Anda di halaman 1dari 21

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSA-

HAAN: Tantangan Sinergi Multi-sektor dan Multi-dimensi

SOCIAL ENTREPRENEURSHIP AND CORPORATE SOCIAL RESPONSIBIL-


ITY: Synergy Challenge for Multi-Sectors and Multi-Dimension

Umi Karomah Yaumidin


Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lipi
Email : umi_karomah@yahoo.com

Abstrak
Tujuan dari tulisan untuk memahami hubungan antara kewirausahaan social dengan tanggung jawab social
perusahaan dengan studi kasus Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Terdapat pergeseran paradigma dalam
mengartikan kewirausahaan. Dewasa ini, penggunaan terminology kewirausahaan social tumbuh pesat tidak hanya
dalam lingkaran dunia bisnis, tetapi hal ini telah menciptakan model efisiensi melalui kombinasi sumber-sumber
kewirausahaan tradisional dengan misi untuk merubah kondisi social masyarakat. Di sisi lain,tanggung jawab sosial
perusahaan menyediakan kesempatan untuk perusahaan beraksi layaknya seorang wirausahawan sosial daripada
seorang wirausahawan komersial. Oleh karena itu, untuk menjelaskan kondisi ini, maka pembahasanya akan lebih
bersifat kualitatif tetapi menyajikan bukti empiris atas praktik kewirausahaan social yang dikombinasikan dengan
prinsip-prinsip tanggung jawab social perusahaan terutama dalam menjawab tantangan keterlibatan banyak pihak
dan berdimensi luas.
Kata Kunci: Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Kewirausahaan Sosial, Kewirausahaan Komersial

Abstract
This paper aims to understanding the relationship between social entrepreneurship and corporate social
responsibility. There is shifting paradigms on the means of entrepreneurship. Currently, the use of social
entrepreneurship terminology has grown rapidly not only in the line of businesses but it has been created to modeling
efficiency by combining the resourcefulness of traditional entrepreneurship with a mission to change society.
Meanwhile, corporate social responsibility provides an opportunity for corporate to act more likely to be social
entrepreneurs rather than commercial entrepreneurs. Therefore, this study is qualitative in nature but gives evidence
on the social entrepreneurship and CSR practice in regard to multi stakeholders’ participation on those programs.
Keywords: Corporate Social Responsibility, Social Entrepreneurship, Commercial Entrepreneurship

JEL CODE: M14, L26

PENDAHULUAN
Perubahan dunia bisnis di tengah perubahan manajemen yang biasanya hanya diterapkan oleh
zaman dan tantangan baru yang muncul akibat perusahaan-perusahaan besar dengan modal
dari perubahan pola pikir, kebijakan, dan yang kuat dan terstruktur secara sitematis,
evaluasi terhadap kondisi masa lalu, secara ke arah sistem ekonomi yang lebih banyak
langsung maupun tidak langsung membawa digerakkan oleh semangat kewirausahaan yang
perubahan yang mendasar pada system manajerial mengedepankan inovasi dan kreativitas meskipun
yang dikembangkan. Peter Drucker dalam dengan sumberdaya yang minim. Pengamatannya
bukunya Innovation and Entrepreneurship (1985) didasarkan pada pengalaman ekonomi Amerika,
menyimpulkan bahwa telah terjadi pergeseran dari tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa di
kondisi ekonomi yang dikendalikan oleh semangat

103
belahan dunia manapun khususnya di wilayah terhadap pengetahuan akan bisnis, kemampuan
timur Asia, semangat
Sumber: Asifkewirausahaan
et.al, 2011 telah manajerial, dan kapabilitas untuk mewujudkan
mendorong
Gambar 4munculnya usaha-usaha
Integrasi Sistem kecil dan
Manajemen kewirausahaan sosial.
menengah yang berproduksi
dalam CSR secara lokal namun Dengan demikian kewirausahaan sosial
mampu menghasilkan produk yang mengglobal dapat dilihat sebagai bagian dari eksperimen
seperti di Taiwan dan China. Bahkan beberapa dan inovasi yang memiliki potensi baru dalam
negara Asia Tenggara seperti Indonesia, saat disiplin kewirausahaan dan juga menjangkau
inipun mulai menggantungkan perekonomiannya sektor sosial yang lebih luas. Dengan adanya
kepada sektor usaha kecil dan menengah. celah bagi keterkaitan antara kewirausahaan sosial
Di sisi lain, konsep implementasi dengan upaya-upaya implementasi CSR serta
Tanggungjawab Sosial perusahaan atau keterlibatan kelembagaan publik, menawarkan
CSR (Corporate Social Responsibility) juga peluang kerjasama baru terutama dalam
mengalami perubahan paradigma, dari kegiatan menciptakan kreasi nilai-nilai yang mendukung
yang bersifat derma, menjadi kegiatan yang bagi pembangunan yang berkelanjutan.
lebih produktif. Mohr et al. (2001) membedakan
CSR dalam dua kategori; pertama, membahas TUJUAN
relasi CSR dengan pemangku kepentingan
perusahaan dan; kedua, membahas CSR dalam Tujuan dari tulisan ini adalah untuk
kaitannya dengan pemasaran sosial. Mendukung menjawab pertanyaan bagaimana tanggung
kategori kedua, Sellos dan Mair (2005) dalam jawab social perusahaan mampu menjawab
studinya menyimpulkan bahwa keterkaitan antara tantangan multi dimensi dan multi sektor dari
kewirausahaan sosial dengan upaya implementasi penciptaan kewirausahaan sosial dikalangan
CSR dapat menjadi model yang menjanjikan dalam pelaku manajemen perusahaan khususnya Badan
kerangka pencapaian dampak untuk mewujudkan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan studi kasus
tujuan-tujuan dari Millenium Development Goals. PT. Bank Mandiri Tbk
Beberapa bukti juga menunjukkan perbedaan Tulisan ini akan dimulai dari pentingnya
pelaksanaan CSR di negara-negara yang sedang mengkombinasikan bentuk kewirausahaan sosial
berkembang dan negara-negara maju. Saat kedalam program CSR perusahaan. Untuk
ini trend yang berkembang di negara maju, memberikan pengertian yang lebih mendalam
sebagian besar proyek CSR dikonsentrasikan tentang dua terminologi ini dalam kerangka
ke masyarakat khususnya konsumen, dimana teoritis akan dibahas dengan singkat, padat
pencapaian MDGs tidak terlalu menjadi isu kritis dan jelas tentang definisi, perkembangan dan
di negara tersebut. Sedangkan di negara yang model-model yang pernah ada dalam pembahasan
kurang maju atau berkembang, implementasi kewirausahaan sosial dan CSR. Tahapan
CSR lebih banyak difasilitasi dan mungkin lebih berikutnya adalah membahas tentang metodologi
kredible dan efektif jika melalui kolaborasi dengan yang digunakan dalam tulisan ini yang secara
bentuk kewirausahaan sosial lokal. Studi dari garis besar berupa analisa kualitatif. Selanjutnya
Hart dan Christensen (2002) menggarisbawahi tulisan ini akan memberikan pembahasan
bagaimana beberapa perusahaan memulai yang lebih detail terhadap tantangan sinergi
memasuki pasar kebutuhan sosial. Bagaimanapun, multisektor yang dihadapi dalam pengembangan
kewirausahaan individu biasanya lebih baik kewirausahaan sosial yang berbasis pada proyek
dibandingkan perusahaan korporasi khususnya implementasi CSR dengan mengambil beberapa
pada saat melakukan pemilihan terhadap berbagai kasus di Indonesia dan diakhiri dengan penutup
kesempatan dan membangun kekuatan dari dan kesimpulan.
bawah (akar rumput) yang sangat minim modal.
Dengan mengunakan dana dari perusahaan baik
yang bersifat pinjaman modal maupun dana-dana
hibah, wirausahawan dapat memulai memasuki
pasar bisnis dengan mendapatkan tambahan

104 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 21, No. 1, Juli 2013
LANDASAN TEORI sosial menurut Austin et.al, (2006) didefinisikan
sebagai “inovasi dalam penciptaan nilai sosial
Kewirausahaan Komersial versus yang dapat terjadi di dalam sebuah bisnis non-
Kewirausahaan Sosial dan Aspek profit, profit, maupun sektor pemerintahan”.
Multidimensi Beberapa indikator dan faktor yang membedakan
Kewirausahaan sosial menjadi trend dalam kewirausahaan sosial dan kewirausahaan
dekade terakhir, indikasi nyata terlihat dari komersial secara teoritis setidaknya meliputi
pertumbuhan organisasi non-profit sepanjang empat aspek seperti yang tersaji dalam tabel 1
tahun 1987 – 1997 sebesar 31 persen, yang berikut ini.
melebihi pertumbuhan bisnis formal sebesar Tabel 1. Analisa Komparatif Kewirausahaan Sosial
26% di periode yang sama. Berbeda dengan dengan Kewirausahaan Komersial
kewirausahaan komersial, kewirausahaan sosial Indikator/ Kewirausahaan Kewirausahaan Komersial
secara definitif memiliki jangkauan yang luas Faktor Sosial
hingga sempit, sebelumnya kewirausahaan sosial Kegagalan Salah satu teori Tekanan pasar komersial
Pasar yang mendasari seringkali tidak sejalan dengan
selalu diidentikkan dengan aktivitas inovatif keberadaan kebutuhan sosial jterutama
dengan tujuan sosial baik yang berorientasi organisasi untuk barang-barang publik
sosial adalah atau disebut sebagai kontrak
profit maupun tidak (Dess and Anderson, 2003; munculnya kegagalan pasar.
Emerson & Twersky, 1996; Austin, et al., 2006). kegagalan pasar (Weisbrod, 1975; Nelson &
untuk aspek- Krashinsky, 1973).
Sedangkan secara lebih spesifik, kewirausahaan aspek sosial.
sosial didefinisikan sebagai penerapan keahlian
Kegagalan pasar akan menciptakan kesempatan
bisnis yang didasarkan pada mengolah kondisi wirausaha yang berbeda untuk kewirausahaan
pasar di area yang tidak menguntungkan seperti sosial dan kewirausahaan komersial.
Misi T u j u a n Kewirausahaan komersial
ketika sektor yang berorientasi non-profit fundamental dari bertujuan menciptakan
membuat kegiatan yang dapat menghasilkan k e w i r a u s a h a a n keuntungan sebagai hasil
sosial adalah operasionalisasi usaha
keuntungan (Reis, 1999; Thompson, 2002). Dari m e n c i p t a k a n swasta. Kewirausahaan
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari nilai sosial untuk sosial tidak menguntungkan
barang publik. bagi masyarakat dalam
kewirausahaan sosial adalah “menciptakan nilai bentuk jasa dan barang yang
sosial daripada menciptakan kekayaan pribadi baru, bahkan pekerjaaan,
tetapi dapat mentransformasi
maupun pemegang saham, yang karakteristiknya ke dalam dampak sosial
seperti mendorong motivasi
diwarnai oleh faktor inovasi yang mampu wirausahawan komersial
mengatasi beragam masalah sosial yang dihadapi untuk menghasilkan
keuntungan yang lebih besar.
oleh masyarakat” (Zadek dan Thake, 1997). Perbedaan dalam misi akan berdampak
Senada dengan yang disampaikan sebelumnya pada perbedaan fitur fundamental antara
kewirausahaan sosial dan komersial yang
Timmons dan Spinelliv (2006) membuat merupakan perwujudan dari beragamnya area
bahasan manajemen perusahaan dan motivasi
pengelompokan yang diperlukan untuk tindakan personal.
kewirausahaan dalam enam (6) hal, yakni: 1. Mobilisasi Hambatan terhadap Mudah dalam
Komitmen dan determinasi; 2. Kepemimpinan; Sumberdaya distribusi surplus m e n d i s t r i b u s i k a n
sumber daya, sumberdaya untuk
3. Obsesi pada peluang; 4. Toleransi pada kesulitan dalam menjaga keseimbangan
risiko, ambiguitas, dan ketidakpastian; 5. m e m b e r i k a n kelebihan dan kekurangan,
k o m p e n s a s i kompensasi bersifat
Kreativitas, keandalan, dan daya beradaptasi; 6. yang kompetitif, materi sehingga mudah
k o m p e n s a s i menentukan besaran
Motivasi untuk unggul. Karena luasnya cakupan seringkali berbentuk kompensasi secara
kewirausahaan sosial maka banyak kalangan nilai-nilai daripada kompetitif.
berupa materi.
sepakat bahwa kewirausahaan sosial seharusnya Sumberdaya manusia dan keuangan akan
tidak didefinisikan dalam bentuk hukum formal, menentukan perbedaan pendekatan fundamental
dalam pengelolaan sumberdaya manusia dan
karena implementasi kewirausahaan sosial dapat keuangan. Dimensi komersial dan sosial dalam
menggunakan sembarang kendaraan untuk perusahaan dapat menjadi sumber ketegangan
bagi mobilitas sumber daya.
mewujudkannya. Sehingga untuk membedakan
lebih nyata antara kewirausahaan sosial dan
kewirausahaan komersial maka kewirausahaan

