebih
dahulu, bahkan dari yang paling dalam dari dirinya, yaitu dengan memeriksa
kebenaran paradigma dan persepsi-persepsinya.
9
4. Orang proaktif hidup berpusat pada prinsip (principle centered) kemudian ia
menerjemahkan prinsip-prinsip itu kedalam seperangkat nilai-nilai (values)
yang telah dipilihnya dengan sadar. Berdasarkan nilai-nilai itulah ia
mengarahkan pilihan sikap dan perilakunya.
5. Orang proaktif mengembangkan dan menggunakan “empat anugrah unik
manusianya” secara optimal. Empat anugrah itu adalah sifat-sifat unik manusia
yang membuatnya berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Covey
menyebutkan “four unique himant gifts” itu adalah Self Awareness (kesadaran
diri), Conscience (hati nurani), Creative Imagination (imajinasi kreatif) dan
Independent Will (kebebasan kehendak).
10
Tabel 2.1 Perbandingan Bahasa Reaktif dan Bahasa Proaktif
11
Sumber: Covey (1997: 73)
Dengan menentukan mana dari kedua lingkaran ini yang merupakan fokus
dari sebagian besar waktu dan energi kita, kita dapat menemukan banyak hal
tentang tingkat proaktivitas kita. Orang proaktif memfokuskan usaha di dalam
lingkaran pengaruhnya. Mereka selalu mengerjakan hal-hal yang terhadapnya,
mereka dapat melakukan sesuatu. Sifat energi proaktif adalah positif, yang
menyebabkan lingkaran pengaruh mereka meningkat.
12
Kebalikan dari orang proaktif, orang reaktif memfokuskan upaya mereka di
dalam lingkaran kepedulian. Mereka berfokus pada keadaan yang mereka tidak
bisa kendalikan, masalah di lingkungan, dan kelemahan orang lain. Hal tersebut
berakibat pada meningkatnya perasaan menjadi korban, sikap menyalahkan orang
lain, dan bahasa yang reaktif. Selain merasa jadi korban, orang kreatif menurut
Covey (2001: 84) mempunyai cirri seperti: 1) mudah tersinggung, 2) cenderung
menyalahkan orang lain, 3) cepat marah dan mengucapkan kata-kata yang
belakangan mereka sesali, 4) cenderung merengek dan mengeluh, 5) menunggu
segalanya terjadi kepada mereka, dan 6) berubah hanya kalau perlu. Selama kita
berada di dalam lingkaran kepedulian, kita memberi kekuasaan kepada hal di
dalamnya untuk mengendalikan kita. Kita tidak akan mengambil tindakan proaktif
yang perlu guna mengadakan perubahan menuju hal yang positif.
2.2 Kreativitas
13
Rhodes (dalam Setyawan, 2006: 7) berpendapat bahwa Four P’s of
Creativity terdiri dari: Person, Press, Process, Product. Keterkaitan dari keempat
P tersebut adalah: pribadi kreatif akan mencari dan melibatkan diri dalam proses
kreatif yang aman, dengan dukungan dan dorongan dari lingkungan yang
memungkinkan pengembangan kreativitasnya secara optimal dan memungkinkan
adanya produk-produk kreatif bermakna. Adapun penjelasan secara lebih rinci
mengenai Four P’s of Creativity, sebagai berikut:
1. Pribadi. Kreativitas terkait dengan dijumpainya karakteristik kreativitas pada
diri individu baik yang bersifat aptitude (kognitif), seperti, keluwesan,
Menurut Soegoto (2009: 79), ada beberapa ciri individu yang memiliki sifat
kreatif, antara lain:
1. Imajinatif
Orang-orang kreatif mempunyai kemampuan dalam berimajinasi dan
menggunakannya untuk merealisasikan ide-ide kreatifnya. Orang yang
14
mempunyai ciri imajinatif ini, akan mampu membayangkan hal-hal baru
yang mungkin belum terpikirkan oleh orang lain.
2. Inisiatif
Orang-orang kreatif mempunyai inisiatif dalam melakukan sesuatu. Inisiatif
15
memahami dirinya. Sementara itu, kurangnya percaya diri pada seseorang
akan menghambat pengembangan potensi diri. Dapat disimpulkan orang
yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam
menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan,
menghadapi segala akibat yang akan timbul dari sikap atau perbuatannya.
