Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

PESTISIDA PERTANIAN

ACARA VIII
ADJUVANT (BAHAN TAMBAHAN) DAN DROPLET PESTISIDA

Disusun oleh;
Nama/NIM : Danu Widantoko/13950
Golongan : C5.1
Asisten : 1. Argawi Kendito
2. Sumawanto Edi Nugroho
3. Gracia Melsiana

SUB LABORATORIUM TOKSIKOLOGI PESTISIDA


DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
I. TUJUAN
Mengenal droplet daya perataan (coverage) pestisida pada permukaan tanaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Memperhatikan pentingnya peran pestisida dalam pengelolaan hama/penyakit
tanaman, terutama dalam operasionalnya dilapangan, maka dipandang perlu bahwa
seluruh petugas lapangan yang terlibat dalam perlindungan maupun petugas lapang
lain yang berhubungan dengan penggunaan pestisida untuk mengetahui dan
memahami berbagai aspek dari pestisida itu sendiri. Hal ini dirasa sangat perlu karena
pada umumnya pestisida merupakan bahan berbahaya yang dapat menimbulkan
pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Namun
demikian disadari pula bahwa pestisida dapat memberikan manfaat yang sangat besar,
oleh karena itu dalam pengelolaannya harus diusahakan agar dapat diperoleh manfaat
yang sebesar-besarnya dengan dampak negatif yang sekecil-kecilnya. Dalam hal ini,
perlu diperhatikan kaitan antara formulasi dan teknik aplikasi serta alat aplikasi
pestisida (Sastroutomo Soetikno S., 1992).
Penyakit adalah suatu proses yang memerlkan masa inkubasi dari saat
penetrasi sampai munculnya gejala. Oleh karena itu aplikasi dengan fungisida sering
tidak dapat dilakukan hanya sekali dalam satu musim tanam. Ulangan aplikadi
diperlukan untuk menekan perkembangan penyakit. Penyemprotan harus dilakukan
pada pagi hari sebelum angin bertiup dengan kencang dan searah dengan arah angin.
Sebagian besar fungisida yang disemprotkan merupakan fungisida protektan dan
eradikan yang secara langsung membunuh jamur. Makin kecil ukuran droplet,
keefektifan makin tinggi. Klasifikasi penyemprotan berdasarkan ukuran droplet
dijelaskan pada tabel 1 (Sumardiyono, 2013).
Emulsi adalah dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan lain yang tidak
bercampur dalam keadaan biasa. Molekul-molekul kedua cairan tersebut bersifat
saling antagonistik karena perbedaan sifat kepolarannya. Emulsi merupakan suatu
sistem heterogen yang mengandung dua fasa cairan yaitu fasa terdispersi dan fasa
pendispersi yang berbentuk butiran-butiran (droplets) (Suryani et al.2000).
Dalam suatu formulasi terdapat bahan aktif, bahan pembantu (adjuvant), dan
bahan pembawa (carier). Bahan aktif yaitu bahan yang merupakan senyawa kimia
atau bahan lain yang memiliki efek sebagai pestisida. Adjuvant yaitu bahan atau
senyawa kimia yang ditambahkan didalam pestisida dalam proses formulasi agar
mudah diaplikasikan. Carier yaitu bahan yang digunakan untuk menurunkan
konsentrasi produk pestisida tergantung pada cara penggunaan yang diinginkan
(Djojosumarto, 2008).
Gerakan udara mencakup gerakan udara ke arah samping (horizontal) yang
sehari hari disebut angin, dan gerakan udara ke atas (vertikal) atau termal. Angin
yang bertiup pelan sangat diperlukan pada aplikasi insektisida dan fungisida untuk
membantu droplet semprotan ke bagian bagian yang sulit dijangkau oleh semprotan
langsung. Misalnya, bagian dalam kanopi daun dan bagian bawah helain daun.
Hindari penyemprotan tidak ada angin sama sekali, droplet yang disemprotkan akan
segera jatuh lurus ke bawah sesudah lepas dari dorongan tekanan sprayer.
Penyemprotan juga jangan dilakukan saat angin kencang, karena berakibat pestisida
yang diaplikasikan tidak seluruhnya mengenai bidang sasaran sehingga recovery
penyemprotan rendah, distribusi droplet tidak merata, banyak drift(droplet halus yang
keluar dari bidang sasaran) yang dapat mencemari lingkungan nontarget.
III. METODOLOGI

