PESTISIDA PERTANIAN
ACARA VIII
ADJUVANT (BAHAN TAMBAHAN) DAN DROPLET PESTISIDA
Disusun oleh;
Nama/NIM : Danu Widantoko/13950
Golongan : C5.1
Asisten : 1. Argawi Kendito
2. Sumawanto Edi Nugroho
3. Gracia Melsiana
Perlakuan Sabun
Daconil Dithane Kocide
Perlakuan Stickpol
Daconil Dithane Kocide
Perlakuan Kontrol
Perlakuan Sabun
Perlakuan Perata
B. Pembahasan
Formulasi Pestisida adalah campuran antara bahan aktif (active ingredient) dan bahan
tambahan (adjuvant) pada pestisida. Tujuan formulasi adalah untuk
1. Kepraktisan dalam aplikasi
2. Keamanan transportasi, penyimpanan, penanganan, penggunaan, dan tanaman
3. Menambah efektivitas dan efisiensi
Bahan tambahan (adjuvant) adalah bahan yang ditambahkan pada bahan aktif
sehingga dapat menambah keefektifan pestisida tersebut. Fungsi Bahan Tambahan
diantaranya adalah sebagai emulsifier, pelarut, pembasah, antibusa, perata, perekat ,
antigumpal , pembawa, pewarna, dan pembau. Jenis bahan tambahan yaitu
1. Pengemulsi (emulsifier)
2. Pembasah (wetting agent)
3. Pelarut (solvent)
4. Antibusa (defoamer)
5. Perekat (sticker)
6. Pewarna (coloring agent)
7. Minyak (oil)
8. Penstabil (stabilizer)
Jenis bahan tambahan tersebut akan menentukan jenis formulasi pestisida.
Pestisida yang digunakan dalam praktikum ini adalah fungisida Kocide 77 WP,
Dithane, dan Daconil. Kocide 77WP adalah fungisida kontak berbentuk tepung berwarna biru
yang dapat disuspensikan, untuk mengendalikan penyakit bercak daun dan antraknosa pada
tanaman cabai. Percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa pada perlakuan control dari
semua jenis pestisida yang digunakan jarak antar droplet pestisida lebih dekat daripada
perlakuan sabun dan stickpol. Perlakuan kontrol yang disemprotkan ke daun akan luruh dan
jatuh (tidak menempel pada daun). Hal ini dapat terjadi karena daun memiliki lapisan lilin.
Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan ini masih terdapat banyak celah yang dapat
digunakan patogen untuk menginfeksi daun.
Untuk perlakuan menggunakan penambahan sabun dalam penyempotan pestisida
didapatkan hasil droplet pada daun talas dengan jarak yang rapat dibanding perlakuan
kontrol. Pemberian sabun memberikan pengaruh terhadap ukuran droplet. Sabun dapat
berfungsi untuk meratakan pestisida sehingga permukaan daun yang disemprot dapat
terkesemprot dengan rata. Menurut Sudarmo (1991), pemberian sabun pada pestisida akan
bisa merekatkan senyawa terdapat pada larutan pestisida, sehingga dengan adanya
penambahan sabun diharapkan senyawa-senyawa tersebut saling berikatan, sehingga
pestisida bisa melekat cukup lama pada tanaman. Perilaku tegangan permukaan dari larutan
surfaktan encer penting di berbagai bidang aplikasi, dan di dalam proses biologi dan
biokimia. Ini mempengaruhi foamability dan stabilitas busa, wettability, aliran coating, dan
pembentukan busa-sabun (Chang dan Franses, 1995). Misalnya, jika buih pestisida tegangan
permukaan rendah, buih pestisida dapat tersebar menjadi tetesan-tetesan kecil, yang akan
menyebar lebih mudah pada daun (Knoche dkk., 1991)
Untuk perlakuan dengan penambahan bahan stickpol pada penyemprotan pestisida
sangat memberikan pengaruh. Hal ini dapat terlihat saat penyemprotan dilakukan pada daun
talah terlihat droplet hasi dari semprotan menunjukkan jarak yang rapat dan menempel pada
daun. Pemberian stikpol atau perekat dapat membuat butiran dari droplet yang disemprotkan
tidak jatuh atau tergelincir akibat adanya lapisan lilin pada daun. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pemberian stickpol pada pestisida sangat dianjurkan agar pestisida yang disemprotkan
tidak tergelincir jatuh dan tetap menempel pada daun. Menurut (Wudianto, 1997) Dalam
bidang pertanian, penggunaan pestisida sering juga dicampurkan dengan surfaktan, yaitu
sebagai bahan perata, pembasah dan perekat. Bahan perata bertujuan untuk meningkatkan
perataan penyebaran larutan semprot, memperkecil tegangan permukaan butiran cairan
semprot atau memperbesar kontak antara pestisida.
Wudianto, R., 2007. Petunjuk Penggunaan Pestida. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.