10. Yakin
Yakin disini berarti percaya, dalam artian tahu, mengerti, dan sungguh-
sungguh. Orang-orang kreatif akan selalu yakin kepada segala sesuatu yang
dikerjakannya, tanpa melihat apakah hal tersebut berisiko besar atau tidak.
11. Mempunyai pendirian (siap mempertahankannya).
Setiap orang yang memiliki sikap kreatif, cenderung memiliki pendirian
kuat terhadap sesuatu yang ia yakini, walaupun hal tersebut bertentangan
dengan banyak pihak. Ia selalu siap mempertahankan apa yang ia anggap
benar.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kreativitas merupakan sesuatu yang
harus diusahakan dengan kerja keras karena kreativitas sendiri bukanlah bakat
yang dianugerahkan sejak lahir. Orang-orang kreatif adalah mereka yang memiliki
kedisiplinan untuk terus menciptakan ide-ide baru dan mewujudkannya dalam
kehidupan nyata.
16
berimajinasi dan memiliki inisiatif dalam menghasilkan sesuatu produk atau jasa
yang baru. Kreativitas karyawan mengacu pada penciptaan yang berharga, produk
baru yang berguna, jasa, ide, prosedur, atau proses oleh individu yang bekerja
bersama-sama dalam suatu sistem sosial yang kompleks (Woodman dkk, 1993
dalam Kim dkk, 2009: 95). Dari tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
kreativitas adalah aset penting di tempat kerja dan mencirikan keunggulan daya
saing serta perkembangan organisasi.
17
4. Verifikasi (verification)
Tahap verifikasi adalah tahap pengujian ide atau kreasi baru terhadap realitas.
Di tahap ini, ide atau kreasi sudah mulai dicocokkan dengan kondisi yang
sebenarnya (nyata).
2.2.3 Jenis-jenis Kreativitas
18
a. Sikap sosial
Lingkungan sekitar individu harus dapat memberikan dorongan dan
rangsangan agar dapat membantu individu untuk berkreasi.
b. Kondisi
Kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan kreativitas harus diberikan
supaya potensi kreatif dalam diri individu dapat berkembang secara baik.
Sedangkan menurut Guilford (dalam Gandadiputra, 1983: 54) terdapat lima
penting dalam kreativitas, yaitu :
faktor
a. Kelancaran
Kesigapan, kelancaran, kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.
b. Fleksibilitas
Kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam
mengatasi persoalan.
c. Originalitas
Kemampuan untuk mencetuskan gagasan-gagasan asli.
d. Elaborasi
Kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail terperinci.
e. Definisi ulang
Kemampuan untuk merumuskan batasan-batasan dengan melihat dari sudut
lain daripada cara-cara yang lazim.
19
c. Dukungan
Sangat penting untuk menciptakan hubungan yang baik antar sesama rekan
sekerja. Rekan kerja terkadang turut memberikan rangsangan, sehingga
individu semakin bersemangat untuk berkreasi.
d. Motivasi
Adanya keberanian dari dalam diri individu untuk mengambil resiko,
sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru, unik, dan terkadang keluar
dari cara-cara yang biasa digunakan.
20
Hambatan kreativitas menurut Adams (dalam Kasali dkk, 2010: 40), dapat
dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Hambatan Kreativas menurut Adams
21
2. Membatasi masalah secara berlebihan.
Seringkali kita kesulitan dengan hambatan (batasan) yang kita ciptakan
sendiri, sehingga kita selalu berpikir hanya dalam satu kotak saja, tidak out
of box.
3. Terlalu banyak atau terlalu sedikit informasi.
Terlalu sedikit informasi akan menyulitkan kita. Hal sama juga akan
terjadi jika terlalu banyak informasi. Terlalu banyak informasi akan
memperluas masalah (tidak fokus) dan informasi yang banyak serta terlalu
detail, dapat membuat kita tidak menangkap gambaran utamanya.
b) Hambatan Emosi
Hambatan ini dapat menggangu kemampuan seseorang dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi dengan berbagai cara. Beberapa contoh dari hambatan
emosi, antara lain:
1. Takut mengambil risiko.
Banyak orang tidak diberi kesempatan untuk melakukan kesalahan,
sehingga ia merasa takut berbuat salah dan secara otomatis takut
mengambil risiko.
2. Berani menghadapi ketidakpastian.
Kita harus berani berpindah dari zona nyaman ke zona yang baru agar kita
menjadi lebih kreatif, sehingga dapat belajar untuk menghadapi
ketidakpastian maupun kekacauan.
3. Lebih suka menilai daripada menghasilkan gagasan baru.
Hal ini seringkali muncul ketika berpikir negatif. Banyak orang yang
selalu berpikir negatif terhadap apa pun. Sikap ini sangatlah merugikan
karena jika penilaian dilakukan terlalu dini, maka akan banyak gagasan
hebat yang diabaikan.
4. Kurang tantangan.
Seringkali kita memandang sesuatu dengan sebelah mata. Permasalahan
yang ada dianggap sangat mudah untuk diselesaikan. Segala sesuatu yang
dipandang sebelah mata, membuat kita kurang memiliki tantangan
sehingga tidak bergerak untuk menyelesaikannya.
22
5. Terburu-buru
Sikap ini dapat menghambat kreativitas kita karena untuk menjadi
seseorang yang kreatif, seringkali dibutuhkan tahap dimana ia harus
memikirkan kembali permasalahan secara lebih mendalam dalam suasana
yang lebih tenang.
c) Hambatan Kultural
Hambatan kultural dapat menghampiri seseorang jika ia dihadapkan pada
seperangkat pola kultural di lingkungannya. Salah satu contoh hambatan ini
adalah takut mengemukakan pendapat yang mungkin dianggap kontroversial,
takut mengambil tindakan, dan takut untuk tampil berbeda dari yang lain.
d) Hambatan Lingkungan
Merupakan hambatan kultural yang lebih luas. Budaya perusahaan dapat
menjadi penghambat atau pemicu kreativitas organisasi/perusahaan di mana
dapat mengupayakan lingkungan yang kondusif terhadap kreativitas. Selain
itu, nilai-nilai yang dianut manajer, bawahan, pelanggan ataupun anggota
kelompok juga dapat memicu atau menghambat kreativitas seseorang.
Menurut Adams (dalam Kasali dkk, 2010: 43), ada beberapa elemen
penghambat, antara lain:
Tidak ada kerja sama dan rasa saling percaya antara tim kerja.
Atasan bersikap otoriter, tidak menghargai pendapat orang lain.
Gangguan rutin, misalnya telepon, tamu yang tak putus-putus, dan ruang
kerja yang gaduh.
Kurangnya dukungan untuk mematangkan gagasan.
Budaya kebersamaan (solidaritas) atau anti persaingan.
e) Hambatan Intelektual
Hambatan ini biasanya disebabkan oleh sikap mental yang tidak efisien atau
ketidakmauan untuk menggunakan pendekatan baru, misalnya:
Kecenderungan yang sangat kuat untuk mempertahankan tradisi,
menggunakan metode atau cara yang dulu pernah terbukti efektif.
Terlalu mengandalkan logika.
23
Tidak mau menggunakan intuisi.
Terlalu mengandalkan statistik/perhitungan dan pengalaman masa lalu
sehingga gagasan-gagasan baru terlalu cepat diuji secara mental.
Fogler & LeBlanc (dalam Kasali dkk, 2010: 43) menambahkan satu faktor
hambatan kreativitas yaitu Hambatan Ekspresif, yaitu ketidakmampuan seseorang
untuk mengkomunikasikan gagasan, baik secara lisan maupun tertulis.
Sebenarnya, mutu gagasan tidak harus selalu dikemukakan secara lisan. Bila kita
kurang lancar berbicara, kita dapat mengatasinya dengan membuat ilustrasi,
bagan, gambar, atau memanfaatkan”bahasa tubuh’ untuk lebih ekspresif. Kita
tidak perlu sungkan untuk menyampaikan gagasan, walaupun menghabiskan
waktu.
Goman (dalam Kasali dkk, 2010: 44), mengidentifikasikan hambatan
kreativitas beserta pendorong untuk keluar dari hambatan tersebut. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 2.4.
24
Menurut Soegoto (2009: 79), pemecahan masalah kreatif dapat dilakukan
melalui tahapan:
1. Mengumpulkan fakta.
2. Menemukan masalah.
3. Menemukan gagasan.
4. Menentukan jawaban.
5. Implementasi jawaban.
2.2.6
Teknik Meningkatkan Kreativitas
25
Elimination : Membuat eliminasi.
Teknik membuat eliminasi ini dapat diartikan jika kita menghadapi
suatu permasalahan, kita tentu akan mempunyai alternatif
pemecahannya. Alternatif-alternatif tersebut haruslah kita eliminasi
satu per satu dan menyimpulkan yang terbaik dari semuanya, karena
tidak semua pemecahan masalah itu baik, terkadang ada pula yang
tidak sesuai. Hal ini juga berarti, berani melakukan pengurangan
fungsi bila ternyata hal tersebut justru menurunkan efektivitas dan
efisiensi kerja.
Alternative : Menggunakan alternatif.
Dalam pembuatan keputusan ada beberapa hal yang kita lakukan,
seperti merumuskan masalah dan membuat alternatif-alternatif.
Pengambilan alternatif ini, memudahkan kita dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelum pembuatan keputusan.
Turn Around : Mencoba cara pikir terbalik.
Cara berpikir terbalik merupakan cara kreatif dalam memecahkan
suatu masalah. Bila Anda mencoba mempraktekkannya, Anda akan
mengetahui betapa makin kaya pemahaman kita atas masalah itu.
Mungkin saja kita menemukan hal-hal yang akan terlewatkan bila kita
memakai satu sudut pandang. Anda mungkin menemukan segi-segi
yang tak terduga. Dengan berpikir pula dari sisi sebaliknya, bisa jadi
kita mendapatkan jalan keluar yang lebih tepat. Yang seringkali terjadi
ialah kita bersikukuh bahwa sudut pandang tertentu itu yang paling
tepat tanpa mencoba terlebih dulu sudut pandang lain, apa lagi yang
berseberangan. Padahal, sebelum suatu keputusan diambil, kita
semestinya membebaskan diri untuk melihat suatu persoalan dari
sudut manapun. Bukan sebaliknya, justru memenjarakan diri dalam
satu sudut pandang saja.
26
Extreme : Ekstrem kasus.
Ekstrem kasus merupakan teknik peningkatan pola pikir kreatif
dengan cara mencoba hal-hal yang bersifat ekstrim untuk melatih dan
membangun mental kita agar lebih kuat.
Adapun teknik VISUAL berkaitan dengan Seeing, Imagining, dan Drawing.
Teknik Visual ini berkaitan dengan Seeing, Imagining, dan Drawing, yang
mengandung pengertian bahwa dalam peningkatan pola pikir kreatif dapat
dilakukan dengan cara amati, tiru, dan modifikasi. Maksudnya jika kita
melihat sesuatu, kita haruslah mengamati, meniru, dan memodifikasinya
agar tidak sama dengan yang ada sebelumnya, tetapi memiliki keunikan
serta kelebihan tersendiri yang membuat orang tertarik.
27
identifikasi masalah atau peluang, dan timbulnya ide-ide baru atau pendekatan
(Amabile, 1997 & Shalley dkk, 2000 dalam Kim dkk, 2009: 95). Orang-orang
kreatif selalu berusaha untuk mencari solusi yang baru dan menarik terhadap
permasalahan yang sedang dihadapinya. Kreativitas dapat menyebabkan
suatu
kita diberi tanggung jawab yang lebih oleh perusahaan (misalnya, kenaikan
pangkat dan peningkatan karir). Peningkatan tanggung jawab tersebut kemudian
menjadi pendorong bagi lahirnya kreativitas-kreativitas baru yang akan
mendatangkan tanggung jawab baru. Sekali kita melangkah dengan ide, proses
dan hasil yang kreatif, dan didukung oleh lingkungan kondusif, kita tidak akan
pernah berhenti untuk terus menjadi kreatif. Kreatifitas akan mendorong
karyawan tidak hanya melakukan seperti yang ditugaskan, mencari dan
memanfaatkan kesempatan yang ada, serta mampu menghasilkan perubahan yang
membangun agar dapat memberi keuntungan pada perusahaan dan konsumen.
Woodman dkk (1993 dalam Kim dkk, 2009: 95) menegaskan adanya
hubungan positif antara kepribadian proaktif dengan kreativitas karyawan, yang
dapat dilihat pada kutipan berikut, “Kepribadian proaktif secara positif
berhubungan dengan kreativitas karyawan. Kreativitas karyawan mengacu pada
penciptaan sesuatu yang bermanfaat, produk baru yang berguna, jasa, ide, serta
prosedur atau proses oleh individu yang bekerja bersama dalam suatu sistem
sosial yang kompleks". Pendapat yang sama menurut Seibert dkk (2001 dalam
Kim dkk, 2009: 95) mengatakan bahwa “kepribadian proaktif, positif
berhubungan dengan perilaku inovatif individu seperti mengembangkan ide-ide
baru dan menunjukkan inovasi-inovasi pada satu bidang pekerjaan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian proaktif
mempunyai hubungan positif dengan kreativitas karyawan. Jika kepribadian
proaktif karyawan tinggi maka tingkat kreativitas karyawan akan tinggi,
begitupun sebaliknya. Dengan kata lain, kepribadian proaktif dapat meningkatkan
kreativitas karyawan.