Praktikum pestisida pertanian acara VIII dengan judul Pengujian Daya


Racun Fungisida Dengan Teknik Perkecambahan Spora dilakukan pada hari Jumat,
21 April 2017 di Sub Laboratorium Toksikologi Pestisida, Departemen Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian UGM. Alat yang digunakan dalam praktikum
ini antara lain gelas benda, gelas piala, mikroskop cahaya, sprayer, dan optilab. Bahan
yang digunakan adalah air sabun, stickpol, akuades, Dithane, Daconil, Kocide dan
daun talas.
Sebelum percobaan dilakukan terlebih dahulu dibuat konsentrasi larutan
pestisida Dithane, Daconil dan Kocide masing-masing 0,2%. Setelah itu dibuat
larutan sabun cair 100nl,dan larutan stickpol 100nl. Larutan pestisida dicampur
dengan larutan sabun cair dan larutan stickpol yang telah dibuat. Larutan yang telah
tercampur dimasukan kedalam sprayer kemudian disemprotkan ke atas permukaan
daun dan diamati droplet, dan perataan pada permukaan daun
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Perlakuan Kontrol
Daconil Dithane Kocide

Perlakuan Sabun
Daconil Dithane Kocide

Perlakuan Stickpol
Daconil Dithane Kocide

Perlakuan Kontrol
Perlakuan Sabun

Perlakuan Perata

B. Pembahasan
Formulasi Pestisida adalah campuran antara bahan aktif (active ingredient) dan bahan
tambahan (adjuvant) pada pestisida. Tujuan formulasi adalah untuk
1. Kepraktisan dalam aplikasi
2. Keamanan transportasi, penyimpanan, penanganan, penggunaan, dan tanaman
3. Menambah efektivitas dan efisiensi
Bahan tambahan (adjuvant) adalah bahan yang ditambahkan pada bahan aktif
sehingga dapat menambah keefektifan pestisida tersebut. Fungsi Bahan Tambahan
diantaranya adalah sebagai emulsifier, pelarut, pembasah, antibusa, perata, perekat ,
antigumpal , pembawa, pewarna, dan pembau. Jenis bahan tambahan yaitu
1. Pengemulsi (emulsifier)
2. Pembasah (wetting agent)
3. Pelarut (solvent)
4. Antibusa (defoamer)
5. Perekat (sticker)
6. Pewarna (coloring agent)
7. Minyak (oil)
8. Penstabil (stabilizer)
Jenis bahan tambahan tersebut akan menentukan jenis formulasi pestisida.
Pestisida yang digunakan dalam praktikum ini adalah fungisida Kocide 77 WP,
Dithane, dan Daconil. Kocide 77WP adalah fungisida kontak berbentuk tepung berwarna biru
yang dapat disuspensikan, untuk mengendalikan penyakit bercak daun dan antraknosa pada
tanaman cabai. Percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa pada perlakuan control dari
semua jenis pestisida yang digunakan jarak antar droplet pestisida lebih dekat daripada
perlakuan sabun dan stickpol. Perlakuan kontrol yang disemprotkan ke daun akan luruh dan
jatuh (tidak menempel pada daun). Hal ini dapat terjadi karena daun memiliki lapisan lilin.
Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan ini masih terdapat banyak celah yang dapat
digunakan patogen untuk menginfeksi daun.
Untuk perlakuan menggunakan penambahan sabun dalam penyempotan pestisida
didapatkan hasil droplet pada daun talas dengan jarak yang rapat dibanding perlakuan
kontrol. Pemberian sabun memberikan pengaruh terhadap ukuran droplet. Sabun dapat
berfungsi untuk meratakan pestisida sehingga permukaan daun yang disemprot dapat
terkesemprot dengan rata. Menurut Sudarmo (1991), pemberian sabun pada pestisida akan
bisa merekatkan senyawa terdapat pada larutan pestisida, sehingga dengan adanya
penambahan sabun diharapkan senyawa-senyawa tersebut saling berikatan, sehingga
pestisida bisa melekat cukup lama pada tanaman. Perilaku tegangan permukaan dari larutan
surfaktan encer penting di berbagai bidang aplikasi, dan di dalam proses biologi dan
biokimia. Ini mempengaruhi foamability dan stabilitas busa, wettability, aliran coating, dan
pembentukan busa-sabun (Chang dan Franses, 1995). Misalnya, jika buih pestisida tegangan
permukaan rendah, buih pestisida dapat tersebar menjadi tetesan-tetesan kecil, yang akan
menyebar lebih mudah pada daun (Knoche dkk., 1991)
Untuk perlakuan dengan penambahan bahan stickpol pada penyemprotan pestisida
sangat memberikan pengaruh. Hal ini dapat terlihat saat penyemprotan dilakukan pada daun
talah terlihat droplet hasi dari semprotan menunjukkan jarak yang rapat dan menempel pada
daun. Pemberian stikpol atau perekat dapat membuat butiran dari droplet yang disemprotkan
tidak jatuh atau tergelincir akibat adanya lapisan lilin pada daun. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pemberian stickpol pada pestisida sangat dianjurkan agar pestisida yang disemprotkan
tidak tergelincir jatuh dan tetap menempel pada daun. Menurut (Wudianto, 1997) Dalam
bidang pertanian, penggunaan pestisida sering juga dicampurkan dengan surfaktan, yaitu
sebagai bahan perata, pembasah dan perekat. Bahan perata bertujuan untuk meningkatkan
perataan penyebaran larutan semprot, memperkecil tegangan permukaan butiran cairan
semprot atau memperbesar kontak antara pestisida.

Gambar1. Pengenceran Dithane

Gambar 2. Pengenceran Daconil


Gambar 3. Pengenceran Kocide
Dari hasil pengenceran pestisida Dithane, Daconil, dan Kocide diatas dapat diketahui
perbedaan kertaan dari ketiga tabung pengenceran tersebut. Dari hasil pengenceran
pemberian stickpol akan memberikan kerataan lebih dibanding yang lain sehingga larutan
dengan stickpol lebih terlihat pekat. Sedangkan pada larutan kontrol terlihat paling bening
diantara yang lain. Hal ini menunjukkan larutan kontrol kerataannya paling kecil dibanding
yang lain.
V. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada daun
yang memiliki lapisan lilin pestisida tidak dapat langsung merekat dan rata pada
permukaan daun kecuali jika diberi bahan tambahan. Sabun dapat meratakan pestisida
tetapi tidak dapat merekatkan pestisida pada permukaan daun yang berlapisan lilin
sedangkan stickpol dapat membantu merekatkan dan meratakan pestisida tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, C. H., Franses, E. I. (1995) Adsorption dynamics of surfactants at the air/water


interface: a critical review of mathematical models, data, and mechanisms, Colloids
and Surfaces A: Physicochemical and Engineering Aspects, 100, 145
Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT Agromedia Pustaka :
Jakarta Selatan
Knoche, M., Tamura, H., Bukovac, M. J. (1991) Performance and stability of the
organosilicone surfactant L-77: effect of pH, concentration, and temperature, Journal
of Agricultural and Food Chemistry, 39, 202206.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida.Agromedia Pustaka :Jakarta
Sastroutomo Soetikno S., 1992, Pestisida Dasar-Dasar Dan Dampak Penggunaanya,
Gramedia, Jakarta.
Sudarmo, S.1991.Pestisida. Yogyakarta:Kanisius

Sumardiyono, C. 2013. Pengantar Toksikologi Fungisida. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.

Wudianto, R., 2007. Petunjuk Penggunaan Pestida. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai