Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Pasaman merupakan salah satu dari 19 Kabupaten/Kota yang ada di
Provinsi Sumatera Barat, dengan luas wilayah 3.947,63 KM 2 yang terdiri dari 12
kecamatan dan 62 nagari dengan 37 nagari definitif dan 25 nagari persiapan.
Secara astronomis Kabupaten Pasaman terletak antara 00° 55’ Lintang Utara dan
00° 06’ Lintang Selatan dan antara 99° 45’ - 100°21’ Bujur Timur, pada
ketinggian antara 50 meter sampai dengan 2.912 meter diatas permukaan laut dan
dilalui oleh garis ekuator atau garis khatulistiwa yang terletak pada garis lintang
00. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Pasaman dilintasi garis
khatulistiwa dan memiliki batas – batas : Utara – Kabupaten Mandailing Natal
dan Padang Lawas di Provinsi Sumatera utara, Selatan – Kabupaten Agam; Barat
– Kabupaten Pasaman Barat; Timur – Kabupaten Rokan Hulu di Provinsi Riau
dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Berdasarkan data yang tersedia dari 394.763 ha
luas lahan di Kabupaten Pasaman sekitar 48,13 persen diantaranya adalah
kawasan hutan, 19,07 persen atau 75.274 ha adalah padang rumput, sawah
26.322,82 ha atau 10,52 persen. Sedangkan untuk kawasan industrirelatif sedikit
sekali yakni 0,01 persen dari total luas wilayah Kabupaten Pasaman. Rata – rata
curah hujan di Kabupaten Pasaman pada Tahun 2017 menurun dibandingkan
tahun 2016 dengan rata – rata curah hujan pada tahun 2017 adalah 9,10 mm/bulan
sedangkan pada tahun sebelumnya 13,35 mm/bulan. Dari luasnya Kabupaten
Pasaman tersebut kami melihat untuk sebuah perkebunan masih sedikit lahan
yang digunakan oleh masyarakat Kabupaten Pasaman yaitu untuk Kebun
Campuran sekitar 6.901,18 ha atau 1,75 persen, perkebunan rakyat 26.120,17 ha
atau 1,75 persen dan perkebunan besar hanya 212 ha atau 0,05 persen.
Berdasarkan data inilah kami mengajukan “Proposal Perkebunan Kopi” dimana
untuk luas perkebunan kopi sendiri masih sedikit di Kabupaten Pasaman yaitu
sekitar 1.199 ha dengan hasil produksi per tahunnya 289, 47 ton padahal bisnis
perkebunan kopi sangat menjanjikan keuntungannya dan tanaman kopi sendiri
merupakan tanaman yang sangat familiar di masyarakat Kabupaten Pasaman dan
agar dapat meningkatkan jumlah produksi kopi di Kabupaten Pasaman supaya
bisa menjadi pengekspor kopi di Indonesia.

Page | 1
BAB II
USAHA PERKEBUNAN KOPI

A. Lahan
Persiapan lahan diperlukan agar bibit yang sudah dipindahkan ke lapangan dapat
cepat tumbuh dengan baik dan segera mampu menghadapi keadaan lingkungan
lapangan yang sangat beragam terutama lingkungan yang kurang menguntungkan.
Areal pertanaman dapat berasal dari tanah bukaan baru (hutan cadangan), tanah
terlantar, tanah tegalan, areal peremajaan, konversi maupun rotasi dari komoditi
lain. Secara umum tanaman kopi menghendaki tanah gembur yang kaya akan
bahan organik. Untuk menambah kesuburan berikan pupuk organik dan penyubur
tanah di sekitar area tanaman. Arabika akan tumbuh baik pada keasaman tanah 5-
6,5 pH, sedangkan robusta pada tingkat keasaman 4,5-6,5 pH. Kopi arabika cocok
tumbuh di dataran tinggi dengan ketinggian tempat 1.000-2.100 m dpl dengan
curah hujan berkisar antara 1.000-1.500 mm/tahun dan suhu rata-rata 16-22° C.
Kopi robusta cocok tumbuh di daerah dengan — ketinggian 400—1.200 m dpl,
curah hujan maksimum 2.000 mm/tahun, dan suhu 20—28° C. Kegiatan pokok
persiapan lahan meliputi :

1. Pembukaan lahan
Pembukaan lahan bertujuan membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman
sebelumnya. Pada prinsipnya pekerjaan persiapan areal untuk tanah bukaan
baru dan lainnya sama. Pepohonan dan semak-semak didongkel dan tunggak-
tunggak atau tunggul beserta akar-akarnya dikeluarkan. Pekerjaan
pembuangan tunggul dan akar memerlukan waktu dan pekerjaan yang berat,
karena umunya tunggul kayu dari hutan cadangan berada di kedalaman tanah
yang cukup menyulitkan untuk membongkarnya. Dalam hal ini masih dalam
diskusi untuk penggunaan alat berat karena alat berat dalam pelaksanaan
kerjanya memberikan pengaruh terhadap humus tanah yang terkikis atau
pemadatan tanah.
Pembukaan areal dari hutan cadangan akan mengalami kesulitan dalam
sanitasi, baik sisa dari tajuk tanaman maupun pembuangan kayu-kayu bekas
tebangan. Pemerintah dalam hal ini melarang pembukaan lahan dengan
pembakaran, tetapi di lain pihak persiapan lahan areal tanaman kopi yang
memerlukan lahan yang bersih tidak memungkinkan untuk tidak membakar
sisa-sisa pembukaan hutan. Sebagai gambaran, tajuk pohon di hutan
cadangan, apabila dilakukan penebangan berapa massa tajuk yang akan
diturunkan di atas tanah. Berdasarkan pengalaman membuka hutan, paling
tidak tajuk yang diturunkan dari hutan cadangan bisa mencapai tumpukan
sampai 10 meter dari tanah dasar. Berbeda dengan tanaman tahunan lain
seperti kelapa sawit, pembukaan lahan bisa dilakukan dengan jalur, karena
jarak tanam kelapa sawit yang cukup lebar, minimal 8 meter, sedangkan
tanaman kopi memerlukan jarak tanam yang rapat sehingga harus bersih dari

Page |2
sisa-sisa pembukaan hutan. Kalaupun disimpan untuk bahan organik,
diperlukan waktu yang cukup lama.

2. Pembuatan teras
Penanaman kopi pada lahan-lahan yang miring dapat dilakukan dengan
system tanam 9 tata tanam dan jarak tanam) tertentu untuk mengurangi erosi.
Penanaman kopi pada lahan semacam ini tidak boleh dilakukan searah lereng,
tetapi dilakukan menurut kontur. Penanaman menurut kontur mempunyai
kemampuan yang lebih besar dalam mengurangi dan menahan aliran
permukaan (run off) dibandingkan dengan system tanam searah lereng.
Di samping itu upaya mengurangi aliran permukaan dan erosi dapat pula
dilakukan dengan mempergunakan jarak tanam yang lebih rapat. Peningkatan
kerapatan tanaman berarti meningkatkan penutupan tajuk terhadap
permukaan tanah serta meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi karena
makin rapatnya tanaman/pokok dan makin besarnya volume akar.
Pada tanah-tanah yang memiliki kemiringan baik yang memanjang maupun
yang terputus putus sebaiknya diperlukan pembuatan teras supaya tidak
terjadi erosi dan pengikisan lapisan top soil. Pembuatan teras juga
dimaksudkan untuk mempermudah dalam pemeliharaan dan pelaksanaan
panen. Teras-teras tersebut akan sangat penting dalam pelaksanaan
pemeliharaan baik itu pekerjaan pemangkasan, pemupukan pengedalian hama
dan penyakit maupun pekerjaan panen.

