Anda di halaman 1dari 5

Upaya Guru dalam Menanggulani Siswa Remaja yang Merokok

dengan Menerapkan Managemen Diri


Istikana Maulida Muflihah
Universitas Sebelas Maret
Email: istikanamaulida@student.uns.ac.id

Masa remaja merupakan periode perkembangan selama individu


mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Karakteristik pada remaja yaitu adanya perkembangan fisik, perkembangan
psikososial, perkembangan kognitif, perkembangan moral, perkembangan
spiritual (Nisfianor, 2006). Teori perkembangan psikososial menganggap
bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya
identitas (Wong, 2006). Keadaan krisis psikososial yang dialami remaja salah
satunya ditandai dengan perilaku merokok yang di pelajari dari lingkungan
dan sebagai suatu simbol maskulin (Fagan, 2006).

Metode perubahan perilaku dapat di aplikasikan dalam pelatihan


manajemen diri. Manajemen diri adalah suatu strategi dalam merubah
perilaku melalui proses konseling sehingga dapat menghasilkan suatu kontrol
pada individu yang berasal dari dalam diri. Serta manajemen diri merupakan
teori perubahan perilaku yang menggabungkan antara teori behavioristik
dengan teori kognitif dengan strategi menggunakan konseling atau
mengarahkan perubahan perilaku remaja melalui suatu teknik terapeutik
(Marwi, 2012). Langkah dalam pelatihan manajemen diri diawali cara
mengamati diri, sendiri, menentukan masalah diri, hingga melakukan
tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah (Setiawan,
Sedanayasa & Suranata, 2013).

Pelatihan dapat diberikan dengan melakukan pendekatan psikologis


pada diri sendiri salah satunya adalah choiche theory yang dikemukakan oleh
William Glasser (Mariyanti. 2014). Wubbolding (2000) menyatakan bahwa
choice theory sangat membantu individu dalam menentukan suatu metode
rekoveri yang menyehatkan dengan mengeksplorasi WDEP (W=Want,
D=Direction and Doing, E=Evaluation, P=Plan), bagaimana individu tersebut
mampu memenuhi lima kebutuhan dasar mereka melalui pertanyaan apa yang
Artikel Bimbingan Konseling. 22 November 2020

mereka lakukan, inginkan, evaluasi diri, dan rencanakan sebagaimana


individu memilih perilaku yang efektif.

Teknik pertama yakni Want merupakan suatu tahapan dimana


Konselor melakukan eksplorasi terhadap harapan, kebutuhan presepsi
terhadap Konselir. Pada tahap ini dapat ditanyakan dengan keinginan apa
yang diingnkan konselir di masa mendatang dan mencatat setiap keinginan
konselir. Melalui pertanyaan yang diajukan konselor, seorang konselir
diharapkan dapat memahami apakah harapan mereka sejalan dengan
kebutuhan mereka saat ini. Pada tahap ini konselor bersikap hangat dan
menerima sehingga memungkinkan konselir untuk menjabarkan setiap hal
yang ia inginkan baik dalam keluarga, pertemanan atau pun di dalam
masayarakat. Pada penjelasan berikut akan menggunakan istilah konselor
sebagai guru atau pembimbing dan konselir sebagai siswa.

Teknik kedua yakni direction and doing yang menekankan pada


perilaku saat ini dan bukan pada masa lalu., meskipun suatu masalah bisa
berakar dari pengalaman masa lalu, namun konselir perlu belaja bagaimana
cara berdamai dengan masa lalunya dan menunjukkan perilaku yang lebih
baik untuk mencapai keinginannya. Kondisi masa lalu konselir boleh saja
didiskusikan apabila memang dibutuhkan. Pada sesi ini, konselor
mendiskusikan dengan konselir mengenai apa saja tujuan hidup mereka, apa
yang akan mereka lakukan, dan kemana hidup mereka akan berjalan dengan
perilaku yang mereka tunjukkan saat ini. Seorang Konselor dapat bertanya,
“Apa yang anda lihat pada diri anda saat ini? Bagaimana masa depan anda?”.

Teknik ketiga yakni evaluation adalah inti dari tahap WEDP ini
karena bertujuan untuk membantu konselir mengevaluasi perilakunya.
Dengan menjawab pertanyaan dari “Apakah perilaku anda saat ini cukup
rasional untuk membawa anda ke keinginan anda?”, “Apakah perilaku anda
dapat mewujudkan apa yang menjadi keinginan anda?”.Konselor pada
tahapan ini dapat mengkonfrontasi konselir mengenai konsekuensi dari
perilakunya.
Artikel Bimbingan Konseling. 22 November 2020

Teknik ke empat , planning and comitment adalah ketika konselir


sudah dapat menentukan apa yang mereka inginkan dan siap untuk
mengeksplorasi bentuk-entuk perilaku yaang dapat membawa mereka ke
tujuan yang mereka inginkan, maka sudah waktunya melakukan aksi. Namun
dalam membuat perencanaan perilaku perlu beberapa hal yang harus
diperhaatikan yakni:

1. Pembuatan rencana perilaku harus memperhatikan kapasitas motivasi


dan kemampuan dari setiap konselir. Seorang konselor yang terlatih
dapat membantu konselir untuk membuat perencanaan yang
memuaskan kehidupannya. Konselor misalnya dapat bertanya kepada
konselir, “rencana seperti apa yang harus anda buat agar anda lebih
puas dengan hidup anda?”
2. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang sederhana dan
mudah dimengerti. Perencanaan perilaku harus bersifat spesifik,
konkrit, dapat diukur, dan harus fleksibel atau dapat diubah-ubah
ketika konselir sudah memahami perilaku apa yang sebenarnya ingin
diubah.
3. Perencanaan yang dibuat haruslah berdasarkan pada persetujuan
konselir.
4. Konselor harus mendorong konselir untuk membuat perencanaannya
sendiri
5. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang bersifat repetitif dan
dilakukan setiap hari
6. Perencanaan harus dilakukan sesegera mungkin.
7. Perencanaan yang baik meliputi aktivitas yang bersifat process
centered, misalnya : konselir dapat memiliki rencana untuk melamar
pekerjaan, menulis surat untuk teman, masuk klub yoga, makan
makanan bergizi, dan berlibur.
8. Sebelum konselir melakukan perencanaan, ada baiknya jika konselir
diminta untuk mengevaluasi perencanaan yang dibuat, apakah
perencanaan tersebut sudah realistis.
Artikel Bimbingan Konseling. 22 November 2020

9. Untuk memastikan bahwa konselir akan melaksanakan rencana yang


sudah dibuat, maka konselir harus membuat pernyataan secara
tertulis.

Berdasarkan tahapan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa garis


besarnya adalah WDEP (wants, direction and doing, evaluation, dan
planning and comintment). Saat memasuki tahap planning and comitment,
seorang konselor juga harus memperhatikan 9 hal tersebut agar konselir dapat
membuat suatu perencanaan yang realistis, spesifik, mudah dimengerti, dan
dapat segera dilaksanakan. Untuk memperoleh implikasi yang baik maka
pertu adanya untuk tetap menjaga quality word yang sudah terbentuk dengan
tidak mendukung objek rokok, sehingga siswa dapat melaksanakan hasil
penyususnan WDEP yang lebih efektif lagi. Pihak sekolah dan guru, dapat
menggunakan intervensi psikologis dengan pendekatan choice theory dalam
memberikan treatment kepada siswa yang memiliki masalah permasalahan
tertentu khususnya perilaku merokok.

DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi
(terjemahan). Bandung : PT Refika Aditama terjemahan dari buku
Corey, Gerald. (1996). Theory and Practice of Counseling and
Psychoterapy 5th edition. USA : International Thomson Publishing
Inc
Fagan.(2006). Psikologi Remaja. Jakara: PT Gramedia.

Latipun, (2008). Psikologi Konseling (3). Malang : Penerbitan Universitas


Muhammadiyah Malang
Mariyanti, Lely ika. (2014). Pelatihan Manajemen Diri dengan Pendekataan
Chice Theori untuk Menurunkan Kcenderungan Merokok Pada
Remaj. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan,2(1)

Nisfiannor. (2006). Identity Achievement dengan Intiminacy pada Remaja


SMA. Jurnal Provitae.

Marwi IT, Sutijono. (2012) Penggunaan strategi pengelolaan diri (self-


management) untuk mengurangi tingkat kemalasan belajar pada siswa
Artikel Bimbingan Konseling. 22 November 2020

kelas VIII E MTS Al-rosyid dander bojonegoro. Jurnal Psikologi


Pendidikan dan bimbingan; [internet]. 2012. [diambil tanggal 03
Januari 2016] dari: http://www.scribd.com/doc/189876824.

Puspitasari, Helda., Wuryaningsih, Emi.,& Rifai, Ahmad. (2017). Pengaruh


Pelatihan Menajemen Diri terhadap Perilaku Merokok pada Remaja
di SMK Negeri 2 Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Jurnal
Pustaka Kesehatan,5(1)

Potter PA, Perry AG.(2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,


proses, dan praktik.(4). Jakarta: EGC.

Setiawan, Sedanayasa, Suranata. (2013) Penerapan konseling behavioral


dengan strategi self management untuk meningkatkan kemandirian
dalam mengambil keputusan siswa X5 SMA Negeri 2 Singaraja
Tahun Pelajaran 2012/2013. E-Journal Undiksha. [diambil tanggal 6
april 2015] dari:
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJBK/article/view/766
Wubbolding, R. (2000). Using Reality Therapy. New York : Harper & Row
Wong DL.(2006) Buku ajar keperawatan pediatric(6). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai