Anda di halaman 1dari 34

BAB I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi
buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga menurunkan
produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan
keterbelakangan. Berbagai masalah yang timbul akibat gizi buruk antara lain tingginya angka
kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang disebabkan jika ibu hamil
menderita KEP akan berpengaruh pada gangguan fisik, mental dan kecerdasan anak, juga
meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang kurang zat besi dapat
berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang dikemudian hari dapat mengurangi
IQ anak. Faktor penyebab gizi buruk dapat berupa penyebab tak langsung seperti kurangnya
jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan,
menderita penyakit kanker dan penyebab langsung yaitu ketersediaan pangan rumah tangga,
perilaku dan pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi
juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah,
ketersediaan pangan dan kesempatan kerja.
Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fital bagi
semua makhluk hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali sehari
selama puluhan tahun akan menjadi racun yang menyebabkan penyakit dikemudian hari
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada sistem yang berperan di dalamnya yaitu sistem
pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris, saluran pencernaan dimulai
dari mulut sampai usu halus bagian distal. Sedangkan organ asesoris terdiri dari hati, kantong
empedu dan pankreas.
Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka gizi
dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit / terkena gizi buruk oleh karena itu
kita harus memperbanyak nutrisi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Nutrisi?
2. Hal-hal apa saja yang menjadi kebutuhan nutrisi pada manusia.

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Nutrisi
2. Untuk Mengetahui Kebutuhan Nutrisi Pada Manusia

1
Bab II. ISI

Nutrisi berasal dari kata nutrients artinya bahan gizi. Nutrisi adalah proses tersedianya
energi dan bahan kimia dari makanan yang penting untuk pembentukan, pemeliharaan dan
penggantian sel tubuh. Nutrient adalahzatorganik dan anorganik dalam makanan yang
diperlukan tubuh agar dapat berfungsi untuk pertumbuhandan
perkembangan,aktivitas,mencegah defisiensi, memeliharan kesehatan dan mencegah penyakit,
memelihara fungsi tubuh, kesehatan jaringan, dan suhu tubuh,meningkatkan kesembuhan, dan
membentuk kekebalan tubuh.

Struktur dan Fungsi Nutrient


Nutrient digolongkan ke dalam 6 kategori, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral,
dan air.
1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah gula sederhana (monosakarida dan disakarida) dan gula kompleks
(polisakarida). Karbohidrat terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Gula, sirup, madu,
buah, dan susu adalah sumber karbohidrat sederhana. Roti, sereal, kentang, beras, pasta, dan
gandum berisi karbohidrat kompleks Fungsi karbohidrat adalah memberikan energi. Setiap
gram karbohidrat mengandung 4 kcal. Karbohidrat juga penting dalam oksidasi lemak,
meningkatkan pertumbuhan bakteri dalam saluran pencernaan, yang membantu sintesis
vitamin K dan B12, memproduksi komponen karbon dalam sintesis asamamino
esensial.Sirkulasi darah membawa glukosa ke sel sebagai sumber energi dan untuk produksi
substansi penting. Kadar glukosa darah normal 80-110 mg/dL, pada kondisi puasa kadar
glukosa darah 60-80 mg/dL, dan pada 2 jam setelah puasa meningkat menjadi 140-180
mg/dL, tergantung usia. Hiperglikemia dimana kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal
akibat produksi atau penggunaan insulin tidak adekuat, terjadi pada diabetes militus.
Hipoglikemia dimana kadar glukosa darah lebih rendah dari normal, dapat sebagai tanda
dari abnormalitas liver dan pankreas.
2. Protein
Protein adalah zat kimia organik yang berisi asam amino, yang dihubungkan dengan rantai
peptida. Protein terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen,dan nitrogen.Tubuh
mensintesisprotein antara lain membentuk hemoglobin untuk membawa oksigen ke
jaringan, insulin untuk regulasi glukosa darah, dan albumin untuk regulasi tekanan osmotik
darah.Fungsi protein untuk pertumbuhan, regulasi fungsi dan proses tubuh, pembentukan
kembali protein sel, dan energi, memelihara sistem imunitas tubuh, sel, cairan tubuh, tulang,
kulit, gigi, otot, rambut, darah, dan serum. Katabolisme protein memberi 4 kcal/g. Katalis
enzim dibentuk dari protein pada regulasi pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan
katabolisme. Diit protein diklasifikasikan menjadi : 1. Protein lengkap, berisi asam amino
esensial untuk memelihara jaringan tubuh dan meningkatkan pertumbuhan. Tubuh tidak
dapat mensintesisasam amino esensial. Tubuh dapat mensintesisasam amino nonesensial
dari sumber lain. Sumber protein lengkap antara lain daging, ikan, susu, keju, dan telur.

2
2. Protein lengkap sebagian, berisi asam amino untuk memelihara kehidupan,tetapi tidak
meningkatkan pertumbuhan.3)Protein tidak lengkap, tidak berisi asam amino esensial
untukmemelihara kehidupan, membentuk jaringan, dan meningkatkan pertumbuhan.
Sumber protein tidak lengkap antara lain buah dan sayuran, buncis, roti, sereal, beras, pasta,
kacang-kacangan. Status protein diukur dalam keseimbangan nitrogen. Keseimbangan
nitrogen adalah jumlah nitrogen yang digunakan sama dengan jumlah nitrogen yang
dikeluarkan. Keseimbangan nitrogen positif jika intakenitrogen lebih besar dari nitrogen
yang dikeluarkan. Keadaan ini terjadi jika jaringan baru disintesis, misalnyasembuhdari
sakit, latihan, hamil, dan pertumbuhan masa anak. Keseimbangan nitrogen negatif jika
pengeluaran nitrogen lebih besardari intake nitrogen. Keadaan ini terjadi pada penyakit
yang disebabkan kerusakan jaringan, atau diet protein dan/atau kalori tidak adekuat.
3. Lemak
Lemak atau lipid, termasuk lemak netral, minyak, asam lemak, kolesterol, dan
phospholopid. Lemak adalah zat organikyang terdiri dari karbon, hidrogen, dan
oksigen.Lemak secara ideal membentuk sekitar 20% berat badan pada orang yang tidak
gemuk.Lemak berfungsi sebagai transport sel, proteksi organ vital, energi, simpanan energi
pada jaringan adiposa, absorbsi vitamin, dan transport vitamin larut lemak.Lemak yang
dioksidasi menghasilkan energi 9 kcal/g. Lemak memberikan rasa kenyang karena menetap
di lambung lebih lama daripada karbohidrat atau protein.Lemak diklasifikasikan sebagai
lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Daging sapi, daging domba, minyak kelapa, minyak
kelapa sawit, dan minyak biji kelapa sawit mengandung asam lemak jenuh lebih tinggi dan
lebih keras. Daging ayam, ikan dan sayuran berisi asam lemak tidak jenuh lebih tinggi dan
lebih lunak.
4. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang penting bagi tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan,
pemeliharaan, dan reproduksi, serta membantu dalam penggunaan energi nutrient. Vitamin
diklasifikasikan sebagai vitamin larut lemak dan vitamin larut air.
a. Vitamin larut lemak
Vitamin larut lemak disimpan di hati atau jaringan adiposa, sehingga intake vitamin
berlebihan dapat menyebabkan keracunan
- Vitamin A
Vitamin A berfungsi untuk memelihara penglihatan, memelihara jaringan epitel,
meningkatkan perkembangan tulang dan gigi, meningkatkan proliferasi sel.
Kekurangan vitamin A ditandai dengan buta senja atau buta total, degenerasi sel keratin
yang menyebabkan infeksi mata, telinga, dan rongga hidung. Kulit menjadi kasar,
kering, dan bersisik, mata kering, perkembangan gigi dan tulang tidak adekuat. Vitamin
A disimpan di hati dan intake berlebihan menyebabkan keracunan.
- Vitamin D
Vitamin D berfungsi untuk mineralisasi tulang, kartilago, dan gigi, memelihara calcium
cairan ekstra selular, dan untuk kontraksi otot.Kekurangan vitamin D menyebabkan

3
riketsia, kesehatan gigi kurang, otot kaku dan kejang, osteomalasia (tulang lunak dan
mudah fraktur spontan).
- Vitamin E
Vitamin E berperan sebagai antioksidan yang membantu memelihara integritas
membran sel dan melindungi vitamin A dan C dari oksidasi. Kekurangan vitamin E
ditandai dengan meningkatnya hemolisis eritrosit, refleks kurang, kerusakan fungsi
neuromuskular, dan anemia.
- Vitamin K
Vitamin K berfungsi untuk pembentukan protrombin dan faktor pembekuan lain untuk
pembekuan darah. Kekurangan vitamin K dimanifestasikan dengan perdarahan, dan
penyakit perdarahan pada bayi baru lahir.
b. Vitamin larut air
Vitamin larut air disimpan dalam tubuh. Intake berlebihan diabsorbsi oleh jaringan, dan
diekskresikan dalam urine.
- Vitamin B kompleks
Vitamin B1 (thiamine) berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, memelihara fungsi
syaraf, nafsu makan dan pencernaan. Gejala kekurangan vitamin B1 adalah nafsu
makan menurun, apatis, depresi mental, fatigue, konstipasi, edema, gagal jantung, dan
neuritis.Vitamin B2 (riboflavin) berfungsi dalam metabolisme protein dan karbohidrat,
memelihara kulit dan penglihatan. Gajala kekurangan vitamin B2 adalah sudut mulut
pecah-pecah, dermatitis, dan peningkatan vaskularisasi kornea dan penglihatan tidak
teratur.Vitamin B3 (niacin) berfungsi dalam metabolisme glikogen, regenerasi
jaringan, dan sintesis lemak. Kekurangan vitamin B3 menyebabkanpellagra, ditandai
dengan fatigue, sakit kepala, anoreksi, penurunan berat badan, nyeri abdomen, diare,
dermatitis, gangguan syaraf.Vitamin B12 (cyanocobalamin) berfungsi dalam
membentuk eritrosit matang, dan sintesis DNA dan RNA, absorbsi vitamin A.
Kekurangan vitamin B12 menyebabkan anemi pernisiosa, dan kerusakan syaraf.Asam
folat berfungsi sebagai ko enzim metabolisme protein dan pertumbuhan sel,
membentuk eritrosit, perkembangan tulang dan sumsum tulang belakang janin. Tanda
kekurangan asam folat adalah glositis, diare, anemi makrositik, defek kelahiran (spina
bifida).
- Vitamin C
Vitamin C penting untuk absorbsi Fe, melawan infeksi, penyembuhan luka,
pembentukan kolagen, metabolisme beberapa asam amino. Vitamin C adalah
antioksidan, dan melindungi vitamin A dan E dari oksidasi berlebihan. Kekurangan
vitamin C ditandai dengan penyembuhan luka kurang, rentan infeksi, retardasi
pertumbuhan dan perkembangan, nyeri sendi, anemi, gusi berdarah.
5. Mineral
Mineral membantu membentuk jaringan tubuh dan regulasi metabolism
a. Calcium

4
Calcium berfungsi untuk membentuk dan memelihara tulang dan gigi, pembekuan
darah, tansmisi syaraf, kontraksi dan relaksasi otot, permeabilitas membran sel. Tanda
dan gejala kekurangan calcium adalah pertumbuhan pendek, ricketsia, osteoporosis,
tetani.
b. Magnesium
Magnesium berfungsi untuk pembentukan tulang, relaksasi otot, sintesis protein. Tanda
dan gejala kekurangan magnesium adalah penyakit ginjal, tremor mengakibatkan
kejang.
c. Sodium
Sodium berfungsi untuk membantu memelihara keseimbangan cairan tubuh dan asam
basa. Makanan rendah sodium penting bagi orang dengan penyakit jantung, hipertensi,
edema, gangguan ginjal, penyakit liver.
d. Potasium/kalium, Fungsi potasium untuk sintesis protein, keseimbangan cairan, dan
regulasi kontraksi otot. Pembatasan potasium dilakukan pada klien dengan
kerusakan/gagal ginjal.
e. Fosfor
Fosfor berfungsi untuk pembentukan dan pemeliharaan tulang dan gigi, keseimbangan
asam basa, metabolisme energi, struktur membran sel, regulasi hormon dan ko enzim.
Tanda dan gejala kekurangan fosfor adalah pertumbuhan pendek, riketsia.
f. Besi (Fe)
Besi berfungsi untuk membawa oksigen melalui hemoglobin dan myoglobin, unsur
pokok sistem enzim. Kekurangan besi ditandai dengan deplesi simpanan besi, anemi,
pucat.
g. Iodine
Fungsi iodine adalah unsur pokok hormon tiroid yang meregulasi basal metabolisme
rate. Kekurangan iodine menyebabkan goiter.
h. Zinc, Fungsi zinc untuk pertumbuhanjaringan, perkembangan dan penyembuhan,
kematangan seksual dan reproduksi, unsur utama beberapa enzim dalam energi dan
metabolime asam nukleat. Kekurangan zinc menyebabkan kerusakan pertumbuhan,
kematangan seksual, dan fungsi sistem imun, lesi kulit, akrodermatitis, penurunan
sensasi rasa dan penghidu
i. Air
Air diperlukan untuk memelihara fungsi sel. Air diperoleh dari minum cairan dan makan
makanan tinggi air, dan dengan oksidasi makanan. Haus menandakan butuh air dan
mendorong seseorang untuk minum.

A. Nutrisi dalam Konteks Global


Dalam satu abad ditandai dengan pendekatan modern untuk mengidentifikasi dan
memecahkan masalah kesehatan global, gizi buruk terjadi pada anak-anak di dunia,
sepertiga di antaranya terbuang atau terhambat dalam pertumbuhan. Selain itu, kekurangan
gizi terus mengklaim kehidupan setengah anak-anak dunia, menurut Organisasi Kesehatan

5
Dunia (WHO). Selain itu, sepertiga dari Negara berkembang menderita defisiensi
mikronutrien — defisiensi yang disertai gizi buruk dan tidak diketahui sampai dampaknya
sudah berada ditingkat atas dan dalam beberapa kasus, tidak dapat diubah atau diobati. Di
daerah tropis, infeksi, seperti human immunodeficiency virus (HIV), tuberculosis (TB),
dan parasit, mengintensifkan dampak gizi buruk. Malnutrisi memiliki banyak penyebab
langsung dan tidak langsung. Dua penyebab langsung utama adalah asupan makanan yang
tidak memadai (dalam jumlah atau kualitas) dan penyakit. Penyebab tidak langsung banyak
kekurangan gizi: kemiskinan, rendahnya status perempuan, kondisi kesehatan yang tidak
sehat, perang dan konflik, rendahnya pertumbuhan pendapatan nasional, dan tata kelola
yang buruk di negara-negara. Layanan kesehatan yang mendasarinya adalah sumber daya
manusia, ekonomi, dan organisasi serta kendali mereka. Ini adalah salah satu alasan
malnutrisi dapat dilihat di daerah yang terkena dampak konflik atau di daerah di mana
otoritas pemerintahan setempat tidak memiliki kemauan, komitmen, atau efektivitas untuk
melakukan layanan bagi suatu populasi. Ideologi politik, diskriminasi etnis, dan
marginalisasi orang miskin dapat menciptakan kantong kekurangan gizi di negara-negara
di mana sumber nutrisi yang melimpah dialokasikan secara tidak merata. Namun, tidak
semua gizi buruk terlihat di negara-negara berkembang atau dalam keadaan darurat
kemanusiaan yang kompleks. Pertimbangkan kota-kota dalam, di mana makanan dapat
diakses tetapi tidak terjangkau atau di mana kurangnya pengetahuan tentang pilihan nutrisi
yang baik menyebabkan pemilihan yang buruk makanan dan kebiasaan makan yang buruk.
Di mana di negara berkembang apakah gizi buruk tetap menjadi masalah bagi populasi
abad ke-21? Negara-negara Asia Selatan (India, Bangladesh, Afghanistan, dan Pakistan)
memiliki jumlah anak yang tinggi dan angka malnutrisi yang tinggi, dengan Pakistan yang
menempati urutan teratas. Faktanya, Meskipun kekurangan gizi menurun di Asia secara
keseluruhan, namun prevalensi kurang gizi di Asia Selatan (38% -51%) jauh lebih tinggi
dari itu di Afrika sub-Sahara (26%) (Gambar 6-2) .3 Di sub-Sahara Afrika (SSA), kurang
gizi menyumbang 60% dari kematian anak, dengan penyebab perinatal, pneumonia, diare,
dan infeksi lainnya sisanya.4 Malnutrisi pada SSA sampai taraf tertentu dipicu oleh HIV /
AIDS. Secara absolut, jumlah anak-anak yang kekurangan berat badan meningkat dari 19,8
juta menjadi 34,5 juta. Hampir setengah (48,6%) dari beban penyakit, kecacatan, dan
kematian pada SSA disebabkan oleh kekurangan gizi. Populasi, dan anak-anak khususnya,
rentan terhadap kekurangan gizi karena buruknya akses ke kesehatan layanan, sanitasi
buruk, dan ketidaktahuan tentang kesehatan dasar praktik perawatan. Kemiskinan dan
kurangnya pendidikan memperburuk dan memperpanjang gizi buruk. Praktek pemberian
makan yang buruk dan kurangnya nutrisi yang memadai menyebabkan kurang gizi anak-
anak. Namun, faktor-faktor ini tidak hanya bekerja setelahnya

6
seorang anak dilahirkan. Ibu yang menderita stunting dapat melahirkan bayi dengan berat
badan rendah. Malnutrisi pada ibu dapat menyebabkan kerusakan besar pada kesehatan dan
kesejahteraan anak, banyak yang tidak dapat dipulihkan, bermanifestasi sebagai kurang
fisik kapasitas, menurunkan kecerdasan, dan penyakit yang lebih sering. Faktor-faktor
tersebut dapat mengakibatkan absensi sekolah yang tidak teratur atau berkurangnya
kemampuan untuk belajar, dan akhirnya kemungkinan kerja yang lebih rendah,
produktivitas yang lebih rendah, dan ketidakmampuan untuk memenuhi tuntutan ekonomi
kehidupan sehari-hari. Karena ini bisa menjadi fenomena generasi dalam rumah tangga dan
masyarakat, ini merupakan siklus yang sulit untuk diputus. Anak-anak dan remaja ini jarang
lepas dari siklus kemiskinan dan keputusasaan tempat mereka dilahirkan. Grafik malnutrisi
(berat badan menurut umur) menunjukkan bahwa malnutrisi terjadi sejak dini (Gambar 6-
3) . Studi menunjukkan bahwa untuk anak kecil, risiko kematian meningkat secara
eksponensial dengan tingkat kekurangan gizi (Gambar 6-4) .6 Ketika anak-anak bertambah
usia, tingkat kekurangan gizi menurun; dengan kata lain, lebih muda anak-anak lebih
terwakili dalam data yang ditampilkan kurang gizi. Literatur nutrisi memperdebatkan
hubungan antara malnutrisi dan mortalitas. Secara umum dipikirkan bahwa tingkat
kekurangan gizi akut dan kematian meningkat secara eksponensial daripada linear dan
bahwa mereka tidak meningkat secara paralel. Ini berarti kerawanan pangan bisa

7
semakin mengarah pada kematian saat kelaparan semakin dekat. Di mana tingkat malnutrisi
rendah, angka kematian tinggi angka pada anak-anak dari populasi pengungsi dapat
dijelaskan oleh penyakit akut seperti diare akut dan dehidrasi.

Populasi lebih stabil, di mana layanan kesehatan masyarakat dan lingkungan rumah yang
stabil ada, dapat cuaca lebih tinggi tingkat kekurangan gizi ketika kerawanan pangan parah
dan terjadi kelaparan. Meskipun angka kematian yang tinggi dapat menutupi memburuknya
status gizi, angka kematian yang tinggi dapat terjadi untuk alasan lain selain kekurangan
gizi. Ini hanya benar ketika angka kematian balita masih sangat tinggi — lebih dari itu 10
per 10.000 per hari. Beberapa organisasi nonpemerintah (LSM) telah mengembangkan
model untuk dikarakterisasi apakah suatu situasi adalah krisis pangan, krisis kesehatan, atau
a kombinasi keduanya (keadaan darurat di luar kendali). Salah satu solusi untuk kekurangan
gizi dimulai dengan mencegah dan mengobati kekurangan gizi pada wanita hamil dan pada
anak-anak hingga usia 2 tahun. Memberikan kesehatan dan pendidikan gizi bersama dengan
fortifikasi dan suplementasi gizi mikro juga sangat penting. Bertolak belakang dengan
persepsi populer, program pemberian makan di sekolah jangan segera melakukan
intervensi, meskipun mereka mungkin menggambar anak-anak ke sekolah dan menjaga
mereka di sana. Malnutrisi tidak terbatas pada negara-negara berkembang. Kehadirannya,
sebagai kelebihan berat badan dan obesitas, jelas terlihat pada daerah kumuh perkotaan
yang miskin dan daerah pedesaan yang kurang terlayani di negara maju. Gaya hidup
menetap, diet berlebihan, tinggi kandungan lemak dalam makanan, dan konsumsi yang
kosong kalori dalam makanan olahan dan makanan cepat saji menyebabkan kelebihan gizi
dan obesitas. Diet ini juga bisa menjadi marginal nutrisi tertentu; pertumbuhan terhambat
ditambah dengan kelebihan lemak tubuh bisa menjadi hasilnya. Meningkatnya tingkat stress
kehidupan modern juga mengakibatkan meningkatnya morbiditas dan kematian. Data dari
Pusat Pengendalian Penyakit dan Prevention (CDC) menunjukkan bahwa hampir dua
pertiga dari populasi AS kelebihan berat badan. Temuan ini adalah disertai dengan
peningkatan kematian akibat penyakit kronis yang tidak menular, seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes, stroke, kanker, dan sirosis hati, semuanya terkait dengan
kelebihan kalori, lemak jenuh, garam (natrium), kolesterol, gula, dan alkohol, serta tidak
memadai asupan serat. Faktor makanan juga terkait dengan yang lebih tinggi risiko

8
hipertensi, penyakit gigi dan ginjal, dan osteoporosis. Paradoksnya, populasi yang kelebihan
gizi memiliki akses terbesar ke informasi dan pendekatan yang akan dilakukan
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Untuk mengatasi iklan makanan dan
kenyamanan makanan cepat saji, kesehatan masyarakat pesan mempromosikan kesadaran
akan pilihan makanan yang lebih baik dan gaya hidup. Pelabelan paket, kampanye media,
dan social pemasaran telah menyebabkan peningkatan kesadaran gizi di kalangan
masyarakat maupun di antara perawatan kesehatan penyedia layanan. Namun, ketersediaan
dan keterjangkauan pangan, preferensi etnis, dan tingkat pendidikan dan pendapatan masih
mempengaruhi pilihan-pilihan ini secara negatif. Banyak negara berpenghasilan rendah dan
menengah tertangkap dalam situasi yang disebut sebagai transisi nutrisi. Ini negara
menghadapi tantangan kesehatan masyarakat simultan: kekurangan gizi di beberapa
populasi dan obesitas pada orang lain, bersama dengan penyakit tidak menular yang
berhubungan dengan diet, seperti penyakit kardiovaskular, kanker, dan diabetes. Fenomena
ini bisa sangat mahal untuk Negara karena menyajikan prioritas yang bersaing untuk
terbatas anggaran kesehatan dan tenaga kesehatan, yang mungkin masih bergulat dengan
program untuk memerangi penyakit menular tradisional.3 Terlalu banyak dan kurang gizi
bisa hidup berdampingan tidak hanya di negara yang sama tetapi juga di negara yang sama
rumah tangga. Di Mauritania, lebih dari 40% ibu kelebihan berat badan, sementara pada
saat yang sama lebih dari 30% anak-anak kurang berat badan. Sebanyak 60% rumah tangga
dengan orang yang kelebihan berat badan juga memiliki orang dengan berat badan kurang
Penting untuk mencatat dua tren yang mengganggu di gangguan makan pada anak-anak,
yang sebagian besar terlihat pada negara maju, dan khususnya di Amerika Negara: obesitas
dan bulimia / anoreksia nervosa. Obesitas adalah didefinisikan menggunakan indeks massa
tubuh (BMI) sebagai pengganti penyimpanan lemak maladaptif. BMI dihitung sebagai
tubuh berat dalam kilogram dibagi dengan ketinggian dalam meter kuadrat. BMI yang dapat
diterima bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin. Sekitar 10% anak-anak berusia
antara 2 dan 5 tahun dianggap mengalami obesitas.8 Harga telah dua kali lipat untuk remaja
berusia 12 hingga 19 tahun.9 Mereka telah meningkat tiga kali lipat untuk anak berusia 6
hingga 11 tahun. Pada 2005, Institut Kedokteran menyebutnya tren "lintasan ke atas yang
berbahaya." 10 Banyak factor prediktor kuat obesitas anak: genetika (memiliki orang tua
yang kelebihan berat badan, karakteristik masa kanak-kanak (memiliki telah kelebihan berat
badan di masa kecil menengah), psikososial faktor (seperti depresi), dan perilaku (seperti
makan saat menonton TV dan kurang olahraga teratur). Berbeda dengan obesitas, anoreksia
nervosa adalah makan gangguan di mana seseorang secara sukarela membatasi kalori
asupan, menghasilkan penurunan berat badan. Gangguan ini disertai dengan obsesi untuk
menjadi lebih tipis dan khayalan menjadi gemuk. Bulimia dikaitkan dengan pesta makan
dan pembersihan berikutnya. Sekitar 0,5% hingga 5% wanita remaja dipengaruhi oleh
gangguan ini, dan remaja kulit putih lebih sering terkena. Kondisi ini adalah yang terbaik
dikelola dengan medis, psikologis, dan nutrisi konseling dan intervensi.

B. MALNUTRISI PROTEIN-ENERGI
Malnutrisi kadang-kadang disebut sebagai energi protein malnutrisi (PEM). Ketika
kebutuhan pemeliharaan dasar tubuh untuk energi yang ditemukan dalam protein dan kalori

9
melebihi asupan makanannya, kekurangan gizi adalah hasil. Anak-anak mengembangkan
KE karena berbagai alasan, seperti asupan makanan yang tidak memadai, komposisi diet,
dan lingkungan yang kotor (kebersihan yang buruk), diare, dan infeksi. Secara klasik, tiga
jenis PEM telah dijelaskan: kwashiorkor, marasmus, dan kwashiorkor marasmic.
Kwashiorkor berasal dari arti istilah Ghana “Penyakit yang diderita anak yang lebih tua
ketika penyakit berikutnya bayi lahir ”; anak yang lebih tua dipindahkan dari menyusui oleh
bayi yang baru lahir, yang ditawari payudara terlebih dahulu. Anak yang lebih tua dibiarkan
mencari makan dari meja keluarga atau dapat diberikan makanan pendamping untuk siapa
dia belum siap. Kwashiorkor disertai dengan edema, sebagian besar di kaki dan kaki,
bersama dengan kulit yang mengelupas, rambut jarang, berwarna terang (bahkan merah),
apatis atau lekas marah, dan nafsu makan yang buruk. Karena edema, anak-anak mungkin
terlihat "gemuk" dan tampak cukup kenyang pengamat yang tidak terlatih atau kepada orang
tua yang tidak sadar efek diam gizi buruk pada anak mereka. Anak-anak dengan
kwashiorkor yang parah mungkin memiliki rambut yang rontok keluar dengan mudah dan
kulit yang terlihat terbakar atau terbakar dan mudah terkelupas (Gambar 6-5). Marasmus
karena kelaparan yang berkepanjangan, ditandai dengan pemborosan lemak dan otot yang
parah, yang mengakibatkan penampilan orang tua, kulit dan tulang (Gambar 6-6). Ini adalah
bentuk PEM paling umum yang terlihat pada keadaan darurat gizi di mana kekurangan
makanan sangat parah. Di berbeda dengan sikap apatis yang terlihat pada anak-anak dengan
kwashiorkor, anak-anak dengan marasmus lapar. Marasmus juga bisa menjadi hasil dari
infeksi kronis atau berulang dengan asupan makanan menurun. Kwashiorkor Marasmic
memiliki keduanya buang dan edema. PEM kronis memiliki kedua efek jangka pendek,
seperti menurunkan resistensi terhadap infeksi, dan efek jangka panjang, seperti sebagai
keterbelakangan pertumbuhan, mengurangi perkembangan intelektual

(Gambar 6-7), dan peningkatan angka kematian, khususnya di antara anak-anak 1 hingga 3
tahun, yang lebih rentan terhadap campak dan diare. Anak-anak ini juga lebih rentan
terhadap TB, yang sangat lazim di Indonesia banyak negara berkembang. Malnutrisi terkait
erat dengan TB di negara-negara berkembang dan sering kali demikian dianggap sebagai
tanda klinis TB. Untuk mengukur tingkat kekurangan gizi, public spesialis kesehatan dan
penyedia layanan kesehatan berbicara tentang pengecilan dan pengerdilan dalam hal massa

10
otot (berat) dan tinggi masing-masing. Pada anak-anak 6 hingga 59 bulan tua, wasting (berat
rendah untuk tinggi) didefinisikan sebagai lebih banyak dari 2 standar deviasi, atau skor Z,
di bawah nilai referensi yang ditetapkan oleh WHO atau Pusat Nasional untuk Statistik
Kesehatan (NCHS); istilah ini tidak termasuk edema (Tabel 6-1). Hampir 10% anak di
bawah 5 tahun bertahun-tahun menderita wasting. Ini menempatkan mereka pada risiko
besar untuk kematian atau gangguan pertumbuhan parah dan keterlambatan perkembangan
psikologis. Populasi di mana 10% sampai 14,9% anak-anak terbuang dikatakan memiliki
tinggi (serius) risiko kematian. Biasanya angka kematian kasar (CMR) pada populasi
tersebut adalah 2 hingga 4,9 kematian per 10.000 per hari. Populasi yang dianggap kritis
memiliki persentase pemborosan 15% atau lebih tinggi; CMR cenderung menjadi lebih dari
5 kematian per 10.000 per hari. Pengerdilan (tinggi badan rendah untuk usia) terjadi ketika
anak-anak gagal mencapai potensi pertumbuhan liniernya. Seperti halnya membuang-
buang, pengerdilan dikaitkan dengan kemiskinan, pemberian makan yang buruk praktik,
dan risiko penyakit. Prevalensinya bervariasi luas: dari 5% hingga 65% di seluruh dunia.
Stunting adalah manifestasi dan konsekuensi jangka panjang kronis

kekurangan gizi. Anak-anak yang terhambat mungkin tidak akan pernah mencapai mereka
potensi pertumbuhan penuh, bahkan ketika intervensi nutrisi diperkenalkan.

C. DEFISIENSI MIKRONUTRIEN
Zat gizi mikro adalah vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil
(mikrogram atau miligram per hari) untuk kesehatan yang baik. Misalnya, rata-rata orang
hanya membutuhkan sekitar satu sendok teh yodium selama hidupnya seumur hidup Karena
tubuh manusia tidak menghasilkan sebagian besar zat gizi mikro ini, harus diperoleh dari
makanan dalam makanan sehari-hari, karena suplemen ditambahkan ke makanan (mis.,
fortifikasi makanan), atau dalam bentuk kapsul, bubuk, tablet, atau suntikan. Di antara
banyak mikronutrien, yang paling menarik dan penting adalah zat besi, yodium, dan vitamin
A, diikuti oleh seng, vitamin D, dan asam folat. Kekurangan mikronutrien memiliki
beberapa penyebab: kemiskinan, pola makan yang buruk, kurangnya air bersih dan sanitasi
yang memadai, penyakit, dan malabsorpsi. WHO, UNICEF, dan Universitas PBB telah
meneliti kemanjuran dan efektivitas beberapa mikronutrien suplementasi selama
kehamilan.11 Tidak seperti PEM, defisiensi mikronutrien mungkin tidak sudah jelas.
Bahkan, defisiensi mikronutrien dapat terjadi diamlah sampai tanda dan gejala utama
muncul. Untungnya, solusi untuk malnutrisi mikronutrien relatif mudah, murah, tersedia,
dan layak secara politis. Dari miliaran orang di dunia, diperkirakan bahwa sekitar 2 miliar
berisiko kekurangan zat besi, 1,6 miliar untuk kekurangan yodium, dan 0,8 miliar untuk
kekurangan vitamin A. Setiap hari sekitar 300 ibu meninggal karena melahirkan karena

11
kekurangan zat besi, 4.000 anak meninggal karena efek kekurangan vitamin A, dan 50.000
bayi dilahirkan dengan kapasitas mental berkurang karena kekurangan yodium Besi
Kekurangan zat besi adalah mikronutrien yang paling umum Kekurangan di negara
berkembang. Seringkali penyebabnya adalah asupan gizi yang buruk dan kurangnya zat besi
yang memadai sumber dalam diet. Masa kanak-kanak dan masa subur adalah dua periode
paling rentan dalam kehidupan kekurangan zat besi. Penipisan zat besi pada bayi cukup
bulan terjadi sekitar 6 bulan dan dapat ditandai oleh usia 1 tahun, ketika anemia tampak
jelas. Konsekuensinya defisiensi besi mungkin anemia, menurunkan kekebalan melawan
infeksi, hasil kehamilan yang merugikan, pengurangan dalam kapasitas kerja atau kinerja
sekolah, dan perilaku dan kesulitan belajar pada anak. Koreksi kekurangan zat besi dapat
menjadi intervensi yang ditargetkan di mana populasi rentan disaring dan kemudian
memberikan suplemen zat besi, atau itu bisa menjadi pendekatan universal di mana setiap
orang diberikan suplemen zat besi di daerah di mana anemia defisiensi besi lazim.
Suplementasi zat besi rutin untuk hamil wanita adalah praktik standar di sebagian besar
dunia. Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan sebagian besar kekurangan zat besi.
Dalam hal ini, cacingan berkala program, ditambah dengan praktik sanitasi dan kebersihan,
dapat mengurangi beban cacing pada populasi lokal. Ketika pendidikan gizi ditambahkan
ke program-program tersebut, termasuk pada saat pemantauan pertumbuhan, pilihan
makanan yang lebih baik dan praktik pemberian makan dapat membantu masyarakat untuk
waspada dan pemantauan diri dan lebih sedikit bergantung pada mikronutrien penyelamat
dari penyedia luar. Promosi pemberian ASI eksklusif, keterlambatan pengenalan air teh
yang diberikan kepada bayi, dan fortifikasi zat besi dari makanan yang biasa dikonsumsi
(mis., tepung, sereal) bisa membuat perbedaan dalam menurunkan insiden kekurangan zat
besi di masyarakat.

1. Yodium
Kekurangan yodium dalam makanan ibu hamil memiliki beberapa efek buruk pada
pertumbuhan janin: dapat menyebabkan lahir mati atau kematian bayi atau dapat
bermanifestasi sebagai retardasi mental ringan atau bahkan kretinisme, yang termasuk parah
kerusakan otak, tuli, dan kerdil. Kekurangan yodium mengurangi kecerdasan, pendidikan,
dan produktivitas. Pengurangan IQ rata-rata adalah 13,5 poin dengan yodium kekurangan;
dalam kretinisme, pengurangan ini jauh lebih besar.

Kekurangan yodium adalah penyebab terbesar kerusakan otak yang dapat dicegah pada
janin dan bayi, dengan kelebihan 130 negara dan 2 miliar orang terkena dampak di seluruh

12
dunia. Jika alokasi kekurangan yodium divisualisasikan sebagai a piramida, itu akan
menunjukkan 2 miliar orang beresiko di bawah piramida, 655 juta dengan gondok, 26 juta
dengan kerusakan otak, dan 6 juta dengan kretinisme (Gambar 6-8). Kekurangan yodium
harus diperbaiki sebelum pembuahan. Ini dapat dicapai melalui fortifikasi makanan, seperti
garam beryodium. Kemajuan besar telah terjadi dibuat selama 15 tahun terakhir. Pada 1990
hanya 46 negara memiliki program garam beryodium, sedangkan pada 2007, 120 negara
memiliki program tersebut. Iodisasi garam secara universal adalah a diketahui, cara aman
untuk mengendalikan kekurangan yodium untuk sebagian besar Dunia. Tantangan
kesehatan masyarakat adalah mendapatkan pekerjaan selesai. Fortifikasi juga mengurangi
efek jangka pendek pada anak-anak dan orang dewasa, seperti lesu dan motorik dan
gangguan mental. Tambahan ekonomi dan social manfaat termasuk peningkatan kesehatan
dan kapasitas kerja, peningkatan efisiensi pendidikan, berkurangnya perawatan kesehatan
pengeluaran, dan peningkatan kualitas hidup.

2. Vitamin A
Kekurangan vitamin A kebanyakan mempengaruhi anak-anak dan wanita. Ini adalah
penyebab utama kebutaan yang bisa dicegah pada anak kecil dan semakin diakui sebagai
kontributor kematian ibu. Lebih dari 90 negara di seluruh dunia dan sekitar 250 juta anak-
anak dipengaruhi oleh kekurangan ini, dengan sebanyak setengahnya satu juta anak menjadi
buta setiap tahun. Dari mereka yang mengembangkan kebutaan, setengah mati dalam 1
tahun, sebagian karena gangguan kemampuan mereka untuk memerangi infeksi, terutama
campak. Dari 250 juta anak dengan kekurangan vitamin A, 13,5 juta mengalami kebutaan
malam, 3,1 juta menderita xerophthalmia, dan hampir setengahnya juta orang buta (Gambar
6-9). Secara klinis, ada kekeringan pada kornea dan konjungtiva (xerophthalmia), dengan
bekas luka dan ulserasi, bintik-bintik Bitot, dan akhirnya keratomalacia. Kekurangan
vitamin A biasanya terlihat di masyarakat kelompok, yang berarti bahwa kasus
xerophthalmia dikelilingi oleh kelompok ibu dan anak-anak yang terkena dampak.
Fenomena ini mencerminkan makanan masyarakat praktik dan risiko berbagi kekurangan
gizi dan infeksi. Ketika anak-anak tumbuh dewasa, selera mereka berubah, mereka dapat
mencari lebih banyak makanan sendiri, dan mereka cenderung memiliki vitamin A yang
kurang diet mereka. Diare, penyakit hati (hepatitis, sirosis), dan infeksi usus dengan cacing
menurunkan kemampuan tubuh untuk menyerap vitamin A. Infeksi-kekurangan gizi siklus
adalah spiral penurunan asupan makanan, penurunan nutrisi, dan penurunan kemampuan
untuk melawan infeksi. Ini kadang-kadang terlihat pada kasus campak. Kebutuhan
metabolisme untuk vitamin A lebih tinggi selama pertumbuhan, infeksi, dan kehamilan.
Setiap jenis ulserasi kornea, terutama ketika dikaitkan dengan campak, merupakan indikasi
untuk segera menyediakan vitamin A anggapan bahwa kekurangan vitamin A ada.
Perawatan itu mendesak dan tidak mahal. Dalam pertengahan 1980-an, penelitian di
Indonesia — Pengadilan Aceh—menunjukkan bahwa nilai 2 sen vitamin A menurunkan
angka kematian anak sebesar 34% (Gambar 6-10) .13 Studi antara 1986 dan 1992 dari India,
Nepal, dan Afrika menegaskan bahwa kematian anak prasekolah dapat dikurangi dengan
25% hingga 30%. Proyek Intervensi Nutrisi Nepal mempelajari 44.000 wanita pedesaan,

13
setengahnya hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplemen diet mingguan vitamin
A atau beta-karoten dapat mengurangi angka kematian ibu hingga 40% (Gambar 6-11).

Survei kesehatan masyarakat untuk kebutaan malam dan lainnya manifestasi dari masalah
mata adalah salah satu cara untuk menentukan prevalensi kekurangan vitamin A dalam
populasi beresiko. Pewawancara dan pengamat terlatih dan sampel besar anak-anak
diperlukan untuk survey semacam itu. Antara anak-anak di bawah 5 tahun di Afrika sub-
Sahara, sekitar dua perlima beresiko kekurangan vitamin A, dan program vitamin A yang
memadai dapat mencegah 645.000 kematian setiap tahun. Suplemen vitamin A dapat
menurunkan bayi mortalitas sebesar 25%; mengurangi morbiditas terkait HIV, campak, dan

14
kematian kwashiorkoror pada anak-anak; dan menurunkan angka kematian ibu sebesar
40%. Vitamin A sering didistribusikan pada saat kampanye imunisasi disebut nasional hari
imunisasi, atau NID. Perlu dicatat bahwa keprihatinan telah dikemukakan sehubungan
dengan peningkatan perkembangan kematian untuk ibu dan bayi yang HIV-positif karena
suplementasi vitamin A ibu atau neonatal universal di daerah endemis HIV.15 Salah satu
cara untuk mencegah kekurangan vitamin A adalah menyusui, karena ASI adalah sumber
vitamin yang kaya A. Menyusui eksklusif untuk 4 hingga 6 bulan pertama adalah
direkomendasikan. Konseling diet penting untuk ibu dari anak-anak yang berada di luar ASI
tahun. Vitamin A terjadi secara alami dalam produk hewani (susu, kuning telur, hati) serta
sumber nabati (minyak kelapa sawit, sayuran berdaun hijau gelap, buah berwarna seperti
itu sebagai pepaya dan mangga). Makanan seperti gula, masakan minyak, dan tepung juga
bisa diperkaya dengan vitamin A. Anak-anak dan wanita setelah melahirkan bisa diberikan
suplemen selama 6 bulan: 200.000 IU untuk anak-anak dan 300.000 IU untuk ibu 4 hingga
8 minggu postpartum. Akhirnya, diversifikasi diet dapat membantu menjamin vitamin itu
A dikonsumsi dalam jumlah yang memadai. UNICEF sekarang memasok antara 600 dan
800 juta 2 sen vitamin A kapsul ke lebih dari 75 negara di seluruh dunia, pada dasarnya
mencakup sekitar 300 hingga 400 juta anak setiap tahun.

3. Seng
Seng adalah elemen penting untuk pertumbuhan, pada kedua manusia dan tanaman, dan
untuk fungsi kekebalan tubuh dan mukosa yang tepat integritas. Kekurangan seng dalam
makanan manusia meningkatkan risiko diare, infeksi saluran pernapasan, dan keterlambatan
perkembangan. Dalam bentuknya yang parah, defisiensi seng ditandai oleh akrodermatitis,
ketidaknyamanan pencernaan dan diare, dan pertumbuhan lambat. Banyak penelitian telah
menunjukkan secara ilmiah itu suplemen seng harian mengurangi diare dan radang paru-
paru di anak-anak prasekolah (Gambar 6-12) .16 Selain itu, suplementasi seng (diambil
sebagai tablet 20 mg) menurunkan frekuensi dan output volume diare dan mempersingkat
waktu pemulihan. Tablet effervescent dapat dilarutkan di payudara susu atau larutan
rehidrasi oral. Suplemen seng selama 10 hingga 14 hari memiliki efek pencegahan terhadap
penyakit pada masa kanak-kanak dalam 2 hingga 3 bulan setelah perawatan.

15
Seng ditemukan dalam ASI, daging, dan krustasea. Ini umumnya rendah di sebagian besar
sayuran, biji-bijian, dan ikan. Bertahun-tahun budidaya tanah yang berlebihan dan salah
urus tanah dapat menguras seng di tanah, menyebabkan seng rendah tingkat dalam tanaman,
hasil panen, dan biji, berkontribusi siklus defisiensi.

4. Vitamin D
Vitamin D dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang. Pelunakan tulang dan akhirnya rakhitis
adalah hasil dari mineralisasi tulang yang rusak — ketidakseimbangan kalsium dan fosfor.
Rakitis nutrisi biasanya mempengaruhi anak di bawah 2 tahun, selama periode pertumbuhan
cepat ketika permintaan kalsium dan fosfor tinggi (Gambar 6-13). Kekurangan vitamin D
anak-anak akan gagal tumbuh, bertubuh pendek, mengalami keterlambatan perkembangan,
dan memiliki kelainan gaya berjalan. Kekurangan vitamin D dapat dicegah pada semua ASI
bayi dengan pemberian harian 200 IU vitamin D selama 2 bulan pertama kehidupan. Semua
formula memiliki setidaknya 400 IU / L. Tablet multivitamin yang mengandung jumlah itu
harus diberikan jika asupan formula kurang dari 500 mL per hari atau jika anak tidak
mendapatkan paparan sinar matahari secara teratur. Dalam rakhitis nutrisi yang disebabkan
oleh kekurangan vitamin D, suplementasi kalsium sangat penting. Dibutuhkan sekitar 3
hingga 6 bulan untuk menyelesaikan perubahan fisik, dan beberapa kelainan mungkin masih
memerlukan koreksi ortopedi. Sumber alami vitamin D termasuk minyak hati ikan, kuning
telur, dan ikan berlemak. Prekursor vitamin D dikonversi di kulit oleh paparan sinar
matahari. Tinggal di tempat-tempat di mana cuaca berawan terus-menerus

pakaian sepanjang waktu, dan sebagian besar berada di dalam ruangan akan mengurangi
paparan sinar matahari dan karenanya dapat menyebabkan kekurangan vitamin D.

5. Asam folat
Asam folat, juga dikenal sebagai vitamin B9, diperlukan untuk itu produksi DNA dan
diperlukan untuk pengembangan jaringan dan organ awal dan sepanjang kehamilan.17 Ini

16
mencegah cacat tabung saraf (NTDs), serta lainnya cacat lahir, seperti di bibir / langit-langit,
jantung, dan anggota badan. Cacat tabung saraf adalah cacat lahir yang serius tulang
belakang dan otak yang merupakan hasil tidak lengkap pembentukan atau penutupan tabung
saraf. Cacat tabung saraf adalah penyebab utama kelumpuhan infantil di Amerika Serikat,
dengan spina bifida sebagai yang paling sering terjadi cacat bawaan cacat permanen. Karena
asam folat menurunkan kadar homocysteine, juga dapat mengurangi risiko serangan jantung
dan stroke serta risiko beberapa kanker, seperti kanker usus besar.
Pada tahun 1992, Layanan Kesehatan Masyarakat AS merekomendasikan agar semua
wanita mampu hamil harus mengonsumsi 400 mikrogram (0,4 mg) asam folat setiap hari
untuk mengurangi risiko kehamilan yang mengakibatkan spina bifida neonatal atau NTD
lainnya. Penelitian pada tahun 1998 menunjukkan bahwa kejadian NTD dalam Amerika
Serikat telah menurun hampir 20% sejak folic fortifikasi asam dimulai.18 Data awal dari
Chili menunjukkan penurunan sebesar 31% dalam NTD pada tahun 2000–2001 setelah
fortifikasi gandum. Ini menyiratkan benteng itu dengan asam folat efektif dalam mencegah
NTD dan harus dipertimbangkan dalam fortifikasi tepung program.19 Pendekatan diet
untuk meningkatkan konsumsi asam folat / folat adalah dengan memperbaiki pola makan
secara keseluruhan kebiasaan, minum suplemen asam folat setiap hari, dan konsumsi
makanan yang diperkaya.
Pembaca harus berkonsultasi dengan referensi medis untuk tunjangan harian untuk zat gizi
mikro paling penting dan perawatan preventif dan kuratif untuk kekurangannya. Tabel 6-2
menunjukkan risiko vitamin dan mikronutrien defisiensi ketika mengkonsumsi diet tinggi
atau (rendah) pada tertentu komoditas. Solusi yang mungkin dicantumkan. Pengawasan
Gizi dan Memantau Perkembangan Pengumpulan dan analisis data gizi menyediakan
informasi yang dapat berguna dalam berbagai pengaturan. Misalnya, sebagai bagian rutin
dari program kesehatan ibu dan anak, pengawasan gizi dapat memantau populasi tren status
gizi. Selama situasi darurat, penilaian cepat status gizi dapat menentukan tingkat dan
keparahan gizi buruk dan dengan demikian memprediksi perubahan atau ancaman
kemunduran. Pengawasan gizi dapat memandu program kesehatan masyarakat dan
membantu pemerintah dan organisasi nonpemerintah dalam pemantauan dan evaluasi
proyek. Data ini dapat menunjukkan efektivitas intervensi dan melacak keseluruhan tren
untuk alasan kesiapan. Organisasi donor sering membutuhkan tolok ukur seperti itu untuk
penilaian pengiriman dan kinerja bantuan kemanusiaan. Survei demografis dan kesehatan
mengumpulkan informasi gizi setiap 5 tahun di negara-negara berkembang. UNICEF
memanfaatkan survei kluster multi-indikator. Upaya global dalam mengumpulkan dan
menganalisis nutrisi data selama keadaan darurat kemanusiaan yang kompleks dimulai pada
tahun 1993 sebagai Sistem Informasi Nutrisi Pengungsi (RNIS). RNIS berkembang menjadi
sistem berbasis di Jenewa disebut Informasi Gizi dalam Situasi Krisis (NICS). NICS adalah
satu-satunya sistem yang mempertimbangkan semua penyebab kekurangan gizi, hambatan
utama dalam pemberian bantuan kemanusiaan, dan prevalensi kekurangan gizi akut.
Memperoleh informasi dari berbagai sumber-sumber PBB dan LSM sukarela, diterbitkan
setiap triwulan melaporkan bahwa menilai risiko dan ancaman terhadap status gizi suatu
populasi. Sebagai sistem peringatan, NICS menganggap

17
prevalensi kekurangan gizi 5% hingga 8% menjadi perhatian dan 10% menjadi situasi
serius. Laporan NICS dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan advokasi untuk
intervensi kapan tindakan atau tanggapan donor tidak cukup. Di sisi lain tangan,
keterlambatan dalam pelaporan terkadang mengakibatkan kurangnya intervensi tepat waktu
oleh donor dan pemangku kepentingan utama. Di Amerika Serikat, Survei Pemeriksaan
Kesehatan dan Gizi Nasional (NHANES) mengumpulkan data dari wawancara diet,
pemeriksaan fisik, dan tes biokimia pada sampel populasi AS, termasuk populasi minoritas
dan lansia Amerika.

D. PENILAIAN CEPAT PADA KONTEKS DARURAT


Pedoman Proyek SPHERE, dikembangkan oleh yang besar konsorsium LSM kemanusiaan,
menekankan pentingnya menginvestigasi kemungkinan penyebab malnutrisi sebelum
mencoba survei antropometrik. Informasi tentang tingkat kekurangan gizi dan
penyebabnya dapat membantu membentuk intervensi. Untuk kebutuhan bantuan
kemanusiaan, penting untuk mengidentifikasi sebagian besar populasi yang terkena dampak
dan wilayah geografis berisiko dan kemudian memprioritaskan mereka untuk intervensi
nutrisi. Penilaian memungkinkan penggunaan sumber daya terbatas secara lebih efektif
serta pemantauan efektivitas bantuan lokal, dalam hal koordinasi dan dampaknya pada
risiko populasi atau individu yang sudah terpengaruh. Banyak penelitian dalam literatur
menggambarkan pendekatan untuk menilai kekurangan gizi di negara-negara berkembang
Penilaian survei dapat dilakukan untuk berbeda tujuan. Sebuah organisasi yang memberikan
jatah makanan di Indonesia metrik ton curah akan memiliki tujuan dan indicator berbasis
populasi yang berbeda dibandingkan dengan organisasi yang menyusun program pemberian
makan terapeutik untuk individu yang terkena dampak. Organisasi lain mungkin focus
identifikasi penyebab malnutrisi yang mendasari, dengan rencana intervensi yang
ditargetkan. Sedangkan satu set survei mungkin untuk menilai toko makanan (ketahanan
pangan), aktivitas pasar, penggunaan lahan, ternak, dan mata pencaharian, yang lain
mungkin untuk melakukan survei antropometrik pada populasi sasaran. Suatu tantangan
yang kadang-kadang dihadapi adalah survei nutrisi mungkin tidak cocok dengan survei
makanan penilaian keamanan dan mata pencaharian. Data mungkin spesifik untuk wilayah
yang disurvei dan tidak siap diekstrapolasi. Survei yang lebih luas mungkin melewatkan

18
kantong kecil yang jauh kemiskinan, kekurangan gizi, atau kematian. Survei juga mengukur
tingkat cakupan populasi dengan intervensi. Karena itu, mereka mendapat tempat di baik
pengaturan bantuan dan pengembangan, yaitu, dalam mengukur kemajuan menuju tujuan
yang baik secara implisit atau secara eksplisit dinyatakan dan diminta oleh lembaga donor
atau organisasi internasional. Banyak standar untuk bantuan kemanusiaan telah disepakati
di dalam komunitas internasional melalui Sphere Piagam Kemanusiaan dan Standar
Minimum di Indonesia Proyek Penanggulangan Bencana dan Pemantauan Standar dan
Penilaian Relief and Transitions.
Data dalam pengaturan darurat terkadang dikumpulkan oleh survei klaster sampel dua tahap
standar untuk memperkirakan prevalensi kekurangan gizi akut dalam program area.24
Metodologi pengambilan sampel kluster memilih 30 cluster (mis., desa) dan kemudian
mensurvei 30 unit (mis., rumah tangga) di 30 desa tersebut. Pendekatan seperti itu, meski
tampil lugas, bisa dibatasi oleh kesulitan dalam mengidentifikasi kerangka pengambilan
sampel untuk populasi yang ditargetkan. Keterbatasan ini terutama terlihat pada pengaturan
di mana komunitas pengungsi terintegrasi erat ke dalam komunitas tuan rumah, membuat
mereka sulit untuk melakukannya terpilah untuk tujuan studi; di mana populasi berada
sangat mobile (nomaden atau bermigrasi); dan di mana kepadatan populasi jarang atau
rumah tangga kecil. Sebagai hasilnya, survei semacam itu bisa menjadi sumber daya intensif
dalam hal waktu, tenaga, dan biaya. Survei alternative metodologi menggunakan desain
bertingkat, mendefinisikan strata dari metode sampel area sistematis terpusat. Sebelum
survei baru direncanakan, ada baiknya untuk melihat apakah data berbasis populasi sudah
ada, misalnya tren dalam kesehatan anak-anak terlihat dalam perawatan kesehatan primer
klinik, atau data dari survei terbaru. Jika suatu penilaian masih perlu dilakukan, itu bisa
dicapai dengan cukup cepat dengan mengukur lingkar lengan tengah atas (MUAC) di antara
anak-anak yang terkena dampak atau dengan mengambil sampel populasi berisiko tinggi
dan mengukur berat badan untuk tinggi badan. Pengukuran MUAC mudah untuk diajarkan
dan dilakukan dan karena itu mulai populer dan digunakan. Itu bisa saja diterapkan untuk
pengaturan triase cepat, terutama di mana penilaian cepat anak-anak (6 bulan hingga 59
bulan) adalah dibutuhkan. Pengukuran MUAC menggunakan pita tiga warna sekitar lengan
tengah atas (Gambar 6-14). Posisi dan penempatan sangat penting agar korelasi yang tepat
dapat terjadi dibuat dengan komposisi protein dan massa jaringan tanpa lemak.
MUAC berkorelasi lebih dekat dengan kematian Dari pada berat untuk tinggi, dengan
demikian membuat MUAC a ukuran yang lebih andal untuk merencanakan nutrisi darurat
intervensi dan prediksi tingkat kematian. Beberapa organisasi internasional juga
merekomendasikan hal ini ukuran digunakan sebagai kriteria untuk masuk ke pusat
pemberian makan terapi rawat jalan.

E. PERTUMBUHAN BERBASIS MASYARAKAT


1. PEMANTAUAN DAN PROMOSI
Berbeda dengan penilaian cepat status gizi di Indonesia populasi untuk keperluan distribusi
darurat dan makanan, pemantauan pertumbuhan berfungsi sebagai publik yang
berkelanjutan aktivitas kesehatan di lingkungan non-darurat di negara maju dan
berkembang. Antropometri adalah istilah ilmiah yang digunakan untuk menggambarkan

19
proses penimbangan ini dan mengukur. Antropometri menyediakan keduanya prevalensi dan
kejadian anak kurang gizi di Indonesia sebuah komunitas. Selain itu, ini bisa berfungsi
sebagai peringatan dini sistem dalam pengaturan akut dan nonurgent. Dalam situasi di mana
ada gelombang besar pengungsi atau internal orang terlantar, antropometri dapat berfungsi
sebagai cepat alat triase, cepat mengidentifikasi mereka yang membutuhkan akut intervensi
nutrisi. Antropometri juga bisa berfungsi untuk memantau program yang sedang
berlangsung di mana distribusi makanan atau persiapan dan makan di tempat sedang terjadi.
Pengukuran berat dan tinggi badan anak disertai dengan mencatat titik-titik data dalam diri
seorang anak catatan kesehatan, umumnya dikenal di negara-negara berkembang sebagai
bagan “jalan menuju kesehatan”. Pengukuran seperti itu bisa menghasilkan interaksi yang
signifikan antara layanan kesehatan penyedia dan pengasuh anak, tempat keduanya mencari
lihat apakah berat dan tinggi badan anak terus bertambah jalan menuju kesehatan. Meskipun
kegiatan ini dapat dilakukan secara pribadi di pusat kesehatan, di negara-negara berkembang
lebih sering dilakukan di luar atau di tempat umum. Pedagang garam timbangan untuk
menimbang bayi atau anak kecil menggantung dari pohon dalam pengaturan luar ruangan
(Gambar 6-15). Ibu berkumpul sekitar untuk melihat ukuran anak mereka sendiri juga seperti
anak-anak tetangga mereka. Banyak bicara dan tawa dapat menyertai proses ini. Pengukuran
aktivitas juga bermanfaat bagi para pengamat yang berkumpul untuk menonton proses.
Penyedia layanan kesehatan berpengalaman mengambil keuntungan tepat waktu dari sesi ini
untuk instruksi masyarakat tentang nutrisi yang baik, pilihan makanan yang tepat, praktik
menyusui, dan bahkan pesan kesehatan dan kebersihan yang luas. Dia dapat memperkuat
pentingnya nutrisi yang baik dan dapat secara terbuka mengakui ibu yang membuat pilihan
nutrisi dan makanan yang tepat untuk anak-anak mereka. Ibu-ibu lain dapat mempelajari
alasannya untuk kekurangan gizi atau kurangnya pertumbuhan pada keturunan mereka
sendiri. Selain itu, kegiatan ini dapat ditambah dengan kegiatan imunisasi, kegiatan
pemberian makanan tambahan, keluarga diskusi perencanaan, dan pemantauan umum
keluarga kesehatan dan kebutuhan kesehatan. Karena antropometri mudah dan sederhana
untuk diterapkan, staf yang relatif tidak terlatih dapat secara efektif membantu dalam
kegiatan. Pelatihan harus dimulai dengan seleksi yang cermat dan kualifikasi pekerja
komunitas yang memiliki minat dalam proses dan bersedia menerima instruksi. Meskipun
mereka tidak perlu melek huruf atau sebelumnya dilatih sebagai petugas kesehatan, mereka
harus mampu bersikap objektif, nyaman dengan anak-anak, dan mampu bekerja dalam tim.
Bermain peran sering kali membantu memperkuat poin pengajaran utama serta
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan calon peserta pelatihan. Ini berguna untuk minta
mereka bekerja berpasangan, karena ini akan menjadi persyaratan di lapangan. Percobaan
dapat menyoroti langkah-langkahnya dalam proses pemilihan anak, pengukuran, dan
rekaman. Sangat penting untuk memiliki sesi terpisah menulis angka pada catatan dan grafik,
karena angka 7 dapat terlihat seperti 1, dan enam, nol, dan delapan bisa bingung. Saat
keduanya tinggi dan berat sedang Jika diukur, tinggi badan harus dilakukan terlebih dahulu.
Gunakan yang terpisah tim untuk penilaian usia untuk menjaga fokus tim tugas-tugas khusus
dalam proses pemantauan pertumbuhan.

20
Karena mungkin sulit untuk mengetahui usia tepat dari anak-anak, berat-untuk-tinggi (WFH)
daripada berat-untuk-usia (WFA) sering digunakan. Dalam kasus di mana usia anak adalah
dibutuhkan, usia kadang-kadang dapat ditentukan dengan bertanya pertanyaan yang
berhubungan dengan fisik, sejarah, atau musiman peristiwa kelahiran anak: misalnya, adalah
anak yang lahir saat musim hujan, saat presiden berkuasa, atau ketika tsunami melanda?
Meski relatif mudah dan sederhana, antropometri data dapat mengalami kesalahan yang
tidak disengaja. Kesalahan dari

Berat termasuk timbangan badan, gerakan oleh anak yang diukur, tingkat pakaian atau
kerjasama, adanya edema, parasit dan feses memuat, status dehidrasi, dan kesalahan
membaca oleh mereka yang tidak cukup terlatih untuk membaca dan mencatat angka.
Kesehatan pekerja perawatan yang melakukan pengukuran seharusnya yakin bahwa anak
itu tidak memegang skala atau ke atas orang tua atau pengasuh yang cemas.
Tinggi badan bisa lebih sulit diukur. Disetujui papan tinggi / panjang harus digunakan
(Gambar 6-16). Idealnya, pengukuran membutuhkan tiga orang: satu untuk memegang
kepala anak, satu untuk meluruskan lutut, dan sepertiga untuk catat pengukuran yang