3. Penanaman pohon pelindung


Setelah lahan bersih, selanjutnya dilakukan penanaman pohon pelindung.
Tanaman pelindung sebaiknya tanaman leguminosa, yang dapat mengikat
nitrogen pada akar-akarnya (memperkaya kandungan N tanah melalui daun-
daun yang gugur). Guna pohon peneduh untuk mengatur intensitas cahaya
matahari yang masuk, karena tanaman kopi merupakan tanaman yang
menghendaki intensitas cahaya matahari tidak penuh. Jenis pohon peneduh
yang sering digunakan dalam budidaya kopi adalah dadap, lamtoro dan
sengon. Pilih pohon pelindung yang tidak membutuhkan banyak perawatan
dan daunnya bisa menjadi sumber pupuk hijau. Jarak tanam pohon penaung
atau kerapatan dari pohon penaung sebaiknya disesuaikan dengan jarak tanam
kopi yang akan ditentukan dan kondisi iklim di mana kopi akan ditanam.
Penetuan jarak tanaman naungan berdasarkan iklim di suatu daerah, semakin
tinggi curah hujan dan rendah intensitas sinar matahari jarak tanaman
penanung pada suatu daerah sebaiknya jarak penaung agak lebar dan
sebaliknya untuk daerah yang curah hujan tegas dan intensitas sinar matahari
tinggi jarak tanaman naungan semakin rapat. Pohon penaung tetap basanya
untuk daerah dengan iklim tegas ditanam dengan jarak tanam 2 m x 2,5 m
sedangkan naungan sementara ditanam dalam barisan pohon penaung tetap
membujur arah utara selatan atau ditanam pada bagia luar teras apabila ada
teras. Pohon pelindung jenis sengon harus ditanam 4 tahun sebelum budidaya

Page |3
kopi. Sedangkan jenis lamtoro bisa lebih cepat, sekitar 2 tahun sebelumnya.
Tindakan yang diperlukan untuk merawat pohon pelindung adalah
pemangkasan daun dan penjarangan. Pembersihan lahan dilakukan dengan
cara manual atau kimiawi menggunakan herbisida pada 1-2 bulan menjelang
penanaman.

B. Pemilihan Bibit
Salah satu faktor keberhasilan dalam membudidayakan kopi robusta adalah cara
pemilihan bibit kopi yang akan di tanam. Bibit kopi robusta yang unggul dan
berkualitas tentu saja akan memberikan hasil buah yang berlimpah. Demikian juga
sebaliknya, pemilihan bibit yang asal asalan hasil yang didapatkan juga kurang
baik. Dalam upaya pembudidayaan kopi di Indonesia membuat varian dari
berbagai jenis kopi bisa menjadi ladang bisnis yang sangat menjanjikan. Di
Indonesia sendiri memiliki 2 jenis kopi yang paling banyak dibudidayakan yakni
jenis kopi Robusta dan jenis kopi Arabika.
Dalam budidaya kopi hal pertama yang perlu dan sangat penting ialah
menentukan varietas kopi yang akan ditanam. Ada banyak varietas jenis bibit kopi
robusta unggul yang bisa digunakan sebagai rujukan. Diantaranya Klon BP 42
merupakan jenis bibit kopi robusta yang mempunyai tingkat produktifitas yang
cukup tinggi. Beberapa pertani yang sudah membudidayakan bibit ini mampu
menghasilkan hingga 1300kg/tahun, Klon BP 308 bibit jenis ini terkenal lebih
tahan terhadap serangan penyakit. Keunggulan lainnya adalah bibit ini mampu
beradaptasi dengan baik di lingkungan baru dan dalam kondisi tanah yang kurang
baik. Bibit ini tetap mampu tumbuh dengan sempurna. Klon SA 436 Bibit kopi
robusta unggul bisa dibilang terbaik. Dalam satu hektar tanaman kopi dalam
kondisi normal bisa menghasilkan hingga 3000kg per tahunnya. Kekurangan dari
varietas kopi ini adalah ukuran buah yang tidak rata dan seragam. Ada yang besar
dan ada juga yang terlalu kecil.
Pemilihan bibit kopi terbaik biasanya diperoleh dari hasil cangkok hingga
mengeluarkan akar dan siap dipindah dalam polibeg dengan menunggu
pertumbuhan tanaman untuk siap ditanam sekitar berumur 3 bulan atau sudah kuat
untuk ditanam dan dipindah pada lahan. Untuk membuat bibit tanaman kopi
biasanya menggunakan sistem perkembangbiakan vegetative dengan
cangkok/stek. Dengan memilih bibit hasil dari stek atau cangkok memiliki
keunggulan dan kelebihan sendiri-sendiri. Hal ini berpengaruh pada fisik dan hasil
produktifitas tanaman, untuk kualitas biji kopi atau buah kopi tergantung dari
indukan tanaman kopi yang distek maupun dicangkok.

C. Cara Penanaman
Tentukan jarak tanam untuk kopi, pada umumnya kopi dapat tumbuh optimum
dengan jarak tanam sekitar 3 x 3 meter, 2,5 x 2,5 meter, atau 2 x 2 meter. Jarak
tanam bisa disesuaikan dengan ketinggian lahan, semakin tinggi lahan semakin
jarang dan semakin rendah lahan maka semakin rapat jarak tanamnya. Setelah itu
buat lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm, pembuatan lubang ini

Page |4
dilakukan 3-6 bulan sebelum penanaman. Saat penggali lubang tanam pisahkan
tanah galian bagian atas dan tanah galian bagian bawah. Biarkan lubang tanam
tersebut terbuka. Dua bulan sebelum penanaman campurkan 200 gram belerang
dan 200 gram kapur dengan tanah galian bagian bawah. Kemudian masukkan
kedalam lubang tanam. Sekitar 1 bulan sebelum bibit ditanam campurkan 20 kg
pupuk kompos dengan tanah galian atas, kemudian masukkan ke lubang tanam.

D. Pemeliharaan
Hasil panen kopi yang baik tergantung dari pemeliharaan kebun. Tanaman kopi
merupakan tanaman yang mudah sekali tumbuhnya di areal yang cukup naungan,
misalnya di bawah kebun kelapa; sehingga terciptalah sistim tanaman campuran
yang memungkinkan si pemilik kebun memperoleh hasil panen yang cukup besar.
Namun pemeliharaan bagi tanaman kopi merupakan satu hal yang patut
diperhatikan agar hasil panen kelak tidak mengecewakan. Adapun pemeliharaan
kebun kopi yang harus dilakukan adalah menyulam, mengerjakan tanah atau
mendangir, Pemupukan, dan pemangkasan.

1. Menyulam
Setelah beberapa minggu setelah selesai penanaman, maka akan diadakan
pemeriksaan kebun. Bila ada tanda pertumbuhan tanaman kopi kurang baik
atau ada tanaman yang mati maka harus segera dilakukan penyulaman.
Penyulaman ini tidak bisa dilakukan setiap waktu, harus disesuaikan dengan
cuaca dan kondisi kebun. Kondisi yang tepat untuk melakukan penyulaman
adalah pada saat keadaan tanah masih memungkinkan. Bila menyesuaikan
dengan kondisi iklim hutan hujan tropis, maka penyulaman dapat dilakukan
pada bulan Desember yaitu saat musim hujan. Atau pada bulan Maret yaitu
saat turun hujan sudah mulai berkurang. Jika sesudah bulan Maret masih
ditemukan tanaman yang mati maka sebaiknya penyulaman tangguhkan
dahulu. Tunggu hingga memasuki musim akhir kemarau dan awal musim
hujan, saat itu tanaman kopi belum terlihat rimbun. Tentunya kebun yang
disulam tidak akan merata keadaan tanaman kopinya. Solusinya agar tanaman
sama dengan tanaman yang lain maka pilih bibit yang berkualitas dan
perawatan yang benar dan lebih baik dari sebelumnya.

2. Mengerjakan Tanah atau Mendangir


Mendangir atau mengerjakan tanah adalah pekerjaan melonggarkan tanah.
Hal ini perlu dilakukan agar peredaran udara dan air di dalam tanah dapat
berjalan dengan lancar. Jika tanaman kopi masih muda maka mendangir
cukup dengan mencongkel tanah tipis-tipis disekeliling batang, jaraknya
kurang lebih 30 cm. Baru kemudian tahun berikutnya diperdalam dan
diperlebar, pemeliharaan semacam itu disebut mengecrok. Umumnya
mengecrok tanah dilakukan dua kali dalam satu tahun, yaitu pada waktu
musim kemarau atau memasuki musim hujan. Poin penting yang harus
dilakukan saat mengerjakan tanah adalah keadaan tanahnya itu sendiri. Jika

Page |5
tanah masih longgar maka pekerjaan mengecrok tanah dalam satu tahun
cukup dilakukan sekali saja. Jika tanaman sudah tua maka mengecrok tanah
harus dilakukan dengan cangkul agar hasilnya menyeluruh lalu dibuatkan
rorak atau parit buntu. Rorak dibuat untuk menampung daun-daun yang gugur
di sekelilingnya. Daun-daun kering ini suatu saat bisa dijadikan pupuk
organis.

3. Pemupukan
Proses pemeliharaan kebun kopi selanjutnya adalah pemupukan. Tanaman
kopi membutuhkan banyak zat-zat makanan agar dapat berkembang dengan
baik, walaupun dalam satu pohon yang menjadi buah kopi hanya sebagian
saja. Pada dasarnya jenis-jenis zat yang dibutuhkan oleh tanaman kopi selama
satu tahun adalah Nitrogen, Phosphor, dan Kalium (NPK). Tanaman kopi
membutuhkan Nitrogen untuk pertumbuhan tunas baru, pembentukan cabang-
cabang, daun-daun muda, dan kuncup bunga. Bagi tanaman kopi yang
kekurangan pohon peneduh membutuhkan N lebih banyak. Fungsi pohon
peneduh selain sebagai pelindung dari angin dan sinar matahari adalah
memproduksi zat organis dari daun-daun yang gugur. Apa yang terjadi bila
tanaman kopi kekurangan Nitrogen? Pohon kopi menjadi kerdil, pertumbuhan
tidak sama satu dengan yang lain, dan cabang menyempit. Apalagi bila di
kebun, pohon peneduhnya sedikit yang menyebabkan daun tanaman kopi
menguning, kerdil, dan cabangnya pendek. Petani kopi biasanya
mengidentifikasi kekurangan Nitrogen dari daun bagian bawah. Daun-daun
tua itu akan gugur sebelum waktunya. Phosphor sangat dibutuhkan oleh
tanaman kopi yang masih muda untuk merangsang akar. Sedangkan untuk
tanaman kopi yang sudah berproduksi membutuhkan Phosphor untuk
menyehatkan dan mempercepat masaknya buah. Apabila tanaman kopi muda
kekurangan Phosphor menyebabkan perkembangan akar dan susunan
kayunya kurang baik. Lain lagi dengan tanaman kopi yang sudah
berproduksi, kekurangan Phosphor menyebabkan daun dan dahannya
berwarna kuning terang lalu berubah menjadi merah gelap dan merah
lembayung. Kalium bermanfaat bagi tanaman kopi untuk membentuk kayu
dan menguatkan buah. Kekurangan Kalium menyebabkan daun menjadi
kuning kemerah-merahan kemudian menjadi coklat tua. Tulang-tulang daun
mati, tepi daun bersetrip-setrip hitam, dan pada akhirnya akan berguguran
terus-menerus. Berhasil tidaknya pemupukan tergantung kepada jenis pupuk
yang dipakai, keadaan tanah, iklim, usia tanaman, dan produksi yang
diharapkan. Ada beberapa hal yang bisa dijadikan pedoman pemupukan yang
biasa atau standar dilakukan yaitu:
a. pupuk yang digunakan pertama kali adalah pupuk kompos dan kandang.
Pemberian pupuk dilakukan setelah tanaman hidup. Caranya dengan
membenamkan atau menyebarkannya di sekeliling tanaman. Namun ada
juga yang memberikan pupuk melalui daun. Tujuan cara ini selain
memberikan pupuk, juga digunakan untuk memberantas penyakit atau

Page |6
hama. Cara pemupukan menggunakan bantuan alat semprot dan pupuk
yang digunakan biasanya pupuk urea.
b. Pemupukan pada tanaman kopi yang normal dilakukan dua kali dalam
setahun, yaitu pada waktu akhir musim hujan dan akhir musim kemarau
atau awal musim hujan. Setiap 2-3 bulan setelah pemupukan pertama dan
kedua, tanaman kopi dapat diberi pupuk urea atau ZA.

c. Apabila umur tanaman masih di bawah 6 tahun, banyaknya pupuk yang


diberikan berbeda-beda, tergantung berapa usianya. Sedangkan jika
tanaman sudah lebih dari 6 tahun dan sudah berproduksi, maka banyaknya
pupuk yang diberikan bisa tetap. Namun dalam keadaan tanaman sangat
membutuhkan asupan gizi, pupuk bisa ditambahkan.

4. Pemangkasan
Tanaman kopi sama kita ketahui tergolong jenis tanaman semak, tidak seperti
pohon-pohon lain yang memiliki ranting besar dan tumbuh tinggi, tanaman
kopi tidaklah tumbuh tinggi di usia dewasa tanaman ini. Kopi yang tumbuh
terlalu tinggi, tentunya akan merugikan petani karena nutrisi yang diserap
akar pohon dari tanah disebarkan ke seluruh ranting pohon. Beberapa pohon
kopi yang terlanjur tinggi dan tidak dirawat dengan baik, buah kopi tidak lagi
tumbuh. ada tiga teknik pemangkasan yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman kopi, yaitu pemangkasan bentuk,
pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan peremajaan (rejuvinasi).
pemangkasan bentuk dilakukan agar mahkota pohon dapat dibentuk sesuai
dengan yang dikehendaki dan tanaman tumbuh pendek. Pemangkasan
pemeliharaan, lebih untuk menyeleksi cabang-cabang produktif, kemudian
membuang cabang-cabang tua yang tidak produktif. Teknik pemangkasan ini
juga bisa diterapkan untuk cabang yang terserang hama dan penyakit.
pemangkasan peremajaan, tentunya bertujuan untuk meremajakan kebun kopi
yang sudah tua dan tidak produktif, tanpa harus melakukan penanaman
tanaman baru. ketiga teknik pemangkasan tersebut juga membuat nutrisi yang
kita berikan ke tanaman akan sampai ke tempat tumbuhnya buah pada tahun
berikutnya. Sebab, saat cabang terlalu banyak, nutrisi yang diberikan menjadi
sia-sia dan nutrisi juga akan tersalur ke cabang yang tidak produktif.

E. Panen
Proses panen kebun kopi ada 3 tahapan :

1. Prapanen
Biasanya pohon kopi (hampir di seluruh pertanian kopi di dunia) mulai
mengeluarkan bunga kopi pada bulan Mei setiap tahunnya. Bunga kopi ini
kemudian menghabiskan kurang lebih 9 bulan sebelum menghasilkan buah
(ceri) kopi. Selama 9 bulan bunga kopi berkembang dan membentuk secara
perlahan menjadi ceri kopi. Pada tahap ini petani harus benar-benar

Page |7
memerhatikan bunga-bunganya. Pohon kopi harus terus dibersihkan dari
hama rumput di sekitarnya. Juga cuaca akan memengaruhi hasil cerinya.
Hujan yang terlalu sering datang bisa memengaruhi banyaknya ceri kopi di
kemudian hari.

Setelah 9 bulan, biasanya pada Januari ceri kopi mulai bermunculan. Tapi ceri
kopi pada tahap ini belum tumbuh sempurna dan masih mengalami masa proses
dan pengembangan. Cuaca sangat memengaruhi pertumbuhan ceri kopi. Cuaca
yang terlalu panas atau terlalu sering hujan bisa mengakibatkan panen yang gagal
atau kualitas cerinya tidak bisa memenuhi kualitas standar.
Pada Februari biasanya mayoritas ceri kopi sudah mulai matang dan siap untuk
dipetik. Biasanya pertanian menyewa jasa para pemetik ceri kopi.

2. Panen
Para petani memetik ceri yang siap panen pada pagi dan siang hari. Kemudian
pada malam hari mereka melakukan proses pemisahan ceri dan biji kopi lalu
mencucinya. Di tahap ini juga ditentukan ceri kopi ini akan lanjut ke proses apa.
Mulai dari fully washed, natural, atau semi-washed. Beberapa petani melakukan
proses pencucian ini sendiri, ada juga yang langsung mengirim ceri kopinya ke
kilang kopi. Kerugiannya adalah mereka akan mendapatkan upah yang lebih
rendah meski hal itu tak berlaku di semua daerah di dunia.
Masa panen mulai berangsur berakhir pada pertengahan April. Semua ceri kopi
harus segera dipanen karena ceri yang tidak dipanen akan membusuk di pohon
dan akan menimbulkan hama. Hama tersebut akan memengaruhi kualitas panen di
tahun berikutnya.

Page |8
3. Pascapanen

Setelah panen dan semua ceri kopi diproses menjadi biji hijau, para petani
biasanya mengumpulkan hasil panennya tersebut pada koperasi yang
membawahi perkebunan. Biji hijau ini belum bisa disangrai karena harus
mengalami beberapa tahap lagi. Biji kopi hijau biasanya dikumpulkan
pada koperasi dan dikemas ke dalam karung-karung sebelum diekspor
kepada eksportir atau perusahaan kopi dengan skala yang lebih besar. Biji
hijau ini kemudian akan mendapatkan proses mengetesan
dan cupping untuk menentukan kualitasnya sebelum dijual ke pasar.
Penyeleksian ini sangatlah penting karena akan menyangkut harga kopi
tersebut kemudian hari. Pada tahap ini, biji hijau harus melewati
bagian resting yang mana biji hijau tersebut harus ‘diistirahatkan’. Jika
kadar air pada bijinya belum mencapai standar yang diinginkan, biji-biji
tersebut harus dijemur terlebih dahulu.
Jika biji hijau tersebut telah mencukupi tingkat kadar airnya dan telah
melewati seleksi cupping test maka kopi tersebut siap melanjutkan
perjalanannya ke pasaran

Page |9
.
F. ANALISA EKONOMI
Indonesia saat ini merupakan negara penghasil kopi terbesar ketiga setelah negara
Brazil dan Vietnam. Jenis kopi yang mendominasi produksi kopi di Indonesia
terdiri dari 3 jenis kopi yaitu, kopi robusta, kopi arabika dan kopi liberika. Kopi
robusta Indonesia memiliki volume produksi terbesar di Indonesia dan
menghasilkan nilai ekspor dengan pangsa pasar sebesar 20% ekspor kopi dunia.
Total areal perkebunan kopi robusta Indonesia seluas 1.153,959 ribu hektar atau
92% dari luas total perkebunan kopi di Indonesia. Produktivitas kopi robusta rata-
rata menghasilkan 668 kg per/ hektar lahan. Jenis kopi robusta dihasilkan dari
berbagai wilayah di Indonesia khususnya dari wilayah segitiga kopi Indonesia
penghasil kopi robusta terbesar yaitu provinsi Bengkulu, Sumatera Selatan dan
Lampung yang memiliki lahan perkebunan kopi seluas 777,037 ribu hektar atau
67% dari luas total lahan perkebunan kopi di Indonesia. Wilayah lain yang
menghasilkan kopi Robusta dan Liberika di Indonesia diantaranya Jawa (12%),
Bali dan Nusa Tenggara (8%), Sulawesi (7%), Kalimantan (4%), serta Maluku
dan Papua (1%).

G. INPUT/OUTPUT ANALISIS
Analisis input / output perkebunan kopi di Kabupaten Pasaman dapat dilihat pada
lampiran 1. Dari lampiran tersebut dapat dilihat bahwa usaha perkebunan kopi di
Kabupaten Pasaman sangat besar keuntungannya. Pada tahun ke- 5 (panen
pertama) sudah dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan sampai pada tahun
tersebut. Dengan arti kata bahwa Breakevent Point sudah tercapai pada panen
perdana.

Page |10
BAB III
PENUTUP
Demikian proposal kopi ini kami susun dengan harapan permohonan budidaya
kebun kopi ini dapat diterima. Pembuatan proposal ini bertujuan untuk membuka
peluang usaha bagi masyarakat di Kabupaten Pasaman dalam dunia bisnis.
Dengan adanya usaha perkebunan kopi ini maka pengangguran yang ada di
Kabupaten Pasaman ini akan berkurang dan memperkecil angka kemiskinan.
Kami menyadari bahwa tiada kesempurnaan dalam pembuatan proposal ini dan
tentunya masih banyak kekurangan. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang ikut membantu dalam menyusun proposal ini, saya berharap
agar proposal ini dapat diterima.

Page |11
Lampiran I

ANALISIS INPUT/OUTPUT BUDIDAYA KOPI DI PASAMAN

Page |12
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Direktorat Jenderal Kelembagaan


Agama Islam Departemen Agama RI 2001
http://www.fauzulmustaqim.com/2015/11/makalah-tentang-sumber-ajaran-
islam.html
http://firdausakmalazam.blogspot.co.id/2015/06/hadits-sebagai-sumber-ajaran-
islam.html

Page |13

Anda mungkin juga menyukai