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL ... (Umi Karomah Yaumidin) │ 105


Pengukuran T a n t a n g a n Wirausahawan komersial
Kinerja p e n g u k u r a n dapat mengantungkan maupun kegagalan organisasi. Faktor kontekstual
terbesar dalam ukuran kinerjanya
kewirausahaan sosial berdasarkan ukuran- termasuk struktur makroekonomi, pajak dan
adalah mengukur ukuran nyata dan dapat peraturan pemerintah, dan lingkungan sosial
perubahan sosial, dihitung seperti indikator
perubahan sosial sulit keuangan, market share, politik. Ekonomi lingkungan, kebijakan pajak,
diukur karena tidak kepuasan konsumen, dan tingkat ketenagakerjaan, kemajuan teknologi, dan
dapat dikuantifikasi, kualitas.
multikausalitas, gerakan sosial seperti yang melibatkan tenaga
berdimensi temporal,
dan perbedaan
kerja, agama dan politik adalah contoh faktor
perspektif dari setiap kontekstual tertentu yang dapat membingkai
dampak sosial yang
ditimbulkannya. peluang dan risiko yang dihadapi usaha baru.
Pengukuran kinerja dampak sosial akan tetap
menjadi pembeda fundamental, akuntabilitas
yang rumit dan menjadi pembada dalam
hubungan diantara pemangku kepentingan.

Sumber: Austin, et al., 2006

Perbedaan antara kewirausahaan sosial dan


komersial sejatinya tidak dikotomis, melainkan
lebih tepat dikonseptualisasikan sebagai sebuah
kontinum murni antara aspek ekonomi dan
sosial, bahkan mungkin perpaduan diantara
keduanya. Artinya, kegiatan amal masih harus
mencerminkan realitas ekonomi, sementara
aktivitas ekonomi masih harus menghasilkan
nilai sosial. Pendekatan tersebut mencakup
hasil kewirausahaan, penyebab kewirausahaan, Sumber: Austin et al., 2006 hal. 17
dan manajemen kewirausahaan (Stevenson Gambar 1. Struktur Kewirausahaan
& Jarillo, 1991). Ekonom misalnya melihat
kewirausahaan sebagai dampak dan hasil Dengan definisi ini, jelas bahwa salah
dari proses kunci kemajuan perekonomian. satu unsur penting untuk sukses sebagai
Sementara dari perspektif sosiologis dan wirausahawan adalah kemampuan setiap individu
psikologis kewirausahaan lebih ditujukan kepada (wirausahawan) mendefinisikan elemen-elemen
individu pengusaha; dan dari sisi manajerial, yang harus sadar ditangani, dan orang-orang
kewirausahaan menjadi faktor pendorong yang yang hanya bisa bermain karena fokus perhatian
penting dalam menciptakan inovasi baru (Austin ditujukan pada kemampuan mereka mengelola
et al., 2006). peluang. Kesepakatan adalah substansi dari
Secara umum konsep kewirausahaan yang tawar-menawar yang mendefinisikan siapa dalam
diacu dalam kewirausahaan sosial maupun usaha yang memberikan apa, dan siapa mendapat
komersial dapat digambarkan sesuai dengan apa. Setiap transaksi memberikan nilai termasuk
gambar 1, yang menempatkan peluang/ di dalamnya manfaat ekonomi, pengakuan sosial,
kesempatan lebih tinggi daripada sumber daya otonomi dan hak dalam pegambilan keputusan,
(Stevenson, 1983). Penekanan ditempatkan kepuasan kebutuhan pribadi yang mendalam,
pada bagaimana peluang dapat diakui, proses interaksi sosial, pemenuhan generatif dan warisan
melakukan untuk kesempatan, mendapatkan keinginan, serta pemenuhan kebutuhan untuk
kontrol atas sumber daya, mengelola jaringan tujuan altruistik.
sumber daya yang mungkin atau tidak mungkin Perkembangan selanjutnya lebih menyoroti
dalam hirarki tunggal, dan cara di mana manusia/ praktek kewirausahaan social yang seharusnya
pekerja dihargai. Selain ketiga sumber inti mengedepankan aspek multidimensional yang
tersebut, perlu diperhatikan faktor kontekstual disesuaikan dengan karakteristik kewirausahaan
yang mampu mempengaruhi keberhasilan sosial yang dikembangkan khususnya bagi

106 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 21, No. 1, Juli 2013
usaha non-profit. Hasil penelitian menunjukkan dengan perilaku perusahaan yang berorientasi
bahwa konsep multidimensional kewirausahaan untuk mencari laba. Seorang wirausahawan dalam
sosial merupakan satu kesatuan konsep inovasi, literatur memiliki fungsi utama sebagai pengelola
proaktif dan manajemen resiko disatu sisi resiko dan pengambil resiko yang berujung
dimensi yang antara satu atribut dengan atribut pada keuntungan setinggi-tingginya, sehingga
lainnya saling terkait berda dalam satu domain inilah yang membedakan antara wirausahawan
multidimensi (Law, Wong, & Mobley, 1998; dan manajer yang hanya berfungsi mengelola
Weerawardana dan Mort, 2006). Oleh karena itu, perusahaan sebatas besaran gaji dan tanggung
kewirausahaan sosial merupakan keseluruhan jawabnya tanpa memperhitungkan resiko dan
abstraksi dari inovasi, proaktif, dan resiko memiliki kemampuan atau kewenangan dalam
manajemen yang dibatasi oleh hambatan- pengambilan keputusan. Berbeda dengan
hambatan dalam lingkungan, keberlanjutan usaha wirausahawan sosial yang melihat resiko sebagai
dan misi sosial. Dalam model ini setiap manajer tantangan terbesar bagi mereka untuk mencapai
diharuskan fokus, responsif dan proaktif terhadap tujuan akhir keberlanjutan organisasi.
setiap perubahan lingkungan dalam perumusan Beberapa catatan dari pelaku kewirausahaan
strategi manajerialnya untuk memenangkan sosial selama ini bahwa dengan semakin radikal
persaingan dengan setiap organisasi nirlaba dalam gagasan untuk menghadirkan inovasi, makin besar
menjaring pasar yang justeru mereka cenderung pula sumber daya yang diperlukan. Hambatan yang
lebih inisiatif. Manajer juga diharapkan terus harus dihadapi untuk suatu inovasi sosial yang
dapat memantau setiap strategi manajemen radikal adalah tembok birokrasi dan kenyamanan
secara terus-menerus untuk meningkatkan dari pelaku dalam sistem yang telah ‘mapan’ saat
transparansi dan kompetisi. Setiap pantauan ini. Di negaranya, Bangladesh, Mohammad Yunus
yang dilakukan selalu membutuhkan ide-ide menghadapi sistem lintah darat. Ia menghadirkan
baru yang mensyaratkan unsur inovasi, proaktif sistem perbankan baru bagi masyarakat miskin,
dan pengelolaan resiko manajemen yang mampu khususnya kaum perempuan. Di Indonesia,
menciptakan nilai-nilai sosial dalam aktivitas seorang wirausahawan sosial Sofyan Tan (peraih
operasional bisnis perusahaan (lihat gambar 2). Ashoka Fellowship) menghadapi pesimisme
masyarakat yang terbiasa mengenali adanya
sekolah unggulan bagi masyararakat mampu di
tanah kelahirannya Medan, bukan masyarakat
miskin, sehingga ia mengalami banyak kesulitan
dalam mendapatkan sponsor.
Contoh lainnya dialami oleh kelompok tani
wanita Menur, yang berupaya mengamankan
ketahanan pangan di desa Wareng, Kabupaten
Gunung Kidul, Provinsi DI. Yogyakarta. Ketika
lahan pertanian sempit dan kurang subur serta
tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarga,
para bapak tani lantas bekerja di luar pertanian
(dagang, buruh, tukang, dan sebagainya). Lahan
Sumber: Weerawardena and Mort (2006, hal. 32). pertanian kemudian diambil alih dan dikelola
oleh para ibu tani. Mereka membentuk kelompok
Gambar 2 Lingkaran Model Multidimensional Kewi-
dengan berbagai kegiatan, seperti mengelola
rausahaan Sosial
pertanian, koperasi, lumbung pangan kelompok,
dan industri rumah tangga. Kegiatan diversifikasi
Lebih lanjut hasil penelitian Weerawardana pekerjaan yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga
dan Mort (2006) menyimpulkan bahwa perilaku ini menghasilkan pendapatan baru yang mampu
kewirausahaan sosial yang dihadapkan pada mengentaskan mereka dari kemiskinan (Winarto,
pengambilan resiko secara substansi berbeda 2008). Meskipun demikian, kewirausahaan sosial

