Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKTIVITAS SOCIALPRENEURSHIP DI INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Sociopreneurship diampu oleh:
Hendro Sugiarto

Disusun Oleh:

Lisnawati

Aulia Hasanah

Siti Fitriah

Rizki Aditia Ristiadi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL, BAHASA DAN SASTRA

INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA GARUT

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penyusun
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayat, dan
inayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “KAJIAN STUDI IMPLEMENTASI SOCIOPRENEURSHIP DI JAWA BARAT ” .

Saat ini konsep social entrepreneurship atau wirausaha sosial berkembang sebagai solusi dari
berbagai masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan. Wirausaha sosial juga muncul dari kelompok
masyarakat yang melihat berbagai tantangan dan melihat potensi pengembangan usaha yang
tidak selalu fokus pada profit. Akan tetapi terdapat aspek sosial, pelibatan kelompok marginal,
serta penyelesaian isu lingkungan tertentu. Munculnya fenomena wirausaha sosial ini tidak
terlepas dari konsep charity yang berkembang sebelumnya di negara-negara Eropa.

Makalah ini telah penyusun susun dengan maksimal. Terlepas dari semua itu, penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar penyusun dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini tentang teori-teori perubahan sosial ini dapat
memberikan manfaat.

Garut, Desember 2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan sosial enterpreneur di berbagai sektor. Saat ini konsep social
entrepreneurship atau wirausaha sosial berkembang sebagai solusi dari berbagai masalah
sosial, ekonomi, dan lingkungan. Wirausaha sosial juga muncul dari kelompok
masyarakat yang melihat berbagai tantangan dan melihat potensi pengembangan usaha
yang tidak selalu fokus pada profit. Akan tetapi terdapat aspek sosial, pelibatan kelompok
marginal, serta penyelesaian isu lingkungan tertentu. Munculnya fenomena wirausaha
sosial ini tidak terlepas dari konsep charity yang berkembang sebelumnya di negara-
negara Eropa.Sepulveda (2014) menjelaskan bahwa konsep social entrepreurship dan
social enterprise dapat dilacak sejak abad 19 di negara-negara Eropa. Perkembangan
tersebut tidak lepas dari berkembangnya pasar dan industrialisasi. Serta ada pula
organisasi non pemerintah dan organisasi non privat tradisional yang aktif melakukan
kegiatan sosial dan charity. Akan tetapi dipicu hegemoni ideologi neo-liberal yang sangat
mengutamakan proses industri dan produksi memunculkan kritik terhadap keabaian
industri pada aspek sosial dan lingkungan dari kelompok non privat dan non pemerintah.
Sehingga memunculkan “third sector” yang mengembangkan model usaha sosial atau
social enterprise.
Dinamika dalam negara-negara Eropa yang telah melalui berbagai fase
industrialisasi, mempengaruhi saat ini beberapa negara menganut paham welfare state.
Konsep welfare state merujuk pada besarnya peran negara dalam memberikan
perlindungan sosial kepada masyarakat. Kenton (2017) menyebutkan prinsip welfare
state yaitu kesetaraan dan kesamaan kesempatan, pemerataan distribusi kesejahteraan,
dan tanggung jawab publik untuk menyediakan kebutuhan bagi orang-orang dan
kelompok yang tidak mampu memenuhinya secara mandiri.
Esping Andersen (1990) mengategorikan tiga welfare state, yaitu liberal regimes
yang memberikan perlindungan sosial bagi kelompok miskin. Kedua, conservative
regimes, dimana perlindungan dan jaminan sosial idealnya diserahkan kepada keluarga.
Negara akan ikut membantu melalui mekanisme tersebut. Ketiga, social democratic,
negara memberikan pelayanan dan perlindungan universal bagi masyarakat sesuai
standar. Terdapat beberapa negara yang menggunakan konsep dengan konsep social
democratic, seperti Denmark, Finlandia, Norwegia, dan Swedia.
Hal yang menarik adalah negara-negara welfare state tersebut memberikan
jaminan sosial bagi masyarakat. tetapi disisi lain social entrepreneuship pun berkembang
dengan cukup masif. Pada diagram 1 dapat dilihat bagaimana wirausaha di negara-negara
welfare state sangat tinggi dan masuk dalam 25 negara dengan skor di global
entrepreneurship index tertinggi pada tahun 2018.
Report tersebut mengkaji bagaimana perkembangan entrepreneurship di berbagai
negara dengan beberapa indikator. Sub indikator pertama yaitu attitudes yang berisi
kesadaran akan peluang, startup skills, risk acceptance, networking, dan cultural support.
Pada indikator ini Finlandia memiliki skor paling tinggi dibandingkan negara welfare
state lain, yaitu 79. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di Finlandia memiliki
pandangan yang positif akan wirausaha dan memiliki skill untuk mengembangkannya.
Kondisi tersebut terjadi karena didukung oleh sistem pendidikan sehingga pengetahuan
dan keahlian wirausaha juga didapatkan. Ada pula dukungan dari sistem pemerintah
seperti kemudahan berusaha, perlindungan hak cipta, serta isu korupsi yang rendah.
Indikator berikutnya yaitu abilities yang terdiri dari opportunity startup,
technology absorption, human capital, dan competition. Pada indikator ini, Denmark
mendapat skor tertinggi dibandingkan yang lain, yaitu sebesar 84,5. Angka tersebut
menunjukkan bahwa masyarakat di Denmark memiliki motivasi yang tinggi untuk
berwirausaha dan adanya dukungan pemerintah yang membuka peluang tersebut. Serta
adanya dukungan teknologi yang tinggi dan sumber daya manusia yang memiliki
keahlian. Berbagai peluang, ketersediaan teknologi, dan sumber daya manusia
mendorong daya saing yang bagus.
Selanjutnya indikator aspiration. Swedia menjadi negara dengan nilai paling
tinggi pada indikator ini, sebesar 69,5. Indikator ini mencakup inovasi produk dari
wirausaha di negara tersebut, apakah menghasilkan produk baru secara rutin dan terjadi
transfer teknologi. Berikutnya bagaimana proses inovasi tersebut, terkait pengembangan
teknologi dan ilmu pengetahuan. Ada pula indikator high growth, internationalization,
dan risk capital. Oleh karena itu dapat dikatakan Swedia diantara negara lainnya paling
inovatif mengembangkan teknologi dan produk baru.
B. Rumusan Masalah
1) Apa ciri ciri dari sociopreneurship
2) Bagaiman cara menjadi socipreneur yang sukses
C. Tujuan Penelitian
1) Untuk megetahui apa ciri ciri dari sociopreneurship
2) Untuk mengetahui bagaimana cara mennjadi sociopreneur yang sukse
BAB III
PEMBAHSAN