21
dipanggil oleh asisten. Ini Penting untuk memastikan bahwa anak itu berdiri tegak, melihat
lurus ke depan, tidak membungkuk atau mengenakan sepatu, juga tidak memanifestasikan
kaki pengkor atau kelainan bentuk tulang belakang lainnya atau kaki. Tatanan rambut
terkadang bisa mengganggu yang akurat pengukuran dan harus dicatat pada grafik. Untuk
mereka

anak-anak yang tidak dapat berdiri atau terlalu muda untuk bekerja sama, panjang diukur
bukan tinggi badan (Gambar 6-17). Pengukuran status gizi lainnya termasuk pengukuran
ketebalan lipatan lemak (trisep dan subscapular). Namun, lipatan lemak biasanya tidak
diukur di pengaturan negara berkembang, dan ada terutama untuk akademik tujuan. Selain
itu, pengukuran lipatan lemak tidak memiliki referensi internasional yang baik, dan lipatan
lemak stabil setelah 1 tahun, membuat pengukuran ini kurang bermanfaat di antropometri
anak-anak di bawah 5 tahun. Beberapa pelatihan dan konsistensi penerapan caliper juga
diperlukan untuk mengukur lipatan lemak. Menafsirkan Berat dan Pengukuran Tinggi Hasil
umumnya dinyatakan dalam skor Z, untuk kemudahan dalam menafsirkan pengukuran
antropometrik. Skor Z adalah skor standar deviasi (SD), yang mencerminkan pengukuran
individu dalam kaitannya dengan standar populasi referensi (nilai yang diharapkan). Skor
Z adalah diturunkan dengan mengambil perbedaan antara yang diamati nilai pengukuran
dan nilai median dalam populasi referensi dan membagi perbedaan itu dengan SD nilai
untuk populasi referensi. Skor Z bisa untuk tinggi-untuk-usia, berat-untuk-usia, dan berat-
untuk-tinggi. Berat untuk tinggi lebih disukai karena memiliki dua pengukuran obyektif dan
karena itu seringkali tidak mungkin untuk mengetahui usia pasti seorang anak. Poin cut-off
untuk malnutrisi sedang didefinisikan sebagai 2 SD di bawah median populasi referensi,
atau 80% dari median dari populasi referensi. Untuk gizi buruk, ini adalah 3 SD, atau 70%
dari median (Tabel 6-1). Ketika WFA digunakan, persentase standar WFA yang diharapkan
digunakan. Sembilan puluh persen dari standar adalah kira-kira pada atau di atas persentil
ke 15 pada standar kurva pertumbuhan (khusus untuk usia dan jenis kelamin), 80% berada
pada Persentil ke-3 dari kurva pertumbuhan itu, dan 60% adalah tentang 3 SD di bawah
rata-rata. Oleh karena itu, untuk kwashiorkor, para WFH adalah 60% hingga 80% dari yang
diharapkan; untuk marasmus, ini kurang dari 60%, dan untuk dwarfisme gizi, ini juga

22
kurang dari 60%. Jenis kelamin, usia, adanya edema, dan terkadang status imunisasi campak
dicatat sebagai bagian pengumpulan data untuk membantu dalam interpretasi. Standar
referensi internasional dihasilkan oleh WHO, 26 CDC, dan NCHS. Pada 2006, WHO
mengumumkan standar pertumbuhan yang paralel lebih dekat tren pertumbuhan di negara
berkembang.27 Dibutuhkan beberapa saatnya standar pertumbuhan ini disebarluaskan dan
digunakan di seluruh dunia dan diterima oleh kementerian kesehatan yang bertanggung
jawab untuk penyebaran standar. Berbeda dengan pengukuran individu, survei untuk
prevalensi malnutrisi dalam populasi menggunakan persentase populasi sampel yang di
bawah 2 SD untuk kurang gizi sedang dan di bawah 3 Z skor untuk parah kekurangan gizi.
Ini agak mirip dengan interpretasi pengukuran individu. Distribusi frekuensi di tabel atau
grafik berfungsi untuk profil populasi. Data perlu ditafsirkan dalam konteksnya. Itu
penyedia kesehatan masyarakat atau peneliti harus bertanya beberapa pertanyaan untuk
mendapatkan perspektif rasional. Apa yang mungkin terjadi penyebab kekurangan gizi?
Apakah ada kerawanan pangan, kekurangan perawatan kesehatan yang memadai untuk
suatu populasi, atau apakah ada faktor eksternal (kekeringan, bencana alam) yang telah
menyebabkan panen yang buruk, perpindahan populasi, dan lainnya kondisi buruk? Tren
musiman harus dipertimbangkan pertimbangan. Beberapa negara mengalami kekeringan
setiap 7 hingga 10 tahun. Populasi dapat menderita karena panen yang buruk, sekarat ternak
(sebagai sumber makanan), debilitasi, dan kematian dari mereka yang sudah memiliki
kesehatan marjinal. Penyakit menular dapat menjadi dasar untuk malnutrisi berikutnya;
sebaliknya, malnutrisi dapat mempengaruhi seseorang terhadap penyakit menular, dan juga
meningkat risiko kematian akibat hal itu. Ketika menginterpretasikan data gizi buruk,
penting untuk diingat bahwa gizi buruk dapat ditiru oleh penyakit menular, terutama TB
dan HIV / AIDS. Anak-anak yang kekurangan gizi kronis dan tidak menanggapi pemberian
makanan tambahan sering diasumsikan memiliki TB aktif. Meskipun ini bukan kriteria
diagnostik yang baik untuk membuat diagnosis TB masa kanak-kanak, seringkali
pendekatan dalam pengaturan di mana prevalensi TB tinggi di masyarakat dan sarana
diagnostik yang baik masih kurang.

2. PENCEGAHAN
Beberapa komponen merupakan paket yang esensial tindakan pencegahan terhadap
kekurangan gizi: menyusui, makanan pendamping ASI, nutrisi ibu, vitamin A suplemen,
manajemen anak yang sakit, dan garam beryodium. Selain itu, masalah komunitas yang
lebih besar seperti keamanan pangan dan keamanan pangan juga harus dipertimbangkan
dalam mencegah kekurangan gizi di antara yang paling rentan.

a. Menyusui
Bukti kuat mendukung manfaat menyusui.28 Praktik sangat bervariasi dari waktu ke waktu
dan terus berlanjut berubah karena para ahli mempelajari lebih lanjut tentang ASI, perilaku
populasi, dan preferensi individu. Nutrisi kandungan ASI dianggap sebagai sumber protein
terbaik (dan tidak terkontaminasi) (termasuk imunoglobulin), karbohidrat, lemak, mineral,
dan zat gizi mikro (kecuali vitamin K dan D) untuk bayi baru lahir, termasuk bayi prematur,
dan bayi. Fortifikasi vitamin D bayi yang disusui direkomendasikan oleh orang Amerika

23
Akademi Pediatri dan WHO, dimulai dari dalam 2 bulan pertama setelah lahir. WHO telah
merekomendasikan bahwa pemberian ASI eksklusif terjadi hingga 4 usia bulan, dan dalam
beberapa kasus hingga 6 bulan. Imunoglobulin pelindung dalam ASI mengurangi risiko
diare, penyakit pernapasan, dan otitis media (Gambar 6-18).
Manfaat neurobehavioral (ikatan) dan ibu (pemulihan lebih cepat postpartum) juga
bertambah dengan menyusui. Manfaat lain termasuk manfaat ekonomi, yaitu terutama
penting bagi mereka yang memiliki pendapatan rumah tangga terbatas. Tidak perlu membeli
susu formula, dan bayi yang disusui cenderung memiliki lebih sedikit penyakit medis.
Bahkan, kandungan nutrisi ASI tetap cukup konstan dan terlepas dari asupan makanan ibu
sampai dia toko tubuh sendiri sangat habis.30 Kekhawatiran orisinal yang tidak didapat bayi
yang disusui berdasarkan berat bayi yang diberi susu formula perbandingan dengan kurva
pertumbuhan bayi yang tidak termasuk jumlah bayi yang tidak diberi susu formula yang
memadai. Itu kurva telah dianggap tidak pantas untuk manusia bayi yang diberi ASI, dan
beberapa lekuk tubuh yang lebih baru mencerminkan lebih baik frame pengambilan sampel.
Pertumbuhan bayi yang disusui harus dianggap norma. Meskipun tingkat inisiasi menyusui
terus berlanjut meningkat di Amerika Serikat, tidak semua kelompok demografis memiliki
peningkatan praktik menyusui. Etnisitas, pendidikan, pekerjaan, usia, dan multiparitas
dapat memengaruhi pilihan menyusui. Dukungan dan promosi menyusui oleh banyak
kelompok, termasuk Tambahan Khusus Program Nutrisi untuk Wanita, Bayi, dan Anak-
anak, telah membantu meningkatkan kesadaran dan hambatan yang lebih rendah untuk
menyusui di antara populasi yang memenuhi syarat. Selain itu, Sasaran Orang Sehat 2010
fokus pada inisiasi dan pemeliharaan menyusui dan penghapusan kesehatan perbedaan,
termasuk ras dan etnis, seperti yang berkaitan menyusui.
Status HIV ibu mengubah pilihan ASI sebagai sumber nutrisi pertama untuk baru lahir.
Karena HIV ditularkan dalam ASI ibu yang terinfeksi, menyusui eksklusif atau eksklusif
dianjurkan menggunakan susu formula, karena makanan campuran dikaitkan dengan
tingkat penularan HIV yang lebih tinggi ke anak. Risiko penularan HIV dalam ASI
bervariasi dengan waktu dimulainya menyusui, durasi, kesehatan ibu (viral load-nya dan
dia Jumlah CD4), kondisi payudaranya, dan integritas mukosa mulut dan usus bayi

24
Dianjurkan untuk memberi makan pengganti (penggunaan susu formula), jika perlu. Jika
tidak, ibu harus menyusui secara eksklusif, dan kemudian berhenti ketika bayi mencapai 6
bulan. Rancangan intervensi promosi menyusui harus mempertimbangkan rekomendasi ini
dalam konteks prevalensi HIV dan local ketersediaan formula pengganti.

b. Pemberian Makanan
Pelengkap Pemberian makanan pendamping merupakan langkah penting dalam proses
transisi dari payudara atau formula eksklusif memberi makan makanan padat. WHO telah
mengembangkan panduan yang mempromosikan inisiasi komplementer memberi makan
pada usia 6 bulan, menggunakan energi siap pakai dan makanan pendamping kaya nutrisi.
Perilaku dan aktivitas pemberian makan yang tepat mendasari keberhasilan pemberian
makanan pendamping ASI yang berhasil. Menyusui dapat berlanjut hingga 2 tahun usia,
dan memiliki banyak manfaat bagi bayi dan anak muda anak. Pemberian makanan
pendamping dapat memiliki signifikan berdampak pada penurunan kejadian diare anak dan
kematian anak, serta meningkatkan pertumbuhan anak.

c. Ketahanan pangan
Ketahanan pangan dapat didefinisikan sebagai kondisi di mana orang memiliki akses fisik
ke makanan yang terjangkau dan sarana ekonomi untuk mendapatkannya. Makanan harus
tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang cukup untuk memenuhi nutrisi membutuhkan
dan untuk memungkinkan kehidupan yang sehat dan produktif. Ketika kemiskinan,
kebijakan, atau migrasi paksa karena konflik, perang, atau bencana alam mengganggu akses
ini dan ketersediaan makanan untuk jangka waktu yang lama, global malnutrisi akut (GAM)
dan malnutrisi akut akut (SAM) dapat terjadi. SAM dan GAM sering digunakan sebagai
indikator kesehatan kerawanan pangan. Médecins Sans Frontières (MSF) menggunakan
empat tahap untuk menggambarkan kondisi yang semakin memburuk: kerawanan pangan,
krisis pangan, krisis pangan yang serius, dan kelaparan. Organisasi lain mungkin merujuk
pada menderita kerawanan pangan kronis, diperpanjang krisis pangan, prevalensi
kekurangan gizi akut, mortalitas, akses ke makanan, strategi koping, aset mata pencaharian,
kemungkinan bahaya, dan keamanan sipil.
Penilaian ketahanan pangan cenderung kualitatif dan dapat didasarkan pada data curah
hujan, produksi tanaman, dan harga pasar. Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan,
(FEWSNET) yang didukung oleh Amerika Serikat Badan Pembangunan Internasional
(USAID), menerbitkan laporan bulanan atau dua bulanan berdasarkan regional untuk
melacak parameter ini dan lainnya. FEWSNET dan penilaian lain memperhitungkan
produksi makanan, harga pasar, strategi koping, dan migrasi penduduk. Informasi ini dapat
berasal dari berbagai sumber lokal. Beberapa survei dilengkapi dengan makanan informasi
keanekaragaman, seperti jumlah jenis makanan tersedia, konsumsi mingguan makanan
yang dipilih, dan sumber makanan utama yang digunakan oleh rumah tangga. Meskipun
data ini tidak mengungkapkan gambaran keseluruhan, mereka mencerminkan kondisi lokal
di mana populasi meningkat risiko karena marginalisasi etnis dan politik, konflik dan
kekerasan, atau bencana alam seperti kekeringan. Survei demografis dan kesehatan juga
melengkapi informasi ini dan memberikan penilaian tren yang berharga. Secara lebih fokus,

25
survei pasar lokal dan survei rumah tangga dapat melengkapi penilaian gizi. Survei pasar
akan menunjukkan apakah daging atau ikan dapat dibeli, berapa harganya, dan dalam
kualitas apa atau kuantitas. Sangat membantu untuk melihat apakah sumber alternative
protein tersedia dalam bentuk kacang-kacangan dan kacang-kacangan dan kacang. Banyak
yang bisa dipelajari dengan inspeksi visual rumah tangga: area memasak dan makan,
peralatan persiapan makanan, area penyimpanan makanan, kondisi kebersihan, jumlah
anggota keluarga yang makan dalam satu rumah tangga, jenis kelamin dan usia anggota
tersebut, sanak saudara yang sakit terbaring di tempat tidur, dan kehadiran tikus, anjing, dan
kucing, serta langkah-langkah kesehatan dasar lainnya, seperti kelambu, pot penyimpanan
air (tertutup atau tidak), dan kakus. Terkadang terburu-buru untuk mengatasi kerawanan
pangan dan untuk menyediakan persediaan makanan darurat, "makanan pertama"
pendekatan oleh lembaga donor dan implementasinya mitra mendominasi. Pendekatan
semacam itu mungkin gagal pertimbangkan penyebab mendasar kekurangan gizi yang bisa
terjadi ditangani secara langsung. Namun, dalam budaya donor, itu lebih mudah untuk
mengukur dan mendanai komoditas pangan. Seperti itu aspek dari upaya bantuan
kemanusiaan membawa lebih banyak visibilitas, niat baik, dan dampak politik. Namun,
intervensi makanan sendiri tidak mengatasi akar permasalahan gizi buruk pada populasi ibu
dan anak, populasi yang hidup dengan HIV / AIDS, atau orang tua yang kekurangan gizi
kronis.

d. Keamanan makanan
Keamanan pangan — penanganan makanan dan makanannya dengan benar persiapan —
memainkan peran tidak langsung dalam masalah gizi. Meskipun diskusi menyeluruh
tentang keamanan pangan adalah bukan bidang bab ini, keracunan makanan akut serta
kontaminasi makanan secara berkala karena najis penanganan dan persiapan makanan dapat
memiliki signifikan dampak kesehatan masyarakat. Pestisida juga dapat mencemari
makanan dan memicu reaksi serius saat dicerna. Malnutrisi kronis dapat terjadi ketika
bakteri, parasit, dan bahkan virus ditemukan dalam sumber makanan pada secara teratur
(lihat Bab 5).
Wabah bawaan makanan dapat dikaitkan dengan orang miskin kebersihan, suhu
penyimpanan yang tidak tepat, terkontaminasi peralatan, memasak yang tidak memadai,
dan makanan dari yang tidak aman sumber. Gejala primer biasanya gastrointestinal (mual,
kram perut, muntah, diare), dan juga manifestasi neurologis dan sistemik dalam beberapa
kasus. Secara klasik, penanganan dan persiapan makanan oleh mereka yang belum mencuci
tangan atau yang belum Mencuci atau membersihkan makanan bisa menyebabkan penyakit
apa saja orang yang rentan. Organisme dan penyakit yang khas seperti itu seperti tipus,
Salmonella, Shigella, racun stafilokokus, racun botulinum, hepatitis A, kolera, Escherichia
coli, Yersinia, Clostridium perfringens, Bacillus cereus, Giardia, dan amebiasis mewabahi
banyak penduduk lokal dan pengunjung. Parasit, seperti cacing pita (dalam daging sapi,
babi, dan ikan), Cryptosporidium, dan Cyclospora, dan racun dalam kerang dan penghuni
bawah (mis., keracunan kerang lumpuh) bisa lazim. Patut ditanyakan patogen apa dan
penyakit mendominasi di daerah tersebut. Yang menarik adalah itu di beberapa komunitas,

26
penyebab paling umum epilepsi adalah neurocysticercosis dari cacing pita babi.
Tuberkulosis usus dapat ditelusuri kembali ke konsumsi susu sapi yang tidak dipasteurisasi.

3. INTERVENSI
Dari waktu ke waktu, ketika kekurangan gizi tersebar luas di Indonesia sebuah komunitas,
muncul pertanyaan apakah kesehatan penyedia harus memulai berbasis komunitas atau
berbasis kemah program nutrisi. Kerangka kerja WHO menyatakan bahwa tingkat
kekurangan gizi di bawah 10% (10% dari anak-anak 6 hingga 59 bulan tua yang baik di
bawah 2 SD median referensi WFH atau 80% dari referensi WFH) tidak memerlukan
intervensi populasi.33 Sebaliknya, individu mungkin perlu perhatian melalui layanan
komunitas reguler. MUACs juga dapat digunakan sebagai kriteria kelayakan untuk
pemberian makan selektif program. MUAC kurang dari 11,0 cm mengindikasikan parah
malnutrisi, dan yang antara 11,0 dan 12,49 cm mencerminkan malnutrisi sedang (Tabel 6-
1). Untuk tingkat kekurangan gizi antara 10% dan 14%, angka WHO merekomendasikan
mulai suplemen tambahan yang ditargetkan program pemberian makanan (SFP) dan
program pemberian makanan terapeutik (TFP) bagi mereka yang kekurangan gizi parah.
Dengan tingkat kekurangan gizi 15% atau lebih, WHO merekomendasikan distribusi jatah
umum, plus SFP untuk semua anggota kelompok rentan (Tabel 6-3), khususnya anak-anak
dan ibu hamil / menyusui, dan TFP. Rekomendasi ini dapat dimodifikasi ketika keadaan
memburuk lainnya demikian mengindikasikan — untuk contoh, ransum makanan umum di
bawah kebutuhan energi rata-rata; angka kematian kasar di atas 1 per 10.000 per hari;
epidemi campak atau pertusis; pilek dan tempat tinggal yang tidak memadai; prevalensi
tinggi pernafasan dan penyakit diare; dan bahaya kesehatan masyarakat yang parah.
Pengobatan untuk anak-anak yang kekurangan gizi, 34 tahun di luar ruang lingkup bab ini,
termasuk langkah-langkah utama: pencegahan atau pengobatan hipoglikemia, hipotermia,
dan dehidrasi; koreksi ketidakseimbangan elektrolit

27
dan defisiensi mikronutrien; inisiasi bertahap makanan; pembangunan kembali jaringan
yang terbuang (catch-up growth); penyediaan stimulasi, permainan, dan perawatan yang
penuh kasih; dan persiapan untuk tindak lanjut setelah pulang. Pengakhiran dini perawatan
meningkatkan risiko kekambuhan gizi buruk. Anak-anak harus mencapai berat yang
diharapkan untuk tinggi badan mereka sebelum dikeluarkan dari program makan. Beberapa
anak akan selalu tetap kekurangan berat badan karena mereka berada di bawah akhir kurva
distribusi normal WFH. Jika mereka menunjukkan tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan
dan tidak fungsional penurunan nilai, mereka dapat habis setelah 1 bulan asupan makanan
yang cukup dan penambahan berat badan. Orang tua atau pengasuh harus diinstruksikan
dalam penyebab PEM, penggunaan makanan yang tepat (kualitas dan kuantitas), pribadi
dan kebersihan lingkungan, imunisasi, dan awal manajemen diare dan infeksi saluran
pernapasan.

4. Perawatan Terapi Berbasis Masyarakat


Pertama kali diterapkan di Ethiopia pada tahun 2000, perawatan terapeutik berbasis
komunitas (CTC) adalah berbasis komunitas pendekatan untuk mengelola sejumlah besar
orang yang kekurangan gizi akut sebagai alternatif yang layak untuk terapi pusat-pusat
pemberian makanan.35,36 Meskipun pada dasarnya dirancang untuk memenuhi kebutuhan
anak di bawah 5 tahun, itu sedang dipertimbangkan untuk pengobatan malnutrisi parah dan
akut di antara orang dewasa, terutama mereka yang menderita HIV / AIDS. Ini dapat
digunakan dalam situasi darurat atau dalam pengaturan pengembangan.37 CTC
menggunakan rumah orang, bukan rumah sakit, jadi fokus bantuan adalah pada desa
daripada pusat kesehatan. Ini bekerja melalui orang local sedapat mungkin daripada melalui
para ahli impor. Ini mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan budaya dari kekurangan
gizi di samping yang medis. Perawatan berbasis rumah mengakomodasi kenyataan itu
wanita seharusnya tidak menghabiskan waktu yang lama jauh dari rumah mereka. Meskipun
sering kekurangan gizi berulang dalam rumah tangga yang rentan secara kronis, risiko
tertular infeksi di rumah kurang dari pada fasilitas di mana orang sakit lainnya berada.
Risiko ini akan berpendapat untuk perawatan berbasis rumah daripada rawat inap untuk
kekurangan gizi. Protokol untuk CTC (Gambar 6-19) berbeda dari yang digunakan oleh
WHO untuk mengelola SAM dalam fasilitas. CTC memiliki empat komponen: mobilisasi
masyarakat dan partisipasi, program pemberian makanan tambahan, perawatan terapi rawat
jalan, dan pusat stabilisasi.38 Kebanyakan ahli merekomendasikan bahwa MUAC harus
menjadi kriteria kunci untuk siapa yang harus berpartisipasi dalam kegiatan CTC.39 MUAC
berkorelasi lebih erat dengan massa otot daripada WFH, adalah ukuran yang lebih baik dari
status gizi daripada WFH, dan cenderung memprediksi risiko kematian lebih baik dari
WFH. Karena MUAC meningkat dengan bertambahnya usia, suatu perbaikan cut-off point
akan memilih anak yang lebih muda, yang memiliki risiko kematian lebih tinggi. Pilihan
MUAC atau

28
WFH oleh lembaga akan tergantung pada apakah lebih penting untuk mengidentifikasi
risiko kematian atau respons terhadapnya pengobatan, karena yang terakhir lebih baik
diukur oleh WFH. CTC bergantung pada ketersediaan makanan terapeutik siap pakai
(RUTFs), 40 seperti Plumpy'nut (Nutriset). RUTF adalah campuran sereal, kacang-
kacangan, minyak, air dan gula, vitamin, dan mineral, menyediakan sumber protein dan
sumber energi. RUTF sering memiliki basis kacang, tetapi tidak semua negara menanam
kacang. RUTF dapat dibuat di rumah, tidak harus dimasak (tidak ada kayu bakar), mudah
disimpan, dan bisa menjadi wahana aditif. Kacang gemuk hadir sebagai 92 gram batang
yang menyediakan 500 kalori. RUTF lebih mudah disiapkan daripada berbasis air F100
(formula susu kering yang diperkaya) dan tidak memerlukan volume asupan yang tinggi
untuk memenuhi kebutuhan energi, tidak seperti F100. Akses ke air bersih mungkin terbatas
dalam pengaturan bencana dan krisis. RUTF yang lebih baru tidak digunakan susu bubuk
dan gunakan hanya tanaman yang diproduksi secara lokal. RUTF juga dapat
dipertimbangkan untuk pemberian makan pengganti anak yang tidak disusui lebih dari 6
bulan, karena ini lebih murah daripada susu formula bayi. Karena HIV stigma dapat
dikaitkan dengan penggunaan susu formula bayi, RUTF mungkin lebih dapat diterima.
Beberapa ahli berpikir bahwa RUTF harus dimasukkan dalam obat-obatan esensial daftar.
Penyertaan seperti itu akan menyederhanakan logistik, seperti RUTF kemudian akan
menjadi bagian dari paket obat normal. Pada skala darurat, RUTF diimpor, terlepas dari
biaya, untuk memenuhi kebutuhan akut. Seiring berjalannya waktu, diinginkan untuk
mendorong produksi lokal dengan local bahan tersedia, karena biaya RUTF terikat untuk
keberlanjutan dan keberhasilan CTC. CTC menyediakan pasar untuk RUTF; sebaliknya,
RUTF diperlukan untuk keberhasilan CTC. Faktor lain yang berperan dalam Keberhasilan
CTC adalah ketersediaan relawan masyarakat, motivasi mereka, kemampuan untuk melatih
dan mempertahankan mereka, ketersediaan materi pelatihan, kemungkinan relawan dari
program pembangunan lainnya dapat digunakan, dan apakah CTC dapat dikombinasikan
dengan Manajemen Terpadu Anak Strategi Penyakit (IMCI). Dua jenis indikator dapat
digunakan untuk menentukan apakah intervensi gizi, seperti menyusui program, berkinerja
efektif: indikator proses, seperti jumlah staf yang bekerja di pusat pemberian makanan; dan
indikator hasil, seperti persentase anak yang pulih. Komunitas bantuan dan pengembangan
debat tentang indikator lain, seperti kenaikan berat badan, atau lama tinggal di fasilitas.
Meskipun donor cenderung tidak untuk menggunakan indikator ini, organisasi internasional
dan nonpemerintah dapat menggunakannya untuk pemantauan internal. Program pemberian
makanan tambahan menggunakan indicator seperti tingkat pemulihan, tingkat kematian,
dan tingkat default. Program pemberian makan terapeutik menggunakan tiga indikator ini
ditambah penambahan berat badan, pertanggungan, dan rata-rata lama menginap.
Organisasi seperti Program Pangan Dunia, the Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi

29
(UNHCR), MSF, dan Save the Children (STC) memiliki ambang yang berbeda di mana
persentase "mengkhawatirkan" mulai bergerak lainnya tanggapan.

F. KEADAAN KHUSUS: HIV / AIDS


Selama 20 tahun terakhir, kisah malnutrisi telah terjadi dibuat lebih rumit oleh defisiensi
imun manusia virus. Malnutrisi dan HIV / AIDS memiliki hubungan yang saling merugikan.
Dengan mengurangi pertahanan kekebalan alami, malnutrisi meningkatkan kerentanan
terhadap HIV dan juga dapat berkontribusi pada penurunan efektivitas ARV. HIV / AIDS
dapat disertai dengan gastrointestinal gangguan yang mengurangi kemampuan tubuh untuk
menyerap makanan dan nutrisi mikro penting, lebih lanjut membahayakan status gizi.
Selain itu, infeksi oportunistik, seperti TB, menambah tuntutan metabolisme tubuh dan
membakar vital kalori, memperburuk tingkat kekurangan gizi. PEM negatif mempengaruhi
semua aspek kekebalan tubuh sistem: kekebalan yang dimediasi sel, produksi antibodi,
respons fase akut, dan perlindungan integumen. HIV mengurangi sistem kekebalan dan
fungsi sel T. Kekurangan zat gizi mikro, seperti vitamin A, B, C, dan E, serta zat besi, seng,
dan selenium, juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, membuat tubuh lebih rentan
untuk infeksi. Akibatnya, PEM dan HIV bersama-sama bisa secara signifikan merusak.
Perempuan HIV-positif lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah, yang
lebih mungkin untuk mengalami pertumbuhan lebih lambat dan berisiko lebih tinggi untuk
kekurangan gizi. Sepanjang dengan rekomendasi mengenai pemberian ASI eksklusif dan
penghentian dini, suplementasi vitamin A berkala menurunkan morbiditas dan mortalitas
dan meningkatkan pertumbuhan di Anak-anak yang HIV-positif. Orang dewasa HIV-positif
yang kekurangan gizi diketahui memiliki peningkatan risiko infeksi oportunistik,
kelangsungan hidup yang lebih pendek, dan risiko kematian yang lebih tinggi. Kebutuhan
gizi bagi orang yang hidup dengan HIV / AIDS berbeda dari orang atau anak yang tidak
terinfeksi.41 Apalagi sinergisme antara penyakit menular dan malnutrisi menambah
masalah morbiditas dan mortalitas, terutama di rangkaian dengan sumber daya rendah.42
HIV meningkatkan pengeluaran energi untuk istirahat, mengurangi asupan makanan, dan
dapat disertai dengan malabsorpsi atau kehilangan kunci nutrisi. Orang HIV-positif tanpa
gejala memerlukan kalori energi 10% lebih banyak; individu HIV-positif yang bergejala
membutuhkan 20% hingga 30% lebih banyak. Untuk Anak HIV-positif dengan penurunan
berat badan, kebutuhan energi meningkat 50% hingga 100%. Mengingat bahwa itu akan
terjadi mustahil bagi anak-anak untuk mengkonsumsi dalam jumlah besar makanan untuk
memenuhi kebutuhan itu, deteksi dini penurunan berat badan dan dorongan memberi makan
sangat penting. Tumpang tindih antara SAM dan HIV / AIDS sangat besar. Asosiasi asupan
makanan yang tidak memadai, malabsorpsi dan diare, dan metabolisme dan perubahan
penyimpanan nutrisi menyebabkan kekurangan nutrisi. Ini adalah diperburuk oleh
peningkatan stres oksidatif dan penekanan kekebalan, yang pada gilirannya memungkinkan
replikasi HIV lebih banyak, perkembangan penyakit yang lebih cepat, dan peningkatan
morbiditas dan kematian. Intervensi nutrisi khusus, oleh karena itu, perlu untuk
diintegrasikan ke dalam manajemen medis HIV. Interaksi antara HIV, mata pencaharian,
dan makanan keamanannya kompleks. Orang mungkin tinggal di rumah untuk dirawat
untuk anggota keluarga yang sakit dan sekarat, membuat mereka lebih sedikit tersedia untuk

30
kegiatan masyarakat, termasuk tanaman pangan produksi dan penjualan makanan di pasar.
Ini spiral ke bawah semakin mengurangi pendapatan yang tersedia untuk perawatan dan
perawatan kesehatan. Penggunaan perawatan berbasis rumah untuk pasien HIV / AIDS
berbagi sejumlah fitur dengan CTC, yang dapat dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan
gizi orang yang hidup dengan HIV / AIDS.46 CTC berpotensi mengurangi rawat inap tarif.
Hal ini juga dilihat sebagai titik masuk untuk konseling dan tes sukarela serta sarana untuk
memfasilitasi kepatuhan terhadap terapi antiretroviral. Kepercayaan, dekat dengan rumah
rujukan yang lebih mudah, dan kredibilitas pekerjaan CTC mungkin semua meningkatkan
konseling dan tes sukarela di daerah populasi. Sama seperti DOTS (pengobatan yang
diamati secara langsung, program singkat) untuk TB ditingkatkan oleh persediaan makanan
untuk pasien TB untuk memfasilitasi manajemen kasus, jadi CTC juga dapat membantu
dengan terapi antiretroviral. Intervensi gizi memiliki berbagai kegiatan, dari konseling
nutrisi yang baik untuk kehidupan yang positif untuk konseling tentang kebutuhan makanan
dan gizi khusus di Indonesia bersama dengan pengobatan untuk infeksi oportunistik dan
penggunaan ARV, termasuk contoh di ARV mana yang harus atau tidak harus dipakai
dengan makanan. Antiretroviral dapat memperburuk gizi masalah dan menyebabkan
gangguan metabolisme glukosa, toko lemak, lemak dan kolesterol, dan enzim pancreas
dibutuhkan untuk pencernaan. Nutrisi yang baik sangat penting untuk respons terhadap
pengobatan. Anak-anak, hamil dan menyusui ibu, dan mereka yang menurunkan berat
badan atau tidak merespons untuk pengobatan mungkin memerlukan makanan tambahan;
dalam kasus malnutrisi parah, mereka perlu makan terapi. Anak-anak yang rentan atau
yatim piatu oleh orang tua yang meninggal karena HIV / AIDS akan membutuhkan nutrisi
khusus bantuan juga. Perawatan dan bantuan paliatif dengan mekanisme koping juga
merupakan intervensi penting untuk mereka yang terkena dampak gizi buruk dan HIV /
AIDS. Zat gizi mikro sangat penting bagi manusia hidup dengan HIV / AIDS. Uji klinis
menunjukkan hal itu Suplementasi meningkatkan banyak klinis dan laboratorium
parameter, seperti meningkatkan waktu hidup, mencegah hasil kelahiran yang merugikan,
dan mengurangi penularan HIV dari ibu ke anak yang rentan secara gizi wanita dengan
penyakit lanjut.

G. TANGGAPAN KEBIJAKAN INTERNASIONAL


Ekonomi dan lainnya mengakui bahwa kekurangan gizi berdampak negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu negara, terus-menerus kemiskinan, dan mengakibatkan
peningkatan biaya kesehatan. Pada yang lebih besar skala, di mana proporsi populasi suatu
negara lebih besar terpengaruh, produk nasional bruto mencerminkan hasilnya dari kaskade
panjang yang dimulai dengan malnutrisi. Untuk membawa perhatian dan tekanan global
untuk menanggung ini situasi, Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) pertama adalah
untuk membagi dua kemiskinan dan kelaparan pada populasi sasaran di mana penghasilan
individu kurang dari US $ 1 per hari dan di mana proporsi besar anak-anak di bawah 5
berada kurang berat. MDG hanyalah bagian dari respons. Ini diketahui bahwa pendapatan
dan ketahanan pangan lebih baik bagian dari jalan untuk mengatasi malnutrisi. Namun ini
sendiri bukanlah jawabannya. Memberi makan dan perawatan yang tidak pantas praktik
dalam menghadapi hasil lingkungan yang aman pangan pada anak dengan berat badan

31
kurang atau terhambat. Selain itu, buruknya akses ke layanan kesehatan, sanitasi yang
buruk, dan ketidaktahuan perawatan kesehatan dasar memperburuk masalah.
Komunitas internasional tahu bahwa solusinya tidak hanya terletak pada menginvestasikan
lebih banyak uang di negara-negara yang sedang berjuang. Selain itu, intervensi kesehatan
lainnya dan strategi pengurangan kemiskinan akan dipotong jika masalah dasar kelaparan
dan gizi buruk tidak ditangani. Di luar analisis kebijakan, harus ada yang kuat hubungan
antara kebijakan dan tindakan gizi, komitmen untuk menjalin kemitraan baru dan
memperlengkapi para pelaku untuk mengelola program nutrisi, dan keterlibatan sektor
bisnis, swasta, dan perusahaan untuk bertindak secara bertanggung jawab dalam hal pesan
nutrisi, pilihan makanan, dan pasar dan produk baru. Dalam perspektif Bank Dunia dan
lainnya, mengatasi malnutrisi dipandang sebagai investasi ekonomi yang sangat baik.3
Bahkan, pada Mei 2004 konsensus para ekonom terkemuka (termasuk beberapa Peraih
Nobel) menyimpulkan bahwa pengembalian atas investasi dalam program mikronutrien
adalah yang kedua setelah pengembalian pada memerangi HIV / AIDS di antara daftar
panjang cara untuk memenuhi tantangan perkembangan dunia. Pemerintah perlu
menunjukkan komitmen terhadap program gizi dalam skala luas. Ini akan meletakkan dasar
untuk agenda yang lebih luas tentang pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan
berkelanjutan. Kalau tidak, malnutrisi — terbesar di dunia masalah kesehatan masyarakat
dan kontributor utama kematian anak — akan terus merusak respons kesehatan masyarakat
layak lainnya di dunia maju dan berkembang.

32
Bab III. Penutup

A. Kesimpulan
Kita telah melihat dan mempelajari tentang kebutuhan nutrisi kita bisa simpulkan
bahwa kebutuhan nutrisi pada manusia sangatlah penting. Banyak sekali risiko jika
tidak terlalu memperhatikan nutrisi bagi tubuh kita. Kebutuhan nutrisi berkaitan erat
dengan aspek-aspek yang lain daandapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan
aspek aspek yang lain. Nutrisi berpengaruh juga dalam fungsi-fungsi organ tubuh,
pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian
sel yang rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia, maka
akan terhindar dari ancaman-ancaman penyakit.Permasalahan kebutuhan Nutrisi harus
segera diselesaikan dengan tindakan-tindakan yang tepat. Nutirisi adalah ikatan kimia
yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu energy, membangun dan
memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan. Berbagai jenis nutrisi
ialah protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air. Fungsi zat gizi yaitu untuk
Pertumbuhan, Aktivitas, Reproduksi, Daya tahan, Mempertahankan struktur organ,
Memperbaiki jaringan yang rusak. Malnutrisi adalah keadaan terang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energy dan protein dalam keadaan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi dalam angja kecukupan gizi. Malnutirisi disebabkan oleh
factor luar maupun dalam. Dalam mengatasi masalah malnutrisi orang tualah yang harus
berperan dalam pencegahannya dengan memberikan gizi serta nutrisi yang seimbang
kepada anak-anaknya.

B. Saran dan Kritik


Pemenuhan akan kebutuhan gizi dalam tubuh merupakan salah satu cara
meminimalisir terjadinya malnutrisi. Cara itu dapat dilakukan dengan cara
mengkonsumsi makanan yang mengandung empat sehat lima sempurna. Kebutuhan
nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat penting untuk diupayakan. Upaya untuk
melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan cara makan-makanan
dengan gizi seimbang dengan diimbangi dengan keadaan hidup bersihn untuk setiap
individu. Hal tersebut harus dilakukan setiap hari,karena jika tidak dilakukan setiap hari
maka tubuh kita bias terserang penyakit akibat immune tubuh yang menurun.

33
Daftar Pustaka

1. William H. Markle., Melanie A. Fisher., Raymond A. Smego,Jr (2007).


Understanding Global Health. United State: The McGraw-Hill Companies,Inc.

2. Diah Krisnansari (2010). Nutrisi dan Gizi Buruk. Purwokerto: Mandala of Health.

3. Yuliana N. Ranisa (2018). Konsep Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi. Jakarta: Bakti


Kencana.

4. Kuntarti.,SKp.,M.Biomed (2012). Nutrisi Normal. Staff UI.


http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/nutrisinormal2012.pdf#pag
e=1&zoom=auto,42,-195 . Diakses pada 19 Oktober 2019

5. Addi Mardi Harnanto,MN., Sunarsih Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kep (2016).


Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

34

Anda mungkin juga menyukai