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL ... (Umi Karomah Yaumidin) │ 107


bukan hanya domain kelompok UKM, bahkan inti tanggung jawab suatu organisasi yang atas
dari pengembangan inovasi dan kreativitas ini dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap
telah banyak mengilhami munculnya bisnis-bisnis masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku
multinasional seperti yang dialami oleh Steve yang transparan dan etis, yang:
Job ketika pertama kali mendirikan Microsoft 1. Konsisten dengan pembangunan berkelanju-
Incorporated. Dengan kata lain, perkembangan tan dan kesejahteraan masyarakat;
kewirausahaan saat ini sudah memasuki ranah
2. Memperhatikan kepentingan dari para pe-
strategi bisnis, sektor publik, pengembangan
mangku kepentingan
masyarakat, organisasi nirlaba, pemasaran
dan manajemen baik untuk organisasi yang 3. Sesuai hukum yang berlaku dan konsisten
berorientasi profit maupun nirlaba. dengan norma-norma internasional
4. Terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi,
Definisi, Konsep dan Perspektif Pemangku dalam pengertian ini meliputi baik kegiatan,
Kepentingan terhadap Tanggung Jawab produk maupun jasa.
Sosial
Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) ISO 26000 (2010, hal.7) juga menegaskan
dalam perkembangannya mulai menekankan bahwa tanggung jawab sosial bersifat sukarela,
pada dimensi keuntungan investasi sosial tidak ditujukan untuk tujuan sertifikasi, peraturan
daripada penekanan biaya investasi yang yang mengatur atau digunakan sebagai standar
tidak profitable dalam jangka panjang. Dalam kontrak kerja tertentu. ISO 26000 juga
kenyataannya, praktek CSR dipercaya baik tidak dimaksudkan sebagai dasar penciptaan
oleh kalangan pengusaha maupun konsumen penghambat perdagangan (Non Tariff Barrier)
dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. ataupun membebankan organisasi sebagai
Survey yang dilakukan di tahun 2008 terhadap sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan.
pengusaha di Eropa menunjukkan bahwa 95 Dalam panduan ini juga menganjurkan bahwa
persen pengusaha percaya bahwa etika bisnis tanggung jawab sosial seharusnya dapat dilakukan
yang mereka jalani dengan memperhatikan faktor oleh semua unit organisasi baik skala kecil
lingkungan meningkatkan keuntungan mereka menengah seperti UMKM maupun pemerintah
sebesar 16 persen (Russell, 2009). tanpa harus mengurangi kewajiban pemerintah
terhadap rakyatnya. Namun, pada kenyataannya
Definisi yang paling umum untuk mengartikan
teori seringkali tidak sesuai dengan kenyataan.
CSR adalah ”Komitmen keberlanjutan oleh
Sehingga, keberhasilan CSR tidak hanya dinilai
perusahaan yang memiliki perilaku moral dan
dari besar kecilnya nominal yang dikeluarkan
berkontribusi pada pembangunan ekonomi
tetapi lebih pada besar kecilnya manfaat yang
bersamaan dengan peningkatan kualitas
diterima oleh pemangku kepentingan.
hidup tenaga kerja dan keluarganya dan juga
masyarakat lokal secara luas” (World Business Pengklasifikasian pemangku kepentingan
Council for Sustainable Development, 2005). Pada seharusnya mengacu pada aturan tertentu
intinya, CSR adalah perubahan hubungan antara (Mitchell et al., 1997; Clarkson, 1995; Frederick
bisnis dengan masyarakat di sekitarnya. Banyak et al., 1998). Seharusnya pemangku kepentingan
orang percaya bahwa perusahaan tidak akan dibedakan menjadi pemangku kepentingan utama
berlangsung lama jika mereka hanya berorientasi (primer) dan pemangku kepentingan sekunder.
pada profit. Padahal, aktivitas mereka baik Dasar pengklasifikasian ini adalah derajat dari
secara langsung maupun tidak akan berdampak dampak yang diterima ataupun ditimbulkan oleh
positif maupun negatif terhadap masyarakat di mereka terhadap organisasi dalam mencapai misi
sekitar mereka ataupun masyarakat dunia. Oleh dan tujuan perusahaan. Kerangka pemikiran
karena itu, lembaga standarisasi internasional lainnya juga menyarankan agar dibagi menjadi
(ISO) memandang perlu untuk memberikan pemangku kepentingan sukarela dan non
panduan terhadap pelaksanaan CSR. ISO 26000
mengartikan SR (Social Responsibility) sebagai

108 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 21, No. 1, Juli 2013
sukarela (voluntary and involuntary) 1. Ada Rodrigues, 2006). Meskipun perhatian terhadap
pula yang membaginya menurut kepentingan karyawan begitu sedikit, dalam kaitannya dengan
terhadap finansial perusahaan, sehingga implementasi CSR, harapan, pandangan, perilaku
pemangku kepentingan perusahaan dapat dibagi dan ekspektasi karyawan adalah sama, yaitu
menjadi kelompok fiduciary dan non-fiduciary mendapatkan kesetaraan dan perhatian lebih
stakeholders.2 Pembagian yang paling umum dalam skema CSR perusahaan dimana mereka
dibahas dalam literatur adalah pembedaan antara mengabdi.
pemangku kepentingan internal dan eksternal. Dari sisi konsumen, menginginkan bahwa
Perbedaan diantara keduanya hanya sebatas pada konstruksi CSR tidak termasuk didalamnya,
batasan hukum dan administrasi yang terkait yang hanya akan membebani konsumen atas
dengan organisasi (Cavanagh dan McGoven, kenaikan harga produk (Garcia et al., 2005).
1988; Mitroff, 1983). Namun, harus disadari bahwa manajemen
Tenaga kerja misalnya dianggap sebagai tanggung jawab sosial tidak hanya terkait
kelompok pemangku kepentingan internal dengan keuntungan, sehingga dalam pandangan
perusahaan. Menurut Mitchell et al. (1997), dalam konsumen, CSR lebih berkorelasi dengan
tingkat yang lebih besar maupun kecil karyawan komersialisasi produk (Graafland et al., 2004).
memiliki setidaknya tiga karakteristik yang dapat Dari sisi marketing melakukan praktek CSR
memposisikan peran mereka sebagai pemangku diharapkan dapat menjaring konsumen dalam
kepentingan perusahaan yaitu legitimasi, urgensi jumlah yang besar. Reaksi konsumen terhadap
dan kekuasaan. Bahkan Drucker (2001); Handy praktek CSR perusahaan biasanya didasari pada
(2001) mengklaim bahwa karyawan dalam isu-isu strategis yang mempengaruhi manajerial
masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan perusahaan seperti isu tenaga kerja (pekerja
tinggi dianggap sebagai pemangku kepentingan anak, maupun pekerja ilegal), dampak produksi
yang lebih penting daripada modal (money dan konsumsi barang terhadap lingkungan,
capital) perusahaan. penggunaan binatang dalam uji coba produk juga
Namun sayangnya, dalam implementasi menjadi isu yang mulai penting terhadap etika
CSR perhatian untuk mereka sangatlah kecil, bisnis perusahaan (Yaumidin, 2011).
bahkan di tingkat pembahasan secara literatur Hasil penelitian Perez dan kawan-kawan
dibandingkan dengan perhatian terhadap UMKM, (2009) membuktikan bahwa implementasi CSR
pemerintah daerah, masyarakat terpencil dan ternyata mendorong konsumen untuk berperilaku
juga konsumen. Hal ini sangat mengejutkan, lebih baik terhadap produk yang dihasilkan
karena keahlian karyawan, loyalitas terhadap perusahaan dan tentunya akan memperbesar
perusahaan, dan motivasi karyawan acap kali keinginan konsumen untuk membeli produk
hanya digunakan sebagai sumber kompetisi tersebut. Sebagaimana layaknya diketahui
yang menguntungkan perusahaan, sehingga hal secara umum, bahwa banyak perusahaan selalu
ini pula yang menjadikan alasan CSR sebagai menciptakan brand image yang positif terhadap
ajang kompetisi antar perusahaan (Branco dan produknya. Meskipun image perusahaan dapat
1
diidentifikasikan secara multidimensional. Tetapi,
Pemangku kepentingan sukarela adalah mereka yang
telah berani mengambil resiko dengan menginvestasikan
dua dimensi penting yang bisa mewakili ini adalah
sejumlah uang yang banyak, tenaganya, teknologinya dan ”corporate social and commercial responsibilities
sumber daya lainnya dalam sebuah perusahaan. Sementara (Brown dan Dacin, 1997; Berens et al., 2005; Sen
pemangku kepentingan non-sukarela adalah sekelompok dan Bhattacharya, 2001).
orang yang tertarik dengan perusahaan karena kegiatan
perusahaan tersebut meskipun mereka tidak berniat untuk Dimensi lain yang ingin didekati dengan
itu (dalam arti mereka tidak menikmati keuntungan dengan penerapan CSR ini adalah keterkaitan antara
keterlibatan mereka dalam aktivitas perusahaan).
CSR dengan UMKM, studi yang dilakukan oleh
2
Goodpaster (1991) menunjukkan perbedaan antara pe-
CERFE group (2001) di Eropa menemukan
mangku kepentingan fidusia dan non-fidusia berdasarkan
penetapan kelompok-kelompok seperti kelompok peme- bahwa:
gang saham (fidusia) dan kelompok non pemegang saham a. raktek dan kebijakan UMKM secara umum
(non fidusia).
lebih banyak ditujukan untuk mengatasi

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL ... (Umi Karomah Yaumidin) │ 109


dampak lingkungan daripada sosial dan Dari sisi penelitian, Gariga dan Mele (2004)
ekonomi. Hal ini menunjukkan derajat memetakan berbagai penelitian tentang CSR
kebijakan publik, public awarness dan in- dengan menggunakan pendekatan teoritis yang
ternasional standard dari proses sertifikasi terbagi dalam empat kelompok yaitu:
dan auditing. a. Teori Moral. Dalam kelompok ini lebih
b. UMKM cenderung memprioritaskan isu- mendekatkan pada persyaratan etik yang
isu yang dibawa melalui program CSR dan harus dipenuhi dalam hubungan an-
berkonsentrasi pada satu atau dua isu kunci tara pengusaha dengan masyarakat di
daripada menjalankan semua isu yang sekitarnya. Nilai nilai normatif stakeholder
mungkin hanya sanggup dijalankan oleh menjadi fokus kajian disamping hak asasi
perusahaan besar. manusia, keberlanjutan pembangunan dan
c. UMKM lebih memprioritaskan program pendekatan kebijakan barang publik.
dan isu lokal. b. Teori Instrumental. Fokus kajian kelom-
d. UMKM cenderung lebih aktif dalam CSR pok ini ditekankan pada penciptaan alat
yang mana mereka dapat memiliki jaringan strategis untuk memaksimalkan kesejah-
yang lebih luas, peningkatan kualitas serta teraan melalui CSR. Maksimalisasi nilai
adanya jaringan dengan luar negeri yang shareholder, strategi untuk keuntungan
cenderung menekankan pada dampak ling- kompetitif dan hubungan kausal pemasa-
kungan atau penggunaan modal intelektual ran merupakan poin yang diperhitungkan.
yang relatif tinggi. c. Teori Integratif. Kelompok ini mengguna-
kan pendekatan bagaimana bisnis dapat
berintegrasi dengan permintaan sosial
Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian
yang ada dilingkungan usahanya. Dengan
Raynard and Maya (2002) yang didanai oleh
berkonsentrasi pada isu-su manajemen,
UNIDO, proses pembangunan UMKM di negara
prinsip-prinsip tanggung jawab publik,
berkembang menjadi sangat penting tidak hanya
manajemen stakeholder, dan kinerja sosial
diperuntukkan untuk mengatasi isu kemiskinan
perusahaan menjadi bagian teori yang do-
dan penurunan kualitas lingkungan tetapi juga
minan.
diperuntukkan agar UMKM mendapatkan
akses ke pasar (baik lokal, nasional maupun d. Teori Politik. Pendekatan teori yang
internasional), melalui jalur ini negara berkembang digunakan dalam penelitian ini lebih
seharusnya nmampu menemukan jalan keluar dari banyak kepada kekuatan sosial yang inhe-
perangkap kemiskinan. Gambar 2 berkut ini rent dengan tanggung jawab bisnis untuk
menunjukkan bagaimana CSR yang dibangun memberikan peran positif bagi lingkungan
oleh Trans National Corporation (TNC) memiliki sosial di sekitarnya. Pada khususnya mer-
dampak langsung maupun tidak langsung di eka berkonsentrasi kepada corporate con-
kelompok masyarakat negara-negara selatan baik stitutionalism, integrative social contracts,
operasional CSR itu bermanfaat bagi UMKM dan corporate citizenship.
dan juga mampu meningkatkan permintaan atas
produk UMKM. Dengan kata lain dimensi CSR Kajian yang seharusnya dikembangkan saat
bukan hanya memiliki dampak terhadap UMKM, ini mengenai studi tentang CSR menurut Gariga
melainkan juga pemangku kepentingan lainnya dan Mele (2004) seharusnya dapat menggabungkan
seperti local community dan remote community keempat pendekatan ini menjadi satu dimensi
yang untuk sebagian jenis industri berada dalam yang utuh. Dengan kata lain studi tentang CSR
ring satu (garda depan) perusahaan. Tetapi, konsep harus mengacu pada permintaan bisnis yang
ini hanya sesuai untuk UMKM yang memiliki mencakup nilai-nilai etika, keuntungan yang
mitra langsung dengan perusahaan multinasional memadai, permintaan sosial yang terintegrasi,
terutama yang berkaitan dengan proses supply dan menunjukkan peran positif bagi lingkungan
chain dan standarisasi. dan masyarakat sekitar usaha. Oleh karena itu
dimensi Corporate Sosial Responsibility (CSR)

110 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 21, No. 1, Juli 2013
dalam jangka panjang harus berubah menjadi dan tanggung jawab sosial perusahaan diperoleh
Corporate Sosial Investment (CSI). dari berbagi studi literatur dan data sekunder yang
Berdasarkan hasil kajian tentang CSR dan bersumber dari berbagai terbitan baik laporan
kewirausahaan sosial, muncullah beberapa keberlanjutan perusahaan, kertas kerja maupun
gagasan yang mengilhami untuk menjembatani artikel dalam jurnal maupun majalah ilmiah.
keterbatasan pelaksanaan CSR yang bersifat Analisis kualitatif mendominasi
altruistik sebelumnya menjadi program kegiatan pemaparan paper ini, yang ditunjang oleh bukti
yang lebih produktif dan memiliki tingkat empiris yang didasarkan pada pengalaman penulis
keberlanjutan dalam jangka panjang. Sementara dalam memandu berjalannya sinergi konsep
dari sisi pengembangan kewirausahaan yang kewirausahaan sosial dan tanggung jawab sosial
tradisional dan statis yang berupaya menekan perusahaan di daerah observasi Desa Taman
resiko untuk mendapatkan keuntungan sebesar- Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor
besarnya dalam jangka pendek tetapi tidak di tahun 2012 dalam kerangka kerja Program
memiliki kemampuan bertahan dalam jangka Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT.
panjang. Dalam pandangan wirausahawan Bank Mandiri, Tbk.
tradisional keberlanjutan bisnis bukanlah
tujuan utama, keuntungan dalam jumlah besar PEMBAHASAN
adalah tujuan akhirnya. Tetapi, konsep ini
mulai ditinggalkan dan seorang wirausahawan
modern mulai di tuntut mampu mengelola resiko Perkembangan Praktek Kewirausahaan dan
demi tujuan keberlanjutan usaha dalam jangka Tanggung Jawab Sosial di Indonesia
panjang, dan inilah inti dari kewirausahaan Perekonomian Indonesia yang tumbuh pasti
sosial. Senada dengan praktek CSR yang di tengah badai krisis ekonomi yang melanda
ditujukan untuk mewujudkan keberlanjutan belahan negara Eropa, Amerika dan sebagian
usaha. Oleh karena itu, sinergi melalui perubahan China, menjadi perhatian penting oleh ekonom-
praktek CSR yang bersifat derma, dialihkan ekonom dunia. Majalah The Economist (2012)
menjadi praktek CSR yang didasarkan pada misalnya menyebut ekonomi Indonesia sebagai
kewirausahaan sosial menjadi alternative ekonomi Komodo. Hal ini dimaksudkan untuk
solusi dari kelemahan masing-masing program. menggambarkan perekonomian yang lincah, ulet,
Sehingga, tantangan multidimensional yang mengambang dan (ternyata) tangkas.
dihadapi dalam pelaksanaan kewirausahaan social Menurut Budiono (Diplomasi, 2012)
dan tantangan multisektor yang dihadapi dalam pencapaian ini bukanlah sebuah keberuntungan,
praktek CSR harus mendapatkan prioritas serius melainkan hasil dari kerja ke ras pemerintah
dalam penangannya. Melalui pengintegrasian dan sektor swasta. Privatisasi BUMN dianggap
program CSR dan kewirausahaan sosial untuk berhasil dalam meningkatkan tata kelola dan
peningkatan kapasitas UKM dalam kerangka profesionalisme perusahaan. Indikator utamanya
system manajemen integratif perusahaan besar adalah enam BUMN Indonesia berhasil masuk
dan didukung tata kelola yang baik dari semua sebagai kelompok 500 perusahaan global terkaya.
entitas organisasi yang bersinergi, maka tujuan Sejak tahun 2011, BUMN berjumlah kurang
akhir yaitu keberlanjutan usaha dan keberlanjutan lebih 135 perusahaan atau hanya 6 persen dari
pembangunan akan terwujud. total perusahaan yang beroperasi di Indonesia
(221.875 perusahaan). Prestasi yang ditorehkan
METODOLOGI PENELITIAN perusahaan BUMN tidak hanya sebatas pada
peningkatan tata kelola tetapi juga perolehan laba
Untuk menjawab tujuan dari paper ini, maka
yang cukup signifikan. Hampir 83 persen BUMN
paper ini di susun dengan pendekatan penelitian
berkontribusi memberikan laba dengan akumulasi
ekploratif, dengan menggali sedalam-dalamnya
laba sekitar Rp 115,6 Triliun. Angka ini terus
informasi mengenai praktek tanggung jawab
meroket di tahun 2012, dimana laba bersih BUMN
sosial perusahaan dan kewirausahaan sosial.
meningkat 10,69 persen dari tahun sebelumnya
Konsep dan pengembangan kewirausahaan sosial

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL ... (Umi Karomah Yaumidin) │ 111


atau sebesar Rp 128 triliun. Kelompok perbankan Tabel 2. Daftar Perusahaan BUMN yang meraup
merupakan kontributor terbesar dalam hal Keuntungan di Tahun 2011 – 2012
ini, yaitu sebesar Rp 43,8 triliun3, sementara
kelompok non BUMN menyumbang 30 persen a Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
(lihat tabel 2). 1 Perum Perhutani(Persero)
2 Perum Prasarana Perikanan Samudera
3 PT Inhutani I(Persero)
4 PT Inhutani IV (Persero)
5 PT Inhutani V (Persero)
6 PT Perikanan Nusantara(Persero)
7 PT Perkebunan Nusantara I (Persero)
8 PT Perkebunan Nusantara II (Persero)
9 PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
10 PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)
11 PT Perkebunan Nusantara V (Persero)
12 PT Perkebunan Nusantara VI (Persero)
13 PT Perkebunan Nusantara VII (Persero)
14 PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero)
15 PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)
16 PT Perkebunan Nusantara X (Persero)
17 PT Perkebunan Nusantara XII (Persero)
18 PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero)
19 PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero)
20 PT Pertani (Persero)
21 PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)
22 PT Sang Hyang Seri (Persero)
b Pertambangan dan Penggalian
3
Indonesia memiliki sektor perbankan dengan kapi- 1 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
talisasi dan regulasi yang sangat baik serta memiliki
2 PT Bukit Asam (Persero) Tbk
120 bank yang aktif di pasar. Oleh karena itu ironis
jika jumlah kartu kredit yang ada di pasar jumlahnya 3 PT Pertamina (Persero)
kurang dari 15 juta dan hanya dimiliki oleh 7 juta 4 PT Sarana Karya(Persero)
orang. Angka statistik seperti ini juga terjadi di 5 PT Timah (Persero) Tbk
seluruh sektor keuangan – personal loan, asuransi
c Industri Pengolahan
jiwa, sekuritas, dan sebagainya (Kementrian BUMN,
2012). Hal ini dapat berarti bahwa sektor perbankan 1 Perum Percetakan Negara Indonesia
Indonesia belajar dari pengalaman krisis 1997, terlalu 2 Perum Percetakan Uang Republik Indonesia
ketat memberlakukan prinsip prudential banking dan
3 PT Balai Pustaka (Persero)
mengucurkan dana-dana kredit komersial dalam jum-
lah besar khususnya kepada sektor-sektor yang diang- 4 PT Barata Indonesia (Persero)
gap beresiko tinggi seperti pertanian dan perikanan. 5 PT Bio Farma (Persero)
Keadaan ini juga dapat mengindikasikan bahwa akses
6 PT Cambrics Primissima (Persero)
terhadap produk-produk perbankan belum mencapai
seluruh lapisan masyarakat, terutama mereka yang 7 PT Dahana (Persero)
minim kolateral. Di sisi lain, menjamurnya lembaga PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari
keuangan mikro baik yang berbadan hukum koperasi 8 (Persero)
maupun lembaga keuangan non-bank seperti BPR 9 PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero)
menjadi alternative pendanaan yang aksesible bagi
10 PT Garam (Persero)
masyarakat khususnya kelas menengah ke bawah.
11 PT Indofarma (Persero) Tbk

112 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 21, No. 1, Juli 2013
12 PT Industri Kereta Api (Persero) 9 PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero)
13 PT Industri Sandang Nusantara (Persero) 10 PT Kawasan Industri Makasar (Persero)
PT Industri Telekomunikasi Indonesia 11 PT Kawasan Industri Medan (Persero)
14 (Persero) PT Kawasan Industri Wijaya Kusuma
15 PT Kimia Farma (Persero) Tbk 12 (Persero)
16 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk 13 PT Kereta Api Indonesia (Persero)
17 PT LEN Industri (Persero) 14 PT Pelabuhan Indonesia I (Persero)
18 PT Pindad (Persero) 15 PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)
19 PT Semen Baturaja (Persero) 16 PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)
20 PT Semen Gresik (Persero) Tbk 17 PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero)
Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas 18 PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
d dan Udara Dingin 19 PT Pos Indonesia (Persero)
1 PT Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk 20 PT Varuna Tirta Prakasya (Persero)
2 PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Penyediaan Akomodasi dan Makan
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, dan i Minum
Daur Ulang, Pembuangan Pembersihan 1 PT Hotel Indonesia Natour (Persero)
e Limbah dan Sampah J Informasi dan Komunikasi
1 Perum Jasa Tirta I 1 Perum LKBN ANTARA
2 Perum Jasa Tirta II 2 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
f Konstruksi K Jasa Keuangan dan Asuransi
1 Perum Pembangunan Perumahan Nasional 1 Perum Jamkrindo
2 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 2 PT Asabri (Persero)
3 PT Amarta Karya(Persero) 3 PT Askrindo (Persero)
4 PT Brantas Abipraya (Persero) 4 PT Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
5 PT Hutama Karya (Persero) 5 PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero)
6 PT Istaka Karya(Persero) 6 PT Asuransi Jasa Rahardja (Persero)
7 PT Nindya Karya (Persero) 7 PT Asuransi Jiwasraya (Persero)
8 PT Pembangunan Perumahan (Persero) 8 PT Asuransi Kesehatan Indonesia (Persero)
9 PT Pengerukan Indonesia (Persero) 9 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
10 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 10 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 11 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
g dan Perawatan Mobil dan Motor
12 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
1 Perum Bulog
PT Perusahaan Perdagangan Indonesia 13 PT PANN Multi Finance (Persero)
2 (Persero) 14
PT Pegadaian(Persero)
3 PT PP Berdikari (Persero) 15
PT Permodalan Nasional Madani (Persero)
4 PT Sarinah (Persero) 16
PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero)
h Transportasi dan Pergudangan 17
PT Reasuransi Umum Indonesia (Persero)
1 Perum DAMRI 18
PT Taspen (Persero)
2 Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta 19
PT Jamsostek
3 PT Angkasa Pura I (Persero) L Real Estate
PT Bali Tourism & Development
4 PT Angkasa Pura II (Persero) 1 Corporation
5 PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) PT TWC Borobudur, Prambanan dan Ratu
6 PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) 2 Boko
7 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk M Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis
8 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 1 PT Bina Karya (Persero)

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL ... (Umi Karomah Yaumidin) │ 113


2 PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) sumber daya yan terus tumbuh dengan pesat
dan memberikan peluang bagi investasi dan
3 PT Indah Karya (Persero)
perdagangan. Harapannya dalam jangka
4 PT Indra Karya (Persero)
panjang seharusnya UKM mampu sebagai
5 PT Sucofindo (Persero) penopang perekonomian rakyat dalam
6 PT Surveyor Indonesia (Persero) jangka panjang yang di dukung oleh BUMN
7 PT Virama Karya (Persero) yang mampu bergerak sebagai perusahaan
8 PT Yodya Karya (Persero) multinational yang tangguh di kancah
Sumber: Kementrian BUMN, 2012 perdagangan internasional.
Hanya saja, peluang ini belum
Dana yang terhimpun untuk pelaksanaan termanfaatkan secara optimal, bahkan
tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia penempatan rating Indonesia sebagai
diperkirakan mencapai lebih dari 2 trilliun, dengan negara tujuan investasi belum menunjukkan
perhitungan sederhana saja jika laba bersih BUMN peningkatan realisasi investasi asing baik
tahun 2012 mencapai 128 trilliun, sementara dalam bentuk FDI (Foreign Direct Investment)
BUMN memiliki kewajiban untuk melaksanakan maupun kapitalisasi di pasar Modal. Terlalu
program PKBL (Program Kemitraan dan Bina banyak pertimbangan bagi investor untuk
Lingkungan) dengan menyisihkan 1-2 persen laba menanamkan modalnya di Indonesia. Bahkan
bersih, maka dapat diperhitungkan bahwa total menurut doing busineses database tahun 2013
dana PKBL dari BUMN saja bisa mencapai 2,56 (Bank Dunia, 2013), yang melihat sejauh mana
triliun. Dana ini belum memperhitungkan dana peraturan pemerintah yang dibentuk mampu
dari perusahaan swasta nasional dan asing yang mendorong munculnya bisnis baru khususnya
beroperasi di Indonesia dan harus menjalankan bagi bisnis yang berskala kecil dan menengah,
ketentuan UU No. 40 tahun 2007 pasal 74 menempatkan Indonesia sebagai negara yang
tentang kewajiban bagi perusahaan berbentuk paling rendah dalam perbaikan iklim investasi
PT (Perseroan Terbatas) yang mengeksploitasi yang ramah terhadap bisnis. Indonesia
sumber daya Indonesia untuk melaksanakan CSR. menempati peringkat 128 satu angka di atas
Dengan kata lain secara rata-rata masing-masing Bangladesh dan di bawah Eitophia. Indonesia
BUMN wajib melakukan praktek CSR sebesar selalu menyatakan bahwa UKM merupakan
100 juta hingga 2 milliar per perusahaan setiap motor pertumbuhan ekonomi, tetapi kebijakan
tahunnya. bisnis yang ditetapkan menurut survey ini tidak
Potensi ini cukup besar untuk berpihak kepada UKM, di tahun 2013 kemudahan
mengembangkan UKM yang rata-rata peraturan dan pengurusan bisnis bagi UKM hanya
modalnya berkisar antara 5 hingga 50 sebatas pada pemenuhan kebutuhan listrik, seperti
juta. Oleh karena itu, potensi CSR BUMN kebijakan untuk pemasangan listrik baru bagi
yang cukup besar ini seharusnya mampu UKM cukup hanya dengan menunjukkan tagihan
dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi listrik tetangganya sebagai petunjuk lokasi
kewirausahaan sosial dikalangan UKM yang pemasangan listrik baru, sangat memudahkan
muncul secara massif di dekade terakhir bagi UKM.
(2002 – 2012). Kondisi ini juga ditunjang Sungguh ironis, ketika negara-negara
oleh perekonomian yang menjanjikan dan tetangga seperti Singapore, Thailand,
struktur BUMN yang sehat, serta jumlah Malaysia dan Vietnam semakin konvergen
konsumen yang besar khususnya kelompok dan memperkecil gap diantara negara-negara
konsumen dari kelompok kelas menengah yang ramah terhadap bisnis, justeru Indonesia
yang mampu mendongkrak pertumbuhan semakin jauh tertinggal (gambar 3). Singapura
ekonomi dengan peningkatan permintaan bersama dengan Korea Selatan, China, Hong
terhadap barang dan jasa domestik yang Kong SAR, New Zealand, Amerika Serikat,
cukup besar. Potensi ini terus didukung oleh Denmark, Norway, Inggris, Georgia; and
perbaikan kondisi infrastruktur dan sektor Australia menjadi 10 negara dengan regulasi

114 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 21, No. 1, Juli 2013
pemerintah yang paling ramah terhadap bisnis. siapa saja seperti masyarakat, pemerintah daerah,
Bahkan laporan ini juga mencatat bahwa kalangan media, LSM bahkan konsumen; Kedua,
pertumbuhan bisnis yang paling menjanjikan inisiator CSR akan berimplikasi terhadap bentuk
(hampir 1/3) investasi dunia tertuju pada program, tujuan hingga target dan pengawasan
kawasan Afrika Selatan, sementara itu negara CSR itu sendiri; Ketiga, seluruh pemangku
dengan perbaikan iklim investasi tercepat kepentingan harus memiliki visi dan misi yang
adalah Mongolia. sama tentang CSR, sehingga memudahkan dalam
tahapan proses identifikasi masalah, pelaksanaan
program dan eksekusi setiap problem hingga
tahapan keberlanjutannya (Yaumidin, 2012).
Untuk itu pembentukan forum CSR yang
beranggotakan representasi dari setiap pemangku
kepentingan menjadi satu keharusan yang ada
dalam kelembagaan yang mengedepankan
sinergi multisektor dan integrasi program yang
berdimensi multidimensi.
Secara konseptual kegiatan CSR diharapkan
menjadi satu alur simultan yang terintegrasi dengan
bisnis inti yang dimiliki oleh perusahaan, hal ini
penting untuk menjaga keberlanjutan usahanya.
Sumber: World Bank, 2013. Gambar 4 di bawah ini menunjukkan proses
Gambar 3 Batasan Jarak Rating Investasi dan Bisnis integrasi top-down dan integrasi bottom up CSR.
dari tahun 2005 - 2013. Pendekatan top-down difokuskan pada identifikasi
kebutuhan stakeholder dan integrasi CSR dengan
Berdasarkan hasil laporan dari Bank Dunia sistem manajemen internal. Pendekatan integrasi
tersebut, maka seharusnya pengembagan Usaha top-down mencakup pengembangan indikator
Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia internal seperti kesehatan dan keselamatan
tidak bisa dianggap sambil lalu, perlu peran karyawan, dampak lingkungan, dan isu keadilan.
mitra penggiat baik yang berasal dari kalangan Kebutuhan untuk integrasi ‘top-down’ ini sejalan
perusahaan besar, maupun pemangku kepentingan dengan kebanyakan literatur yang menyerukan
lainnya seperti masyarakat. Sehingga penumbuhan dimensi integrasi sosial dan lingkungan ke
kewirausahaan baru di kalangan pelaku UKM harus dalam proses bisnis. Selain itu, pendekatan ini
terus dikembangkan bukan hanya kewirausahaan juga diperlukan di tingkat struktural organisasi,
komersial tetapi juga kewirausahaan sosial. terutama untuk mendefinisikan CSR, dan membuat
Sejalan dengan perkembangan kewirausahaan arus komunikasi dan informasi berjalan efektif,
sosial, tanggung jawab sosial perusahaan yang dengan kata lain pendekatan ini secara sitematis
berlaku di Indonesiapun memiliki perkembangan mampu menerjemahkan tujuan strategis CSR dan
yang cukup masif tidak hanya dalam tataran mengintegrasikan pemangku kepentingan yang
konsep tetapi juga dalam tataran praktik. berbeda dalam proses bisnis.
Meskipun disadari bahwa tidak ada aturan yang Sementara itu, indikator pendekatan bottom-
baku yang mengatur pelaksanaan tanggung up sangat terkait dengan konsultasi antara pihak
jawab sosial perusahaan, setidaknya terdapat manajemen dengan pemangku kepentingan
beberapa pola ataupun model yang sama dalam khususnya masyarakat terutama dalam
implementasinya. mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat,
Bagian berikut ini akan merangkum tahapan dampak aktivitas perusahaan terhadap lingkungan
pelaksanaan tanggung jawab sosial yang dilakukan masyarakat, kontribusi perusahaan terhadap
oleh perusahaan yang ada di Indonesia. Pertama, pengembangan sosial ekonomi masyarakat, dan
adalah inisiator CSR, tidak selamanya berasal dari tentunya indikator-indikator yang terkait dengan
pihak manajemen melainkan bisa berasal dari peningkatan kualitas hidup masyarakat. Intinya

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL ... (Umi Karomah Yaumidin) │ 115


Sumber: Asif et.al, 2011
Gambar 4 Integrasi Sistem Manajemen dalam CSR
pendekatan bottom-up menyediakan pendekatan ini didasari oleh kekhawatiran yang berlebihan,
sistematis untuk melibatkan para pemangku memaknai CSR sejatinya tidak dipandang dari
kepentingan yang acapkali diabaikan dalam sudut politik kekuasaan, tetapi lebih ditekankan
implementasi program CSR4. pada pelaksanaan etika bisnis yang ramah
Sementara itu, kehadiran CSR oleh sebagian terhadap pemangku kepentingan. Meskipun
kalangan birokrasi Indonesia disikapi sebagai dalam perdagangan internasional Negara-negara
salah satu bentuk program pengalihan tanggung maju – yang memiliki belasan perusahaan
jawab pemerintah kepada swasta.5 Pandangan multinasional dengan akumulasi modal yang
setara dengan dua pertiga GDP dunia (Todaro,
4
Dengan dalih bahwa CSR bukan fokus keahlian 2009) tidak menutup kemungkinan untuk turut
perusahaan, seringkali perusahaan memanfaatkan pihak serta ‘membeli’ kekuasaan dan mengatur jalannya
ketiga seperti konsultan CSR maupun LSM-LSM untuk
menciptakan kegiatan yang dapat di klaim sebagai kegiatan roda pemerintahan – mulai mengharuskan
CSR perusahaan tanpa perlu melakukan proses pendekatan beragam peraturan yang terkait dengan
langsung terhadap masyarakat dibawahnya, sehingga pelaksanaan etika bisnis yang menjunjung tinggi
seringkali bantuan CSR yang digelontorkan perusahaan
Hak Asasi Manusia, mengedepankan transparansi,
menjadi tidak tepat sasaran dan tidak menyentuh langsung
kelompok yang seharusnya perlu dibantu. akuntabilitas, penghargaan terhadap hokum, hak-
5
Lihat pandangan Basri (2001) dan sebagian hak dan kepentingan pemangku kepentingan dan
birokrat Bapenas yang kontra terhadap perambahan pihak juga norma-norma internasionaldan local yang
swasta untuk menangani berbagai masalah social yang berlaku di wilayah operasionalnya.
dianggap sebagai perwujudan consensus Washington yang
memberikan kewenangan dan keleluasaan yang sebesar- Hambatan yang bersifat non-tarif seperti ini
besarnya kepada pihak swasta atau pemilik modal untuk memiliki implikasi biaya yang besar terhadap
ikut mengatur pemerintahan.

116 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 21, No. 1, Juli 2013
operasionalisasi bisnis perusahaan, meskipun yang benar-benar mampu mendesain program
sebenarnya etika bisnis yang dibangun dapat hingga melakukan evaluasi terhadap kegiatan
dijadikan sebagai upaya –perusahaan untuk CSR. Acapkali LSM yang selaku “konsultan”
menciptakan branding dan image yang mungkin CSR berpindah-pindah perusahaan dan tidak
harganya jauh lebih murah dibandingkan biaya konsisten. Hal ini menyebabkan tumpang tindih
iklan produk yang mereka hasilkan melalui media kegiatan CSR yang mungkin memang menjadi
komunikasi. Oleh karena itu, mengintegrasikan replika dari kegiatan sejenis tetapi seringkali
program CSR kedalam system manajemen tidak sesuai dengan visi dan misi serta budaya
semakin memperjelas posisi program CSR perusahaan. Hasil akhirnya seringkali program
sebagai bagian dari etika bisnis perusahaan yang CSR nampak kemilau di luar tetapi rapuh di
berorientasi pada keberlanjutan bisnis bukan dalam karena keterlibatan stakeholder internal
‘bisnis seperti biasanya’. yang minim. Atau sebaliknya CSR hanya
Sebagian besar orang berfikiran jika dana indah di dalam namun tak nyata di luar, karena
CSR ini optimal penggunaannya dan tepat perusahaan hanya terfokus pada pencapaian
sasaran, seharusnya kemiskinan sudah enyah dari kinerja internal perusahaan dan mengabaikan
bumi Indonesia. Beragam upaya dilakukan oleh stakeholder eksternal.Setidaknya terdapat tiga tiga
pemerintah untuk mengoptimalkan pemanfaatan karakter mendasar yang menyebabkan kegagalan
dana CSR bagi pengentasan kemiskinan, namun pelaksanaan CSR yaitu:
masih menuai pro dan kontra. Belum adanya 1. Lemahnya hubungan antar pemangku kepent-
kerangka pikir yang jelas yang tertuang dalam ingan; Keberdaan forum komunikasi antar
petunjuk teknis menyebabkan tidak semua pemangku kepentingan yang masih sangat ter-
perusahaan mampu menjalankan program CSR batas menyebabkan kerjasama dan pertukaran
yang notabene bukan bagian tupoksi dan deskripsi informasi menjadi sangat terbatas dilakukan.
kerja mereka. Sementara, tidak banyak juga ahli Demikian pula dengan ego sektoral yang masih
yang benar-benar mampu mendesain program tinggi secara langsung menimbulkan sulitnya
hingga melakukan evaluasi terhadap kegiatan membangun kepercayaan antar pemangku ke-
CSR. Acapkali LSM yang selaku “konsultan” pentingan ataupun dalam membentuk forum
CSR berpindah-pindah perusahaan dan tidak komunikasi. Disisi lain penghargaan terhadap
konsisten. Hal ini menyebabkan tumpang tindih pelaksanaan CSR maupun pemahaman yang
kegiatan CSR yang mungkin memang menjadi menyeluruh mengenai kegiatan CSR menjadi
replika dari kegiatan sejenis tetapi seringkali faktor penentu dalam kualitas hubungan dan
tidak sesuai dengan visi dan misi serta budaya kerjasama antar pemangku kepentingan.
perusahaan. Hasil akhirnya seringkali program 2. Terbatasnya dokumen perencanaan dan pen-
CSR nampak kemilau di luar tetapi rapuh di dalam gelolaan CSR yang terintegrasi; Kondisi ini
karena keterlibatan stakeholder internal yang terbentuk akibat beberapa faktor seperti: 1)
minim. Atau sebaliknya CSR hanya indah di terbatasnya data perusahaan yang aktif berop-
dalam namun tak nyata di luar, karena perusahaan erasi di wilayah tersebut; 2) terbatasnya data
hanya terfokus pada pencapaian kinerja internal lengkap dan terintegrasi melingkupi berbagai
perusahaan dan mengabaikan stakeholder karakteristik daerah, baik yang bersifat sosial,
eksternal. demografi, ekonomi maupun data-data fisik
Beragam upaya dilakukan oleh pemerintah dan spasial; 3) terbatasnya studi atas dampak
untuk mengoptimalkan pemanfaatan dana kegiatan perusahaan.
CSR bagi pengentasan kemiskinan, namun 3. Beragamnya karakteristik geografis, social,
masih menuai pro dan kontra. Belum adanya ekonomi dan politik wilayah. Kondisi ini
kerangka pikir yang jelas yang tertuang dalam berpengaruh pada keterjangkauan, kapasitas
petunjuk teknis menyebabkan tidak semua daerah, terbatasnya infrastruktur, ketergan-
perusahaan mampu menjalankan program CSR tungan terhadap alam yang tinggi, kerusakan
yang notabene bukan bagian tupoksi dan deskripsi lingkungan maupun kepedulian terhadap
kerja mereka. Sementara, tidak banyak juga ahli kehidupan disekitarnya.

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL ... (Umi Karomah Yaumidin) │ 117


Sumber: Yaumidin et al., 2011 hal. 52
Gambar 5 Tidak Optimalnya Pelaksanaan CSR

Selain masalah ketidakoptimalan pelaksanaan sinergi multisektor pelaksanaan tanggung jawab


CSR di Indonesia secara umum, perusahaan juga sosial yaitu;
dihadapkan pada tantangan multisektor yang 1. Rendahnya employment engagement dalam
melibatkan banyak pemangku kepentingan kegiatan CSR
seperti pemerintah, LSM, masyarakat, konsumen,
2. Mahalnya biaya koordinasi
media massa dan elektronik serta kalangan
akademisi. Semua pemangku kepentingan 3. Sulitnya mencapai kesamaan visi dan misi
harus berkontribusi terhadap tanggung jawab dalam menentukan program kegiatan.
sosial, sehingga sinergi diantara pemangku 4. Masih tingginya egosentris perusahaan
kepentingan ini tentunya tidak hanya sebatas 5. Sulitnya mendiversifikasi pekerjaan è me-
program, tetapi juga vested interest dari setiap nentukan PIC dalam tiap moment kegiatan.
entitas organisasi harus terwakili dan tercermin 6. Aturan birokrasi yang tidak fleksible
dalam program-program tersebut. Alternatif yang
7. Sulitnya menggapai trust diantara pihak
pernah dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah
yang bersinergi
dengan melibatkan lembaga intermediasi yang
bersifat netral dan tidak memiliki kepentingan 8. Minimnya lembaga yang bisa menjadi
untuk mendapatkan keuntungan dari sisi intermediasi sinergi CSR
materi, melainkan berupaya untuk mencapai
keberlanjutan organisasinya. Kelompok iini bisa Salah satu terobosan yang diharapkan
berasal dari kalangan akademisi, periset maupun akan menjawab permasalahan tersebut adalah
lembaga swadaya masyarakat. Tidak mudah dengan menciptakan nilai-nilai sosial dalam
sebenarnya mensinergikan tanggung jawab sosial kewirausahaan, baik yang ditujukan untuk
dengan pelibatan kemitraan lebih dari dua sektor. manajemen internal perusahaan sehingga
Setidaknya terdapat delapan tantangan yang harus memperkuat budaya perusahaan, maupun
dihadapi dan diselesaikan dalam mewujudkan memotivasi dan mendorong terciptanya

118 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 21, No. 1, Juli 2013
wirausahawan sosial melalui program CSR mandiri program-program CSR yang dilakukan
yang bermitra dengan lembaga nirlaba. Group oleh Bank Mandiri tidak hanya mendukung
Nuevo (2009) misalnya perusahan yang bergerak bagi penciptaan wirausahawan baru tetapi juga
di bidang sistem irigasi, perumahan, bahan ditujukan untuk mendidik kemandirian bangsa.
bangunan, kayu dan produk pertanian, serta sistem Tercatat selama kurun waktu 2010, peserta
perpipaan untuk air minum dan limbah yang program pendampingan dan pembinaan
berdomisili di Meksiko, dan beroperasi di hampir berwirausaha mencapai 3.294 orang atau
25 negara Amerika latin terinspirasi tentang terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun
investasi Ashoka dalam kewirausahaan sosial. sebelumnya sebesar 96%. Dengan capaian
Pihak manajemen memutuskan untuk ini telah menempatkan Bank Mandiri sebagai
membuat tanggung jawab sosial perusahaan dan posisi runner up untuk penghargaan Best CSR
pembangunan berkelanjutan sebagai elemen Disclosure in Annual Report pada kegiatan
kunci dari strategi Grupo Nueva. Group ini Indonesia Sustainability Report Award 2010
kemudian menjadi mitra strategis Ashoka dalam yang diselenggarakan oleh National Center
jangka panjang sebelum akhirnya mendirikan for Sustainability Reporting (NCSR), dan
kelompok sendiri yang disebut Avina. Avina serangkaian penghargaan lainnya. Tahun 2012
adalah sebuah organisasi yang berinvestasi di Bank Mandiri turut berpartisipasi dalam program
bidang sosial yang menaungi ribuan pengusaha pemerintah untuk pengembangan desa mandiri.
di Amerika Latin dan Semenanjung Iberia. Desa Mandiri secara umum memiliki makna
Tujuannya adalah untuk menciptakan kemitraan yang luas, tetapi secara harfiah diartikan sebagai
di Amerika Latin dengan masyarakat perintis kemampuan desa dalam memenuhi kebutuhannya
dan duniabisnis, dan mendukung upaya mereka sendiri, tanpa tergantung pada pihak lain. Disisi
dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. lain, dinamika pembangunan desa tidak hanya
Hal yang menarik dari operasional Avina tidak terkait dengan masalah ekologi dan agraria, tetapi
hanya menguntungkan pemegang saham, tetapi lebih dari itu pengaruh masuknya budaya modern
juga masyarakat, sebagai hasil dividen yang perlahan namun pasti akan merubah struktur
diinvestasikan kembali dalam arena sosial. Ini sosial maupun budaya tradisional masyarakat
jelas merupakan solusi baru dan konkret yang desa (Gambar 6).
harusmenginspirasi orang-orang bisnis yang
mencari untuk menyelaraskan tanggung jawab
sosial dengan tujuan bisnis tradisional.
Tantangan Multi-dimensi dan Multi-
sektoral Tanggung Jawab Sosial berbasis
Kewirausahaan Sosial
Di Indonesia, hampir setiap perusahaan
yang memiliki kesamaan bisnis mencoba
bersinergi melaksanakan kegiatan CSR melalui
forum komunikasi CSR. Forum komunikasi Sumber: Yaumidin, 2012
CSR yang tadinya dibentuk hanya berdasarkan
Gambar 6. Program Desa mandiri - Bina Lingkun-
kesamaan jenis usaha, dan ternyata kurang efektif. gan PT. Bank Mandiri
Saat ini forum komunikasi CSR beranggotakan
tidak hanya perusahaan sejenis, melainkan lebih Pola yang dikembangkan untuk membentuk
didasarkan pada kesamaan konsep dan program desa mandiri dimulai dari pengembangan desa
CSR sehingga tidak terjadi tumpang tindih mandiri pangan, kemudian dilanjutkan dengan
kegiatan bahkan dapat menjadi komplementer dari mandiri di bidang energi dan terakhir mandiri di
berbagai kegiatan CSR. Salah satu program CSR bidang lingDalam kegiatan ini tentunya Bank
yang mengkombinasikan kegiatan kewirausahaan Mandiri tidak dapat bekerja sendiri tanpa
sosial adalah CSR yang dilakukan oleh PT. Bank melibatkan pemangku kepentingan lainnya,
Mandiri Tbk, melalui pengembangan wirausaha dengan tema “Internalisasi Teknologi Tepat

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL ... (Umi Karomah Yaumidin) │ 119


serta budaya perusahaan. Namun demikian, Dalam kegiatan ini tentunya Bank
ternyata tidak mudah untuk menentukan lokasi Mandiri tidak dapat bekerja sendiri tanpa
dan kelompok masyarakat yang dibantu. melibatkan pemangku kepentingan lainnya,
Pihak manajemen memutuskan untuk memilih dengan tema “Internalisasi Teknologi Tepat
masyarakat yang dibantu yang sudah memulai Guna dalam Pengembangan Usaha Kelompok
usaha di bidang kewirausahaan sosial, yaitu Tani”, setidaknya program ini telah melibatkan
kelompok tani wanita jamur “Hanjuang”. Tipikal 6 pemangku kepentingan yaitu; akademisi,
kelompok tani ini hampir sama dengan kelompok pemerintah, pekerja sosial, praktisi, media masa
tani wanita Menur, hanya saja program Bina dan masyarakat. Sehingga program yang dilandasi
Lingkungan (yang merupakan bagian program atas kewirausahaan yang dirintis oleh para pekerja
CSR BUMN) di kelola dengan mengedepankan sosial di Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor
budaya TIPCE (Trust, Integrity, Professionalism, ini, telah mensinergikan beragam program kerja
Costumer Focus, and Excellent) perusahaan. baik di tingkat pemerintah (Dinas Kesehatan,
Dengan demikian faktor engagement karyawan Dinas Perindustrian dan UMKM, Dirjen POM,
dalam kegiatan ini menjadi prioritas utama dan Dinas Sosial), kalangan akademisi (IPB dan
kerberhasilan program. Meskipun fokus pelibatan LIPI), praktisi (pengusaha olahan jamur), media
karyawan dalam program Bina Lingkungan massa (Bogor TV), dan masyarakat penerima
lebih pada tahap implementasi yang berpotensi manfaat baik yang secara langsung maupun
dalam mengakomodasi tujuan maupun motivasi tidak langsung di desa Taman Sari. Dengan
pelaksanaan CSR. Artinya, karyawan (tenaga demikian capaian tujuan CSR yang berlandasakan
kerja) dapat menjadi media untuk mencapai tujuan pada panduan ISO 26000 yang disinergikan
pelaksanaan CSR. Hal ini dapat dikaitkan antara dengan program kewirausahaan sosial di tingkat
tujuan pelaksanaan CSR dengan peran tenaga masyarakat dapat diimplementasikan secara nyata
kerja dalam CSR, baik dari tujuan keamanan, dan diharapkan mampu memberikan alternatif
pemberdayaan, hak asasi, pencitraan perusahaan model yang optimal bagi pelaksanaan CSR di
hingga maksimalisasi keuntungan (Gambar 7). Indonesia.

Sumber:Yaumidin, 2012
Gambar 7. Integrasi Sistem Manajemen Program Bina Lingkungan PT. Bank Mandiri

120 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 21, No. 1, Juli 2013
Pengkombinasian program CSR untuk dengan bisnis inti perusahaan. CSR seharusnya
pengembangan UKM melalui basis kewirausahaan dapat dioptimalkan sesuai dengan peruntukannya
tidak selamanya berjalan mulus, mengingat untuk melanggengkan bisnis perusahaan melalui
tantangan multidimensi yang harus dihadapi peningkatan kapasitas dan kapabilitas lingkungan
penyelenggara dalam pelaksanaannya. Setidaknya sekitar perusahaan. Dengan kata lain CSR
tim CSR Bank Mandiri mencatat tantangan yang dapat dijadikan sebagai model investasi sosial
paling berarti adalah: perusahaan yang terintegrasi kedalam sistem
1. Faktor lingkungan bisnis, meskipun kom- manajerial perusahaan.
petisi yang tercipta diantara UKM tersebut Di sisi lain perkembangan kewirausahaan
relatif baik, tetapi pembagian kelompok kerja sosial di tingkat global semakin menarik perhatian
acapkali diwarnai oleh unit bisnis keluarga. tidak hanya bagi pelaku organisasi nirlaba,
2. Sementara aspek misi sosial yang dikem- tetapi dapat dikembangkan menjadi bagian
bangkan dengan tujuan untuk pengentasan dari kewirausahaan komersial (tradisional)
kemiskinan anak (daerah tujuan CSR ini yang biasanya dilakukan oleh pebisnis yang
memiliki jumlah anak-anak miskin dan drop berorientasi profit. Kewirausahaan sosial yang
out dari sekolah cukup besar), ternyata tidak mengedepankan penciptaan nilai-nilai abstrak
dikembangkan atas kinerja kelompok, tetapi seperti kesejahteraan, keamanan, kenyamanan,
pihak yang memiliki akses terhadap modal inovasi dan keberlanjutan seringkali mengalami
cenderung memberlakukan mereka sebagai permasalahan dalam konsep pengukuran capaian
pekerjanya. kinerja. Sementara kewirausahaan komersial
yang mengedepankan ukuran-ukuran kuantitas,
3. Keberlanjutan UKM sangat ditentukan oleh
belum dapat dikatakan layak seluruhnya untuk
inovasi dan kreatifitas kelompok yang mampu
meraih tujuan, visi, misi dan penciptaan budaya
memanfaatkan peluang dan bantuan dengan
kerja perusahaan.
sebaik-baiknya. Tetapi ternyata tidak berlaku
untuk semua kelompok, perbedaan sosial P T. B a n k M a n d i r i b e r u p a y a u n t u k
ekonomi ternyata mempengaruhi budaya mengadopsi konsep kewirausahaan sosial dalam
bisnis mereka, kelompok yang relatif rendah skema kerengka kerja tanggung jawab sosial
kepemilikan modalnya cenderung bersifat perusahaannya untuk membantu peningkatan
pasif dan tidak mau melakukan terosbosan kualitas kelompok petani jamur wanita di wilayah
inovatif untuk menggadakan dan menciptakan Kabupaten Bogor dengan melibatkan partisipasi
nilai tambah dari bantuan yang diperolehnya multisektor dengan konsep kewirausahaan
melalui CSR. sosial yang multidimensional sebagai salah satu
alternatif optimalisasi pelaksanaan program CSR,
Dengan demikian kelemahan pelaksanaan
sekaligus mendorong munculnya wirausahawan
CSR yang diantisipasi dengan penerapan
baru sebagai mesin pertumbuhan ekonomi
kewirausahaan sosial dapat dilaksanakan dalam
dan pembangunan nasional. Dalam tataran
jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang,
implementasi konsep ini mudah direplikasikan
perlu adanya sentuhan dari perusahaan untuk
ke dalam beragam bentuk program kegiatan yang
melakukan pendampingan dan memelihara
memiliki tujuan yang sama.
kondisi yang sudah diciptakan secara intensif
dengan melibatkan mereka menjadi mitra binaan,
dan lebih jauh lagi menjadikan mereka masuk
ke dalam rangkaian supply chain maupun value
chain perusahaan.

KESIMPULAN
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
sejatinya bukan membebani perusahaan sebagai
biaya transaksi yang berlebih yang tidak sesuai

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL ... (Umi Karomah Yaumidin) │ 121


DAFTAR PUSTAKA Kourilsky and William B. Walstad, Senate Hall
Academic Publishing.
Asif, M., et al., 2011. An integrated management
Emerson, Jed and Fay Twersky, 1996. New Social
systems approach to corporate social
Entrepreneurs: The Succes, Challenge and
responsibility, Journal of Cleaner Production
Lesson of Non-profit Enterprise Creation,
(2011), doi:10.1016/j.jclepro.2011.10.034.
The Homeless Economic Fund, The Roberts
Austin, J.E., Leonard, H., Reficco, E., & Wei-Skillern, Foundation.
J. 2004. Corporate social entrepreneurship: A
Garriga, Elisabet, and Domènec Melé, 2004.
new vision of CSR. Harvard Business School
Corporate Social Responsibility Theories:
Working Paper No. 05-021. Boston: Harvard
Mapping the Territory, Journal of Business
Business School.
Ethics 53 (2004) pp.51-71
_____, James, Howard Stevenson, Jane Wei Skilem,
Graafland and H. Smid 2004. ‘Reputation, Corporate
2006. Social and Commercial Entrepreneurship:
Social Responsibility and Market Regulation’,
Same, Different, or Both?, Entrepreneurship
Tijdschrift voor Economie en Management 49
Theory and Practice, Januari 2006, Baylor
(April 2004): 271-308
University.
Hart, S.L., & Christensen, C.M., 2002. The Great
Avina, 2009. Annual Report, Leadership of
Leap, Sloan Management Review, 44(1), 51-56.
Sustainable Development in Latin America,
www.avina.net, diunduh tanggal 12 februari ISO. 2010. Guidance on Social Responsibility: ISO
2013. 26000.
Bank Mandiri, 2011. Laporan Tahunan: Program Kementrian BUMN, 2012. Profil BUMN Indonesia,
Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Bank Jakarta
Mandiri, Tbk, Jakarta. Law, K. S., Wong, C. S., & Mobley, W. H. 1998.
Branco, M. C. & Rodrigues, L. L. 2006. “Corporate Toward a taxonomy of multidimensional
Social Responsibility and Resource-Based constructs. Academy of Management Review,
Perspectives”, Journal of Business Ethics, vol. 23, 741-755.
69, pp.111-132. Mitchell, Ronald K. Bradley R. Agle, Donna J.
Brown, T., and Dacin, P.A., 1997. The company Wood, 1997. Toward a Theory of Stakeholder
and the product: Corporate Associations Identification and Salience: Defining the
and consumer product responses. Journal of Principle of Who and What Really Counts, he
Marketing. 61 (1), 68-84. Academy of Management Review, Vol. 22, No.
4 (Oct., 1997), pp. 853-886
Cavanagh, Gerald F.and McGovern, Arthur F., 1988.
Ethical dilemmas in the modern corporation / Mitroff, Ian I, 1983. Organizational behavior;
Englewood Cliffs, NJ : Prentice Hall,. MLA Management; Psychological aspects, Jossey-
Bass publisher, San Francisco.
CERFE Group. 2001. Action Research on Corporate
Citizenship among European Small and Mohr, L. A., Webb, D. J., dan Harris, K. E., 2001. Do
Medium Enterprises. CERFE Labiratory, Consumers Expect Companies to Be Socially
European Parliament Responsible? The Impact of Corporate Social
Responsibility on Buying Behavior. Journal of
Clarkson, M.B.E. 1995. A stakeholder framework
Consumer Affairs, 35(1), 45-72.
for analyzing and evaluating corporate social
performance. Academy of Management Nelson, R.; Krashinsky, M, 1973. Two major issues of
Review, 20, 65-91. public policy: Public policy and organization of
supply. In: R. Nelson & D. Young (Eds), Public
Diplomasi, 2012. Indonesia, Laboratorium Sosial
subsidy for day care of young children (pp. 47-
Raksasa Dengan Ekonomi Satu Triliun Dollar,
69). Lexington, MA: DC Heath & Co. The new
No. 51 Tahun V 15 Juli -24 Agustus 2012
nonprofit almanac & desk reference. (2002).
Drucker. F Peter, 1985. Innovation and San Francisco: Jossey-Bass.
Entrepreneurship: Practice and Principles. New
Raynard, P and Maya Fostater, 2002. “Corporate
York : Harper & Row.
Social Responsibility Implications For Small
______, F Peter, 2001. The Essential Drucker: And Medium Enterprises In Developing
Selections from the Management Works of Peter Countries”, Report was prepared for United
F. Drucker, Nation Industrial Development Organization
Dees, J Gregory and Beth Battle Anderson, and the World Summit on Sustainable
2003. For Profit Social Ventures, in Social Development, Vienna.
Entrepreneurship, edited by Marilyn L.

122 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 21, No. 1, Juli 2013
Reis, T. 1999. unleashing the new resources and World Business Council for Sustainable Development,
entrepreneurship for the common good: A scan, 2005. Corporate Social Responsibility: the
synthesis and scenario for action. Battle Creek, WBCSD’s Journey, Switzerland.
MI: W.K. Kellogg Foundation. Yaumidin, UK. 2011. Konsumen Dalam Kerangka
Sellos Christian and Johanna Mair, 2005. Social Teori Dan Implementasi Program Tanggung
Entrepreneurship: Creating New Business Jawab Sosial Perusahaan Pertambangan, dalam
Models to Serve the Poor. Business Horizons Tanggung Jawab Social Perusahaan Dalam
Vol 48, page 241-246. Indiana University Perspektif Pemangku Kepentingan, Umi
Kelley School of Business. Karomah Yaumidin (eds), LIPI Press, Jakarta.
Sen, S. and C. B. Bhattacharya, 2001. “Does doing ________ Diah Setiari Suhodo, Bahtiar Rifai, 2012.
good always lead to doing better? Consumer Dokumen Perencanaan dan Pengelolaan
reactions to corporate social responsibility”, Tanggung Jawab Sosial Kabupaten Belitung,
Journal of Marketing Research 38(2), 225-243 Pemerintah Kabupaten Belitung, tidak
Stevenson, H., 1983. “A PerspectiveOn dipublikasikan.
Entrepreneurship”, Harvard Business School _______ dan Bahtiar Rifai, 2012. Proposal
Working Paper 9-384-131. Internalisasi Teknologi Tepat Guna dalam
Stevenson, HH and Jarillo, J.C. 1991. A New Pengembangan Usaha Kelompok Tani,
Entrepreneurial Paradigm. In Socioeconomics: Program Bina Lingkungan Commercial Risk
Toward a New Synthesis, eds. A. Etzioni and Group PT. Bank Mandiri Tbk, di Desa Taman
P.R. Lawrence, 185-208. Armonk, NY: M.E. Sari, Kecamatan Taman Sari KAbupaten Bogor
Sharpe, Inc. tahun 2012, tidak dipublikasikan
Thompson, N, 2002. ‘Social Work with Adults’ ________ Diah Setiari Suhodo, Bahtiar Rifai, Inne
in (eds) Adams, R, Dominelli, L and Payne, Dwiastuti, Gusnelly, 2012. Memodelkan Sinergi
M Social Work: Themes, Issues and Critical Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, laporan
Debates, Hampshire and New York: Palgrave/ penelitian program kompetitif Ketahanan
Open University Wilayah dan Masyarakat Pesisir,tahun 2011,
The Economist, 2012. Indonesia: The Komodo tidak dipublikasikan.
Economy, Workers’ protests dampen Zadek, S. and Thake, S. 1997. Send in the Social
news of aratings upgrade,Feb 18th Entrepreneurs. New Statesman, 26, June 20,
2012 | JAKARTA |From the print edition 1997.
Timmons Jeffry A. and Stephen Spinelli, 2006. New
Venture Creation for the 21st Century, 7th ed.
New York: McGraw Hill.
Todaro, Michael P and Stephen C. Smith, 2002.
Pembangunan Ekonomi Jilid 1 Edisi
Kesembilan, Erlangga, Jakarta
Weerawardena Jay and Gillian Sulivan Mort, 2006.
Investigating social entrepreneurship: A
multidimensional model, Journal of World
Business 41 (2006) 21-35
Weisbrod, B., 1975. Toward a theory of the voluntary
sector in a three-sector economy. In E.S.
Phelps (Ed.),Altruism, morality and economic
theory (pp. 171-195). New York: Russell Sage
Foundation.
Winarto V., 2008. Membangun Kewirausahaan
Sosial: Meruntuhkan dan Menciptakan Sistem
Secara Kreatif, Makalah untuk seminar,
Yogyakarta, 22 Februari 2008.
World Bank, 2013. Doing Business: Smarter
Regulation for Small and Medium Entreprises,
Washington D.C

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL ... (Umi Karomah Yaumidin) │ 123

Anda mungkin juga menyukai