A. Konsep Sosial Enterpreneurshipship


1. Definisi.
Kewirausahaan sosial adalah bidang yang berkembang pesat yang
menggabungkan prinsip-prinsip kewirausahaan dengan fokus pada
penciptaan perubahan sosial yang positif . Berbeda dengan kewirausahaan
tradisional, fokus utama adalah menghasilkan keuntungan, kewirausahaan
sosial berupaya mengatasi permasalahan sosial dan lingkungan melalui
solusi bisnis yang inovatif dan berkelanjutan.
Kewirausahaan sosial memainkan peran penting dalam mengatasi
beberapa tantangan paling mendesak di dunia, seperti kemiskinan,
kemerosotan, perubahan iklim, dan akses terhadap pendidikan dan layanan
kesehatan. Hal ini memanfaatkan kekuatan bisnis untuk menciptakan
solusi inovatif dan berdampak yang dapat membuat perbedaan signifikan
dalam kehidupan masyarakat.
2. Karakteristik Sosial Enterpreneur
Wirausahawan sosial mempunyai serangkaian karakteristik unik
yang membedakan mereka dengan wirausaha tradisional. Hal ini didorong
oleh tujuan yang mendalam dan berkomitmen untuk menciptakan dampak
sosial yang berkelanjutan . Beberapa karakteristik utama wirausaha sosial
meliputi:
a. Passion (Gairah): Wirausahawan sosial memiliki ketertarikan
terhadap isu sosial yang mereka tangani dan didorong oleh
keinginan untuk membuat perubahan positif di dunia.
b. Inovasi: Mereka kreatif dan inovatif dalam mencari solusi terhadap
masalah sosial, sering kali berpikir di luar kebiasaan dan
menantang status quo .
c. Empati: Wirausahawan sosial memiliki rasa empati dan
pemahaman yang mendalam terhadap komunitas yang mereka
layani, sehingga memungkinkan mereka mengembangkan solusi
yang benar-benar memenuhi kebutuhan mereka.
d. Kolaborasi: Mereka menyadari pentingnya kolaborasi dan
kemitraan untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan,
sering kali bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan,
termasuk pemerintah, organisasi nirlaba, dan dunia usaha.
B. Prinsip-prinsip Enterpreneurship
Prinsip-prinsip entrepreneurship (kewirausahaan) yang paling penting
adalah berani atau keluar dari rasa takut akan gagal. Makna berani disini adalah
tindakan dimana kita harus bisa mengambil sikap atas peluang-peluang yang
muncul dalam hidup ini terutama peluang untuk mendirikan usaha. Disamping itu,
untuk menjadi wirausahawan juga dituntut untuk berfikir optimis atas peuang dan
segala usaha yang dilakukan, karena dengan begitu semangat dan kemauan yang
keras juga ketekunan akan menciptakan usaha yang maju dan terus
berkembang.Disamping itu untuk menjadi wirausahawan kita juga dituntut untuk
berfikir optimis atas peluang dan segala usaha yang kita lakukan,karena dengan
begitu semangat dan kemauan yang keras juga ketekunan kita akan menciptakan
usaha kita yang maju dan terus berkembang. Juga disamping itu kita harus
berfikir alternatif dimana dengan berfikir alternatif kita menciptakan suatu Ide dan
strategi dari usaha yang akan kita lakukan untuk usaha kita. Prinsip prinsip
berwirausaha yaitu :
a. Jangan takut gagal
Banyak yang berpendapat bahwa untuk berwirausaha
dianalogkan dengan impian seseorang untuk dapat berenang.
Walaupun teori mengenai berbagai gaya berenang sudah
bertumpuk,sudah dikuasai dengan baik dan literatur-literatur sudah
lengkap, tidak ada gunanya kalau tidak di ikuti menyebur ke dalam
air (praktek berenang) demikian halnya untuk berusaha, tidak ada
gunanaya berteori kalau tidak terjun langsung, sehingga
mengalami (berpengalaman), dan sekali lagi jangan takut gagal
sebab kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
b. Penuh semangat
Hal yang menjadi penghargaan terbesar bagi pembisnis
atau perwirausahaan bukanlah tujuannya melainkan lebih kepada
proses dan perjalanannya.
c. Kreatif dan inovatif
Kreativitas dan Inovasi adalah modal bagi seorang pengusaha.
Seorang wirausaha tidak boleh berhenti dalam berkreativitan dan
berinovasi dalam segala hal.
d. Bertindak dengan penuh perhitungan dalam mengambil resiko
Resiko selalu ada dimanapun kita berada. Seringkali kita
menghindra dari resiko yang satu, tetapi menemui bentuk resiko
lainnya. Namun yang harus diperhitungkan adalah perhitugkan
deangan baik-baik sebelum memutuskan sesuatu, terutama yang
tingkat resikonya tinggi.
e. Sabar, ulet, dan tekun
Prinsip lain yang tidak kalah penting dalam berusa adalah
kesabaran dan keytekunan. Saban dan tekun meskipun harus
menghadapi berbagai bentuk permasalahan, percobaan, dan
kendala bahkan diremehkan oleh orang lain.
f. Harus optimis
Optimis adalah modal usaha yang cukup penting bagi usahawan,
sebab kata optimis merupakan sebuah prinsip yang dapat
memotivasi kesadaran kita sehingga apapun usaha yang kita
lakukan harus penuh optimis bahwa usaha yang kita laksanakan
akan sukses.
g. Ambisius
Demikian juga prinsip ambisius seorang wirausahawan
harus berambisi, apapun jenis usaha yang akan dilakukannya
h. Pantang menyerah atau jangan putus asa
Prinsip pantang menyerah adalah bagian yang harus
dilakukan kapanpun waktunya.
C. Perbedaan Sosial Enterpreneurship Dengan Enterpreneurship Konvensional
Social entrepreneurship atau biasa disebut juga dengan social innovation
merupakan seorang atau sekelompok entrepreneur yang menjalankan usaha atau
bisnisnya demi kepentingan sosial atau masyarakat. Seorang entreprenur biasa
menjalankan bisnisnya dengan tujuan memperoleh revenue dan profit semata.
Berbeda halnya dengan social entreprenur yang memang tujuan utama kegiatan
bisnisnya untuk membantu masyarakat. Adanya social entrepreneur berasal dari
sifat dan karakteristik dari masing – masing entreprenur.
Sedangkan Kewirausahaan konvensional mengacu pada kegiatan bisnis
yang dilakukan dengan menggunakan metode dan praktik tradisional, seperti
pembuatan produk atau penyediaan layanan tanpa keterlibatan teknologi modern
atau inovasi yang signifikan. Ini mencakup usaha-usaha yang lebih mengandalkan
praktik-praktik yang telah ada di pasar atau masyarakat, tanpa fokus utama pada
pengembangan teknologi atau pendekatan bisnis yang inovatif.
D. Tokoh Sosiopreneurship
a. Muhammad Abdul Karim (Social Entrepreneur)
1. Profil Muhmad Abdul Karim
Muhammad Abdul Karim asal Tasikmalaya merupakan seorang
sociopreneur muda yang menemukan passionnya lewat jualan donat. Saat ini
karim telah menjadi Direktur Eksekutif Sahabat Pulau, komunitas yang ia
dirikan dan fokus bergerak di bidang community development dan
volunteering. Sahabat pulau memiliki kegiatan yang tersebar di berbagai
wilayah Indonesia. Misi utama sahabat pulau adalah menyelesaikan masalah
pendidikan di Indonesia dan memberdayakan perempuan di daerah pesisir.
Saat ini sahabat pulau sudah tersebar di 28 titik di seluruh Indonesia dan
sudah mengembangkan komoditi local di tiga desa.
2. Organisasi Sahabat Pulau
Organisasi Sahabat Pulau merupakan sebuah organissi sosial yang bergerak di
bidang volunteering dan community development. Sahabat Pulau adalah
organisasi berbasis aksi kepemudaan yang bertujuan menyelesaikan masalah
pendidikan pemuda dan anak-anak di seluruh Indonesia.
Sahabat Pulau juga melakukan pemberdayaan berbasih socioentrepreneur
untuk wanita pesisir dan pemberdayaan yang berkelanjutan.
3. Visi dan Misi Organisasi Sahabat Pulau
a. Visi
Unruk memastikan terciptanya anak muda yang berinovasi di Indonesia,
menjadi perubahan yang ingin kita lihat.
b. Misi
Untuk menciptakan solusi jangka panjang untuk menjaga kelestarian
lingkungan, ketidak adilan sosial, dan untuk mengembalikan harapan masa
depan yang lebih baik yang di laksanakan dengan prinsip.
E. Tantangan dan Hamatan Sociopreneurship
1. Leadership
Tantangan dari kewirausahaan sosial adalah permasalahan terkait dengan
leadership atau kepemimpinan. Hal ini berkaitan dengan visi seorang
pemimpin yang harus mengedepankan nilai dan visi sosial di dalam
kewirausahaan sosial.
Sayangnya, saat ini para pemimpin masih bersifat kapitalis dengan
menutup mata dengan permasalahan sosial di masyarakat dan hanya
mengedepankan profit saja. Kemudian, pemimpin juga harus memiliki
legitimasi untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dan terbuka dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat.
2. Strategy
Tantangan lainnya adalah mengenai strategi dalam kewirausahaan sosial.
Ini berkaitan dengan tiga poin penting, yakni alignment, leveraging core
competencies, dan partnering. Di mana harusnya kewirausahaan sosial harus
berjalan selaras dengan tujuan perusahaan.
Kemudian, kewirausahaan sosial juga harus fokus pada kegiatan kreatif
dan inovatif dalam menyebarkan produk perusahaan. Selain itu,
kewirausahaan sosial juga harus melakukan kemitraan dengan kewirausahaan
sosial lain dan organisasi masyarakat agar dapat secara kolektif menyelesaikan
masalah sosial.
3. Structure
Kewirausahaan sosial masih berkutat pada permasalahan struktur
manajerial. Artinya, sebuah kewirausahaan sosial harus membuat struktur
organisasi dan manajerial yang jelas dan selaras dengan visi, misi, dan tujuan
objektifnya.
