Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian Sikap: Apa itu Sikap? | Apa yang dimaksud sikap? Secara umum,
pengertian sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang
yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam
lingkungannya. Komponen-komponen sikap adalah pengetahuan. perasaan-perasaan,
dan kecenderungan untuk bertindak. Dalam pengertian yang lain, sikap adalah
kecondongan evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang memiliki konsekuensi
yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap. Tekanannya pada
kebanyakan penelitian dewasa ini adalah perasaan atau emosi. Sikap yang terdapat
pada diri individu akan memberi warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan
individu yang bersangkutan. Dengan memahami atau mengetahui sikap individu,
dapat diperkirakan respons ataupun perilaku yang akan diambil oleh individu yang
bersangkutan.
Mahasiswa sebagai generasi muda dan menjadi calon penerus bangsa
merupakan aset yang harus dilindungi oleh negara. Mahasiswa merupakan aset dari
perubahan. Mahasiswa merupakan indikator yang mampu memberikan kontribusi
kepada masyarakat dan negara melalui segala karya yang ditunjukkna secara konkrit
di tengah masyarakat. Mahasiswa merupakan simbol dari kederhanaan yang
mempunyai impian dan tujuan hidup yang jelas, nyata dan mampu menjadi agen atas
setiap perubahan. Mahasiswa adalah personal yang mempunyai paradigma yang
berkembang, berintegritas, kreatif, berkarakter dan mempunyai nilai akuntabilitas atas
setiap keputusan yang diambil. Mahasiiswa merupakan simbol dari identitas yang
mempunyai wawasan yang luas, bersikap logis dan selalu memperhitungkan dampak
positif dan negatif atas setiap tindakan yang dilakukannya.

Dalam perjalanannya. seorang mahasiswa seringkali tidak bisa berpikir secara


logis dan mempertimbangkan segala tindakan yang dilakukannya. Seringkali seorang
mahasiswa dalam menanggapi setiap kasus dengan sikap reaktif. Padahal menjadi
seorang mahasiwa seharusnya menjadi pribadi yang proaktifd an mampu bertindak
dengan penuh pertimbangan. Sebab dalam kaitannya dengan suatu keputusan, bahwa
dalam mengambil setiap keputusan, kita harus mempertimbangakan kemungkinan
terburuk dari setiap tindakan atau keputusan yang akan kita ambil.

Segala tindakan anarkis yang dilakukan oleh mahasiswa sebenarnya bukanlah


simbol dari mahasiswa sesuangguhnya, namun di dalamnya terdapat berbagai macam
alasan dan faktor yang menyebabkan seorang mahasiswa itu mau melakukan hal
tersebut. Di dalam setiap tindakan anarkis yang dilakukan mahasiswa itu mungkin
saja ada kepentingan di balik itu semua. Entah itu kepentingan golongan atau unsur
politis yang sengaja memanfaatkan suasana supaya dapat menyalurkan hasrat orang-
orang yang di dalamnya memiliki kepentingan. Kita juga  tidak dapat mengatakan
bahwa dalam setiap aksinya mahasiswa melakukan suatu tidnakan diltarbelakangi
karena ini dan itu. Namun marilah kita bersikap logis dalam menagggapi setiap
kejadian yang ada di sekitar kita. Kadang kali dalam aksinya berdemonstrasi,
1|Page
mahasiswa dalam suatu kesatuan hanya menunjukkan sikap reaktifnya dalam
menanggapi segala isu yang sedang bergejolak. Padahal semestinya ketika mendengar
suatu isu yang muncul ke permukaan, mahasiswa harus mampu bersikap kritis dan
mempertimbangkannya secara matang dan berimbang.
Maka dengan itu saya menyusun makalah ini untuk menjelaskan dan
menginformasikan bagaiamana yang di maksud sikap Reaktif dan proaktif baik dari
segi pandangan cendikiawan maupun dari segi pandangan agama.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas bisa di Tarik sebuah
permasalahan yaitu bagaimana kah yang di maksud dengan sikap proaktif dan
reaktif ?

C. Tujuan

1. Tujuan umum yaitu dapat mengetahui maksud dari sikap proaktif dan reaktif.
2. Tujuan khusus yaitu
a. Dapat mengetahui pengertian proaktif dan reaktif
b. Dapat mengetahui perbedaan Proaktif dan reaktif
c. Dapat mengetahui proaktif dan reaktif dari segi pandangan islam
d. Dapat mengetahui contoh pola pikir proaktif dan reaktif
e. Dapat mengetahui dampak proaktif dan reaktif

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PROAKTIF DAN REAKTIF

Akhir tahun 80 an Stephen Covey, penulis Seven Habits of Highly Effective People, membuat
istilah baru sebagai lawan dari sikap reaktif, yaitu sikap “proaktif”. Istilah ini kemudian menjadi
sangat populer di seluruh dunia.

Sikap reaktif adalah sikap seseorang yang gagal membuat pilihan respon ketika
mendapatkan rangsangan (stimulus).

Sederhananya adalah, bila seseorang selalu menjadi marah kalau dihina, maka orang
tersebut dikatakan “reaktif” karena selalu memberikan tanggapan (respon) yang sama terhadap
suatu rangsangan (stimulus).

Binatang secara umum adalah makhluk yang reaktif. Bila Anda pukul, reaksinya hanya dua,
takut atau marah. Suatu tanggapan yang mudah diduga sebelumnya.

Proaktif merupakan kebalikan reaktif.

Bila reaktif tidak mampu memilih respon, maka proaktif adalah kemampuan seseorang
untuk memilih respon.

Sikap proaktif adalah sikap seseorang yang mampu membuat pilihan dikala mendapatkan
rangsangan (stimulus). Menurut Covey, seseorang yang bersikap proaktif mampu memberi jeda
antara datangnya stimulus dengan keputusan untuk memberi respon. Pada saat jeda tersebut
seseorang yang proaktif dapat membuat pilihan dan mengambil respon yang dipandang terbaik bagi
dirinya. Proaktif dia definisikan sebagai “kemampuan memilih respon”.

Bila dibandingkan dengan binatang yang senantiasa reaktif, manusia bisa bersikap proaktif.
Misalnya saat dipukul binatang akan memberi reaksi dengan lari karena takut atau balas menyerang
karena marah. Manusia berbeda, saat dipukul rekasinya bisa lebih beragam, misalnya justru
tersenyum dan mengatakan, “Lagi doong…” (kata cowok kepada cewek pacarnya) atau bisa berlagak
pura-pura tidak tahu (karena tidak ingin menimbulkan pertengkaran). Manusia punya kendali untuk
memilih respon terhadap stimulus tertentu. Inilah yang disebut sikap proaktif.

Sikap proaktif sangat berguna bagi manusia terutama dalam menghadapi rintangan maupun
dalam berinteraksi dengan manusia lain. Sikap proaktif menunjukkan tingkat kecerdasan emosi (EQ)
yang tinggi. Seseorang bisa bertahan saat menghadapi musibah, bisa menumbuhkan motivasi saat
kondisi tidak menyenangkan, juga bisa memberikan respon positif yang disesuaikan dengan situasi,
semua itu merupakan sikap proaktif yang menunjukkan pengelolaan emosi secara baik.

Kata proaktif berarti lebih daripada sekedar mengambil inisiatif. Kata ini mengandung arti,
bahwa sebagai manusia, kita bertanggung jawab atas hidup kita sendiri. Perilaku kita adalah fungsi
dari keputusan kita, bukan kondisi kita. Orang yang sangat proaktif mengenali tanggung jawab.
Mereka tidak menyalahkan keadaan, masa lalu, dan kondisi. Perilaku mereka adalah produk dari
pilihan sadar mereka, yang berdasar nilai, dan bukan produk dari kondisi mereka yang berdasar
perasaan dan masa lalu mereka.

3|Page
Lawan dari sikap proaktif adalah sikap reaktif. Sikap reaktif ini semaksimal mungkin dihindari. Sikap
reaktif dipengaruhi dan digerakkan oleh lingkungan fisik mereka, perasaan, dan masa lalu. Bahasa
orang reaktif membebaskan dari tanggung jawab

Pendekatan berfikir PROAKTIFyaitu dari dalam ke luar, artinya mulai dari diri sendiri, lebih
menuntut diri sendiri dulu daripada menuntut orang lain, sedangkan pendekatan berfikir REAKTIF
adalah mulai dari luar ke dalam, artinya lebih menuntut orang lain dulu daripada menuntut diri
sendiri, menyalahkan masa lalu dan menyalahkan keadaan

B. PERBEDAAN PROAKTIF DAN REAKTIF

Mengetahui apakah kita tergolong orang yang reaktif ataukah proaktif merupakan hal
penting, yang dapat kita jadikan sebagai salah satu landasan dalam meraih kesuksesan hidup, karena
jelas bahwa tingkat kesuksesan hidup yang akan diraih oleh orang yang reaktif dengan orang yang
proaktif akan sangat jauh berbeda.

Sebelum saya membahas lebih lanjut mengenai Perbedaan Antara Orang Yang reaktif
Dengan Proaktif, saya tetap berharap kiranya sahabat blogger dan pembaca setia artikel-artikel Blog
Kesuksesan Hidup dalam keadaan baik serta tetap semangat dan selalu berusaha melakukan yang
terbaik apapun aktivitas positif sahabat semua.

Dari referensi yang saya baca dalam hal ini adalah buku The Seven Habits Of Highly Effective
People, saya berkesimpulan bahwa perbedaan mendasar antara orang yang reaktif dengan proaktif,
terletak pada respon mereka terhadap setiap stimulus yang mereka terima. Respon dari orang yang
reaktif terhadap setiap stimulus merupakan fungsi dari pengkondisian dan kondisi mereka,
berdasarkan perasaan. Sedangkan, respon dari orang yang proaktif merupakan produk atau hasil
dari pilihan sadar mereka, berdasarkan nilai.

Untuk lebih jelas mengenai Perbedaan Antara Orang Yang Reaktif Dengan Proaktif, berikut
ini saya berikan, sebut saja Ciri-Ciri Dari Orang Yang Reaktif Dan Orang Yang Proaktif.

Ciri-Ciri Orang Yang Reaktif:

1. Respon dari orang yang reaktif terhadap stimulus merupakan fungsi dari pengkondisian dan
kondisi mereka. Dengan kata lain respon dari orang yang reaktif ini merupakan produk dari
kondisi mereka, berdasarkan perasaan.
2. Seringkali menyalahkan keadaan, kondisi dan pengkondisian untuk perilaku mereka.
3. Dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka. Jika lingkungan sosial menurut mereka
menyenangkan, merekapun akan senang, begitupun sebaliknya.
4. Digerakan oleh perasaan, keadaan, kondisi dan lingkungan.
5. Bahasa-bahasa reaktif: "Tidak ada yang dapat saya lakukan", "Memang sudah begitulah
saya", "Saya terpaksa melakukan itu", "Seandainya saja"

4|Page
Ciri-Ciri Orang Yang Proaktif:

1. Respon dari orang yang proaktif terhadap stimulus merupakan produk atau hasil
dari pilihan sadar mereka, berdasarkan nilai.
2. Tidak menyalahkan keadaan, kondisi dan pengkondisian untuk perilaku mereka
3. Tetap dipengaruhi oleh stimulus luar, namun respon mereka terhadap stimulus
tersebut, sadar atau tidak sadar, didasarkan pada pilihan atau respon yang
berdasarkan nilai tertentu.
4. Digerakan oleh nilai-nilai yang sudah dipikirkan secara cermat, diseleksi dan dihayati
5. Bahasa-bahasa proaktif: "Mari kita lihat alternatif yang kita miliki", "Saya dapat
memilih pendekatan yang berbeda", "Saya akan memilih respons yang sesuai", "Saya
akan"

Supaya lebih mudah memahami Perbedaan Antara Orang Yang Reaktif Dengan Proaktif,
berikut ini saya berikan sebuah contoh yang sangat sederhana, yang mungkin sering terjadi dalam
kehidupan kita sehari-hari.

