Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Asesmen Diagnostik

Berdasarkan penuturan yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia, asesmen diagnostik merupakan asesmen atau penilaian yang
dilakukan secara spesifik guna mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, dan kelemahan
siswa sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi
siswa. Kegiatan asesmen perlu dilakukan berkesinambungan agar guru bisa terus
melakukan monitoring setiap perubahan atau perkembangan siswa. Dengan begitu, guru
dapat memperbaiki bahkan menyempurnakan instrumen pembelajaran yang tepat untuk
kegiatan belajar siswa.

Manfaat Asesmen Diagnostik

Asesmen diagnostik bermanfaat bagi siswa, guru, dan kepala sekolah. Adapun manfaat
dari asesmen diagnostik adalah sebagai berikut:

1. Siswa akan mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan


kompetensinya.
2. Memungkinkan siswa untuk bersikap lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3. Pencapaian siswa dapat meningkatkan.
4. Memudahkan guru dalam menyusun rancangan pembelajaran yang mengakomodir
kompetensi dan kondisi siswa.
5. Guru mendapatkan umpan balik dari siswa pada setiap pembelajaran.

Jenis-jenis Asesmen Diagnostik

Terdapat dua jenis asesmen diagnostik, yaitu:

1. Asesmen Diagnostik Kognitif

Asesmen diagnostik kognitif merupakan asesmen yang dilakukan di awal dan akhir
pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu memahami materi yang
diajarkan. Asesmen ini dilaksanakan secara rutin pada saat memulai dan mengakiri
pembelajaran, atau bisa juga dikenal dengan asesmen formatif. Selain itu, asesmen
diagnostik kognitif juga bisa dilaksanakan pada pertengahan atau akhir semester, yang
biasa disebut asesmen sumatif.

2. Asesmen Diagnostik Non-Kognitif

Asesmen diagnostik non-kognitif merupakan asesmen yang dilakukan untuk mengetahui


keadaan psikologi, emosional, dan sosial siswa. Asesmen ini memang lebih ditujukan untuk
menilai kondisi personal seorang siswa. Kondisi personal merupakan hal penting yang jika
tidak ditangani dengan tepat akan mengganggu pencapaian seorang siswa. Untuk itu,
asesmen ini juga tidak kalah penting dengan asesmen diagnostik kognitif.
Tujuan Asesmen Diagnostik

Sesuai dengan jenisnya, tujuan asesmen diagnostik juga dibagi berdasarkan jenisnya.

1. Tujuan Asesmen Diagnostik Kognitif

 Mengidentifikasi capaian kompetensi siswa.


 Merancang pembelajaran sesuai dengan kompetensi rata-rata yang dimiliki siswa.
 Membentuk kelas remedial yang mampu mengakomodir siswa yang memiliki
capaian di bawah rata-rata.

2. Tujuan Asesmen Diagnostik Non-Kognitif

 Memahami tingkat kesejahteraan psikologi, emosi, dan sosial siswa.


 Mengetahui aktivitas siswa saat sedang belajar di rumah.
 Memahami kondisi keadaan keluarga siswa.
 Memahami latar belakang pergaulan siswa.
 Mengidentifikasi karakter, minat, dan gaya belajar siswa.

Tahap Asesmen Diagnostik

Masing-masing jenis asesmen diagnostik memiliki tahapan yang berbeda karena hasil akhir
yang dicapai juga berbeda.

1. Tahap Asesmen Diagnostik Kognitif


a. Tahap Persiapan

 Membuat jadwal pelaksanaan asesmen.


 Mengidentifikasi materi asesmen berdasarkan kompetensi dasar yang telah
disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
 Menyusun pertanyaan sederhana dengan format 2 soal sesuai kelasnya
menggunakan materi yang akan dipelajari, 6 soal menggunakan materi satu kelas di
bawah pada semester 1 dan 2, dan 2 soal menggunakan materi dua kelas di bawah
pada semester 2.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini diisi dengan pengerjaan soal-soal asesmen yang dibuat guru untuk siswa. Soal
ditujukan untuk seluruh siswa, baik yang belajar secara daring ataupun luring.

c. Tahap Tindak Lanjut

Pada tahap ini, guru akan membuat kebijakan terkait hasil perolehan rata-rata kompetensi
siswa. Berikut adalah beberapa langkahnya:
 Mengolah hasil asesmen.
 Membagi siswa berdasarkan 3 kategori, seperti “paham utuh”, “paham sebagian”,
dan “tidak paham”.
 Menghitung rata-rata kelas. Siswa yang mendapat nilai rata-rata kelas akan
mengikuti pembelajaran sesuai fasenya. Siswa yang mendapat nilai di bawah rata-
rata diberikan pembelajaran khusus pada kompetensi yang dipahami. Dan untuk
siswa yang memiliki nilai di atas rata-rara kelas akan diberikan materi pengayaan.
 Melakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum
mempelajari topik baru. Penting untuk selalu menyesuaikan kegiatan pembelajaran
dengan rata-rata kemampuan siswa.
 Mengulang proses yang sama pada setiap awal pembelajaran agar siswa terbiasa
menguasai pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa.

2. Tahap Asesmen Diagnostik Non-Kognitif


a. Tahap Persiapan

 Guru menyiapkan alat bantu berupa gambar ekspresi emosi.


 Guru membuat daftar pertanyaan kunci seperti “Apa saja kegiatan yang mendukung
semangat belajar saat berada di rumah?” atau “Adakah hal menyenangkan dan tidak
menyenangkan selama kamu belajar di rumah?”.

b. Tahap Pelaksanaan

 Guru memberikan gambar ekspresi emosi kepada siswa.


 Guru meminta siswa untuk mengekspresikan perasaan selama belajar di rumah
secara lisan, tulisan, atau gambar.

c. Tahap Tindak Lanjut

 Mengidentifikasi siswa yang mengekspresikan diri dengan gambar ekspresi emosi


negatif dan mengajak untuk berdiskusi secara personal.
 Menentukan tindak lanjut yang tepat untuk membantu siswa dan
mengkomunikasikan dengan siswa juga orang tua.
 Mengulang kembali asesmen diagnostik non-kognitif pada awal pembelajaran.

Contoh Asesmen Diagnostik


1. Contoh Asesmen Diagnostik Kognitif Tingkat SD

Bu Tutik membuat kue tart berbentuk lingkaran. Kue tersebut dibagi menjadi 8 bagian
sama besar. Jika kue itu akan dibagi pada 4 anak, banyaknya bagian yang diperoleh setiap
anak adalah ….

1. 2/8
2. 1/8
3. 2/4
4. 4/8

Anda mungkin juga menyukai