Dengan hal ini, maka kewirausahaan sosial dapat meroket untuk
menciptakan inovasi dan kreasi sosial yang efektif untuk menanggulangi
permasalahan sosial maupun lingkungan hidup di masyarakat. Jadi, tantangan
ini berkaitan dengan roda bergerak di internal kewirausahaan sosia.
4. System
Sistem yang kokoh dan baik akan berkesinambungan dengan produktivitas
kewirausahaan sosial. Oleh karena itu, kewirausahaan sosial harus memiliki
sistem yang dapat meningkatkan pembelajaran bagi para stakeholder dan
dapat mengeksekusi keputusan dengan tepat.
Kesimpulannya, tantangan social enterprise di atas dapat menjadi refleksi
bagi berbagai kewirausahaan sosial untuk berbenah dan memikirkan formula
untuk keluar dari hal-hal di atas. Sebab, kewirausahaan sosial menjadi salah
satu inovasi yang lahir di tengah permasalahan sosial dan lingkungan yang
masif.
F. Keberlanjutan Socioenterpreneur
Strategi untuk Meningkatkan Keberlanjutan: Menyajikan ide dan strategi
untuk meningkatkan keberlanjutan sosial entrepreneurship.
1. Pendidikan dan Kesadaran:
Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keberlanjutan melalui
program edukasi dan kampanye kesadaran.
2. Inovasi Produk Berkelanjutan:
Mendorong pengembangan produk atau layanan yang ramah lingkungan
dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
3. Kemitraan dengan Komunitas Lokal:
Membangun kemitraan yang kuat dengan komunitas lokal untuk
memastikan bahwa inisiatif keberlanjutan sesuai dengan kebutuhan dan nilai-
nilai setempat.
4. Pengelolaan Limbah dan Sumber Daya:
Mengoptimalkan pengelolaan limbah dan sumber daya dengan
menggunakan teknologi dan praktik terbaru untuk meminimalkan dampak
lingkungan.
5. Model Bisnis Berkelanjutan:
Menerapkan model bisnis yang memprioritaskan tujuan sosial dan
lingkungan, termasuk pemberdayaan masyarakat dan pengurangan jejak
karbon.
6. Pelibatan Karyawan:
Mendorong partisipasi karyawan dalam keputusan strategis perusahaan
terkait keberlanjutan dan memberikan insentif untuk praktik berkelanjutan.
7. Transparansi dan Akuntabilitas:
Menyediakan laporan transparan tentang dampak sosial dan lingkungan
perusahaan, memungkinkan pemangku kepentingan untuk melihat hasil nyata.
8. Dukungan Keuangan:
Mencari sumber pendanaan yang berfokus pada proyek-proyek
berkelanjutan dan membangun kemitraan dengan lembaga keuangan yang
memiliki fokus keberlanjutan.
9. Teknologi untuk Solusi Berkelanjutan:
Memanfaatkan teknologi terkini seperti kecerdasan buatan dan IoT untuk
menciptakan solusi berkelanjutan dan meningkatkan efisiensi operasional.
10. Keterlibatan Konsumen:
Melibatkan konsumen dalam perjalanan keberlanjutan dengan
memberikan informasi tentang produk dan layanan berkelanjutan serta
mendorong gaya hidup yang ramah lingkungan.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dari beberapa pembahasan di atas yang berhubungan dengan kewirausahaan
sosial; Apa, mengapa, Kapan, Siapa dan Bagaimana, maka dapat ditarik
kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
1) Apa itu kewirausahaan sosial ; Kewirausahaan sosial adalah suatu terobosan
baru sebagai sebuah aktivitas bisnis dalam mengatasi masalah sosial yang
melibatkan penggunaan semua sumber daya secara inovatif untuk
mempercepat perubahan sosial dalam memenuhi kebutuhan sosial masyarakat.
2) Mengapa kewirausahaan sosial dinilai penting : Penerapan kewirausahaan
sosial dipandang penting, karena memilki karakteristik yang merupakan
terobosan baru dalam memecahkan fenomena sosial melalui pendekatan selain
mencari keuntungan, juga menciptakan nilai sosial terutama bagi masyarakat
miskin.
3) Kemauan dan kepedulian yang datang dari diri sendiri dapat mendorong
seseorang menjadi pengusaha yang berhasil menjadi socioprenership karena
ketulusan hatinya dan mengerti akan apa yang akan di dapatkan nantinya serta
tidak serakah. Dengan adanya kemauan dan kepedulian seseorang untuk
menjadi seorang socioprenership akan membantu juga masalah masalah yang
sedang dihadapi Indonesia seperti pengangguran dan kemiskinan. Generasi
muda menjadi salah satu harapan Indonesia yang paling utama untuk menjadi
seorang socioprenership sukses dimasa mendatang
DAFTAR PUSTAKA

Sartono, S., & Sutrismi, S. (2020). Kewirausahaan: Kewirausahaan


Komersialmsan Sosial. BENEFIT, 7(2), 94-102
Hasanah, B., Sururi, A., Prananda, D. P., & Noval, A. M. (2022).
KEWIRAUSAHAAN SOSIAL: PARTISIPASI MASYARAKAT DAN
EVALUASI DAMPAKMSOSIAL-EKONOMI. Jurnal Administrasi Negara,
28(3), 297-317

Anda mungkin juga menyukai