28
2.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan penting dalam mencapai
tujuan organisasi. Bila perusahaan memiliki individu-individu dengan kualitas
yang sesuai, maka perusahaan dapat bersaing dan unggul dalam hal kualitas,
produk, jasa maupun biaya. Selain itu, SDM juga akan mempengaruhi prestasi,
dedikasi, dan loyalitas serta kecintaan terhadap pekerjaannya, sehingga
peningkatan
efisiensi dan produktivitas SDM sangat diperlukan. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu dengan menerapkan
kepribadian proaktif di perusahaan.
Proaktif mengandung arti bertanggung jawab atas hidup kita sendiri (Covey,
2001: 22). Menurut Covey (1997), ada tiga nilai penting dalam hidup, yaitu
pengalaman (yang terjadi pada diri kita), kreatif (menjadikan ada), dan sikap
(tanggapan terhadap persoalan sulit). Semua itu merupakan dasar seseorang untuk
menjadi individu yang proaktif. Proaktivitas berkaitan dengan prestasi individu
dan entrepreneurship (atribut psikologis yang kental dengan kreativitas).
Pernyataan tersebut diperkuat Woodman dkk (1993 dalam Kim dkk, 2009: 95)
bahwa kepribadian proaktif secara positif berhubungan dengan kreativitas
karyawan. Pendapat yang sama, menurut Seibert dkk (2001 dalam Kim dkk, 2009:
95) menemukan bahwa kepribadian proaktif, positif berhubungan dengan perilaku
inovatif individu seperti mengembangkan ide-ide baru dan menunjukkan inovasi
pada suatu bidang pekerjaan. Dengan kata lain, kepribadian proaktif akan dapat
meningkatkan kreativitas karyawan.
Kreativitas adalah sifat yang melekat pada diri seseorang yang mampu
berimajinasi dan memiliki inisiatif dalam menghasilkan sesuatu produk atau jasa
yang baru (Soegoto, 2009: 78). Banyak faktor yang dapat memicu kreativitas
kita, seperti yang diuraikan Badawy (dalam Timpe, 1999: 219) tentang faktor-
faktor yang penting dalam menstimulasi kreativitas, seperti: kepuasan, kebebasan,
dukungan, motivasi. Karyawan dengan kreativitas tinggi merupakan karyawan
yang percaya dan yakin akan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kepercayaan
diri yang rendah dapat menghambat kreativitas pada diri seseorang, karena
tantangan akan dirasakan sebagai ancaman, dan perubahan harus dihindari. Untuk
29
menggunakan kreativitas, yang terpenting adalah percaya pada kemampuan
kreatif kita (West, 2000: 31). Kreativitas juga merupakan kunci bagi
pengembangan kemampuan karyawan. Secara umum, kreativitas di tempat kerja
didefinisikan sebagai pembuatan gagasan baru yang bermanfaat sebagai solusi
dalam pemecahan masalah (Amabile dkk, 1988 dalam Zhou & George, 2003:
547).
Setiap perusahaan membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
handal dan kompetitif, serta mampu mengembangkan perusahaan. Karyawan
dituntut memiliki kemampuan untuk dapat bekerja mengembangkan perusahaan
dan menghadapi kompetisi dalam dunia kerja saat ini. Untuk bersaing dalam
ekonomi global, organisasi membutuhkan karyawan yang melakukan pekerjaan
secara proaktif (dengan melalui inisiatif), serta secara aktif memiliki kemauan
untuk belajar. Kreatifitas akan mendorong karyawan tidak hanya melakukan
seperti yang ditugaskan, mencari dan memanfaatkan kesempatan yang ada, serta
mampu menghasilkan perubahan agar dapat memberi keuntungan pada
perusahaan dan konsumen.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat digambarkan model
penelitian sebagai berikut:
Kreativitas Karyawan
Kepribadian Proaktif
30
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan paparan di atas, dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H0: Tidak terdapat pengaruh yang positif antara Kepribadian Proaktif
terhadap Kreativitas karyawan.
Ha: Terdapat pengaruh yang positif antara Kepribadian Proaktif terhadap
Kreativitas
karyawan.
31