Anda di halaman 1dari 2

Pertanyaan Jesica

“Bagaimana yang dimaksud dengan masalah berada dalam daerah perkembangan proksimal?

Jawab :

Saya Futridesy Angraini dengan NIM 193010206020 ingin menjawab pertanyaan saudari Jesicca.

Daerah perkembangan proksimal (ZPD) adalah daerah yang terletak diantara kemampuan saat ini
dan kemampuan potensial dari siswa. Ingat, kemampuan potensial memiliki arti kemampuan yang
memiliki kesempatan berkembang. Untuk sampai pada kemampuan potensial ini diperlukan
bantuan atau arahan baik dari orang tua, guru , maupun teman sebaya yang memiliki keahilan atau
pengetahuan yang lebih tinggi. Agar lebih mudah membayangkan, Jesica dapat melihat lagi pada
slide ke-8, disitu terdapat sketsa grafik sederhana dimana ditengah” garis kemampuan saat ini dan
kemampuan potensial itu terdapat daerah ZPD . Sebagai contoh sederhana, misalnya Jesica
mendapatkan soal cerita yang di dalam penyelesaiannya mengarah pada eliminasi dan substitusi,
kamu tahu dan cukup menguasai cara eliminasi dan substitusi tetapi kamu bingung bagaimana cara
membentuk soal cerita tersebut sedemikian rupa agar kamu bisa menggunakan penyelesaian
eliminasi dan substitusi di dalamnnya. Nah, pada saat inilah kamu memerlukan arahan dari dosen
atau teman yang lain sehingga akhirnya kamu dapat menjawab soal tadi. Jadi, masalah dalam daerah
perkembangan proksimal adalah suatu masalah yang tidak terlalu mudah juga tidak terlalu sulit
tetapi memiliki kemungkinan dapat diselesaikan oleh siswa dengan kemampuan saat ini yang ia
miliki dengan bimbingan dari guru, dosen atau teman sebaya, dimana setelah berhasil
menyelesaikannya siswa tersebut sampai pada kemampuan potensialnya. Terima Kasih.

Pertanyaan Tino

Kapan sebaiknya masalah matematika diperkenalkan pada murid? Mengapa ?

Jawab :

Saya Futridesy Angraini dengan NIM 193010206020 ingin menjawab pertanyaan dari saudara
Florentino. Menurut pendapat saya sebaiknya masalah matematika sudah mulai diperkenalkan
kepada murid sejak berusia 7 tahun atau kelas 1 SD, namun tentunya dengan tingkat kesulitan soal
yang rendah misal masalah sederhana seperti “Tino memiliki 5 buah kelereng kemudian Tino
memberikan 2 kelereng kepada adiknya, kelereng Tino menjadi sebanyak ... kelereng.”

Mengapa ? Karena pada usia dan kelas ini murid sudah bisa sedikit membaca, juga tentu sudah
diajari dan mengenal mengenai angka, penjumlahan dan pengurangan, sekalipun umumnya murid
masih lebih cepat paham apabila diperagakan menggunakan suatu objek. Pada kondisi ini, Guru yang
membimbing sudah mulai bisa mengkaitkan materi dengan kondisi nyata kehidupan sehari-hari dan
murid dapat menerimanya pelan-pelan dengan bimbingan. Tetapi memang pada usia ini seringkali
banyak anak yang masih belum lancar membaca sehingga kesulitan dalam menyelesaikan masalah
matematika, mereka sangat perlu bantuan untuk dibacakan soalnya kemudian dibimbing tahap demi
tahap untuk sampai pada jawaban, memang kita jadinya perlu mengeluarkan effort atau upaya
membimbing yang lebih besar apabila mulai memperkenalkan masalah matematika untuk murid
pada usia ini. Tetapi semakin cepat anak dikenalkan dengan suatu masalah matematika dan mampu
pelan-pelan menyelesaikannya dengan bimbingan maka semakin bagus, anak menjadi seseorang
yang cerdas serta terlatih sejak dini dengan pola pikir yang terbuka, kritis, logis, dan kreatif.
Semakin meningkat usia dan kelas murid tersebut maka semakin mampu pula ia menyelesaikan
masalah matematika dengan pengetahuan dan kemampuan yang ia miliki. Murid berusia 8 tahun
lebih meningkat lagi cara berpikirnya dibandingkan ketika ia masih berada pada kelas 1 berumur 7
tahun, pada saat ini bentuk masalah matematika yang diberikan juga semakin meningkat
kesulitannya menyesuaikan dengan daerah perkembangan proksimal murid tersebut, begitu pula
dengan murid berumur 9, 10, 11 dan seterusnya. Semakin tinggi tingkat usia dan kelas maka
semakin banyak pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki serta semakin banyak pula kesempatan
murid tersebut mencapai kemampuan potensialnya untuk itu masalah matematika yang diberikan
juga meningkat kesulitannya. Tetapi yang juga perlu diingat bahwa setiap anak memiliki
kemampuan kognitif yang berbeda-beda sekalipun mereka berada dalam tingkat kelas yang sama.
Untuk itu guru sangat perlu memperhatikan sekiranya soal masalah matematika seperti apa yang
dapat diselesaikan oleh muridnya dengan kemampuan yang dimiliki saat ini dan ketika berhasil
diselesaikan, hal tersebut mengarahkan murid pada tercapainya kemampuan potensialnya, serta
tentunya guru perlu memiliki prinsip “ membantu yang bisa untuk menjadi semakin bisa dan
membantu yang masih kurang bisa untuk menjadi bisa”. Terima kasih

Pertanyaan Fita

Bisakah kalian jelaskan dari tujuan siswa memecahkan suatu masalah matematika?

Jawab :

Saya Futridesy Angraini dengan NIM 193010206020 ingin menjawab pertanyaan dari saudari Fita,
tujuan siswa memecahkan suatu masalah matematika umumnya adalah untuk memenuhi tugas
sekolah, tetapi tujuan yang tercapai tidak hanya semata-mata memenuhi tugas tersebut. Melalui
siswa memecahkan masalah matematika mereka akan sampai pada tujuan lainnya, dimana siswa
mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya, keterampilan intelektualnya menjadi lebih
tinggi, memahami bagaimana karakter diri sendiri ketika dihadapkan pada suatu masalah
matematika yang tidak jauh beda dengan masalah sehari-hari. Tujuan lain yang juga ikut tercapai
diantaranya :

1. siswa menjadi lebih memahami konsep matematika yang diajarkan sebab mereka sendiri
yang menemukan konsep tersebut.
2. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran matematika sebab masalah matematika yang
diselesaikan seringkali berkaitan dengan kehidupan nyata.
3. terlatihnya kemampuan menyeleksi dan menggunakan strategi-strategi penyelesaian
masalah.
4. siswa terlatih pula keterampilan menganalisisnya, keterampilan menggabungkan bagian-
bagian menjadi susunan baru, keterampilan mengenal dan memecahkan masalah
matematika, keterampilan menyimpulan sesuatu, bahkan keterampilan
mengevaluasi/menilainya.

Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai