Anda di halaman 1dari 9

JURNAL ISSN 2655-8823 (p)

VOLUME 3 NOMOR 2 HALAMAN 210 - 218


KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

INOVASI SOSIAL PADA PRAKTIK KEWIRAUSAHAAN SOSIAL


DI YAYASAN AL-BAROKAH KOTA BANJAR

Hery Wibowo
Pusat Studi CSR, Kewirausahaan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, Universitas Padjadjaran
E-mail: herywibowo@unpad.ac.id

Meilanny Budiarti Santoso


Pusat Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran
E-mail: meilanny.budiarti@unpad.ac.id

Silvi Alpera Setiawan


Program Studi Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Padjadjaran
E-mail: silvi18004@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK
Inovasi sosial adalah merupakan proses dan hasil dari kegiatan yang dilakukan dalam kewirausahaan.
Berbagai kalangan mulai memperbincangkan konsep kewirausahaan sosial sebagai solusi inovatif dalam
menyelesaikan permasalahan sosial. Kewirausahaan sosial memiliki berbagai makna dan perspektif, itu
berarti makna yang berbeda dan hal yang berbeda untuk orang-orang di tempat yang berbeda. Adanya
yayasan Al Barokah menjadikan salah satu kewirausahaan sosial yang menyelesaikan permasalahan anak
yang terjadi selama ini khususnya di daerah Lembur Balong Kota Banjar. Artikel ini bertujuan untuk
mengungkap praktik inovasi sosial dalam praktik kewirausahaan sosial yang dilakukan oleh Yayasan Al-
Barokah. Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan teknik
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Lembaga atau
Yayasan AL-Barokah memiliki inovasi sosial dalam praktik kewirausahaan sosial untuk mempertahankan
dan mengembangkan kelembagaannya. Yayasan AL-Barokah telah mampu menjalankan kegiatan
operasional lembaga dengan menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan sosial, pengelolaan berbasis
inovasi, melakukan upaya penciptaan nilai dan membangun usaha mandiri untuk mendukung operasional
aktivitas lembaga.

Kata kunci: inovasi sosial, kewirausahaan sosial, pelayanan sosial

PENDAHULUAN pendidikan, tata kelola pemerintahan dan


Hari ini, dunia memasuki era disruptif, tidak terkecuali sektor pelayanan sosial.
yaitu era dimana perkembangan begitu Dolgoo dan Feldstein (2003) dalam
cepat, perubahan begitu masif sehingga (Fahrudin, 2014) menjelaskan bahwa
setiap individu, organisasi dan perusahaan pelayanan sosial adalah kegiatan-kegiatan
harus melakukan penyesuaian diri (Kasali, yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
2017). Tuntutan untuk berkreativitas dan kesejahteraan sosial. Senada dengan
berinovasi untuk mempertahankan pendapat tersebut, (Hardina, Middleton,
kelangsungan organisasi, pada era disrupsi Montana, & Simpson, 2007) menjelaskan
ini sering dikenal juga dengan ekonomi bahwa organisasi pelayanan sosial adalah
oranye (Restrepo & Marquez, 2015). Hal unit yang memiliki metode tata kelola
ini mempengaruhi hampir ke seluruh serta struktur organisasinya sendiri.
sektor, seperti bisnis, perdagangan, Mereka menyediakan barang-barang,

210
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 3 NOMOR 2 HALAMAN 210 - 218
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

layanan, atau konseling kepada klien determination of a private sector buiness”.


sebagai misi utamanya. Salah satu Sejumlah ciri utama dari social enterprise
tantangan organisasi pelayanan sosial adalah bahwa unit atau institusi tersebut
adalah bahwa mereka membutuhkan dana memiliki tujuan atau target sosial dan
operasional dari individu ataupun yayasan bukan hanya itu, mereka pun
dan mungkin dari pemerintah, karena menggabungkan metode-metode bisnis
kebanyakan lembaga pelayanan sosial dan sosial (Dees, Emerson, & Economy,
tidak memberlakukan tarfi untuk 2001). Implikasinya, lembaga menjadi
pemberian layanan sosialnya. lebih memiliki autonomi dalam berkreasi
Konsekuensinya adalah bahwa, selalu menjalankan pelayanannya serta
dibutuhkan pemikiran terbaik untuk terus operasional organisasianya.
menjamin keberlangsungan operasional Menjalankan sebuah unit organisasi
dan terjaminnya pemberian layanan bermisi dan bervisi sosial tentu tidak
terbaik organisasi kepada klien. Tuntutan mudah. Ciri utama dari aktivitas ini,
untuk meningkatkan kualitas layanan menurut (Light, 2008) ada empat yaitu
sosial sebaik-baiknya adalah keniscayaan. kewirausahaan (entrepreneurship), ide
Suharto (2017) menyatakan bahwa hanya (kreativitas dan inovasi), peluang
lembaga pelayanan sosial yang terbaik (opportunity) dan organisasi. Dengan
sajalah yang mampu bertahan (survival of demikian, inovasi memegang peranan
the fittest). penting dalam mendukung bertahan dan
Dengan melihat perkembangan tumbuh kembangnya unit organisasi
masyarakat yang semakin membutuhkan bervisi sosial. Kewirausahaan sosial
sistem pelayanan sosial yang melekat mengacu pada aktivitas kreatif dan inovatif
sebagai bagian dari sistem masyarakat itu yang salah satunya didorong oleh
sendiri, serta tuntutan profesionalisme keharusan untuk bertahan di tengah
para pekerja sosial dalam melaksanakan tantangan zaman. Kewirausahaan sosial
pelayanan sosial, dapatlah dikemukakan adalah sebuah aktivitas yang ditandai oleh
beberapa karakteristik yang seharusnya dorongan yang kuat untuk manfaat sosial,
melekat pada pelayanan sosial dewasa ini, dalam praktiknya menggunakan orientasi
seperti yang dikemukakan oleh Wibawa kewirausahaan, serta cenderung terikat
dkk. (2019) yaitu: (1) Di dasarkan pada dengan konteks sosial di mana aktivitas
nilai sosio-budaya dan agama masyarakat, tersebut dilakukan (wibowo, 2015). Trend
(2) Adaptif terhadap perubahan praktik kewirausahaan sosial yang
masyarakat, (3) Berfungsi memperkuat, semakin marak, antara lain dipacu oleh
mendukung dan/atau menggantikan fungsi kecenderungan baru pada sektor sosial
dan struktur lembaga sosial tradisional, (4) seperti berikut ini (Dees, 2001 dalam
Ditekankan pada upaya pencegahan (wibowo, 2015) yaitu: (1) Terjadi
(preventif) serta (5) Voluntary. peningkatan perhatian pada efektivitas dari
Maknanya seluruh sektor perlu selalu program-program tradisional pemerintah,
beradaptasi dan menyesuaikan diri. Pada ataupun pendekatan karitas untuk
sektor sosial, sejumlah institusinya memenuhi kebutuhan sosial, (2) Pencarian
bermigrasi menjadi social enterpirse solusi yang lebih inovatif untuk perbaikan
seperti yang diuraikan oleh Alter (2007) yang berkelanjutan dan (3) peningkatan
dalam (Ridley-Duff & Bull, 2011) sebagai keterbukaan terhadap uji coba program
berikut: “a social enterprise is any berbasis pasar dan pemanfaatan strategi
business venture created for a social bisnis bagi sektor sosial. Wajar kiranya
purpose - mitigating/reducing a social ketika semakin banyak organisasi sosial
problem or a market failure – and to berusaha membangun inovasi demi
generate social value while operating with kelanjutan dan keberlangsungan usaha dan
the financial discipline, innovation and layanan sosialnya.

211
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 3 NOMOR 2 HALAMAN 210 - 218
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

Berbeda dengan usaha bisnis, usaha praktiknya kewirausahaan sosial dapat


sosial berupaya mencapai peningkatan dilakukan oleh organisasi nirlaba. Artikel
ekonomi komunitas atau kelompok yang ini bermaksud memaparkan hasil
kurang beruntung (Morato, 1994). Seiring penelitian yang dilakukan terhadap inovasi
perkembangan zaman skema pelayanan sosial pada kewirausahaan sosial yang
sosial semakin berkembang menjadi social dilaksanakan oleh warga Lembur Balong
enterprise, yang menurut (Payne, 2016) Kota Banjar salah satu contoh praktik
“adalah sebuah elemen baru yang penting inovasi sosial dan kewirausahaan sosial di
dalam teori pembangunan sosial dan Kelurahan Pataruman Kecamatan
digunakan di negara-negara Barat yang Pataruman, yaitu inovasi sosial dan
maju.” Adapun tiga karakteristik utama kewirausahaan sosial pada Yayasan Al-
dari social enterprise menurut Ashton Barokah Kota Banjar.
(2010 dalam (Payne, 2016) adalah: (a)
Tujuan bisnis yang menggabungkan tujuan METODE PENELITIAN
sosial sebagai prioritas penting, (b) Laba di
Tujuan dari penelitian ini yaitu
daur ulang guna mendukung tujuan sosial,
mengupas praktik inovasi sosial dan
daripada sekedar dibayar sebagai deviden
kewirausahaan sosial Yayasan Al-Barokah
wirausaha, (c) Membangun bisnis daripada
di Kelurahan Pataruman, Kota Banjar.
layanan amal atau umum.
Metode penelitian yang digunakan dalam
Lebih lanjut, pada konteks penelitian ini yaitu metode kualitatif.
kewirausahaan sosial dan praktik social Untuk mendapatkan data yang diperlukan
enterprise, (Dees, Emerson, & Economy, dalam penelitian ini menggunakan
2001) menjelaskan bahwa inovasi adalah beberapa teknik pengumpulan data yang
mengimplementasikan cara atau metode terdiri dari wawancara mendalam,
baru dan lebih baik untuk mencapai target observasi non partisipasi dan studi
yang bernilai, dan secara khusus bagi dokumentasi. Sumber data dalam
pelaku wirausaha sosial yaitu memberikan penelitian ini yaitu data primer dan data
layanan sosial yang baru dan lebih baik sekunder. Sumber data primer diperoleh
dari sebelumnya. Terkait bentuk inovasi dari para pengelola yayasan dan tokoh
pada praktik kewirausahaan sosial, dapat masyarakat setempat. Informan yang
berupa satu atau lebih bentuk berikut ini menjadi sumber data primer tersebut yaitu
(Dees, Emerson, & Economy, 2001): (1) terdiri dari ketua yayasan, dewan guru
Produk, layanan atau program yang baru yayasan, dan tokoh masyarakat. Untuk
dan berbeda dari sebelumnya, (2) Strategi data sekunder, diperoleh dari dokumen
atau metode yang baru dan berbeda dari pribadi yayasan al barokah, laporan hasil
sebelumnya. (3) Pasar yang baru untuk penelitian terdahulu. Tahapan analisis data
dilayani, (4) Sumber tenaga kerja yang dalam penelitian ini secara bertahap
baru, (5) Struktur organisasi baru yang dimulai dari tahap reduksi data, tahap
ditujukan untuk efisiensi yang lebih baik display data dan tahap penarikan
dalam berkinerja, (6) Interaksi dan jalinan kesimpulan.
ikatan baru dengan mitra baru, (7) Sumber
pendanaan baru.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep inovasi sosial selama beberapa
dekade telah berkembang dan sebagian Kebutuhan untuk berinovasi
besar dikaitkan dengan kewirausahaan adalah sebuah keniscayaan bagi
sosial. Hal ini disebabkan karena dari organisasi agar dapat tumbuh dan
berbagai literatur dan riset disebutkan berkembang seiring perubahan dalam
bahwa inovasi sosial merupakan proses lingkungan mereka. Inovasi dimaknai
dan hasil dari kegiatan yang dilakukan sebagai kelanjutan dari penemuan dan
dalam kewirausahaan sosial. Dalam kegiatan sosial merupakan penciptaan

212
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 3 NOMOR 2 HALAMAN 210 - 218
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

nilai. Dalam penciptaan nilai tersebut, yang lebih baik (Widiastusy et al., 2011).
inovasi harus secara signifikan mampu Lebih lanjut Mort & Weerawardena (2003)
memberikan nilai tambah bagi pencapaian berpendapat bahwa seorang wirausaha
kesejahteraan, yang direpresentasikan sosial mencari cara yang inovatif untuk
pada layak jual (diterima pasar) atau memastikan bahwa usahanya akan
tidaknya produk ataupun jasa inovatif memiliki akses terhadap sumber daya yang
tersebut (Nasution & Kartajaya, 2018) dibutuhkan selama mereka dapat
Menurut Saiman (2011), inovasi terjadi menciptakan nilai sosial. Hal ini sejalan
karena perasaan tidak puas terhadap dengan pendapat Lewis et al. (1991)
kondisi dan situasi yang ada serta adanya bahwa pengelolaan lembaga pelayanan
peluang untuk memperbaiki keadaan dan sosial, memerlukan keterampilan
inovasi dijadikan sebagai alat (tools), manajerial yang baik dan mumpuni.
bukan suatu tujuan, karena tujuan dari Dees 1998 (dalam Dhewanto, 2013)
suatu inovasi adalah perubahan atau menjelaskan bahwa definisi
perbaikan dari kondisi yang ada agar kewirausahaan sosial harus mencakup dan
menjadi lebih baik, namun demikian, tidak menekankan pada penciptaan nilai
semua perubahan yang terjadi dapat (creating value), inovasi (innovation),
dikatakan sebagai suatu inovasi. Mckeown perubahan agen (agent/social change),
(2008) dalam (Ancok, 2012) menjelaskan mengejar peluang (opportunity) dan penuh
bahwa inovasi adalah suatu bentuk sumber daya (resourcefullness).
perubahan dari sesuatu hal, baik yang Okpara dan Halkias (2011)
bersifat inkremental (sedikit demi sedikit), mengemukakan bahwa kewirausahaan
maupun perubahan yang radikal. sosial adalah proses menciptakan nilai
Inovasi sosial sangat berkaitan dengan sosial dengan menggabungkan sumber
kewirausahaan sosial. Inovasi sosial adalah daya yang terfokus untuk mengejar dan
pondasi bagi seorang wirausaha sosial mencari kesempatan. Untuk dapat
dalam menjalankan bisnis atau kegiatan menciptakan nilai sosial, dapat dilakukan
sosialnya untuk mencari kesempatan, dengan melihat kebutuhan yang belum
memperbaiki sistem, menemukan terpenuhi, selanjutnya dalam proses ini
pendekatan baru serta menciptakan solusi melibatkan adanya produk dan jasa yang
terhadap permasalahan untuk menciptakan dihasilkan tetapi juga dapat dilihat pada
perubahan terhadap lingkungan sosial adanya pesan organisasi baru.

213
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 3 NOMOR 2 HALAMAN 210 - 218
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

Diagram 1
Komponen Pembentuk Kewirausahaan Sosial

sumber: Opkara & Halkias (2001)

Pada diagram 1 tambak berbagai AHU-0034749.AH.01.04 Tahun 2015.


komponen pembentuk kewirausahaan Yayasan Al-Barokah menempati lahan
sosial yang merupakan fungsi dari lebih dari 300 meter dan memiliki
inovasi, kepemimpinan, kesempatan, sejumlah gedung utama, seperti ruang
profitabilitas, penciptaan nilai dan kantor, ruang kelas, ruang pengajian
manfaat sosial. Okpara dan Halkias dan lain-lain. Namun demikian belum
(2011) dalam Dhewanto dkk. (2013) semua kelas yang digunakan untuk
mengemukakan bahwa kewirausahaan kegiatan belajar mengajar, memiliki
sosial adalah proses menciptakan nilai kelengkapan belajar seperti kursi bagi
sosial dengan menggabungkan sumber siswa untuk duduk dan menghadap ke
daya yang terfokus untuk mengejar dan depan kelas, sehingga seringkali mereka
mencari kesempatan. Sebuah usaha duduk di lantai untuk mengikuti
sosial akan mampu bertahan dan pengajian/pembelajaran lainnya.
berkembang jika mampu menyesuaikan Adapun sejumlah fasilitas lainnya,
diri terhadap perubahan lingkungan. seperti mesjid, sudah memiliki
Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah kelengkapan yang baik untuk
Lembur Kalong Kota Banjar merupakan kenyamanan beribadah seperti karpet,
sebuah lembaga pelayanan sosial yang sajadah, ventilasi, serta penerangan
bergerak dalam bidang pendidikan anak yang baik juga sound system.
dengan legitimasi dari Kementrian Sejumlah upaya terus dilakukan
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor oleh pengurus dan pengelola yayasan

214
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 3 NOMOR 2 HALAMAN 210 - 218
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

untuk dapat terus mengoperasikan mengidentifikasi isu-isu sosial yang


organisasianya serta memberikan penting dalam masyarakat,
layanannya. Upaya untuk menambah melakukan sesuatu yang realistis,
tenaga pengelola dan pendidik di terjangkau dan menguntungkan
Lembaga juga terus dilakukan, untuk bagi masyarakat. Aspek Peluang
meningkatkan kualitas pembelajaran (Opportunity) di dalam lembaga
bagi anak-anak santri pada khususnya atau yayasan Al-Barokah sendiri
dan anak-anak di sekitar lokasi pada adalah para pendiri melihat pada
umumnya. Adapun salah satu inti dari anak-anak yang menjadi terlantar
layanan pendidikan agamanya adalah akibat tidak adanya sosok orang tua
belajar membaca dan menghafal Al atau keluarga dan peduli akan sikap
Qur’an. dan akhlak mereka. Maka dari itu
Berbasis konsep kewirausahaan sosial lembaga menggunakan kesempatan
Okpara dan Halkias (2011), berikut isu tersebut dan dalam pemanfaatan
diuraikan praktik kewirausahaan sosial lahan atau optimalisasi lokasi yang
dari Yayasan Al-Barokah: telah diwakafkan oleh salah seorang
1) Innovation (inovasi); menggunakan warga di daerah lembur balong atas
solusi inovatif untuk memecahkan dasar untuk memfasilitasi anak-
masalah sosial masyarakat, inovasi anak belajar keagamaan, dengan
dengan menghasilkan produk, begitu lembaga dalam hal ini
layanan, atau sesuatu yang baru dan menggunakan kesempatan untuk
berbeda, atau pendekatan untuk terus mempertahankan suatu
melakukan hal-hal yang kelembagaan ini dengan agar dapat
bertanggung jawab secara sosial. terus menciptakan karakter anak
Salah satu inovasi yang dilakukan yang berakhlak sesuai dengan
lembaga yayasan al barokah kota ajaran agama islam, tentunya untuk
banjar adalah dalam kegiatan menjadi sosok penerus bangsa dan
mengajar di pesantren yayasan kebanggaan di masyarakat.
memberikan pembelajaran Maknanya, lembaga telah berhasil
pesantren khusus untuk anak yatim menggunakan peluang dengan
piatu, kemudian tidak hanya sangat baik demi kebermanfaatan
pembelajaran untuk yatim piatu atau sosial, yaitu optimalisasi lahan
anak-anak yayasan, melainkan wakaf (pemberian) untuk sarana
yayasan membuka lebar untuk pembelajaran dan pendidikan
siapapun yang ingin bersekolah di agama.
pesantren al-barokah ini. Kemudian 3) Leadership (kepemimpinan);
yayasan al barokah menjadikan menciptakan nilai-nilai sosial yang
sebuah masjidnya menjadi sebuah lebih baik bagi masyarakat dan
masjid Jami yang digunakan untuk terciptanya perubahan sosial yang
shalat jum’at juga untuk misinya adalah untuk
mengumpulkan masyarakat di mengembangkan masyarakat. Ketua
waktu tertentu. Hal ini tentu yayasan merupakan seseorang yang
merupakan layanan istimewa mempunyai dasar kepekaan dan
dimana lembaga tidak membeda- jiwa sosial yang sangat tinggi.
bedakan layanan pendidikan kepada Ketua selalu demokratis terutama
santri yatim piatu ataupun anak- dalam mengambil sebuah keputusan
anak di lingkungan sekitarnya. selalu di adakan rapat dengan
2) Opportunity (peluang); dewan guru dan pemangku jabatan

215
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 3 NOMOR 2 HALAMAN 210 - 218
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

lainnya. Terutama dalam umumnya.


kemaslahatan dan mengembangkan 6) Profitability (profitabilitas);
masyarakat sekitar, dengan begitu menggunakan dan memperoleh
akan tercipta perubahan sosial. pendapatan untuk memecahkan
Tanpa kepemimpinan yang baik, masalah sosial masyarakat.
diyakini lembaga akan sulit untuk Lembaga atau yayasan memiliki
dapat bertahan dan berkembangan, sebuah depot air sebagai salah satu
apalagi mengingat bahwa sumber penghasil pendapatan bagi yayasan
operasional usaha sedikit banyak sebagai arus pendapatan untuk
masih bersumber dari donasi mempertahankan sumber keuangan
eksternal. mereka. Hal ini merupakan inti dari
4) Value creation (penciptaan nilai); inovasi sosial yang dimiliki oleh
nilai-nilai, inovasi dan kesempatan. Yayasan, yaitu berkreasi dan
Adanya transformasi sosial dimana berinovasi untuk membangun divisi
terdapat perubahan yang akan ekonomi untuk menghasilkan
memecahkan masalah sosial keuntungan finansial bagi yayasan.
masyarakat. Yayasan memiliki Lembaga atau Yayasan AL-Barokah
sebuah keyakinan untuk berusaha memiliki inovasi sosial dan
selalu aktif, baik dalam segi kewirausahaan sosial dalam
pembelajaran, segi keorganisasian, mempertahankan dan mengembangkan
atau kegiatan kemasyarakatan. kelembagaannya. Adanya
Tentunya dengan berkegiatan di kepemimpinan yang efektif dan
masyarakat hal tersebut menjadi demokratis dalam rangka menciptakan
jalan untuk terciptanya nilai, perubahan sosial dengan
inovasi, dan kesempatan dalam mengembangkan masyarakat dan
pemecahan masalah sosial menciptakan sebuah inovasi untuk terus
masyarakat. Layanan pendidikan merangkul anak-anak yang ingin belajar
dalam hal ini adalah sesuatu yang keagamaan meskipun bukan yatim
selalu memiliki nilai sosial (social piatu, menunjukkan kegigihan Yayasan
values) pada masyarakat, khususnya Al-Barokah untuk menjadi lembaga
masyarakat Indonesia. Disaat yang adaptif terhadap perubahan yang
pendidikan dasar masih hanya terjadi. Dengan mengembangkan
memberikan pembelajaran inti dan kreativitas dan selalu aktif dalam
menyisakan banyak jam produktif berbagai kegiatan pembelajaran ataupun
bagi anak, maka sebuah kemasyarakatan menjadikan yayasan
unit/lembaga yang mampu Al-Barokah dapat melihat kesempatan
memberikan layanan pendidikan atau peluang untuk tetap
adalah sebuah kebermanfaatan mempertahankan dan terus
sosial yang besar. mengembangkan lembaga.
5) Social benefit (manfaat sosial); Dari peluang yang diperoleh,
melakukan sesuatu yang realistis, Yayasan Al-Barokah menciptakan
terjangkau dan menguntungkan value, social benefit dan profitability.
bagi masyarakat. Lembaga Dari wujud inovasi dan kreatifitas serta
melakukan santunan untuk anak kesempatan tersebut yayasan akan
yatim piatu pesantren khususnya, menghasilkan sustainable sosial
dan melakukan santunan untuk entrepreneurship atau program
anak-anak yatim piatu di luar kewirausahaan sosial, di dalam program
pesantren atau masyarakat tersebut disini atau dengan

216
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 3 NOMOR 2 HALAMAN 210 - 218
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

keberlanjutan tersebut muncul nilai Ancok, D. (2012). Psikologi


sosial, pendapatan, dan manfaat sosial. Kepemimpinan & Inovasi. Jakarta:
Harapan dari pada yayasan Al-Barokah Penerbit Erlangga
adalah menjadikan yayasan Al-- Anggraeni,P., Grisns,A., Indriyani, A.
Barokah menjadi yayasan yang lebih (2013). Inovasi dan Kewirausahaan
maju, lebih dikenal, dapat mewadahi Sosial. Panduan Dasar Menjadi
anak-anak yatim piatu dan anak-anak Agen Perubahan. Bandung:
non yatim piatu untuk dapat belajar Alfabeta.
agama islam tidak hanya bagi anak- Bornstein, D. (2004). How to Change
anak di daerah Kelurahan Pataruman the World: Social Entrepreneur and
tetapi juga dapat menampung anak-anak the Power of New Idea. Oxford:
di luar Kota Banjar. Oxford University Press.
Dees, J. G., Emerson, J., & Economy,
P. (2001). Enterprising Non Profit.
KESIMPULAN New York: John Wiley & Sons, Inc.
Lembaga atau Yayasan AL- Dhewanto, W., Mulyaningsih, H. D.,
Barokah telah mampu menjalankan Permatasari, A., Anggadwita, G., &
operasional lembaganya dengan Ameka, I. (2013). Inovasi Dan
menggunakan prinsip-prinsip Kewirausahaan Sosial. Bandung:
kewirausahaan sosial, yang pengelolaan Alfabeta.
yang berbasis inovasi, upaya Drucker, P. F. (1994). Innovation and
penciptaan nilai dan membangun usaha Entrepreneurhip, New York:
mandiri untuk mendukung operasional Harpercollins Publisher
keseharian lembaga. Kegigihan Fahrudin, A. (2014 ). Pengantar
pengurus yayasan, telah berhasil Kesejahteraan Sosial. Bandung:
menyulap lahan wakaf menjadi Penerbir Refika Aditama.
lembaga/yayasan yatim piatu yang
Farransahat, M., Damayanti, A.,
mampu memberikan manfaat dan nilai
Suyatna, H., Indroyono, P., &
sosial dalam bentuk layanan
Firdaus, R. S. (2020).
pembelajaran dan pendidikan agama
Pengembangan Inovasi Sosial
dengan merangkul anak-anak yang
Digital: Studi Kasus
ingin belajar keagamaan meskipun
pasarsambilegi.id. Journal of Social
bukan yatim piatu (bukan santri
Development Studies Vol. 1 Issue 2.
yayasan). Inovasi dari kepemimpinan
Hlm. 14-26.
yang efektif telah melahirkan unit
bisnis pada yayasan untuk mengurangi Hardina, D., Middleton, J., Montana,
ketergantungan donasi sebagai sumber S., & Simpson, R. (2007). an
finansial operasional lembaga. Empowering Approach to
Managing Social Service
Organization. New York: Springer
Publishing Company.
DAFTAR PUSTAKA Kasali, R. (2017). Disruption. Jakarta:
Abu-Saifan, S. (2012). Social PT Gramedia Pustaka.
Entrepreneurship: Definition and Lewis, J. A., Lewis, M. D., & J., F. S.
Boundaries. Teknology Innovation (1991). Management of Human
Management Review. Service Program. Pasicif Grove,
www.timreview.ca

217
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 3 NOMOR 2 HALAMAN 210 - 218
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

California: Brooks/Cole Publishing Theory and Practice. London: Sage


Company. Publication Ltd.
Light, P. C. (2008). The Search for Saiman, M. (2011). Inovasi Metode
Social Entrepreneurship. Pembelajaran Sejarah. Jurnal Ilmu-
Washington, DC: Brookings Ilmu Sejarah, Budaya dan Sosial
Instituion Press. Vol. 2 No. 4. Hlm. 73-85.
Morato. (2005). Kewiraswataan Saragih, R. (2013). Berwirausaha
Sosial: Strategi Pengembangan Cerdas, Inspirasi Bagi Kaum Muda.
Bisnis Berwawasan Sosial bagi Yogyakarta: Graha Ilmu.
Lembaga Swadaya Masyarakat. Saragih, R. (2017). Membangun Usaha
Jakarta: Penerbit Piramedia. Kreatif, Inovatif dan Bermanfaat
Mort, G. S. & Weerawardena, J. (2003). Melalui Penerapan Kewirausahaan
Social Entrepreneurship: Towards Sosial. Jurnal Kewirausahaan. Vol.
Conceptualisation. International 3 No. 2
Journal of Nonprofit and Voluntary Suharto, E. (2017). Membangun
Sector Marketing. 8(1). 76-88. Masyarakat Memberdayakan
Nasution, A. H., & Kartajaya, H. Rakyat. Bandung: PT Refika
(2018). Inovasi. Yogyakarta: Aditama.
Penerbit Andi. Wibawa, B., Raharjo, S. T., &
Okpara, J. O & Halkias, D. (2011). Santoso, M. B. (2019). Dasar-
Social Entrepreneurship: An Dasar Pekerjaan Sosial. Bandung:
Overview of Its Theoretical Penerbit ITB Press.
Evolution and Proposed Research Wibowo, H. (2015). Kewirausahaan
Model. International Journal of Sosial Masyarakat Perkotaan.
Social Enterpreneurship and Jatinangor-Sumedang: Penerbit
Innovation. 1(1): 4-20. Unpad Press.
Payne, M. (2016). Teori Pekerjaan Wibowo, H., Nulhaqim, S. A., Irfan,
Sosial Modern. Jomblangan- M., & Adiansyah, W. (2019).
Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru. Empowering Entrepreneurship: A
Reginald, A. R. (2014). Kewirausahaan Case Study about Proccessed Fish
Sosial Pada Pondok Pesantren Entrepreneurship in Eretan Wetan
Sidogiri Pasuruan. Vol 1. No. 5 Kabupaten Indramayu. Share:
Hlm. 333-345. Social Work Jurnal, Vol. 8 No. 2
Restrepo, F. B., & Marquez, I. D. Widiastuti, R. & Margaretha M. (2011).
(2015). Orange Economy. Jakarta Socio Entrepreneurship: Tinjauan
Selatan: PT Mizan Publika. Teori dan Perannya Bagi
Ridley-Duff, R., & Bull, M. (2011). Masyarakat. Jurnal Manajemen.
Understanding Social Enterprise: Vol. 11 No. 1.

218

Anda mungkin juga menyukai