Misalnya kita adalah seorang karyawan, mahasiswa, pelajar.

Ketika pimpinan, dosen, guru, rekan kerja atau teman-teman kita, melakukan perbuatan
yang tidak menyenangkan, dimana hal ini tentu saja akan menciptakan suasana (kondisi) yang tidak
nyaman bagi kita.

Jika kita tergolong orang yang reaktif, suasana (kondisi) yang tidak nyaman ini akan sangat
mempengaruhi kualitas kita dalam beraktivitas, entah itu belajar, ataupun bekerja. Dalam hal ini kita
telah merespon stimulus berdasarkan kondisi yang kita rasakan, berdasarkan perasaan.

Jika kita tergolong orang yang proaktif, suasana (kondisi) tidak nyaman ini tidak akan
mempengaruhi kita atau memang akan mempengaruhi kita, namun kita tetap berpegang pada nilai
tertentu. Jika nilai kita adalah belajar dan bekerja sebaik mungkin untuk menciptakan prestasi, maka
apapun kondisi lingkungan yang kita hadapi, nilai ini akan selalu menjadi fokus kita. Dalam hal ini kita
telah merespon stimulus berdasarkan nilai.

Bagaimana sahabatku? Apakah sahabat tergolong orang yang reaktif ataukah proaktif? Saya
memiliki harapan baik bahwa sahabat semua adalah orang-orang yang proaktif.

Terakhir...

Jadilah proaktif, tetaplah berpegang pada nilai sebagai landasan dalam kita bertindak,
apapun "cuaca lingkungan" atau "cuaca sosial" diluar sana, entah itu menyenangkan atau tidak.

Jangan biarkan apapun menghalangi atau mempengaruhi kita dalam menerapkan nilai.

Sebagai orang yang proaktif, kita bertanggung jawab atas hidup kita sendiri. Perilaku kita
adalah fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi kita.

Akan terasa berat memang, namun perlulah disadari bahwa itu adalah bagian dari
perjuangan kita dalam meraih kesuksesan hidup.

5|Page
C. PROAKTIF DAN REAKTIF DALAM ISLAM

DIKISAHKAN, di bawah langit pagi seorang pemuda tengah khusyuk berdoa. Ia bermunajat
memohon untuk segera bertemu dengan seorang pendamping hidupnya. Selesai berdoa pemuda itu
lantas pulang ke rumah untuk bersiap-siap berangkat kerja. Saat ia melewati salah satu gang sempit,
kakinya tanpa sadar tersandung batu, membuatnya terpental mengenai tubuh seekor anjing.
Spontan, anjing yang tidak terantai merasa terusik dan mengejar sang pemuda tadi.

Habis jatuh tertimpa lah tangga. Barangkali pepatah itulah yang tengah dirasakan sang
pemuda tadi. Setelah tersandung batu, ia kemudian dikejar anjing. Sampai disitukah? Oh tentu saja
tidak! Kaki kanannya malah terluka digigit anjing. Akibatnya pemuda itu mesti dirawat di rumah
sakit.

Sepintas pernahkah Anda mengalami hal serupa? Maksud kami Anda berdoa meminta
sesuatu yang baik menurut Anda, tetapi Allah malah berkehendak lain. Awalnya memang pemuda
tadi bermunajat untuk segera dipertemukan dengan pendamping hidupnya. Dan benar saja, usai
berdoa ia dikejar-kejar makhluk betina berkaki empat.

Yah, sering kita jumpai, bahkan saya pun sering mengalami, bahwa permohonan kita tidak
ujug-ujug begitu saja turun dari langit. Walaupun banyak juga yang langsung diijabah. Tetapi perlu
diingat, ada prosedur dari Allah SWT yang harus kita terima.

Sebagai ganti mari saya ajak Anda mengenali istilah reaktif. Sedikit saya ketahui, bahwa
reaktif merupakan sikap orang yang gagal membuat pilihan (respon) pada saat ia-nya tengah
mendapat rangsangan (stimulus).

Jika Anda sedang sedih atau putus asa saat ditimpa musibah, itu artinya Anda memilih sikap
reaktif. Karena Anda dianggap memberikan respon yang sama terhadap suatu rangsangan.

Secara umum hewan adalah makhluk reaktif. Kalau Anda melempar batu ke arah seekor
anjing, maka reaksinya ada dua, yaitu takut atau marah.

Lantas sikap seperti apa yang mesti kita ambil?

Covey seorang penulis “Seven Habits”, buku yang sering menjadi rujukan para trainer dan
motivator di Indonesia, memperkenalkan kata “proaktif” sebagai lawan dari kata “reaktif”.

kata Proaktif, menurut Mas Covey loh, merupakan kemampuan seseorang untuk memilih
respon. Ia dituntut mampu membuat pilihan dikala menerima rangsangan. Ia juga mampu memberi
jeda antara datangnya rangsangan dengan keputusan memberi respon. Pada saat jeda, seseorang
yang proaktif dapat membuat pilihan dan mengambil respon yang dipandang terbaik bagi dirinya.

Kembali ke awal cerita tadi, manusia sejatinya mampu bersikap proaktif. Saat pemuda tadi
ditimpa musibah, reaksi (respon) yang ia terima bisa lebih beragam. Tetapi pemuda tadi malah
memilih tenang sembari berpikir positif, “Mungkin inilah sarana penggugur dosa saya, sehingga saya
bisa terus mengevaluasi diri. Barangkali saya harus memperbaiki cara saya berdoa. Yah, saya terlalu
memaksakan doa saya. Dan saya yakin Allah pasti akan memberi kado terindah di balik musibah
yang saya terima.”

Yah dengan kata lain perilaku proaktif membantu kita dalam menghadapi musibah. Ianya
menunjukkan tingkat kecerdasan emosi (EQ) yang tinggi. Anda ingin tahu ending dari kisah pemuda
tadi bukan Baiklah-baiklah. Dan sungguh subhanallah, Allah memang menguji hamba-Nya sesuai
kemampuannya, dan beruntunglah bagi orang-orang yang sabar. Selang sepekan, pemuda tadi

6|Page
akhirnya menemukan jawaban dari doa-doanya. Adalah seorang perawat rumah sakit yang dengan
tekun merawatnya, yang menjadi jodohnya. Setelah sembuh pemuda itu menikahinya. Dan mereka
hidup bahagia.

Pahamilah selalu petikan Al Baqarah ayat 216, “… Boleh jadi kamu membenci sesuatu
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”

mari kita bersikap proaktif, seperti ajaran Covey dalam buku “Seven Habits” nya. padahal
Rasul sudah mengajarkan kita kurang lebih14 abad silam kiranya Steven Covey harus lebih rajin-rajin
lagi buka Al Qur’an.

Segala puji hanya bagi Allah S.W.T, rabb sekalian alam. Selawat dan salam buat junjungan
mulia, Rasulullah s.a.w., ahlul-bait baginda, para sahabat dan mereka yang membawa obor deen ini
sehingga ke hari kiamat.

Aku berlindung pada kalimat Allah yang sempurna, dari kejahatan apa-apa yang diciptakan.

Dalam mengharungi kehidupan ini, kita sentiasa diberi pilihan. Life is about choosing and
making decision. Islam itu jua satu pilihan, kerana kita dikurniakan hati dan akal untuk memilih
antara islam atau jahiliyyah. Memilih antara al-haq dan batil. Malah dalam Al-quran sekalipun, Allah
merakamkan perihal jiwa yang sentiasa diberi dua pilihan, sama ada untuk memilih jalan ketakwaan
atau jalan kefasikan (91:8). Kita diberi pilihan untuk meniti jalan para nabi dan solihin atau jalan para
taghut (apa sahaja yang membawa kita kepada selain dari Allah S.W.T.). Maka, sekiranya kehidupan
kita diberi peluang untuk membuat pilihan, apatah lagi dalam da'wah yang kita l

Apaka yang di katakana dalam dakwah?

Dalam kita menyeru manusia untuk kembali mengenali hakikat sebenar ubudiyah dan
khalifah, kita diberi peluang untuk memilih gagasan untuk mara menjadi proaktif atau sebaliknya,
menjadi reaktif. Dalam erti kata yang lain, setelah melihat jatuh bangkitnya ummat ini, adakah kita
menjadi mereka yang hanya melaungkan kemarahan atas hakikat jahiliyyah yang berleluasa atau
menjadi mereka yang mula mengorak langkah untuk memberi sumbangan kepada ummat. Sekadar
amarah, omong kosong, tangisan demi tangisan, tanpa sebarang tindakan tidak akan mampu
mengubah dunia. Seperti matahari yang terbit dan terbenam mengikut aturan yang ditetapkan,
begitu juga dengan agama ini. Agama ini tertegak mengikut sunahtullahnya.

"Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunah Allah, dan sekali-kali tidak
(pula) akan menemui penyimpangan bagi sunah Allah itu" (35:43)

sunah agama ini ditegakkan melalui usaha manusia. Masakan tidak, nyata sekali Allah
mengutuskan para Rasul untuk mengajarkan manusia hakikat rabbani. Secara fitrahnya, manusia
punya perasaan bertuhan dan naluri kehambaan, tetapi mereka perlu diajar kepada siapakah fitrah
itu perlu disalurkan. Maka, rasul diutuskan, dan kita sebagai pewaris para nabi, turut memikul
tanggungjawab ini. Mengajar mereka yang terdinding dari kebenaran islam. Kerana, kadar
kepedulian kita terhadap nasib agama ini berkait rapat dengan persoalan keimanan. Iman yang
lemah tidak akan mampu untuk memikul beban menyembuhkan ummat yang semakin tenat, ummat
yang dihina dan diinjak-injak sewenang-wenangnya oleh kuffar terlaknat.

7|Page
Mengetahui hakikat hilangnya ketuanan islam diatas muka bumi ini, adakah kita, yang
bersaksi Allah sebagai ilah dan rabb, adakah kita, yang membenarkan risalah Rasulullah s.a.w. hanya
berpeluk tubuh dan berdiam diri? Atau dengan enakknya mengatakan,

"Alaa.. aku tak mampu berbuat apa-apa. Itukan dah nasib mereka"

"Mereka yang berperang, bukan kita. Tak payahlah nak memandai-mandai."

"Saya tak bulih...kemampuan saya terbatas, tiada siapa yang menyokong saya"

Sekiranya inilah bahasa dan reaksi kita, maka kita tergolong dikalangan mereka yang memilih untuk
bersikap reaktif dalam da'wah, dalam mempertahankan islam. Mereka yang hanya mampu duduk
memerhati dan menunggu keajiban datang dengan sendirinya. Seperti majoriti penduduk jazeerah
Arab yang berbondong-bondong menerima islam hanya saat islam mendapat kemenangan dan
kekuatan di waktu Fathul Makkah, tetapi tidak saat risalah Rasulullah s.a.w dicemuh dan dikeji,
diwaktu baginda dipulaukan oleh kaum Quraisyh. Mereka yang bersikap sedemikian, saya kira,
begitu mudah dipengaruhi oleh suasana. Kadar iman mengikut suasana. Saat kesempitan, mereka
menghindar, atau malang sekali menundingkan jari menyalahkan keadaan sekeliling. Berputus asa
dan mudah dikuasai oleh emosi dan perasaan. Bersikap sebegini pasti tidak mampu membawa kita
mengemban beban syahadah yang berat ini.

Oleh itu, sebagai mereka yang bercita-cita untuk menyembuhkan penyakit ummat ini,
jadilah kita seorang yang proaktif dalam menyeru manusia mengenali Tuhannya. Menjadi proaktif,
ialah menjadi menjadi mereka yang mencari dan mencipta peluang dan ruang. Mereka yang berjiwa
besar, dimana kemahuan mengatasi segalanya. Mereka itu memahami bahwa seluruh alam akan
turut bersama-sama mereka walaupun manusia menolak seruan mereka. Mereka yang hidup
berorentasikan Allah, dimana Allah motivasi tertinggi mereka. Biarlah manusia menghindar dan
menyakiti mereka, kerana seluruh tumpuan kehidupan mereka hanyalah untuk memenangkan
agama ini.
Seperti mana Rasulullah saat baginda diamanahkan untuk menyampaikan seruan islam.
Baginda memikul beban da'wah yang berat kerana Allah menjanjikan islam sebagai rahmatan
'alamin ( 21:107) .Namun begitu, baginda tidak putus asa dalam menyeru kaumnya walaupun
melihat kefasadan ummat ketika itu. Baginda mencipta peluang untuk manusia mengenali Allah
sebagai satu-satunya ilah walaupun mereka dikelililingi berhala Latta dan Uzza. Sikap assobiyyah
kaum Quraisyh pada saat itu tidak pernah mematahkan kemahuan Rasulullah untuk menyampaikan
kalimah Allah. Sekiranya baginda tidak bersikap proakif dalam menyeru manusia kembali kepada
Allah, niscaya cahaya islam tidak akan pernah sampai kepada kita.

Dan lihat sahaja saat Siti Hajar ditinggalkan keseorangan bersama Nabi Ismail yang masih
dalam kendongan. Berada di tanah tandus yang tidak punya apa-apa tidak pernah menjadi persoalan
besar buat Siti Hajar lantaran sikap proaktif yang dimilikinya. Beliau menghindari sikap reaktif yang
hanya menyalahkan orang lain atau suasana sekelilingnya. Beliau terus berusaha dan bersabar,
berlari-lari dari Bukit Safa ke Marwah tatkala mendengar tangisan anaknya. Dek kerana usaha dan
kesabarannya, bumi barakah Makkah menjadi subur dan terpilih menjadi tanah kelahiran khatimul
anbiya, penutup para nabi.

8|Page
Mereka yang proaktif juga berjiwa kuat. Bercita-cita besar dalam rangka menyampaikan
seruan islam. Utbah bin Nafiq, misalnya, sanggup mengharungi lautan semata-mata untuk
menyampaikan kalimah al-haq, sehinggakan air di lautan berada di paras leher kuda beliau.

"Sekiranya ada manusia di tanah di seberang sana, niscaya akan ku sampai ke sana. Demi syahadah
ini"

Dan juga Mus'ab bin Umair. Duta yang dihantar ke Madinah untuk mengajar tentang islam
kepada penduduk disana. Bersikap proaktif, tidak pernah ada suatu pintu pun di kota Madinah yang
terlepas dari menerima kunjungan Mus'ab untuk mereka mendengar ajaran agama ini.

Kita bulih memilih samada untuk menjadi proaktif atau reaktif dalam da'wah. Menjadi
mereka yang mencetuskan sesuatu (the initiator) atau hanya memerhati (the observor). Pilihan
terletak ditangan kita. Tepuk dada, tanyalah iman. Kerana iman kita berkadar langsung dengan
da'wah kita. Iman yang utuh dan mantap pada Allah pastinya akan memacukan langkah kita lebih
laju dalam medan da'wah. Semuga kita sentiasa tergolong dari kalangan mereka yang proaktif,
mencari dan mencipta peluang dan ruang, agar manusia kembali mengenali hakikat sebenar deen
ini.

Dan saya selalu memuhasabah diri, sekiranya mereka yang terdahulu dari saya tidak
bersikap proaktif, maka saya akan terus-terusan kekal dalam jahiliyyah dan tidak mengenali hakikat
islam yang sebenar. Maka, adilkah saya untuk menidakkan sikap proaktif, lantas menutup peluang
bagi generasi hadapan untuk memahami deen ini?? Tentu sekali tidak adil. Maka, bersikap
proaktiflah dalam da'wah, agar kita mampu menyuluhkan cahaya buat generasi akan datang.

‘’Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutuskan di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan pada
mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan
al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang
nyata" (3:164)

Watak dan sikap reaktif selain banyak merugikan diri sendiri juga merugikan orang lain.
Karena itu, salahsatu fungsi dan tujuan ajaran agama ialah mentransformasikan sikap dan watak
reaktif ke sikap dan watak proaktif. Sikap dan watak reaktif sering digambarkan di dalam Al-Qur’an
sebagai kegelapan (al-dhulumat) dan sikap dan watak proaktif digambarkan sebagai cahaya (al-nur),
seperti dijelaskan dalam ayat: Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan
mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah
setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S. al-Baqarah/2:257).

Di antara sifat-sifat negatif orang-orang yang bersikap reaktif ialah: Mudah sekali
tersinggung, cepat marah, dan mengeluarkan kata-kata kasar yang kemudian ia sesali sendiri. Hal-hal
yang kecil dan sepele selalu dibesar-besarkan, sehingga ia selalu berada di dalam kerumunan
masalah. Belum selesai persoalan yang satu muncul lagi persoalan baru, sehingga ia sering merasa
hidup ini sangat melelahkan dan membosankan. Ia cenderung selalu mengiba-iba, merengek,
mengeluh, dan suka curhat kepada orang lain yang ada di sekitarnya. Negative thinking selalu
mendominasi pikirannya, sehingga energinya habis terkuras. Diilustrasikan di dalam Al-Qur’an
bagaikan orang yang mendaki ke langit, semakin jauh ke atas semakin tipis oksigennya, sehingga

9|Page
dada terasa sesak. Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah
kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki
ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (Q.S. al-
An’am/6:125).

Orang yang bertipe reaktif juga selalu menunggu segalanya terjadi kepada mereka. Ia tidak
terbiasa mengambil inisiatif atau berfikir lain dari skema kehidupan yang sudah ditakdirkan di dalam
dirinya. Akibatnya, hampir tidak terjadi perubahan berarti di dalam hidupnya dalam arti positif. Ia
berubah jika memang secara alamiah betul-betul perlu dan mendesak. Ia mudah takluk kalau dapat
tekanan dari orang lain. Ia seperti tidak punya daya saing dan daya juang untuk sesuatu yang lebih
tinggi. Ia kalah duluan sebelum bertanding. Dalam pergaulan sehari-hari ia selalu diwarnai dengan
perasaan depresi dan rendah diri. Ia gampang putus asa, meskipun sering mendengarkan ayat:
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. al-Zumar/39:53).

Ia terlalu mengkhawatirkan apa kata orang terhadap dirinya, sangat sensitive terhadap
setiap perubahan yang terjadi di sekitarnya. Ia juga bersikap sombong untuk menutupi perasaannya
yang fluktuatif, tidak menentu, dan tentram. Ia suka sekali berkamuflase, memuji diri, atau
menunjuk kelebihan anggota keluarga dekatnya. Orang ini perlu diwaspadai karena gampang
melakukan jalan pintas dengan berbagai cara, termasuk mengkonsumsi obat-obat penenang dan
obat-obat terlarang, seperti narkoba, jelas Nasaruddin Umar seperti dikutip Harian Umum Rakyat
Merdeka edisi 27 Maret 2014

D. CONTOH POLA PIKIR PROAKTIF DAN REAKTIF

Renungan dan Refleksi

1. Apakah tindakan dan sikapku selama ini berdasar pada sikap PROAKTIF atau justru aku
selama ini terjebak pada pola berfikir REAKTIF.
2. Mulai saat ini, tidak usah menunjuk orang lain, periksalah diri anda sendiri, cek kalimat-
kalimat yang sering anda ucapkan, kalimat yang anda pakai, kalimat yang anda gunakan
untuk dasar berfikir dan bertindak.
3. Jawab dalam hati sejujur-jujurnya : Siapakah orang yang paling bertanggung jawab atas
masa depanku ?
4. Sikap mana yang lebih mendukung perkembangan diriku dan masa depanku : Menyalahkan
orang lain atau Memperbaiki diri sendiri.

Check Kalimat

Apakah aku selama ini menggunakan kalimat-kalimat proaktif ini untuk membangun dan
mengembangkan diriku :

a. Aku akan menjadi lebih rajin


b. Aku lebih memilih ini dari pada itu
c. Aku akan menjadi lebih bisa bekerjasama

10 | P a g e
d. Aku akan lebih membantu dia
e. Aku akan menjadi lebih bisa dipercaya
f. Aku akan belajar dari dia
g. Aku dapat menghargai mereka
h. Aku akan mencoba untuk mengerti dia
i. Aku akan menepati janjiku
j. Aku akan mencari jalan keluarnya

Ataukah aku justru selama ini sering terjebak dalam kalimat-kalimat reaktif seperti ini:

1. Seandainya bosku tidak seperti itu


2. Seandainya situasi tidak seperti ini
3. Begitulah saya
4. Kamu harus begini, kamu harus begitu …..
5. Seandainya dia mau membantu
6. Seandainya masa laluku tidak seperti ini
7. Seandainya aku punya modal besar untuk usaha
8. Habis mereka tidak mau tau sih….
9. Mereka kan seharusnya……..
10. Semua orang membenciku

Proaktif

Saat tayangan berlangsung, saya perhatikan dengan seksama setiap detail percakapan dan
keadaan. Tiba-tiba ada sesuatu sesi yang menarik, Bagaimana seorang gadis memberikan respon
pada sebuah keputusan yang diambil oleh sang pria. Suara hati saya sudah berkata kata nih, wah,
kok reaktif sekali yaa. Setiap hari kita umur kita semakin bertambah. Kita menjadi semakin dewasa,
baik kedewasaan dalam berpikir maupun tindakan. Banyak pembelajaran yang dapat kita pelajari
setiap harinya, entah disadari atau tidak. Dalam proses tersebut juga bahkan kita sering mengalami
banyak keadaan, seperti keadaan yang membuat kita merasa senang, keadaan yang membuat kita
merasa bahagia, keadaan yang membuat kita merasa sedih, dan keadaan keadaan lainnya. Lalu
sadarkah Anda bahwa kebanyakan keadaan tersebut muncul dari luar diri kita (baca : eksternal),
suatu stimulus tertentu yang timbul dari luar diri kita. Jika anda sudah menyadarinya dengan baik,
lalu apakah anda mengetahui bahwa sebenarnya keadaan itu hanyalah sebuah arti yang kita berikan
pada sebuah kondisi atau keadaan tertentu (baca : Internal).

Sekarang begini, saat ini cuaca ekstrim melanda beberapa daerah. Bencana pun melanda
daerah-daerah tertentu hingga menyebabkan kerusakan, kehilangan harta benda bahkan korban
jiwa. Banyak juga orang yang terserang penyakit tertentu. Banyak bahkan terdengar suara tudingan,
saling menyalahkan (baca : Blame) sebagai penyebab dari keadaan ini. Pertanyaannya adalah jika
terus terusan seperti itu reaksinya, kapan kita bisa melakukan perbaikan pada keadaan ini? Yang kita
perlukan disini adalah bersikap proaktif.

Bersikap proaktif adalah bagaimana kita menentukan sikap kita terhadap segala hal yang
terjadi di sekitar kita. Kita manusia memiliki akal untuk memilih bersikap negatif (baca : reaktif) atau
sebaliknya yaitu bersikap positif (baca : proaktif) terhadap keadaan sekeliling kita. Bersikap proaktif

11 | P a g e
adalah cara bagaimana kita mengendalikan hidup kita, bukan malah hidup kita yang mengendalikan
sikap kita.

Di bumi ini setiap yang kita lakukan pasti membawa hasil atau akibat. Hasil itu bisa berupa
hal negatif maupun positif. Begitu pula pada bencana. Bencana terjadi bukan karena Tuhan memang
berkehendak begitu saja, tetapi jika kita bercermin pada diri sendiri, mungkin saja hal tertentu telah
kita perbuat sehingga bencana bisa muncul. Seperti bencana banjir yang melanda suatu daerah
tertentu. Apakah kita akan menyalahkan keadaan dan bersikap reaktif terhadapnya.? tentu tidak
bukan? atau bersikap proaktif dengan belajar, menemukan pemecahan, serta solusi yang tepat agar
kedepannya tidak terulang kembali atau justru melakukan sesuatu yang lebih berdaya, misal dengan
‘Sahabat, Tanam lagi lebih banyak pepohonan sebagai penyangga banjir.!

Kebiasaan proaktif membahas bahwa kita lah secara sadar merupakan sumber motivasi
menuju perbaikan, kesuksesan kita masing – masing. Kitalah yang mengemudikan kemana kita akan
pergi. Kita jugalah yang bertanggung jawab atas keadaan yang terjadi di sekitar kita.

Dari sini, kita pasti dapat pahami apa yang seharusnya kita lakukan. Kita memilih pilihan
reaktif dan membiarkan keadaan berlarut larut tanpa pemikiran dan tindakan, atau  bisa bersikap
proaktif dan lanjutkan hidup kita dengan lebih berdaya. Dengan bersikap proaktif kita telah
kendalikan hidup kita dengan bersikap sesuai dengan hati nurani kita sebagai makhluk sempurna.

Inti dari sikap proaktif adalah dua hal, yaitu pertama kita bertanggung-jawab terhadap
kehidupan kita baik dalam diri kita (baca : Internal) maupun dimanapun kita berada (baca :
eksternal), dan kedua adalah dengan bersikap optimis dan berkata “kita bisa”. Hal ini sesuai dengan
kalimat “orang-orang yang berprestasi jarang duduk-duduk menantikan segalanya terjadi pada
mereka. Mereka berbuat dan menjadikan semuanya terjadi. Orang-orang yang berhasil dalam dunia
ini adalah orang-orang yang bangkit dan mencari keadaan yang mereka inginkan, dan apabila tidak
menemukan keadaan tersebut, mereka akan menciptakannya.”. ketahui sahabat bahwa orang orang
berdaya selalu bersikap proaktif, seperti saya, melalui tulisan ini ingin rasanya mengajak para
sahabat bersikap lebih cerdas dan menuju perubahan, dimulai dari hal kecil  yang dapat kita lakukan.

Dalam tayangan anak bangsa itu seorang gadis itu terlihat kecewa saat mendengar
keputusan si pria. Terlihat jelas kekecewaannya dengan berkata “aku kecewa pada keputusanmu”. Si
pria dengan susah payahnya memberi pengertian dan menjelasan, namun ia tetap saja dalam
kekecewaan. Pertanyaannya, jika kecewa adalah salah satu bentuk dari perasaan, dan bukankah
perasaan tidak hanya kecewa saja, artinya dia lah yang memilih untuk merasa kecewa, bukan?. Ya,
Lalu pilihan lain dikemanakan?

E.DAMPAK SIKAP PROAKTIF DAN REAKTIF


Seseorang yang memiliki sikap proaktif tentu sangat bermanfaat pada kualitas hidupnya.
Proaktif di sini adalah bertindak aktif namun tetap mengacu kepada nilai-nilai yang diyakininya.
Tapi perlu disadari bahwa segala tindakan yang dilakukan memiliki konsekuensi yang harus
dihadapi dimasa mendatang. Karena kita tahu bahwa setiap tindakan itu memiliki konsekuensi.
Sikap Proaktif Seperti Menjemput Bola
Sikap proaktif disini sama seperti menjemput bola. Misalnya adalah pada waktu pelayanan
bisnis anda pada pelanggan. Anda seharusnya berani menyapa pelanggan lebih dulu seperti
dengan kalimat “Ada yang bisa kami bantu?”. Kalimat ini adalah kalimat proaktif, sebelum tamu
atau pelanggan meminta bantuan, Anda telah menawarkan terlebih dahulu.

12 | P a g e
Sikap proaktif inilah yang bisa membuat anda menjemput peluang yang ada pada anda.
Istilah ini disebut dengan sikap menjemput bola. Jika anda melakukannya, maka anda seperti
menjemput bola dalam hal ini adalah menjemput peluang yang datang kepada kita.
Mengapa Perlu Proaktif?
Mengapa kita memerlukan sikap proaktif ini? Karena tidak ada bisnis apapun yang tidak
menghadapi kompetisi, selalu ada persaingan. Sehingga untuk memenangkan persaingan itu maka
diperlukanlah sikap proaktif ini. Nah, berikut adalah beberapa alasan mengapa kita perlu bersikap
proaktif.

Sikap ini sangat diperlukan terutama pelayanan kepada pelanggan yaitu karena:

1.Kita perlu kecepatan dalam menjemput peluang. Karena jika kita tidak cepat maka akan di
dahului oleh kompetitor. Inilah yang perlu anda lakukan untuk menang dalam persaingan.

2.Kebutuhan pelanggan berubah atau meningkat dari waktu ke waktu sehingga apabila kita
tidak aktif mencari tahu kondisi pelanggan, akan kehilangan kesempatan untuk dapat
memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan.

3.Pelanggan senang dihargai dan dianggap penting bagi perusahaan, hal ini dapat ditunjukkan
dengan kesukaan mereka apabila dilayani dengan baik dan diperhatikan kebutuhannya karena
kita aktif terhadap pelanggan. Ingat, kalau pelanggan sudah menyukai pelayanan kita maka
pelanggan akan setia pada anda dan perusahaan anda.

4.Seperti halnya peluang atau pasar potensial tidak akan bisa ditemukan tanpa adanya usaha-
usaha yang bersifat proaktif. Sebagai contoh seorang marketing, kalau tidak banyak turun ke
lapangan, tidak akan menemukan peluang pelanggan baru yang ternyata masih bisa digali di
lapanga
Seorang yang memiliki sikap proaktif, bebas melakukan tindakan apa saja namun tetap
mengacu kepada nilai-nilai yang diyakininya. Tapi perlu disadari bahwa segala tindakan yang
dilakukan memiliki konsekuensi yang harus dihadapi dimasa mendatang. Dengan kata lain,
bagaimana keadaan kita hari ini merupakan akibat dari keputusan yang kita ambil dihari
kemarin. Bila seseorang menyadari telah mengambil tindakan yang salah,kita harus segera
mengakuinya dengan sportif, lalu belajar dari kesalahan tersebut Hal yang paling penting dari
semua itu adalah kemampuan kita dalam mengambil semua konsekuensi yang ada. Lalu
membuat sebuah komitmen pada diri sendiri, dan memenuhinya.

Sikap hidup reaktif adalah sikap hidup yang berorientasi pada orang di sekitar,
dimana bukan saja orang di sekitar menjadi fokus utama perhatian kita tetapi juga menjadi
penggerak atau penyebab perilaku kita. Sudah tentu kita semua terpengaruh oleh kondisi
lingkungan dan tanggapan yang kita terima dari orang. Namun seyogianya di dalam jiwa yang
sehat, perilaku kita bukan saja dipengaruhi oleh sikap atau tindakan orang, tetapi juga oleh
pilihan pribadi yang kita ambil berdasarkan nilai yang kita miliki.
Singkat kata sikap reaktif memerlihatkan bahwa kekuatan dalam diri sesungguhnya lemah.
Akhirnya kita kurang proaktif atau berinisiatif dan cenderung ikut arus. Kita tidak tahu apa
yang kita inginkan atau tidak inginkan; kita hanya melihat sikap atau tindakan pasangan dan
memberi reaksi terhadap apa yang dilakukannya atau apa yang dipilihnya.
Dampa Reaktif k Pada Relasi

13 | P a g e
Tidak bisa tidak, sikap hidup reaktif memberi dampak yang besar pada relasi dengan sesama.
Jika kita hidup bersama pasangan yang reaktif, kita cenderung memunculkan reaksi berikut ini:
 Kita merasa BINGUNG sebab tindakannya tidak memunyai garis prinsip yang lurus atau
konsisten. Hal yang salah kemarin bisa tidak salah hari ini dan begitu pula sebaliknya, hal
yang benar kemarin bisa salah hari ini. Alasannya jelas: ia tidak mendasari reaksinya atas
pedoman tertentu yang diyakininya. Reaksinya lebih merupakan tanggapan terhadap apa
yang kita perbuat.
 Kita merasa FRUSTRASI sebab tidak mudah bagi kita berkomunikasi dengannya secara
terbuka. Sewaktu ia berbicara atau memberikan tanggapan kita berusaha menyimak dan
memeriksa diri. Sebaliknya sewaktu kita berbicara dan memberikannya masukan, ia sulit
menerima dan cenderung menyalahkan kita sebagai pencetus reaksinya. Singkat kata, tidak
mudah baginya untuk melihat andilnya dalam permasalahan sebab ia cenderung melihat kita
atau orang lain.
 Kita merasa TERLUKA sebab dalam kemarahan, pasangan yang reaktif cenderung
memunculkan letupan emosi yang kuat. Tidak jarang ia mengeluarkan perkataan yang tajam
menusuk hati. Kita merasa tak berdaya sebab jika kita lawan, maka ia akan makin bersikap
emosional.
 Akhirnya kita merasa LETIH DAN PUTUS ASA. Kita merasa semua usaha untuk memerbaiki
pernikahan berlalu dengan sia-sia. Kita pun lelah karena terus dituduh sebab penyebab
masalah tanpa dapat memberi penjelasan kepadanya. Dalam kondisi letih dan putus asa,
terbuka lebar keinginan untuk bersikap masa bodoh. Kita merasa percuma berusaha dan
memutuskan untuk lepas tangan.

14 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan pemabahasan di atas bisa di Tarik kesimpulan yaitu


1. Sikap reaktif adalah sikap seseorang yang gagal membuat pilihan respon
ketika mendapatkan rangsangan (stimulus). Sedangkan proaktif adalah
kemampuan seseorang untuk memilih respon. Sikap proaktif adalah sikap
seseorang yang mampu membuat pilihan dikala mendapatkan rangsangan
(stimulus).
2. reaktif adalah sifat cenderung, tanggap, atau segera bereaksi thd sesuatu yg
timbul atau muncul, . Proaktif bertolak belakang dengan reaktif. Bila reaktif
tidak mampu memilih respon atau tanggapan, bersikap langsung menyerang
tanpa pikir panjang.
3. Sesungguhnya Allah menyanyangi dan mengasihi orang yang penyabar atau
proaktif sedangkan Allah tidak suka dengan orang yang tidak sabar dan
malah membalas dengan cara yang lebih buruk atau bias di katakana sebagai
orang reaktif.
4. Kita sebagai manusia harus pintar pintar mengolah akal pikiran kita agar
setiap apa yang kita hadapi tidak menimbulkan masalah yang baru,Sesutu
yang negative yang kita hadapi lebih baik mengutamakan lihat sisi
positifnya dulu.
5. Sikap proaktif akan berdampak untuk kemajuan kelompok dan
perkembangan pribadi yang bertanggung jawab (karena didasari oleh
sistem nilai dan mengenal tanggung jawab masa depan), sedangkan sikap
reaktif tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Dampak dari sikap
reaktif hanya memperkeruh suasana, menghambat perkembangan diri dan
kelompok.
B. Saran
1. Gunakanlah ilmu yang kita dapat untuk hal yang positif
2. Ilmu yang kita dapat bukan hanya sekedar di ketahui tapi dapat di terapkan
dalam
Kehidupan bermasyarakat

15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

http://kesuksesan-hidup.blogspot.co.id/2009/09/perbedaan-antara-orang-yang-reaktif.html
http://Solusicerdas.com/blog/mau-proaktif-atau-reaktif
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081019190503AA3zQJK
https://richieshan.wordpress.com/2011/08/16/reaktif-vs-proaktif/
http://www.yunihartanta.com/?p=390
http://shucyd.blogspot.co.id/
http://ikhtisar.com/jadilah-orang-proaktif-untuk-sukses/
https://www.islampos.com/jadilah-proaktif-tinggalkan-reaktif-2083/

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai